SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
OHI (Organization Health Indeks )
Elemen dalam mengukur kesehatan organisasi, menurut Keller & Price, dibagi menjadi 3
(tiga) Klaster, yaitu :
 Keselarasan Internal
 Kualitas Eksekusi, dan
 Kapasitas untuk pembaruan.
Kapasitas internal
Organisasi yang sehat memiliki tujuan bersama yang didukung oleh budaya dan iklim kerjanya
serta memiliki arti yang mendalam bagi para pegawainya.
Ada 3 (tiga) elemen dalam klaster Kapasitas Internal ini, yaitu :
1. Arahan, adalah kejelasan arah organisasi, bagaimana organisasi mencapaianya dan
bagaimana arah organisasi memiliki makna bagi pegawainya.
2. Kepemimpinan, Kepemimpinan adalah sejauh mana pimpinan organisasi menginspirasi
aktivitas pegawai.
3. Budaya dan iklim kerja, adalah keyakinan bersama dan kualitas interaksi di dalam dan
lintas unit organisasi.
Kualitas eksekusi
Organisasi yang sehat memiliki kemampuan, manajemen proses, dan motivasi yang baik untuk
kesempurnaan pelaksanaan programnya.
Ada 4 (empat) elemen dalam klaster Kualitas Eksekusi ini, yaitu :
1. Akuntabilitas adalah sejauh mana individu memahami apa yang diharapkan darinya,
memiliki cukup kewenangan untuk melaksanakannya, dan mengambil tanggung jawab
untuk memberikan hasil terbaik.
2. Koordinasi dan pengendalian adalah kemampuan untuk mengevaluasi kinerja dan risiko
organisasi, dan untuk mengatasi isu dan peluang saat keduanya muncul.
3. Kapabilitas adalah adanya keahlian dan talenta institusi yang dibutuhkan untuk
menjalankan strategi serta menciptakan keunggulan kompetitif.
4. Motivasi adalah adanya antusiasme yang mendorong pegawai untuk memberikan usaha
lebih untuk memberikan hasil terbaik.
Kapasitas untuk pembaruan
Organisasi yang sehat secara efektif memahami, berinteraksi dengan, membentuk, dan
beradaptasi dengan situasi dan lingkungan eksternalnya.
Ada 2 (dua) elemen dalam klaster Kapasitas untuk Pembaruan ini, yaitu :
1. Orientasi eksternal adalah kualitas kedekatan dengan pengguna layanan, pemasok, mitra
kerja, dan stakeholder eksternal lainnya.
2. Inovasi dan pembelajaran adalah kualitas dan arus ide-ide baru dan kemampuan organisasi
untuk beradaptasi dan membetuk dirinya sendiri saat dibutuhkan.
Tiga Tingkatan Kesehatan Organisasi
organisasi yang sehat memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari organisasi
lainnya. Kesehatan suatu organisasi dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu :
 sakit (ailing),
 mampu (able), dan
 sehat (elite).
Untuk dapat memberikan kinerja yang optimal kepada para stakeholders, suatu
organisasi harus keluar dari kondisi sakit (ailing) dan berada paling tidak pada tingkat mampu
(able) untuk kesembilan dimensi kesehatan organisasi. organisasi yang sehat secara keseluruhan
adalah organisasi yang dapat mempertahankan kesehatannya pada sekurang-kurangnya kondisi
mampu (able) untuk kesembilan dimensi tersebut, dan selanjutnya mencapai dan
mempertahankan beberapa dimensi yang menjadi prioritas sesuai dengan visi organisasi ke
depan untuk berada pada kondisi tertingginya, yaitu sehat (elite).
Keller & Price (2011), Beyond Performance – How Organization Build Ultimate
Performance, McKimsey & Company
TOXIC CULTURE
Dalam wacana ‘Transformasi Budaya Perusahaan’ dikenal istilah Entropi Budaya /
Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak
produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam
sebuah organisasi atau perusahaan. Entropi budaya yang disebut juga energi disfungsional,
berpengaruh pada kinerja perusahaan. Ketika entropi budaya tinggi, energi yang tersedia untuk
produktifitas menjadi rendah, dan berdampak pada kinerja perusahaan juga rendah. Ketika
entropi budaya rendah, energi untuk produktifitas menjadi tinggi, dan kinerja tinggi. Ketika
derajat disfungsi atau gangguan dalam suatu organisasi tinggi, karena faktor-faktor seperti
pengendalian yang berlebihan, hati-hati, kebingungan, birokrasi, hirarki, kompetisi internal,
menyalahkan, jumlah energi karyawan yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan
meningkat. Padahal energi yang terlibat dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang
tersedia untuk pekerjaan yang produktif.
Entropi budaya dalam organisasi atau perusahaan terdiri dari tiga unsur:
 Faktor-faktor yang memperlambat organisasi dan mencegah pengambilan keputusan yang
cepat: birokrasi, hirarki, kebingungan, pertengkaran dan kekakuan.
 Faktor-faktor yang menyebabkan gesekan antara karyawan: persaingan internal,
menyalahkan, intimidasi, manipulasi.
 Faktor-faktor yang mencegah karyawan dari kerja secara efektif: kontrol, kehatihatian,
mikro manajemen, fokus jangka pendek, teritorialisme.
rentang entropi dan risiko yang dihadapinya:
10% or less Prime : Sehat
11% – 19% Minor Issues :
Membutuhkan adjustment kultural dan struktural
20% – 29% Significant Issues :
Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching
30% – 39% Serious Issues:
Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching/ mentoring, dan
pengembangan leadership
40 – 49% Critical Issues:
Membutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam leadership, leadership
mentoring/coaching, dan pengembangan leadership
More than 50% Cultural Crisis:
untuk korporasi, risiko tinggi berupa kebangkrutan atau take over
Figure 1. Converging elements of a toxic culture at VW, BP, and Wells Fargo.
Budaya Toksit (lih. Moore 1973; Heimer 1999; Cialdini dkk. 2006; Cialdini dan Goldstein
2004; Vaughan 1989, 1997; Scholten dan Ellemers 2016). bahwa menilai toksisitas memerlukan
identifikasi norma-norma yang memungkinkan melanggar aturan, menghalangi kepatuhan, dan
mendelegitimasi baik hukum maupun norma-norma sosial yang mendukungnya.
Proses budaya Toxic terjadi pada tiga tingkat budaya perusahaan : struktur, nilai, dan
praktik. Selain itu, seperti Schein (2010) berpendapat, tiga tingkat budaya perusahaan
berinteraksi. Misalnya, nilai eksplisit (misalnya, publik defleksi menyalahkan) menjadi
tertanam dalam praktik dan struktur, struktur itu (misalnya, risiko tinggi dan target pertumbuhan
yang tinggi) membentuk nilai dan praktik, dan praktik itu (misalnya, memaafkan yang sedang
berlangsung pelanggaran) menjadi tertanam dalam nilai-nilai dan asumsi tersembunyi.
Meskipun di luar cakupan ini kertas, sangat mungkin bahwa apa yang dimulai sebagai nilai dan
praktik sadar dan deliberatif menjadi tertanam lebih dalam dalam asumsi tersembunyi, praktik
umum yang tidak disadari, dan norma situasional, dan dengan demikian tertanam lebih dalam
dalam budaya.
Budaya tidak menjadi racun dengan desain atau oleh pengaruh tunggal saja . Budaya
Toxic bukan hanya masalah satu CEO yang buruk, atau insentif yang buruk, ibaratnya ikan bisa
membusuk dari kepalanya, tapi itu bukan satu-satunya cara membusuk. Memang, sebagian
besar proses beracun dalam perusahaan-perusahaan ini tidak secara langsung melanggar hukum.
Lebih-lebih lagi, proses berinteraksi, dan tidak ada yang memiliki pengetahuan dan kendali
penuh atas interaksi ini dan apa itu akan menyebabkan. Dan akhirnya, proses beracun tidak
hanya ada dalam struktur yang dirancang dan formal kebijakan, tetapi juga dalam nilai dan
praktik yang dimiliki bersama di seluruh perusahaan. Akibatnya, sementara kesalahan dan
tanggung jawab individu atas elemen dan aspek dari proses budaya yang beracun dapat
ditemukan dan harus ditetapkan (seperti target berisiko tinggi, atau organisasi paksaan) praktik
personel yang menghalangi perbedaan pendapat), ini tidak bertanggung jawab atas seluruh
budaya.
AWARNESS
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kesadaran. Dalam Cambridge
International Dictionary of English (1995) ada sejumlah definisi tentang kesadaran. Pertama,
kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi.
Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan sebagainya yang
dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Selain itu kesadaran diartikan sebagai pemahaman
atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya (www.niasonline.net).
Definisi lain tentang kesadaran antara lain: (1) tahu dan mampu mengekspresikan
dampak dari suatu perilaku, (2) tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai
penyelesaian, (3) memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan
keputusan, (4) memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah
(www.suaramerdeka.com). Dalam psikologi, kesadaran sama artinya dengan mawas diri
(awareness).
Indikator kesadaran
Menurut Soekanto (1982) menyatakan bahwa terdapat empat indikator kesadaran yang
masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat
kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, antara lain:
pengetahuan, pemahaman, sikap, pola perilaku (tindakan).
Priyono (1996) mengemukakan, awareness of environmental issues means being
environmentally knowledgeable and understanding fhe informed actions required for finding
the solutions to the issues. Jadi, dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa indikator kesadaran
adalah pengetahuan dan pemahaman. Lain halnya dalam bidang Psikologi menyebutkan bahwa
kesadaran mencakup tiga hal, yaitu: persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson dkk, 1997:287).
Sedangkan dalam teori konsientisasi (penyadaran), selain mencantumkan indikator
pengetahuan, sikap, juga menyebutkan indikator regulasi atau peraturan
(www.gaky.promosikesehatan.com). Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas, dapat
dikembangkan dengan menggunakan teori Benyamin Bloom (1908) yang membagi perilaku
manusia dalam tiga domain, yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya
teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan).
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Orang yang telah “tahu” harus dapat mendefinisikan materi atau objek tersebut.
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Tahapan pemahaman berdasarkan teori dari Soekanto (1982) ternyata dalam
teori Bloom sudah dimasukkan dalam tingkatan pengetahuan tahap kedua.
3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis), Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek.
5. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap terdiri
dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan (terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah), menunjukkan bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Tindakan
Unconscious
Incompetence
“Bad habits”
Conscious
Incompetence
“Learning”
Unconscious
Competence
“Safe habits”
Conscious
Competence
“Rule governed”
Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perception), Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon terpimpin (guided response), Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme (mechanism), Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.
4. Adopsi (adoption), Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau sudah
dimodifikasi.
Tingkatan Kesadaran
Menurut Geller (2000), tahapan dalam kesadaran seseorang yaitu:
Gambar 1. The DO IT process enables shift from bad to good habbits

More Related Content

What's hot

Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutPio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutTawonNakal
 
PENGERTIAN ORGANISASI
PENGERTIAN ORGANISASIPENGERTIAN ORGANISASI
PENGERTIAN ORGANISASITria Duga
 
5 teori-organisasi-lengkap
5 teori-organisasi-lengkap5 teori-organisasi-lengkap
5 teori-organisasi-lengkapDaryanto Suteji
 
Etika dan Hukum Administrasi Publik
Etika dan Hukum Administrasi PublikEtika dan Hukum Administrasi Publik
Etika dan Hukum Administrasi PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
Perkembangan teori organisasi  mia UnkrisPerkembangan teori organisasi  mia Unkris
Perkembangan teori organisasi mia UnkrisFrans Dione
 
Perkembangan dan Budaya Organisasi
Perkembangan dan Budaya OrganisasiPerkembangan dan Budaya Organisasi
Perkembangan dan Budaya OrganisasiNovitaRamadhani2
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasiALI FIKRI
 
Pengertian Teori Organisasi mia unkris
Pengertian Teori Organisasi mia unkrisPengertian Teori Organisasi mia unkris
Pengertian Teori Organisasi mia unkrisFrans Dione
 
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERN
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERNORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERN
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERNDIKNAS PENDIDIKAN
 
Bahan kuliah teori organisasi smt 2
Bahan kuliah teori organisasi smt 2Bahan kuliah teori organisasi smt 2
Bahan kuliah teori organisasi smt 2Arib Herzi
 
Budaya, Kreatifitas dan Inovasi
Budaya, Kreatifitas dan InovasiBudaya, Kreatifitas dan Inovasi
Budaya, Kreatifitas dan Inovasidevinadh
 
Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutPio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutTawonNakal
 
4 aktivitas manajerial
4 aktivitas manajerial4 aktivitas manajerial
4 aktivitas manajerialYudi Dwi Harjo
 
Aliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiAliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiSiti Sahati
 

What's hot (20)

Dimensi Organisasi
Dimensi OrganisasiDimensi Organisasi
Dimensi Organisasi
 
Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutPio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
 
PENGERTIAN ORGANISASI
PENGERTIAN ORGANISASIPENGERTIAN ORGANISASI
PENGERTIAN ORGANISASI
 
5 teori-organisasi-lengkap
5 teori-organisasi-lengkap5 teori-organisasi-lengkap
5 teori-organisasi-lengkap
 
Etika dan Hukum Administrasi Publik
Etika dan Hukum Administrasi PublikEtika dan Hukum Administrasi Publik
Etika dan Hukum Administrasi Publik
 
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
Perkembangan teori organisasi  mia UnkrisPerkembangan teori organisasi  mia Unkris
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
 
Perkembangan dan Budaya Organisasi
Perkembangan dan Budaya OrganisasiPerkembangan dan Budaya Organisasi
Perkembangan dan Budaya Organisasi
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Teori organisasi
Teori organisasiTeori organisasi
Teori organisasi
 
Pengertian Teori Organisasi mia unkris
Pengertian Teori Organisasi mia unkrisPengertian Teori Organisasi mia unkris
Pengertian Teori Organisasi mia unkris
 
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERN
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERNORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERN
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI MODERN
 
Bahan kuliah teori organisasi smt 2
Bahan kuliah teori organisasi smt 2Bahan kuliah teori organisasi smt 2
Bahan kuliah teori organisasi smt 2
 
Budaya, Kreatifitas dan Inovasi
Budaya, Kreatifitas dan InovasiBudaya, Kreatifitas dan Inovasi
Budaya, Kreatifitas dan Inovasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - CimutPio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
Pio pengembangan dan budaya organisasi - Cimut
 
4 aktivitas manajerial
4 aktivitas manajerial4 aktivitas manajerial
4 aktivitas manajerial
 
Budaya Organisasi
Budaya OrganisasiBudaya Organisasi
Budaya Organisasi
 
Peror sap 1
Peror sap 1Peror sap 1
Peror sap 1
 
Aliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori OrganisasiAliran-Aliran Teori Organisasi
Aliran-Aliran Teori Organisasi
 

Similar to OHS AWARENESS

Kultur organisasi p pt
Kultur organisasi p ptKultur organisasi p pt
Kultur organisasi p ptlenin888
 
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6Ep etika manajemen dan organisasi kel 6
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6JuliaPuspita1
 
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...ciciliaeritawanti
 
Rianita rahma annisa
Rianita rahma annisaRianita rahma annisa
Rianita rahma annisarianitannisa
 
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptx
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptxPRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptx
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptxRaffiRamli
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Tri Widodo W. UTOMO
 
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiHubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiBMG Training Indonesia
 
Budaya Organisasi dan Perubahan
Budaya Organisasi dan PerubahanBudaya Organisasi dan Perubahan
Budaya Organisasi dan PerubahanMuhammad Zdafirin
 
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolah
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolahKepimpinan beretika dalam organisasi sekolah
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolahKPM
 
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...PT Kalbe Farma
 
Budaya, Kreativitas, dan Inovasi
Budaya, Kreativitas, dan InovasiBudaya, Kreativitas, dan Inovasi
Budaya, Kreativitas, dan InovasiArum Puspitarini
 

Similar to OHS AWARENESS (20)

Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNAManajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNAManajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Koordinasi pkb
Koordinasi pkbKoordinasi pkb
Koordinasi pkb
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Kultur organisasi p pt
Kultur organisasi p ptKultur organisasi p pt
Kultur organisasi p pt
 
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6Ep etika manajemen dan organisasi kel 6
Ep etika manajemen dan organisasi kel 6
 
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
6, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
 
Softskill 3
Softskill 3Softskill 3
Softskill 3
 
Rianita rahma annisa
Rianita rahma annisaRianita rahma annisa
Rianita rahma annisa
 
Bab 16
Bab 16Bab 16
Bab 16
 
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptx
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptxPRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptx
PRESENTASI_BUDAYA_ORGANISASI.pptx
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
 
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiHubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
 
Budaya Organisasi dan Perubahan
Budaya Organisasi dan PerubahanBudaya Organisasi dan Perubahan
Budaya Organisasi dan Perubahan
 
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolah
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolahKepimpinan beretika dalam organisasi sekolah
Kepimpinan beretika dalam organisasi sekolah
 
Softskill ppt(refi)
Softskill ppt(refi)Softskill ppt(refi)
Softskill ppt(refi)
 
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...
6, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in human resource management ...
 
Softskill ppt(refi)
Softskill ppt(refi)Softskill ppt(refi)
Softskill ppt(refi)
 
Budaya, Kreativitas, dan Inovasi
Budaya, Kreativitas, dan InovasiBudaya, Kreativitas, dan Inovasi
Budaya, Kreativitas, dan Inovasi
 

Recently uploaded

Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 

Recently uploaded (12)

Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 

OHS AWARENESS

  • 1. OHI (Organization Health Indeks ) Elemen dalam mengukur kesehatan organisasi, menurut Keller & Price, dibagi menjadi 3 (tiga) Klaster, yaitu :  Keselarasan Internal  Kualitas Eksekusi, dan  Kapasitas untuk pembaruan. Kapasitas internal Organisasi yang sehat memiliki tujuan bersama yang didukung oleh budaya dan iklim kerjanya serta memiliki arti yang mendalam bagi para pegawainya. Ada 3 (tiga) elemen dalam klaster Kapasitas Internal ini, yaitu : 1. Arahan, adalah kejelasan arah organisasi, bagaimana organisasi mencapaianya dan bagaimana arah organisasi memiliki makna bagi pegawainya. 2. Kepemimpinan, Kepemimpinan adalah sejauh mana pimpinan organisasi menginspirasi aktivitas pegawai. 3. Budaya dan iklim kerja, adalah keyakinan bersama dan kualitas interaksi di dalam dan lintas unit organisasi. Kualitas eksekusi Organisasi yang sehat memiliki kemampuan, manajemen proses, dan motivasi yang baik untuk kesempurnaan pelaksanaan programnya. Ada 4 (empat) elemen dalam klaster Kualitas Eksekusi ini, yaitu : 1. Akuntabilitas adalah sejauh mana individu memahami apa yang diharapkan darinya, memiliki cukup kewenangan untuk melaksanakannya, dan mengambil tanggung jawab untuk memberikan hasil terbaik. 2. Koordinasi dan pengendalian adalah kemampuan untuk mengevaluasi kinerja dan risiko organisasi, dan untuk mengatasi isu dan peluang saat keduanya muncul. 3. Kapabilitas adalah adanya keahlian dan talenta institusi yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi serta menciptakan keunggulan kompetitif. 4. Motivasi adalah adanya antusiasme yang mendorong pegawai untuk memberikan usaha lebih untuk memberikan hasil terbaik. Kapasitas untuk pembaruan Organisasi yang sehat secara efektif memahami, berinteraksi dengan, membentuk, dan beradaptasi dengan situasi dan lingkungan eksternalnya. Ada 2 (dua) elemen dalam klaster Kapasitas untuk Pembaruan ini, yaitu : 1. Orientasi eksternal adalah kualitas kedekatan dengan pengguna layanan, pemasok, mitra kerja, dan stakeholder eksternal lainnya. 2. Inovasi dan pembelajaran adalah kualitas dan arus ide-ide baru dan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan membetuk dirinya sendiri saat dibutuhkan. Tiga Tingkatan Kesehatan Organisasi organisasi yang sehat memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari organisasi lainnya. Kesehatan suatu organisasi dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu :
  • 2.  sakit (ailing),  mampu (able), dan  sehat (elite). Untuk dapat memberikan kinerja yang optimal kepada para stakeholders, suatu organisasi harus keluar dari kondisi sakit (ailing) dan berada paling tidak pada tingkat mampu (able) untuk kesembilan dimensi kesehatan organisasi. organisasi yang sehat secara keseluruhan adalah organisasi yang dapat mempertahankan kesehatannya pada sekurang-kurangnya kondisi mampu (able) untuk kesembilan dimensi tersebut, dan selanjutnya mencapai dan mempertahankan beberapa dimensi yang menjadi prioritas sesuai dengan visi organisasi ke depan untuk berada pada kondisi tertingginya, yaitu sehat (elite). Keller & Price (2011), Beyond Performance – How Organization Build Ultimate Performance, McKimsey & Company
  • 3. TOXIC CULTURE Dalam wacana ‘Transformasi Budaya Perusahaan’ dikenal istilah Entropi Budaya / Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Entropi budaya yang disebut juga energi disfungsional, berpengaruh pada kinerja perusahaan. Ketika entropi budaya tinggi, energi yang tersedia untuk produktifitas menjadi rendah, dan berdampak pada kinerja perusahaan juga rendah. Ketika entropi budaya rendah, energi untuk produktifitas menjadi tinggi, dan kinerja tinggi. Ketika derajat disfungsi atau gangguan dalam suatu organisasi tinggi, karena faktor-faktor seperti pengendalian yang berlebihan, hati-hati, kebingungan, birokrasi, hirarki, kompetisi internal, menyalahkan, jumlah energi karyawan yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan meningkat. Padahal energi yang terlibat dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang tersedia untuk pekerjaan yang produktif. Entropi budaya dalam organisasi atau perusahaan terdiri dari tiga unsur:  Faktor-faktor yang memperlambat organisasi dan mencegah pengambilan keputusan yang cepat: birokrasi, hirarki, kebingungan, pertengkaran dan kekakuan.  Faktor-faktor yang menyebabkan gesekan antara karyawan: persaingan internal, menyalahkan, intimidasi, manipulasi.  Faktor-faktor yang mencegah karyawan dari kerja secara efektif: kontrol, kehatihatian, mikro manajemen, fokus jangka pendek, teritorialisme. rentang entropi dan risiko yang dihadapinya: 10% or less Prime : Sehat 11% – 19% Minor Issues : Membutuhkan adjustment kultural dan struktural 20% – 29% Significant Issues : Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching 30% – 39% Serious Issues: Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching/ mentoring, dan pengembangan leadership 40 – 49% Critical Issues:
  • 4. Membutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam leadership, leadership mentoring/coaching, dan pengembangan leadership More than 50% Cultural Crisis: untuk korporasi, risiko tinggi berupa kebangkrutan atau take over Figure 1. Converging elements of a toxic culture at VW, BP, and Wells Fargo. Budaya Toksit (lih. Moore 1973; Heimer 1999; Cialdini dkk. 2006; Cialdini dan Goldstein 2004; Vaughan 1989, 1997; Scholten dan Ellemers 2016). bahwa menilai toksisitas memerlukan identifikasi norma-norma yang memungkinkan melanggar aturan, menghalangi kepatuhan, dan mendelegitimasi baik hukum maupun norma-norma sosial yang mendukungnya. Proses budaya Toxic terjadi pada tiga tingkat budaya perusahaan : struktur, nilai, dan praktik. Selain itu, seperti Schein (2010) berpendapat, tiga tingkat budaya perusahaan berinteraksi. Misalnya, nilai eksplisit (misalnya, publik defleksi menyalahkan) menjadi tertanam dalam praktik dan struktur, struktur itu (misalnya, risiko tinggi dan target pertumbuhan yang tinggi) membentuk nilai dan praktik, dan praktik itu (misalnya, memaafkan yang sedang berlangsung pelanggaran) menjadi tertanam dalam nilai-nilai dan asumsi tersembunyi. Meskipun di luar cakupan ini kertas, sangat mungkin bahwa apa yang dimulai sebagai nilai dan praktik sadar dan deliberatif menjadi tertanam lebih dalam dalam asumsi tersembunyi, praktik umum yang tidak disadari, dan norma situasional, dan dengan demikian tertanam lebih dalam dalam budaya. Budaya tidak menjadi racun dengan desain atau oleh pengaruh tunggal saja . Budaya Toxic bukan hanya masalah satu CEO yang buruk, atau insentif yang buruk, ibaratnya ikan bisa
  • 5. membusuk dari kepalanya, tapi itu bukan satu-satunya cara membusuk. Memang, sebagian besar proses beracun dalam perusahaan-perusahaan ini tidak secara langsung melanggar hukum. Lebih-lebih lagi, proses berinteraksi, dan tidak ada yang memiliki pengetahuan dan kendali penuh atas interaksi ini dan apa itu akan menyebabkan. Dan akhirnya, proses beracun tidak hanya ada dalam struktur yang dirancang dan formal kebijakan, tetapi juga dalam nilai dan praktik yang dimiliki bersama di seluruh perusahaan. Akibatnya, sementara kesalahan dan tanggung jawab individu atas elemen dan aspek dari proses budaya yang beracun dapat ditemukan dan harus ditetapkan (seperti target berisiko tinggi, atau organisasi paksaan) praktik personel yang menghalangi perbedaan pendapat), ini tidak bertanggung jawab atas seluruh budaya. AWARNESS Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kesadaran. Dalam Cambridge International Dictionary of English (1995) ada sejumlah definisi tentang kesadaran. Pertama, kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Selain itu kesadaran diartikan sebagai pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya (www.niasonline.net). Definisi lain tentang kesadaran antara lain: (1) tahu dan mampu mengekspresikan dampak dari suatu perilaku, (2) tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian, (3) memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan, (4) memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah (www.suaramerdeka.com). Dalam psikologi, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Indikator kesadaran Menurut Soekanto (1982) menyatakan bahwa terdapat empat indikator kesadaran yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, pola perilaku (tindakan). Priyono (1996) mengemukakan, awareness of environmental issues means being environmentally knowledgeable and understanding fhe informed actions required for finding the solutions to the issues. Jadi, dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa indikator kesadaran adalah pengetahuan dan pemahaman. Lain halnya dalam bidang Psikologi menyebutkan bahwa kesadaran mencakup tiga hal, yaitu: persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson dkk, 1997:287). Sedangkan dalam teori konsientisasi (penyadaran), selain mencantumkan indikator pengetahuan, sikap, juga menyebutkan indikator regulasi atau peraturan (www.gaky.promosikesehatan.com). Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas, dapat dikembangkan dengan menggunakan teori Benyamin Bloom (1908) yang membagi perilaku manusia dalam tiga domain, yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan). Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Orang yang telah “tahu” harus dapat mendefinisikan materi atau objek tersebut.
  • 6. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Tahapan pemahaman berdasarkan teori dari Soekanto (1982) ternyata dalam teori Bloom sudah dimasukkan dalam tingkatan pengetahuan tahap kedua. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4. Analisis (analysis), Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek. 5. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan (terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah), menunjukkan bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Tindakan
  • 7. Unconscious Incompetence “Bad habits” Conscious Incompetence “Learning” Unconscious Competence “Safe habits” Conscious Competence “Rule governed” Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: 1. Persepsi (perception), Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin (guided response), Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (mechanism), Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan. 4. Adopsi (adoption), Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau sudah dimodifikasi. Tingkatan Kesadaran Menurut Geller (2000), tahapan dalam kesadaran seseorang yaitu: Gambar 1. The DO IT process enables shift from bad to good habbits