Ringkasan dokumen tersebut adalah implementasi pendidikan holistik dalam pembelajaran IPS diarahkan pada pembentukan generasi yang berkarakter dengan mendekatkan siswa pada lingkungan sosial dan budaya mereka sehingga proses pembelajaran dapat berakar pada masyarakat.
diperlukan suatu paradigma baru yang lebih toleran, yaitu paradigma pendidikan multikultural. Pendidikan berparadigma multikulturalisme tersebut penting, sebab akan mengarahkan anak didik untuk bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis maupun agama.
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Secara sederhana multikulturalisme bisa dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai kepercayaan kepada normalitas dan penerimaan keragaman. (Zakiyuddin Baidhawy 2005)
Pengertian tentang multikulturalisme setidaknya mengandung dua pengrtian yaitu multi yang berarti plural dan kulturalisme berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan berarti sekedar pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenis, namun pengakuan yang memiliki implikasi-implikasi politis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu pluralisme bersangkutan dengan prinsip-prinsip demokrasi. (H.A.R. Tilaar 2004)
Pendidikan multikultural adalah suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan masalah keadilan sosial, demokrasi dan hak asasi manusia. Menurut James. A. Banks Pendidikan Multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis didalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.
Pendidikan multikultural terdiri dari dua kata yang msing-masing memiliki arti berbeda. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Multikultural adalah berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, suku dll. Jadi Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam dan di luar sekolah yang mempelajari berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
B. Ciri-ciri Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Tujuannya yaitu membentuk “manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya
2. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa dan nilai-nilai kelompok etnis
3. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya (Choirul, 2006).
diperlukan suatu paradigma baru yang lebih toleran, yaitu paradigma pendidikan multikultural. Pendidikan berparadigma multikulturalisme tersebut penting, sebab akan mengarahkan anak didik untuk bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis maupun agama.
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Secara sederhana multikulturalisme bisa dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai kepercayaan kepada normalitas dan penerimaan keragaman. (Zakiyuddin Baidhawy 2005)
Pengertian tentang multikulturalisme setidaknya mengandung dua pengrtian yaitu multi yang berarti plural dan kulturalisme berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan berarti sekedar pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenis, namun pengakuan yang memiliki implikasi-implikasi politis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu pluralisme bersangkutan dengan prinsip-prinsip demokrasi. (H.A.R. Tilaar 2004)
Pendidikan multikultural adalah suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan masalah keadilan sosial, demokrasi dan hak asasi manusia. Menurut James. A. Banks Pendidikan Multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis didalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.
Pendidikan multikultural terdiri dari dua kata yang msing-masing memiliki arti berbeda. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Multikultural adalah berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, suku dll. Jadi Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam dan di luar sekolah yang mempelajari berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
B. Ciri-ciri Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Tujuannya yaitu membentuk “manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya
2. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa dan nilai-nilai kelompok etnis
3. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya (Choirul, 2006).
Landasan kultural pendidikan membahas mengenai hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, pendidikan dalam kebudayaan, kebudayaan dalam pendidikan serta pendidikan multikultural
Landasan kultural pendidikan membahas mengenai hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, pendidikan dalam kebudayaan, kebudayaan dalam pendidikan serta pendidikan multikultural
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Implementasi pendidikan holistik dalam pembelajaran ips
1. Implementasi Pendidikan
Holistik dalam Pembelajaran IPS
Dr. Iwan Hermawan, M.Pd.
Peneliti di Balai Arkeologi Bandung
Dosen Tidak Tetap Jurusan PIPS FITK UIN Jakarta
Tutor Universitas Terbuka – UPBJJ Bandung
3. Perilaku Manusia yang menunjukkan arah
kehancuran suatu bangsa (Lickoma, 1992) :
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
2. Ketidakjujuran yang membudaya,
3. Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada
orangtua, guru dan figur pemimpin,
4. Pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan,
5. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian,
4. Sambungan................
Perilaku Manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa
(Lickoma, 1992) :
6. Penggunaan bahasa yang memburuk,
7. Penurunan etos kerja,
8. Menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga
negara,
9. Meningginya perilaku merusak diri
10. Semakin kaburnya pedoman moral.
5. ...Janganlah salah mencari tempat bertanya,
Bila ingin tahu tentang taman yang jernih, telaga
berair sejuk, tanyalah angsa.
Bila ingin tahu tentang isi laut, tanyalah ikan.
Bila ingin tahu tentang isi hutan, tanyalah gajah.
Bila ingin tahu tentang agama dan parigama,
tanyalah pratanda (ahli agama/pendeta)
(Sanghyang Siksa Kandang Karesian /
Danasasmita, 1987).
6. Proses Pendidikan
Keluarga
Masyarakat
Sekolah / Lembaga Pendidikan
Ke-tiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan perlu kerjasama
Proses pendidikan di Sekolah harus mendukung proses
pendidikan di Keluarga dan Masyarakat, demikian pula
sebaliknya
Kegagalan Pendidikan tanggung jawab semua
7. Proses pewarisan nilai di tengah
masyarakat :
Melalui Tradisi Lisan
Melalui Tradisi Tulis
Melalui Proses Pembiasaan
8. Proses Pendidikan melalui
Tradisi Lisan
Proses Pendidikan yang
dilakukan melalui komunikasi
lisan atau komunikasi lintas
generasi
Levi-Strauss (2007) : “Individu
memperoleh kebudayaan dari
kelompoknya melalui cara
Berbahasa“
9. Proses Pewarisan Nilai melalui
Tradisi Tulis
Proses Pewarisan nilai ini dilakukan
di Mandala atau Kabuyutan
Naskah tentang tata nilai
kehidupan
Saat ini dilakukan melalui Proses
Pendidikan di Sekolah dan
Madrasah.
11. Proses Pendidikan di sekolah
Diarahkan pada pembentukan Generasi yang
berkarakter
Pendidikan yang berlangsung merupakan pendidikan
Holistik dimana proses pendidikan mengakar di
masyarakat, tujuannya agar setelah lulus siswa tetap
memiliki jati diri dan berkarakter sebagai bangsa
Indonesia.
12. Bagaimana dengan Pendidikan IPS ?
Objek dan sumber belajar IPS :
Masyarakat
Lingkungan Sosial Budaya
SEHINGGA
Dalam Proses Pembelajaran, anak didik harus
didekatkan dengan lingkungan mereka, baik
lingkungan Fisis maupun lingkungan Sosial Budaya.
13. Yang perlu diperhatikan dalam
Proses Pendidikan
Hanya masyarakat yang mampu mempertahankan
kekhasan kebudayaannya dan mampu menjadi diri
sendiri yang akan dapat bertahan serta tidak dikuasai
oleh Superioritas kebudayaan lain yang lebih kuat dan
masuk belakangan (Levi-Strauss, 2005)
Untuk menjadi Indonesia, orang tidak perlu
meninggalkan ke-etnik-annya. karena Indonesia
merupakan negeri yang Multikultur dan Multietnik.
Semboyan negara kita :
BHINEKA TUNGGAL IKA
14. Semua ini tidak akan
bermanfaat bagi siswa jika
Sumber Belajar di tengah
mereka tidak pernah diajak
masyarakat
untuk mengenalnya !!!!!
15. Mengapa Guru Perlu mengajak anak
mengenal lingkungan ?
Greene (1998) : “kegiatan di luar kelas (Out door Study)
akan menggali kemampuan berfikir kritis siswa yang
mencakup :
1. Comparing and contrasting (membandingkan dan
membedakan;
2. Identifying and Classifying (Mengidentifikasi dan
mengklasifikasi),
3. Describing (Mendeskripsikan)
4. Predicting (Memprediksi),
5. Summarizing (Menyimpulkan).