SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
1
PENDAHULUAN
Keberadaan bank sentral yang independen di Indonesia merupakan
suatu prasyarat untuk dapat dilakukannya pengendalian moneter yang
efektif dan efisien. Keinginan tersebut dapat dilihat dari dikeluarkannya
Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1998 tentang Pemberian Wewenang
Kebijakan Moneter Kepada Bank Indonesia serta Instruksi Presiden No.
14 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kepanitiaan untuk Menyusun
Rancangan Undang-undang tentang Kemandirian Bank Sentral.
Keberadaan Undang-undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral dirasakan telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
terjadi. Beberapa ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang
tersebut ternyata belum cukup untuk menjamin terselenggaranya Bank
Indonesia yang independen. Penempatan kedudukan Bank Indonesia
sebagai pembantu Pemerintah serta ketidakjelasan tujuan dari Bank
Indonesia menyebabkan peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya menyebabkan tanggung jawab
atas suatu kebijakan yang diambil juga tidak jelas. Disamping itu,
penempatan kedudukan tersebut membuka peluang adanya intervensi dari
pihak luar sehingga dapat menyebabkan kebijakan yang diambil oleh Bank
Indonesia menjadi kurang efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dirasakan perlu adanya
suatu Undang-undang tentang Bank Sentral yang dapat memberikan
landasan hukum yang kuat bagi terselenggaranya tugas-tugas bank
sentral secara efektif.
Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang
telah diundangkan pada tanggal 17 Mei 1999 diharapkan dapat menjadi
landasan yang kokoh bagi terselenggaranya bank sentral yang efektif.
Dalam Undang-undang tersebut terdapat beberapa perubahan yang
fundamental antara lain ditetapkannya tujuan tunggal Bank Indonesia,
independensi Bank Indonesia baik dari segi kelembagaan, fungsi,
manajemen, personalia pimpinan maupun anggaran.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
2
STATUS
BANK INDONESIA
1. Lembaga Negara Yang Independen
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(UU-BI) dirumuskan bahwa Bank Indonesia adalah lembaga negara
yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau
pihak-pihak lainnya kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam Undang-undang ini (Psl 4). Sebagai lembaga independen, Bank
Indonesia memiliki otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya.
Disamping itu, untuk lebih menjamin independensi tersebut maka
kedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah. Pencantuman
status independen dalam undang-undang ini diperlukan untuk
memberikan dasar hukum yang kuat, menjamin kepastian hukum dan
konsistensi status kelembagaan Bank Indonesia.
Berkaitan dengan status sebagai lembaga independen ini, pihak lain
dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia wajib menolak
dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak
manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya (Psl. 9).
2. Bank Indonesia sebagai Badan Hukum
Pasal 4 ayat (3) merupakan dasar hukum Bank Indonesia sebagai
Badan Hukum dimana disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah badan
hukum berdasarkan Undang-undang ini. Pengertian badan hukum disini
meliputi badan hukum publik dan badan hukum perdata. Dalam
kedudukannya sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas
sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai badan
hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama
sendiri di dalam dan di luar pengadilan.
Penegasan Bank Indonesia sebagai badan hukum ini diperlukan agar
terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola
kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
3
3. Kedudukan Bank Indonesia dalam Struktur Ketatanegaraan RI
Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia
mempunyai kedudukan yang khusus dalam struktur ketatanegaraan RI.
Sebagai lembaga negara, kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar
dengan DPR, DPR, MA, BPK, atau Presiden yang merupakan Lembaga
Tinggi Negara. Disamping itu kedudukan Bank Indonesia juga tidak
sama dengan departemen karena kedudukan Bank Indonesia berada di
luar Pemerintah. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia
mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK, serta Pemerintah.
4. Esensi dan Implikasi dari Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah agar
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat lebih efektif . Implikasinya
Bank Indonesia harus lebih transparan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan memelihara kestabilan
nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
4
TUJUAN DAN TUGAS
1. Tujuan Bank Indonesia
Berbeda dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang
Bank Sentral yang tidak merumuskan secara tegas mengenai tujuan
Bank Indonesia, dalam UU-BI secara tegas dinyatakan dalam Pasal 7
bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang merupakan single objective Bank
Indonesia. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan
nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain.
Perumusan tujuan Bank Indonesia dalam bentuk single objective ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai dan
batasan tanggung jawab yang harus dipikul oleh Bank Indonesia. Hal
ini berbeda dengan tujuan Bank Indonesia dalam Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang dirumuskan secara
umum yaitu “meningkatkan taraf hidup rakyat”. Ketidaktegasan
perumusan tersebut menimbulkan implikasi antara lain peran Bank
Indonesia sebagai otoritas tidak jelas dan tidak terfokus bahkan
timbul conflicting karena antara tugas menjaga kestabilan nilai rupiah
dengan tugas mendorong pertumbuhan seringkali tidak dapat berjalan
seiring. Disamping itu, ketidakjelasan tujuan juga menjadikan
tanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil tidak jelas.
2. Tugas Bank Indonesia
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan 3 (tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan
mengawasi bank. Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka
ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
5
TUGAS MENETAPKAN DAN MELAKSANAKAN
KEBIJAKAN MONETER
Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai
rupiah, Pasal 10 UU-BI menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan
sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta
melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain :
• operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
• penetapan tingkat diskonto;
• penetapan cadangan wajib minimum;
• pengaturan kredit atau pembiayaan.
Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga
berdasarkan prinsip syariah.
Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar tahun
kalender dengan memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi
makro. Penetapan sasaran laju inflasi tersebut terutama dilakukan
dengan mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung
dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia tersebut dapat berbeda dengan asumsi laju inflasi
yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun fiskal.
1. Peran Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort
Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pengendalian moneter,
Bank Indonesia juga mempunyai fungsi lender of the last resort, (Pasal
11) yang memungkinkan Bank Indonesia membantu kesulitan pendanaan
jangka pendek yang dihadapi bank. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia hanya
membantu untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek karena
adanya mismatch yang disebabkan oleh resiko kredit atau resiko
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko manajemen, atau resiko
pasar. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kredit atau
pembiayaan dimaksud, yang pada gilirannya akan dapat mengganggu
efektifitas pengendalian moneter, maka pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibatasi selama-lamanya 90 hari.
Disamping itu, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
tersebut harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas tinggi
dan mudah dicairkan.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
6
Yang dimaksud dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan meliputi surat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkan oleh
Pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi
berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang kompeten dan
sewaktu-waktu dengan mudah dicairkan. Apabila kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah tersebut tidak dapat dilunasi pada saat
jatuh tempo, Bank Indonesia sepenuhnya berhak mencairkan agunan yang
dikuasainya.
2. Kebijakan Nilai Tukar
Pasal 12 UU-BI menetapkan bahwa Bank Indonesia melaksanakan
kebijakan nilai tukar berdasarkan nilai tukar yang ditetapkan. Penetapan
nilai tukar dilakukan oleh Pemerintah dalam bentuk Keputusan Presiden
berdasarkan usul Bank Indonesia. Kewenangan Bank Indonesia dalam
melaksanakan kebijakan nilai tukar ini antara lain dapat berupa :
• dalam sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi
terhadap mata uang asing;
• dalam sistem nilai tukar mengambang berupa intervensi pasar;
• dalam nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan nilai tukar
harian serta lebar pita intervensi.
3. Kewenangan dalam Mengelola Cadangan Devisa
Dalam Pasal 13 UU-BI dirumuskan bahwa Bank Indonesia mengelola
cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa tersebut,
Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat
menerima pinjaman luar negeri. Yang dimaksud dengan cadangan devisa
adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang
tercatat pada sisi aktiva Bank Indonesia yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing, dan tagihan lainnya dalam valutas asing kepada pihak
luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.
Pengelolaan cadangan devisa oleh Bank Indonesia dilakukan melalui
berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan/atau
menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau
berjangka termasuk pemberian pinjaman. Dalam melakukan pengelolaan
cadangan devisa, Bank Indonesia selalu mempertimbangkan 3 (tiga) azas
utama dengan skala prioritas, yaitu likuiditas (liquidity), keamanan
(security) tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang
optimal (profitability).
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
7
Pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah
pinjaman luar negeri atas nama dan menjadi tanggung jawab Bank
Indonesia yang semata-mata digunakan dalam rangka pengelolaan
cadangan devisa untuk memperkuat posisi neraca pembayaran. Pinjaman
dimaksud dapat dipantau oleh DPR melalui hasil pemeriksaan keuangan
oleh BPK.
4. Penyelenggaraan Survei
Untuk melaksanakan kebijakan moneter secara efektif dan efisien,
diperlukan data/informasi ekonomi dan keuangan secara tepat waktu dan
akurat. Untuk memperoleh data/informasi tersebut, Bank Indonesia
dapat menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu yang
dapat bersifat makro atau mikro. Pelaksanaan survei tersebut dapat
dilaksanakan oleh pihak lain berdasarkan penugasan Bank Indonesia.
Dalam penyelenggaraan survei, setiap badan wajib memberikan
keterangan dan data yang diperlukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain
yang ditugaskan. Bank Indonesia atau pihak lain yang ditugaskan untuk
melakukan survei tersebut wajib merahasiakan sumber dan data
individual kecuali yang secara tegas dinyatakan lain dalam undang-undang
(Psl. 14)
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
8
TUGAS MENGATUR DAN MENJAGA KELANCARAN
SISTEM PEMBAYARAN
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI.
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan
dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan
penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Persetujuan terhadap penyelenggaraan jasa sistem pembayaran
dimaksudkan agar penyelenggaraan jasa sistem pembayaran oleh pihak
lain memenuhi persyaratan, khususnya persyaratan keamanan dan
efisiensi.
Kewajiban penyampaian laporan berlaku bagi setiap penyelenggara
jasa sistem pembayaran. Hal ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat
memantau penyelenggaraan sistem pembayaran.
Penetapan alat pembayaran dimaksudkan agar alat pembayaran yang
digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi
pengguna. Termasuk dalam wewenang ini adalah membatasi penggunaan
alat pembayaran tertentu dalam rangka prinsip kehati-hatian.
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan tersebut di atas, Bank
Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa
sistem pembayaran.
1. Pengaturan dan Penyelenggaraan Kliring serta Penyelesaian Akhir
Transaksi
Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam
mata uang rupiah dan/atau valuta asing yang meliputi sistem kliring
domestik dan lintas negara (Psl. 16).
Penyelenggaraan kegiatan kliring antarbank baik dalam rupiah maupun
valuta asing serta penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
9
dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia (Psl. 17 jo Psl. 18).
2. Mengeluarkan dan Mengedarkan Uang
Sesuai dengan amanat UUD 1945, Bank Indonesia merupakan satu-
satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengatur
peredaran uang rupiah (Psl. 20). Termasuk dalam kewenangan ini adalah
mencabut, menarik serta memusnahkan uang serta menetapkan macam,
harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan
penentuan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah
(Psl. 19). Sebagai konsekuensi dari ketentuan tersebut, maka Bank
Indonesia harus menjamin ketersediaan uang di masyarakat dalam jumlah
yang cukup dan dengan kualitas yang memadai.
Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dibebaskan dari bea
meterai (Psl. 21). Bank Indonesia dapat mencabut dan menarik uang
rupiah dari peredaran dengan memberikan penggantian dengan nilai yang
sama (Psl.23). Konsekuensi dari ketentuan ini maka Bank Indonesia harus
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk :
• melakukan penukaran uang dalam pecahan yang sama dan pecahan
lainnya;
• melakukan penukaran uang yang cacat atau dianggap tidak layak untuk
diedarkan;
• menukarkan uang yang rusak sebagian karena terbakar atau sebab lain
dengan nilai yang sama atau lebih kecil dari nilai nominalnya yang
bergantung pada tingkat kerusakannya.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
10
TUGAS MENGATUR DAN MENGAWASI BANK
Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank
Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU-BI. Dalam rangka
melaksanakan tugas ini, Bank Indonesia menetapkan peraturan,
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi
terhadap bank (Psl. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang
menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-
hatian (Psl. 25).
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, Bank Indonesia :
• memberikan dan mencabut izin usaha bank;
• memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank;
• memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank;
• memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
usaha tertentu (Psl. 26).
Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi pengawasan
langsung dan tidak langsung (Psl. 27). Bank Indonesia berwenang
mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan
penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
dimana hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan
anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan (Psl.
28).
Pemeriksaan terhadap bank dilakukan secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan dan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk,
perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila
diperlukan. Bank dan pihak lain tersebut wajib memberikan kepada
pemeriksa :
• keterangan dan data yang diminta;
• kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana
fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya;
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
11
• hal-hal lain yang diperlukan seperti salinan dokumen yang diperlukan
dan lain-lain (Psl. 29).
Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank
Indonesia melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank (Psl. 30)
Bank Indonesia dapat memerintahkan bank untuk menghentikan
sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu
apabila
menurut penilaian Bank Indonesia transaksi tersebut diduga merupakan
tindak pidana di bidang perbankan (Psl. 31). Dalam hal keadaan suatu
bank
menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha
bank yang bersangkutan dan/atau membahayakan sistem perbankan atau
terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional,
Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
undang-undang tentang Perbankan yang berlaku (Psl. 33).
Pengalihan Tugas Pengawasan Bank
Dalam UU-BI ditetapkan bahwa tugas mengawasi bank akan dialihkan
kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang selambat-lambatnya 31 Desember
2002 (Psl. 34). Tugas yang dialihkan kepada lembaga ini tidak termasuk
tugas pengaturan bank serta tugas yang berkaitan dengan perizinan.
Lembaga pengawasan independen ini akan melakukan pengawasan
terhadap semua lembaga jasa keuangan seperti bank, asuransi, dana
pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan serta
badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
12
DEWAN GUBERNUR
Dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur
Senior, dan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak-
banyaknya 7 (tujuh) Deputi Gubernur dengan Gubernur sebagai pemimpin
Dewan Gubernur (Psl 36 jo Psl. 37). Dewan Gubernur mewakili Bank
Indonesia di dalam dan di luar Pengadilan, dimana kewenangan mewakili
tersebut dilaksanakan oleh Gubernur (Psl. 39).
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Sedangkan Deputi Gubernur diusulkan
oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Untuk
dapat diangkat menjadi anggota Dewan Gubernur harus memenuhi syarat
antara lain berkewarganegaraan Indonesia, memiliki akhlak dan moral
yang tinggi, serta memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi,
keuangan, perbankan, atau hukum (Psl. 40).
Anggota Dewan Gubernur diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima)
tahun (Psl. 41). Sebelum memangu jabatannya, anggota Dewan Gubernur
wajib mengucapkan sumpah atau janji di hadapan Ketua Mahkamah Agung
(Psl. 42). Anggota Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya kecuali karena yang bersangkutan mengundurkan diri,
terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, atau berhalangan tetap (Psl.
48)
Sebagai pimpinan Bank Indonesia, Dewan Gubernur berwenang untuk
mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia serta
menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan,
pensiun, dan tunjangan hari tua serta penghasilan lainnya bagi pegawai
Bank Indonesia (Psl. 44). Disamping itu, gaji, penghasilan lainnya, dan
fasilitas Dewan Gubernur ditetapkan oleh Dewan Gubernur (Psl. 51).
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
13
1. Larangan Bagi Anggota Dewan Gubernur
Antara sesama anggota Dewan Gubernur dilarang mempunyai
hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga serta hubungan besan.
Jika setelah pengangkatan terbukti mempunyai hubungan atau terjadi
hubungan keluarga yang dilarang, maka dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sejak terbukti mempunyai atau terjadi hubungan keluarga tersebut, salah
satu diantara mereka harus mengudurkan diri. Apabila salah satu
anggota Dewan Gubernur tersebut tidak bersedia mengundurkan
diri, maka Presiden menetapkan kedua anggota Dewan Gubernur
tersebut untuk berhenti dari jabatannya (Psl. 46).
Anggota Dewan Gubernur baik sendiri maupun bersama-sama dilarang
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung pada perusahaan
mana pun juga, merangkap jabatan pada lembaga lain kecuali karena
kedudukannya wajib memangku jabatan tersebut serta menjadi pengurus
dan/atau anggota partai politik. Dalam hal anggota Dewan Gubernur
melakukan salah satu atau lebih larangan tersebut, maka anggota Dewan
Gubernur tersebut wajib mengundurkan diri dari jabatannya (47).
2. Perlindungan Hukum Bagi Anggota Dewan Gubernur
Anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat Bank Indonesia tidak
dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang
sejalan dengan tugas dan wewenangnya sepanjang dilakukan dengan itikad
baik (Psl. 45).
Pengambilan keputusan dianggap dilakukan dengan itikad baik apabila
:
• dilakukan dengan maksud tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri,
keluarga, kelompoknya sendiri, dan/atau tindakan-tindakan lain yang
berindikasikan korupsi, kolusi dan nepotisme;
• dilakukan berdasarkan analisis yang mendalam dan berdampak positif;
• diikuti dengan rencana tindakan preventif apabila keputusan yang
diambil ternyata tidak tepat;
• dilengkapi dengan sistem pemantauan.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum
atas tanggung jawab pribadi bagi anggota Dewan Gubernur dan/atau
pejabat Bank Indonesia yang dengan itikad baik berdasarkan
kewenangannya telah mengambil keputusan yang sangat sulit tetapi
sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
14
3. Rapat Dewan Gubernur
Rapat Dewan Gubernur, sebagai suatu forum pengambilan keputusan
tertinggi, diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk
menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-
kurangnya sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan moneter atau menetapkan kebijakan lain yang
prinsipil dan strategis seperti kebijakan di bidang pengaturan dan
pemeliharaan sistem
pembayaran serta pengaturan dan pengawasan bank. Rapat Dewan
Gubernur dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh lebih
dari separuh anggota Dewan Gubernur.
Keputusan rapat Dewan Gubernur dilakukan atas dasar musyawarah
untuk mufakat, dimana apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur
menetapkan keputusan akhir. Dalam keadaan darurat dan rapat Dewan
Gubernur tidak dapat dilaksanakan karena kuorum tidak terpenuhi,
Gubernur atau sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota Dewan
Gubernur dapat menetapkan kebijakan dan/atau mengambil keputusan
yang sangat diperlukan karena apabila tidak diambil tindakan tertentu
dapat berdampak negatif baik bagi Bank Indonesia maupun bagi
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Kebijakan dan/atau keputusan ini
wajib dilaporkan selambat-lambatnya dalam Rapat Dewan Gubernur
berikutnya (Psl. 43).
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
15
INDEPENDENSI BANK INDONESIA
1. Yuridis
UU-BI merupakan landasan yuridis bagi independensi Bank Indonesia
dimana dalam UU-BI dimuat berbagai elemen dari independensi Bank
Indonesia. Elemen-elemen independensi tersebut meliputi antara lain
status dan kedudukan, tujuan dan tugas serta manajemen dan personalia
Bank Indonesia.
2. Personalia
Independensi personalia dalam UU-BI ditunjukan dalam hal
pengangkatan anggota Dewan Gubernur oleh Presiden dengan
persetujuan DPR. Persyaratan persetujuan DPR ini penting untuk menjaga
independensi Bank Indonesia dari intervensi Pemerintah melalui
pengangkatan anggota Dewan Gubernur. Pengangkatan oleh Presiden di
sini adalah dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara dan bukan Kepala
Pemerintah.
Disamping itu, anggota Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan
oleh Presiden selama masa jabatannya kecuali mengundurkan diri,
berhalangan tetap atau melakukan tindak pidana kejahatan.
3. Institusi
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
16
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen yang dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya bebas dari campur tangan pemerintah
atau pihak-pihak lainnya. Secara struktural, Bank Indonesia berada di
luar pemerintah sehingga dapat mengeliminir adanya intervensi terhadap
pelaksanaan tugas Bank Indonesia baik yang berasal dari pemerintah
maupun pihak lain.
Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia dapat melakukan
kerja sama dengan bank sentral lainnya, organisasi internasional, dan
lembaga internasional serta dapat menjadi anggota pada lembaga
multilateral, baik atas nama Bank Indonesia maupun mewakili Pemerintah.
4. Tujuan
Dalam UU-BI tujuan Bank Indonesia difokuskan pada menjaga
kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi yang rendah dan
kestabilan nilai tukar. Dalam mencapai tujuan ini, Bank Indonesia
sepenuhnya berwenang untuk menetapkan sasaran moneter
dengan
memperhatikan perkembangan ekonomi baik dalam negeri maupun luar
negeri serta instrumen yang akan digunakan.
5. Tugas
Independensi dalam pelaksanaan tugas tercermin dari larangan bagi
pihak lain untuk melakukan segala bentuk campur tangan terhadap
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia juga wajib menolak
dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun
dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
6. Manajemen
Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang sepenuhnya
berwenang dalam menjalankan organisasi Bank Indonesia dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh UU-BI.
7. Anggaran
Independensi dalam bidang anggaran terlihat dalam ketentuan Pasal 60
yang menyatakan bahwa anggaran Bank Indonesia ditetapkan oleh Dewan
Gubernur. Anggaran harus disampaikan kepada DPR yang dimaksudkan
untuk dapat memantau pengelolaan kewenangan Bank Indonesia dalam
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
17
anggaran serta kepada Pemerintah sebagai bahan informasi berkaitan
dengan surplus atau defisit anggaran Bank Indonesia.
8. Transparansi
Sebagai konsekuensi dari independensi yang dimilikinya, maka dalam
pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dituntut untuk lebih transparan dan
bertanggung jawab. Transparansi dan akuntabilitas ini diwujudkan dalam
pertanggungjawaban kepada publik dimana Bank Indonesia wajib
menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka. Bank
Indonesia juga wajib mengumumkan laporan keuangan tahunan kepada
publik melalui media massa.
AKUNTABILITAS
Dalam UU-BI dianut pertanggungjawaban publik, dimana pada setiap
awal tahun anggaran Bank Indonesia wajib menyampaikan informasi
kepada masyarakat secara terbuka melalui media masa mengenai evaluasi
pelaksanaan kebijakan moneter tahun sebelumnya dan rencana kebijakan
moneter tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan
kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Disamping itu, setiap 3 (tiga) bulan Bank Indonesia wajib
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenangnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila diperlukan, Dewan Perwakilan
Rakyat dapat meminta Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan
mengenai pelaksanaan tugas dan wewenangnya (Psl. 58).
Anggaran tahunan Bank Indonesia harus disampaikan kepada DPR (Psl.
60). Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan
kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan keuangan tahunan Bank
Indonesia diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yang hasilnya
disampaikan kepada DPR. Bank Indonesia juga diwajibkan untuk
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
18
mengumumkan laporan keuangan tahunan kepada publik melalui media
massa (Psl. 61).
HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH
Tidak berbeda dengan UU Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral, berdasarkan UU-BI Bank Indonesia juga bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah (Psl. 52). Disamping itu, atas permintaan
Pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah dapat
menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan
tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri
(Psl. 53).
Pemerintah wajib meminta pendapat dan/atau mengundang Bank
Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas mengenai masalah
ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank
Indonesia. Bank Indonesia juga dapat memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada Pemerintah mengenai Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang berkaitan
dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia (Psl. 54).
Pemerintah juga wajib berkonsultasi dengan Bank Indonesia apabila
akan menerbitkan surat utang negara. Bank Indonesia dapat membantu
penerbitan surat utang negara, terutama informasi mengenai pasar dan
waktu penerbitan surat utang tersebut. Bank Indonesia dilarang membeli
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
19
untuk diri sendiri surat utang negara tersebut di pasar primer dan hanya
dapat membeli di pasar sekunder yang semata-mata hanya untuk tujuan
pelaksanaan kebijakan moneter (Psl. 55).
Salah satu perubahan yang penting dalam UU-BI adalah larangan
pemberian kredit kepada Pemerintah. Selama ini pemberian kredit
kepada Pemerintah ditujukan untuk memperkuat kas negara dalam
mengatasi defisit spending. Dalam UU-BI secara tegas dinyatakan bahwa
Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah karena
dianggap dapat mengganggu keutuhan konsep independensi Bank
Indonesia (Psl. 56).
Walaupun Bank Indonesia merupakan lembaga yang independen, namun
koordinasi dengan Pemerintah yang bersifat konsultatif tetap diperlukan.
Pemerintah yang diwakili seorang Menteri atau lebih dapat menghadiri
Rapat Dewan Gubernur dengan hak bicara tanpa hak suara (Psl. 43 ayat
(1)
Hubungan dengan Pemerintah juga nampak dalam pembagian surplus
dari hasil kegiatan Bank Indonesia. Sisa surplus Bank Indonesia setelah
dikurangi 30% untuk cadangan tujuan dan 10% untuk cadangan umum
diserahkan kepada Pemerintah dengan ketentuan terlebih dahulu
harus
digunakan untuk membayar kewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia
(Psl. 62).
KETENTUAN HUKUM
1. Produk Hukum
Salah satu yang menonjol dalam UU-BI adalah ketentuan
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur
dan mengikat publik serta Peraturan Dewan Gubernur yang mengatur dan
mengikat ke dalam Bank Indonesia. Penetapan Peraturan Bank Indonesia
dan Peraturan Dewan Gubernur merupakan bentuk independensi dalam
pembuatan peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank
Indonesia. Dengan demikian maka dapat dieliminir intervensi dari
Pemerintah atau pihak lain melalui peraturan perundang-undangan.
2. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif
Ketentuan Pidana dan sanksi administratif diatur dalam mulai Pasal 65
sampai dengan Pasal 72. Tindakan atau perbuatan yang diancam dengan
pidana dalam UU-BI meliputi pelanggaran terhadap kewajiban penggunaan
uang rupiah di wilayah RI, pelanggaran terhadap kewajiban untuk tidak
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
20
menolak penggunaan uang rupiah, pelanggaran atas larangan campur
tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia, pelanggaran
kewajiban untuk menolak campur tangan, pelanggaran atas kewajiban
memberikan keterangan dan data yang diperlukan, pelanggaran atas
larangan membeli surat berharga di pasar primer, serta pelanggaran atas
rahasia jabatan.
Pelanggaran terhadap ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah
sebagai alat pembayaran di wilayah RI diancam dengan pidana kurungan
sekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 3 bulan serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 2 juta dan paling banyak Rp. 6 juta (Psl. 65).
Setiap orang atau badan yang menolak rupiah sebagai alat pembayaran di
wilayah RI diancam pidana penjara sekurang-kurangnya 1 tahun dan paling
lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 1 miliar dan paling
banyak Rp. 3 miliar (Psl. 66).
Pelanggaran terhadap larangan untuk melakukan campur tangan
terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia diancam pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 5 tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 2 miliar dan paling banyak Rp. 5 miliar (Psl. 67).
Anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat Bank Indonesia yang tidak
menolak adanya campur tangan pihak lain diancam dengan pidana penjara
2
tahun dan paling lama 5 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.2
miliar dan paling banyak Rp. 5 miliar (Psl. 68).
Badan yang tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan keterangan
dan/atau data yang diperlukan dalam kegiatan survei diancam pidana
denda paling banyak Rp. 50 juta (Psl. 69).
Pelanggaran terhadap larangan pembelian surat utang negara di
pasar primer diancam dengan pidana penjara penjara 1 tahun dan paling
lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 6 miliar dan paling
banyak Rp. 15 miliar (Psl. 70).
Pelanggaran rahasia jabatan yang dilakukan oleh anggota Dewan
Gubernur, pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang melakukan
pekerjaan tertentu dari Bank Indonesia diancam pidana penjara 1 tahun
dan paling lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 1 miliar dan
paling banyak Rp. 3 miliar. Apabila pelanggaran tersebut dilakukan oleh
badan, diancam pidana denda sekurang-kurangnya Rp. 3 miliar dan paling
banyak Rp. 6 miliar (Psl. 71).
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
21
Disamping ketentuan pidana, Dewan Gubernur dapat menetapkan
sanksi administratif kepada pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang
tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan UU-BI. Bentuk sanksi
administratif tersebut dapat berupa denda, teguran tertulis, pencabutan
atau pembatalan izin usaha serta sanksi disiplin pegawai (Psl. 72).
LAIN-LAIN
1. Pengalihan Kredit Program
Sesuai dengan konsep yang dianut dalam UU-BI dimana suatu bank
sentral yang independen harus mempunyai tugas yang fokus yaitu
memelihara kestabilan nilai rupiah, maka tugas pengadaan kredit program
yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia akan dialihkan kepada
BUMN yang ditunjuk Pemerintah dalam jangka waktu 6 bulan sejak
berlakunya UU-BI. BUMN tersebut mengelola hasil angsuran dan/atau
pelunasan pokok dan bunga kredit likuiditas sampai dengan berakhirnya
jangka waktu kredit likuiditas tersebut. Subsidi bunga kredit likuiditas
yang selama ini menjadi beban Bank Indonesia menjadi beban Pemerintah
(Psl. 74).
2. Pembatasan Penyertaan Modal
Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia
22
Sejalan dengan penetapan single objective Bank Indonesia serta agar
dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia lebih menfokuskan pada
tujuan yang harus dicapai, dalam UU-BI ditetapkan mengenai pembatasan
penyertaan modal hanya pada badan hukum atau badan lainnya yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia seperti
lembaga kliring, badan pemeringkat dan lembaga penjamin simpanan.
Kegiatan penyertaan modal pada badan hukum atau badan lainnya ini
harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Dana yang
digunakan untuk penyertaan ini hanya dapat diambil dari cadangan tujuan
(Psl. 64).
3. Ketentuan Divestasi
Dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak UU-BI berlaku, Bank
Indonesia wajib melepaskan seluruh penyertaannya pada badan hukum
atau badan lainnya yang tidak memenuhi persyaratan “sangat diperlukan
dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia” (Psl. 77).

More Related Content

What's hot

Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)rahma wati
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentralVero Nika
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesiaNisa Ell
 
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )Nevi Syafitri
 
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan keduaMateri pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan keduaChairul Pane
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Nur Muhamad Fikri
 
2 dasar yurudis perbankan syariah
2 dasar yurudis perbankan syariah2 dasar yurudis perbankan syariah
2 dasar yurudis perbankan syariahAbdul Razak
 
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)VivianaArsew
 
jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan RAHMATWAHYUDI2020
 
Penjelasan
PenjelasanPenjelasan
Penjelasankpwbi
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkRisa Martia
 

What's hot (20)

Bank Sentral
Bank SentralBank Sentral
Bank Sentral
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Bank indonesia
Bank indonesiaBank indonesia
Bank indonesia
 
Materi -bank-sentral
Materi -bank-sentralMateri -bank-sentral
Materi -bank-sentral
 
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
 
Kelembagaan bank indonesia
Kelembagaan bank indonesiaKelembagaan bank indonesia
Kelembagaan bank indonesia
 
Modul 4 KB 3
Modul 4 KB 3Modul 4 KB 3
Modul 4 KB 3
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesia
 
BANK INDONESIA
BANK INDONESIABANK INDONESIA
BANK INDONESIA
 
Kelembagaan bi
Kelembagaan biKelembagaan bi
Kelembagaan bi
 
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )
BANK SENTRAL ( BANK INDONESIA )
 
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan keduaMateri pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)
 
2 dasar yurudis perbankan syariah
2 dasar yurudis perbankan syariah2 dasar yurudis perbankan syariah
2 dasar yurudis perbankan syariah
 
Konsep kebanksentralan
Konsep kebanksentralanKonsep kebanksentralan
Konsep kebanksentralan
 
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)
Presentasi bi, ojk dan kebijakan moneter (nur ain, septi, viviana)
 
jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan
 
Penjelasan
PenjelasanPenjelasan
Penjelasan
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojk
 

Similar to Ikhtisar 2

Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesiaAmalia Dekata
 
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptx
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptxResume BI OJK LPS Agee FM.pptx
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptxageefonzi1
 
BANK INDONESIA
BANK INDONESIABANK INDONESIA
BANK INDONESIAKonigahu
 
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankan
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankanPengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankan
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankancekkembali dotcom
 
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1Alvin Setiawan
 
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...Sulthan Isa
 
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaBank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaImam Pamungkas
 
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas Moneter
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas MoneterOtoritas Jasa Keuangan & Otoritas Moneter
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas MoneterAnnisa Wasistiana
 
Bank sentral ekonimi
Bank sentral ekonimi Bank sentral ekonimi
Bank sentral ekonimi -
 
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxbanksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxBangkitRioPasaribuSE
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranDolores Silvia
 
Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Bank Indonesia Sebagai Bank SentralBank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Bank Indonesia Sebagai Bank SentralYuli Eko
 

Similar to Ikhtisar 2 (20)

Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesia
 
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptx
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptxResume BI OJK LPS Agee FM.pptx
Resume BI OJK LPS Agee FM.pptx
 
BANK INDONESIA
BANK INDONESIABANK INDONESIA
BANK INDONESIA
 
BANK INDONESIA
BANK INDONESIABANK INDONESIA
BANK INDONESIA
 
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankan
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankanPengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankan
Pengertian bank lengkap dari jenis dan fungsinya hingga undang undang perbankan
 
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
 
Pengertian Perbankan
Pengertian PerbankanPengertian Perbankan
Pengertian Perbankan
 
Bank Sentral.docx
Bank Sentral.docxBank Sentral.docx
Bank Sentral.docx
 
Bank indonesia
Bank indonesiaBank indonesia
Bank indonesia
 
Ppt bi
Ppt biPpt bi
Ppt bi
 
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...
Prinsip, Fungsi, Jenis, dan Produk, serta Prinsip Kegiatan Usaha Lembaga Keua...
 
Uu 24 2004 Pjls
Uu 24 2004 PjlsUu 24 2004 Pjls
Uu 24 2004 Pjls
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnyaBank dan lembaga keuangan lainnya
Bank dan lembaga keuangan lainnya
 
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas Moneter
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas MoneterOtoritas Jasa Keuangan & Otoritas Moneter
Otoritas Jasa Keuangan & Otoritas Moneter
 
Bank sentral ekonimi
Bank sentral ekonimi Bank sentral ekonimi
Bank sentral ekonimi
 
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxbanksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
 
Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Bank Indonesia Sebagai Bank SentralBank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
 

More from kpwbi

Cikur
CikurCikur
Cikurkpwbi
 
Uu mata ung
Uu mata ungUu mata ung
Uu mata ungkpwbi
 
Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953kpwbi
 
Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958kpwbi
 
Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968kpwbi
 
Uu bi 23 th 99
Uu bi 23 th 99Uu bi 23 th 99
Uu bi 23 th 99kpwbi
 
Uu bi no0304
Uu bi no0304Uu bi no0304
Uu bi no0304kpwbi
 
Perpu 2 tahun_2008
Perpu 2 tahun_2008Perpu 2 tahun_2008
Perpu 2 tahun_2008kpwbi
 
Uu 6 tahun_2009
Uu 6 tahun_2009Uu 6 tahun_2009
Uu 6 tahun_2009kpwbi
 
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaranDaftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredarankpwbi
 
Uu bi 1098
Uu bi 1098Uu bi 1098
Uu bi 1098kpwbi
 
Uu 25 2003_tppu_konsolidasi
Uu 25 2003_tppu_konsolidasiUu 25 2003_tppu_konsolidasi
Uu 25 2003_tppu_konsolidasikpwbi
 
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian RupiahSosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiahkpwbi
 

More from kpwbi (13)

Cikur
CikurCikur
Cikur
 
Uu mata ung
Uu mata ungUu mata ung
Uu mata ung
 
Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953
 
Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958Nomor84 tahun1958
Nomor84 tahun1958
 
Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968
 
Uu bi 23 th 99
Uu bi 23 th 99Uu bi 23 th 99
Uu bi 23 th 99
 
Uu bi no0304
Uu bi no0304Uu bi no0304
Uu bi no0304
 
Perpu 2 tahun_2008
Perpu 2 tahun_2008Perpu 2 tahun_2008
Perpu 2 tahun_2008
 
Uu 6 tahun_2009
Uu 6 tahun_2009Uu 6 tahun_2009
Uu 6 tahun_2009
 
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaranDaftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
Daftar uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
 
Uu bi 1098
Uu bi 1098Uu bi 1098
Uu bi 1098
 
Uu 25 2003_tppu_konsolidasi
Uu 25 2003_tppu_konsolidasiUu 25 2003_tppu_konsolidasi
Uu 25 2003_tppu_konsolidasi
 
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian RupiahSosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah
Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Ikhtisar 2

  • 1. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 1 PENDAHULUAN Keberadaan bank sentral yang independen di Indonesia merupakan suatu prasyarat untuk dapat dilakukannya pengendalian moneter yang efektif dan efisien. Keinginan tersebut dapat dilihat dari dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1998 tentang Pemberian Wewenang Kebijakan Moneter Kepada Bank Indonesia serta Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kepanitiaan untuk Menyusun Rancangan Undang-undang tentang Kemandirian Bank Sentral. Keberadaan Undang-undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral dirasakan telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tersebut ternyata belum cukup untuk menjamin terselenggaranya Bank Indonesia yang independen. Penempatan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Pemerintah serta ketidakjelasan tujuan dari Bank Indonesia menyebabkan peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya menyebabkan tanggung jawab atas suatu kebijakan yang diambil juga tidak jelas. Disamping itu, penempatan kedudukan tersebut membuka peluang adanya intervensi dari pihak luar sehingga dapat menyebabkan kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia menjadi kurang efektif. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dirasakan perlu adanya suatu Undang-undang tentang Bank Sentral yang dapat memberikan landasan hukum yang kuat bagi terselenggaranya tugas-tugas bank sentral secara efektif. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diundangkan pada tanggal 17 Mei 1999 diharapkan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi terselenggaranya bank sentral yang efektif. Dalam Undang-undang tersebut terdapat beberapa perubahan yang fundamental antara lain ditetapkannya tujuan tunggal Bank Indonesia, independensi Bank Indonesia baik dari segi kelembagaan, fungsi, manajemen, personalia pimpinan maupun anggaran.
  • 2. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 2 STATUS BANK INDONESIA 1. Lembaga Negara Yang Independen Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (UU-BI) dirumuskan bahwa Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini (Psl 4). Sebagai lembaga independen, Bank Indonesia memiliki otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya. Disamping itu, untuk lebih menjamin independensi tersebut maka kedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah. Pencantuman status independen dalam undang-undang ini diperlukan untuk memberikan dasar hukum yang kuat, menjamin kepastian hukum dan konsistensi status kelembagaan Bank Indonesia. Berkaitan dengan status sebagai lembaga independen ini, pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya (Psl. 9). 2. Bank Indonesia sebagai Badan Hukum Pasal 4 ayat (3) merupakan dasar hukum Bank Indonesia sebagai Badan Hukum dimana disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan Undang-undang ini. Pengertian badan hukum disini meliputi badan hukum publik dan badan hukum perdata. Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam dan di luar pengadilan. Penegasan Bank Indonesia sebagai badan hukum ini diperlukan agar terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
  • 3. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 3 3. Kedudukan Bank Indonesia dalam Struktur Ketatanegaraan RI Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai kedudukan yang khusus dalam struktur ketatanegaraan RI. Sebagai lembaga negara, kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan DPR, DPR, MA, BPK, atau Presiden yang merupakan Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan departemen karena kedudukan Bank Indonesia berada di luar Pemerintah. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK, serta Pemerintah. 4. Esensi dan Implikasi dari Status dan Kedudukan Bank Indonesia Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat lebih efektif . Implikasinya Bank Indonesia harus lebih transparan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar.
  • 4. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 4 TUJUAN DAN TUGAS 1. Tujuan Bank Indonesia Berbeda dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang tidak merumuskan secara tegas mengenai tujuan Bank Indonesia, dalam UU-BI secara tegas dinyatakan dalam Pasal 7 bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang merupakan single objective Bank Indonesia. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan Bank Indonesia dalam bentuk single objective ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai dan batasan tanggung jawab yang harus dipikul oleh Bank Indonesia. Hal ini berbeda dengan tujuan Bank Indonesia dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang dirumuskan secara umum yaitu “meningkatkan taraf hidup rakyat”. Ketidaktegasan perumusan tersebut menimbulkan implikasi antara lain peran Bank Indonesia sebagai otoritas tidak jelas dan tidak terfokus bahkan timbul conflicting karena antara tugas menjaga kestabilan nilai rupiah dengan tugas mendorong pertumbuhan seringkali tidak dapat berjalan seiring. Disamping itu, ketidakjelasan tujuan juga menjadikan tanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil tidak jelas. 2. Tugas Bank Indonesia Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan 3 (tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.
  • 5. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 5 TUGAS MENETAPKAN DAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN MONETER Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Pasal 10 UU-BI menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain : • operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing; • penetapan tingkat diskonto; • penetapan cadangan wajib minimum; • pengaturan kredit atau pembiayaan. Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga berdasarkan prinsip syariah. Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar tahun kalender dengan memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi makro. Penetapan sasaran laju inflasi tersebut terutama dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat berbeda dengan asumsi laju inflasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun fiskal. 1. Peran Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indonesia juga mempunyai fungsi lender of the last resort, (Pasal 11) yang memungkinkan Bank Indonesia membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia hanya membantu untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek karena adanya mismatch yang disebabkan oleh resiko kredit atau resiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko manajemen, atau resiko pasar. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kredit atau pembiayaan dimaksud, yang pada gilirannya akan dapat mengganggu efektifitas pengendalian moneter, maka pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibatasi selama-lamanya 90 hari. Disamping itu, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan.
  • 6. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 6 Yang dimaksud dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan meliputi surat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkan oleh Pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang kompeten dan sewaktu-waktu dengan mudah dicairkan. Apabila kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut tidak dapat dilunasi pada saat jatuh tempo, Bank Indonesia sepenuhnya berhak mencairkan agunan yang dikuasainya. 2. Kebijakan Nilai Tukar Pasal 12 UU-BI menetapkan bahwa Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan nilai tukar yang ditetapkan. Penetapan nilai tukar dilakukan oleh Pemerintah dalam bentuk Keputusan Presiden berdasarkan usul Bank Indonesia. Kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan nilai tukar ini antara lain dapat berupa : • dalam sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi terhadap mata uang asing; • dalam sistem nilai tukar mengambang berupa intervensi pasar; • dalam nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan nilai tukar harian serta lebar pita intervensi. 3. Kewenangan dalam Mengelola Cadangan Devisa Dalam Pasal 13 UU-BI dirumuskan bahwa Bank Indonesia mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat menerima pinjaman luar negeri. Yang dimaksud dengan cadangan devisa adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva Bank Indonesia yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan lainnya dalam valutas asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri. Pengelolaan cadangan devisa oleh Bank Indonesia dilakukan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan/atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Dalam melakukan pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia selalu mempertimbangkan 3 (tiga) azas utama dengan skala prioritas, yaitu likuiditas (liquidity), keamanan (security) tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal (profitability).
  • 7. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 7 Pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah pinjaman luar negeri atas nama dan menjadi tanggung jawab Bank Indonesia yang semata-mata digunakan dalam rangka pengelolaan cadangan devisa untuk memperkuat posisi neraca pembayaran. Pinjaman dimaksud dapat dipantau oleh DPR melalui hasil pemeriksaan keuangan oleh BPK. 4. Penyelenggaraan Survei Untuk melaksanakan kebijakan moneter secara efektif dan efisien, diperlukan data/informasi ekonomi dan keuangan secara tepat waktu dan akurat. Untuk memperoleh data/informasi tersebut, Bank Indonesia dapat menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu yang dapat bersifat makro atau mikro. Pelaksanaan survei tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak lain berdasarkan penugasan Bank Indonesia. Dalam penyelenggaraan survei, setiap badan wajib memberikan keterangan dan data yang diperlukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditugaskan. Bank Indonesia atau pihak lain yang ditugaskan untuk melakukan survei tersebut wajib merahasiakan sumber dan data individual kecuali yang secara tegas dinyatakan lain dalam undang-undang (Psl. 14)
  • 8. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 8 TUGAS MENGATUR DAN MENJAGA KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat pembayaran. Persetujuan terhadap penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dimaksudkan agar penyelenggaraan jasa sistem pembayaran oleh pihak lain memenuhi persyaratan, khususnya persyaratan keamanan dan efisiensi. Kewajiban penyampaian laporan berlaku bagi setiap penyelenggara jasa sistem pembayaran. Hal ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat memantau penyelenggaraan sistem pembayaran. Penetapan alat pembayaran dimaksudkan agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi pengguna. Termasuk dalam wewenang ini adalah membatasi penggunaan alat pembayaran tertentu dalam rangka prinsip kehati-hatian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan tersebut di atas, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran. 1. Pengaturan dan Penyelenggaraan Kliring serta Penyelesaian Akhir Transaksi Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing yang meliputi sistem kliring domestik dan lintas negara (Psl. 16). Penyelenggaraan kegiatan kliring antarbank baik dalam rupiah maupun valuta asing serta penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
  • 9. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 9 dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang mendapat persetujuan dari Bank Indonesia (Psl. 17 jo Psl. 18). 2. Mengeluarkan dan Mengedarkan Uang Sesuai dengan amanat UUD 1945, Bank Indonesia merupakan satu- satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengatur peredaran uang rupiah (Psl. 20). Termasuk dalam kewenangan ini adalah mencabut, menarik serta memusnahkan uang serta menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan penentuan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah (Psl. 19). Sebagai konsekuensi dari ketentuan tersebut, maka Bank Indonesia harus menjamin ketersediaan uang di masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang memadai. Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai (Psl. 21). Bank Indonesia dapat mencabut dan menarik uang rupiah dari peredaran dengan memberikan penggantian dengan nilai yang sama (Psl.23). Konsekuensi dari ketentuan ini maka Bank Indonesia harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk : • melakukan penukaran uang dalam pecahan yang sama dan pecahan lainnya; • melakukan penukaran uang yang cacat atau dianggap tidak layak untuk diedarkan; • menukarkan uang yang rusak sebagian karena terbakar atau sebab lain dengan nilai yang sama atau lebih kecil dari nilai nominalnya yang bergantung pada tingkat kerusakannya.
  • 10. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 10 TUGAS MENGATUR DAN MENGAWASI BANK Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU-BI. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi terhadap bank (Psl. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati- hatian (Psl. 25). Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, Bank Indonesia : • memberikan dan mencabut izin usaha bank; • memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank; • memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank; • memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu (Psl. 26). Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi pengawasan langsung dan tidak langsung (Psl. 27). Bank Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dimana hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan (Psl. 28). Pemeriksaan terhadap bank dilakukan secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan dan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan. Bank dan pihak lain tersebut wajib memberikan kepada pemeriksa : • keterangan dan data yang diminta; • kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya;
  • 11. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 11 • hal-hal lain yang diperlukan seperti salinan dokumen yang diperlukan dan lain-lain (Psl. 29). Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank (Psl. 30) Bank Indonesia dapat memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia transaksi tersebut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan (Psl. 31). Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/atau membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Perbankan yang berlaku (Psl. 33). Pengalihan Tugas Pengawasan Bank Dalam UU-BI ditetapkan bahwa tugas mengawasi bank akan dialihkan kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang selambat-lambatnya 31 Desember 2002 (Psl. 34). Tugas yang dialihkan kepada lembaga ini tidak termasuk tugas pengaturan bank serta tugas yang berkaitan dengan perizinan. Lembaga pengawasan independen ini akan melakukan pengawasan terhadap semua lembaga jasa keuangan seperti bank, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
  • 12. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 12 DEWAN GUBERNUR Dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak- banyaknya 7 (tujuh) Deputi Gubernur dengan Gubernur sebagai pemimpin Dewan Gubernur (Psl 36 jo Psl. 37). Dewan Gubernur mewakili Bank Indonesia di dalam dan di luar Pengadilan, dimana kewenangan mewakili tersebut dilaksanakan oleh Gubernur (Psl. 39). Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sedangkan Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Gubernur harus memenuhi syarat antara lain berkewarganegaraan Indonesia, memiliki akhlak dan moral yang tinggi, serta memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi, keuangan, perbankan, atau hukum (Psl. 40). Anggota Dewan Gubernur diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun (Psl. 41). Sebelum memangu jabatannya, anggota Dewan Gubernur wajib mengucapkan sumpah atau janji di hadapan Ketua Mahkamah Agung (Psl. 42). Anggota Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan dalam masa jabatannya kecuali karena yang bersangkutan mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, atau berhalangan tetap (Psl. 48) Sebagai pimpinan Bank Indonesia, Dewan Gubernur berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia serta menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan, pensiun, dan tunjangan hari tua serta penghasilan lainnya bagi pegawai Bank Indonesia (Psl. 44). Disamping itu, gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas Dewan Gubernur ditetapkan oleh Dewan Gubernur (Psl. 51).
  • 13. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 13 1. Larangan Bagi Anggota Dewan Gubernur Antara sesama anggota Dewan Gubernur dilarang mempunyai hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga serta hubungan besan. Jika setelah pengangkatan terbukti mempunyai hubungan atau terjadi hubungan keluarga yang dilarang, maka dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak terbukti mempunyai atau terjadi hubungan keluarga tersebut, salah satu diantara mereka harus mengudurkan diri. Apabila salah satu anggota Dewan Gubernur tersebut tidak bersedia mengundurkan diri, maka Presiden menetapkan kedua anggota Dewan Gubernur tersebut untuk berhenti dari jabatannya (Psl. 46). Anggota Dewan Gubernur baik sendiri maupun bersama-sama dilarang mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung pada perusahaan mana pun juga, merangkap jabatan pada lembaga lain kecuali karena kedudukannya wajib memangku jabatan tersebut serta menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik. Dalam hal anggota Dewan Gubernur melakukan salah satu atau lebih larangan tersebut, maka anggota Dewan Gubernur tersebut wajib mengundurkan diri dari jabatannya (47). 2. Perlindungan Hukum Bagi Anggota Dewan Gubernur Anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat Bank Indonesia tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas dan wewenangnya sepanjang dilakukan dengan itikad baik (Psl. 45). Pengambilan keputusan dianggap dilakukan dengan itikad baik apabila : • dilakukan dengan maksud tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, keluarga, kelompoknya sendiri, dan/atau tindakan-tindakan lain yang berindikasikan korupsi, kolusi dan nepotisme; • dilakukan berdasarkan analisis yang mendalam dan berdampak positif; • diikuti dengan rencana tindakan preventif apabila keputusan yang diambil ternyata tidak tepat; • dilengkapi dengan sistem pemantauan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum atas tanggung jawab pribadi bagi anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat Bank Indonesia yang dengan itikad baik berdasarkan kewenangannya telah mengambil keputusan yang sangat sulit tetapi sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
  • 14. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 14 3. Rapat Dewan Gubernur Rapat Dewan Gubernur, sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang- kurangnya sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan moneter atau menetapkan kebijakan lain yang prinsipil dan strategis seperti kebijakan di bidang pengaturan dan pemeliharaan sistem pembayaran serta pengaturan dan pengawasan bank. Rapat Dewan Gubernur dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh lebih dari separuh anggota Dewan Gubernur. Keputusan rapat Dewan Gubernur dilakukan atas dasar musyawarah untuk mufakat, dimana apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan akhir. Dalam keadaan darurat dan rapat Dewan Gubernur tidak dapat dilaksanakan karena kuorum tidak terpenuhi, Gubernur atau sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota Dewan Gubernur dapat menetapkan kebijakan dan/atau mengambil keputusan yang sangat diperlukan karena apabila tidak diambil tindakan tertentu dapat berdampak negatif baik bagi Bank Indonesia maupun bagi pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Kebijakan dan/atau keputusan ini wajib dilaporkan selambat-lambatnya dalam Rapat Dewan Gubernur berikutnya (Psl. 43).
  • 15. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 15 INDEPENDENSI BANK INDONESIA 1. Yuridis UU-BI merupakan landasan yuridis bagi independensi Bank Indonesia dimana dalam UU-BI dimuat berbagai elemen dari independensi Bank Indonesia. Elemen-elemen independensi tersebut meliputi antara lain status dan kedudukan, tujuan dan tugas serta manajemen dan personalia Bank Indonesia. 2. Personalia Independensi personalia dalam UU-BI ditunjukan dalam hal pengangkatan anggota Dewan Gubernur oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Persyaratan persetujuan DPR ini penting untuk menjaga independensi Bank Indonesia dari intervensi Pemerintah melalui pengangkatan anggota Dewan Gubernur. Pengangkatan oleh Presiden di sini adalah dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara dan bukan Kepala Pemerintah. Disamping itu, anggota Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan oleh Presiden selama masa jabatannya kecuali mengundurkan diri, berhalangan tetap atau melakukan tindak pidana kejahatan. 3. Institusi
  • 16. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 16 Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen yang dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak-pihak lainnya. Secara struktural, Bank Indonesia berada di luar pemerintah sehingga dapat mengeliminir adanya intervensi terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak lain. Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral lainnya, organisasi internasional, dan lembaga internasional serta dapat menjadi anggota pada lembaga multilateral, baik atas nama Bank Indonesia maupun mewakili Pemerintah. 4. Tujuan Dalam UU-BI tujuan Bank Indonesia difokuskan pada menjaga kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi yang rendah dan kestabilan nilai tukar. Dalam mencapai tujuan ini, Bank Indonesia sepenuhnya berwenang untuk menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan perkembangan ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri serta instrumen yang akan digunakan. 5. Tugas Independensi dalam pelaksanaan tugas tercermin dari larangan bagi pihak lain untuk melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia juga wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 6. Manajemen Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang sepenuhnya berwenang dalam menjalankan organisasi Bank Indonesia dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh UU-BI. 7. Anggaran Independensi dalam bidang anggaran terlihat dalam ketentuan Pasal 60 yang menyatakan bahwa anggaran Bank Indonesia ditetapkan oleh Dewan Gubernur. Anggaran harus disampaikan kepada DPR yang dimaksudkan untuk dapat memantau pengelolaan kewenangan Bank Indonesia dalam
  • 17. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 17 anggaran serta kepada Pemerintah sebagai bahan informasi berkaitan dengan surplus atau defisit anggaran Bank Indonesia. 8. Transparansi Sebagai konsekuensi dari independensi yang dimilikinya, maka dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dituntut untuk lebih transparan dan bertanggung jawab. Transparansi dan akuntabilitas ini diwujudkan dalam pertanggungjawaban kepada publik dimana Bank Indonesia wajib menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka. Bank Indonesia juga wajib mengumumkan laporan keuangan tahunan kepada publik melalui media massa. AKUNTABILITAS Dalam UU-BI dianut pertanggungjawaban publik, dimana pada setiap awal tahun anggaran Bank Indonesia wajib menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka melalui media masa mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter tahun sebelumnya dan rencana kebijakan moneter tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Disamping itu, setiap 3 (tiga) bulan Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila diperlukan, Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenangnya (Psl. 58). Anggaran tahunan Bank Indonesia harus disampaikan kepada DPR (Psl. 60). Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan keuangan tahunan Bank Indonesia diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yang hasilnya disampaikan kepada DPR. Bank Indonesia juga diwajibkan untuk
  • 18. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 18 mengumumkan laporan keuangan tahunan kepada publik melalui media massa (Psl. 61). HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH Tidak berbeda dengan UU Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, berdasarkan UU-BI Bank Indonesia juga bertindak sebagai pemegang kas pemerintah (Psl. 52). Disamping itu, atas permintaan Pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri (Psl. 53). Pemerintah wajib meminta pendapat dan/atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas mengenai masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia juga dapat memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia (Psl. 54). Pemerintah juga wajib berkonsultasi dengan Bank Indonesia apabila akan menerbitkan surat utang negara. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat utang negara, terutama informasi mengenai pasar dan waktu penerbitan surat utang tersebut. Bank Indonesia dilarang membeli
  • 19. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 19 untuk diri sendiri surat utang negara tersebut di pasar primer dan hanya dapat membeli di pasar sekunder yang semata-mata hanya untuk tujuan pelaksanaan kebijakan moneter (Psl. 55). Salah satu perubahan yang penting dalam UU-BI adalah larangan pemberian kredit kepada Pemerintah. Selama ini pemberian kredit kepada Pemerintah ditujukan untuk memperkuat kas negara dalam mengatasi defisit spending. Dalam UU-BI secara tegas dinyatakan bahwa Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah karena dianggap dapat mengganggu keutuhan konsep independensi Bank Indonesia (Psl. 56). Walaupun Bank Indonesia merupakan lembaga yang independen, namun koordinasi dengan Pemerintah yang bersifat konsultatif tetap diperlukan. Pemerintah yang diwakili seorang Menteri atau lebih dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur dengan hak bicara tanpa hak suara (Psl. 43 ayat (1) Hubungan dengan Pemerintah juga nampak dalam pembagian surplus dari hasil kegiatan Bank Indonesia. Sisa surplus Bank Indonesia setelah dikurangi 30% untuk cadangan tujuan dan 10% untuk cadangan umum diserahkan kepada Pemerintah dengan ketentuan terlebih dahulu harus digunakan untuk membayar kewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia (Psl. 62). KETENTUAN HUKUM 1. Produk Hukum Salah satu yang menonjol dalam UU-BI adalah ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur dan mengikat publik serta Peraturan Dewan Gubernur yang mengatur dan mengikat ke dalam Bank Indonesia. Penetapan Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Dewan Gubernur merupakan bentuk independensi dalam pembuatan peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dengan demikian maka dapat dieliminir intervensi dari Pemerintah atau pihak lain melalui peraturan perundang-undangan. 2. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif Ketentuan Pidana dan sanksi administratif diatur dalam mulai Pasal 65 sampai dengan Pasal 72. Tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana dalam UU-BI meliputi pelanggaran terhadap kewajiban penggunaan uang rupiah di wilayah RI, pelanggaran terhadap kewajiban untuk tidak
  • 20. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 20 menolak penggunaan uang rupiah, pelanggaran atas larangan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia, pelanggaran kewajiban untuk menolak campur tangan, pelanggaran atas kewajiban memberikan keterangan dan data yang diperlukan, pelanggaran atas larangan membeli surat berharga di pasar primer, serta pelanggaran atas rahasia jabatan. Pelanggaran terhadap ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah RI diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 3 bulan serta denda sekurang-kurangnya Rp. 2 juta dan paling banyak Rp. 6 juta (Psl. 65). Setiap orang atau badan yang menolak rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah RI diancam pidana penjara sekurang-kurangnya 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 1 miliar dan paling banyak Rp. 3 miliar (Psl. 66). Pelanggaran terhadap larangan untuk melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia diancam pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 5 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 2 miliar dan paling banyak Rp. 5 miliar (Psl. 67). Anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat Bank Indonesia yang tidak menolak adanya campur tangan pihak lain diancam dengan pidana penjara 2 tahun dan paling lama 5 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.2 miliar dan paling banyak Rp. 5 miliar (Psl. 68). Badan yang tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan keterangan dan/atau data yang diperlukan dalam kegiatan survei diancam pidana denda paling banyak Rp. 50 juta (Psl. 69). Pelanggaran terhadap larangan pembelian surat utang negara di pasar primer diancam dengan pidana penjara penjara 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 6 miliar dan paling banyak Rp. 15 miliar (Psl. 70). Pelanggaran rahasia jabatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Gubernur, pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang melakukan pekerjaan tertentu dari Bank Indonesia diancam pidana penjara 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 1 miliar dan paling banyak Rp. 3 miliar. Apabila pelanggaran tersebut dilakukan oleh badan, diancam pidana denda sekurang-kurangnya Rp. 3 miliar dan paling banyak Rp. 6 miliar (Psl. 71).
  • 21. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 21 Disamping ketentuan pidana, Dewan Gubernur dapat menetapkan sanksi administratif kepada pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan UU-BI. Bentuk sanksi administratif tersebut dapat berupa denda, teguran tertulis, pencabutan atau pembatalan izin usaha serta sanksi disiplin pegawai (Psl. 72). LAIN-LAIN 1. Pengalihan Kredit Program Sesuai dengan konsep yang dianut dalam UU-BI dimana suatu bank sentral yang independen harus mempunyai tugas yang fokus yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah, maka tugas pengadaan kredit program yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia akan dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk Pemerintah dalam jangka waktu 6 bulan sejak berlakunya UU-BI. BUMN tersebut mengelola hasil angsuran dan/atau pelunasan pokok dan bunga kredit likuiditas sampai dengan berakhirnya jangka waktu kredit likuiditas tersebut. Subsidi bunga kredit likuiditas yang selama ini menjadi beban Bank Indonesia menjadi beban Pemerintah (Psl. 74). 2. Pembatasan Penyertaan Modal
  • 22. Ikhtisar Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 22 Sejalan dengan penetapan single objective Bank Indonesia serta agar dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia lebih menfokuskan pada tujuan yang harus dicapai, dalam UU-BI ditetapkan mengenai pembatasan penyertaan modal hanya pada badan hukum atau badan lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia seperti lembaga kliring, badan pemeringkat dan lembaga penjamin simpanan. Kegiatan penyertaan modal pada badan hukum atau badan lainnya ini harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Dana yang digunakan untuk penyertaan ini hanya dapat diambil dari cadangan tujuan (Psl. 64). 3. Ketentuan Divestasi Dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak UU-BI berlaku, Bank Indonesia wajib melepaskan seluruh penyertaannya pada badan hukum atau badan lainnya yang tidak memenuhi persyaratan “sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia” (Psl. 77).