Dokumen tersebut membahas tentang hukum bangunan di Indonesia. Secara garis besar, dibahas mengenai pengertian hukum bangunan, aspek-aspek hukum bangunan seperti peraturan, tujuan, dan persyaratan bangunan gedung. Juga dibahas mengenai klasifikasi pemborong dan peraturan jaminan dalam perjanjian pemborongan bangunan.
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
tidak terlalu maksimal, karena sebenarnya ini bukan tugas yang dikumpulkan ke dosen. tapi, aku sudah berusaha sampai pusing kepala.. haha
catatan ini untuk keperluan ujian hukum perdata ku di kampus
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
tidak terlalu maksimal, karena sebenarnya ini bukan tugas yang dikumpulkan ke dosen. tapi, aku sudah berusaha sampai pusing kepala.. haha
catatan ini untuk keperluan ujian hukum perdata ku di kampus
metoda penawaran yang dipakai dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. digunakan oleh pengguna anggaran untuk menentukan penyedia anggaran yang sesuai dengan persyaratan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
slide ini di buat dalam perkuliahan hukum kontrak atau contract drafting, pada masa perkuliahan semester 7 tahun 2011, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jurusan HUKUM BISNIS SYARIAH
BAB I
PENGANTAR HUKUM PEMBIAYAAN
1. PENGERTIAN HUKUM PEMBIAYAAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
a. Pengertian Hukum Pembiayaan
Hukum pembiayaan adalah hukum yang mengatur suatu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran ataupun berkala oleh konsumen.
b. Pengertian Lembaga Pembiayaan.
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus melakukan kegiatan dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
pemberlakuan masa kontrak dan pengakhiran kontrak aishkhuw fillah
slide ini di buat dalam perkuliahan hukum kontrak atau contract drafting, pada masa perkuliahan semester 7 tahun 2011, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jurusan HUKUM BISNIS SYARIAH
beberapa bank menyediakan layanan perbankan yang namanya Bank Garansi. Bank Garansi dapat meningkatkan keyakinan Anda dalam mengambil projek dan sekaligus meminimalkan resiko kerugian. Bank Garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan, apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Hukum bangunan
1. Hukum Bangunan
Gudang Ilmu Hukum Sabtu, Mei 03, 2014 Bahan Kuliyah
A. Pengertian
Hukum bangunan adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang menyangkut
pembangunan suatu bangunan atau Ilmu yang mempelajari pelaksanaan bangunan ruang
lingkupnya seluruh kegiatan pembangunan yang di lakukan pemerintah khusus bangunan itu.
B. Aspek Hukum Bangunan
Pada dasarnya bangunan gedung memegang peranan yang sangat penting sebagai
tempat dimana manusia melakukan kegiatannya sehari-hari. Pengaturan bangunan gedung
secara khusus dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (“UU Bangunan Gedung”). Pengetahuan mengenai UU Bangunan Gedung ini
menjadi penting mengingat hal-hal yang diatur dalam UU Bangunan Gedung tidak hanya
diperuntukan bagi pemilik bangunan gedung melainkan juga bagi pengguna gedung serta
masyarakat. Diatur dalam UU Bangunan Gedung, pemilik bangunan gedung adalah orang,
badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik
bangunan gedung.
C. Tujuan Peraturan Hukum Bangunan
Didalam pasal 3 UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung meyebutkan
Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :
a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung
yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis
bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
c. Mewujudkan kepastian hokum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Dalam Undang-undang Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung
memiliki fungsi antara lain fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi
khusus. Fungsi bangunan gedung ini yang nantinya akan dicantumkan dalam Izin mendirikan
Bangunan (IMB). Dalam hal terdapat perubahan fungsi bangunan gedung dari apa yang
tertera dalam IMB, perubahan tersebut wajib mendapatkan persetujuan dan penetapan
kembali oleh Pemerintah Daerah.
Arti pentingnya pengaturan perjanjian-perjanjian khusus ini didalam undang-undang
mempunyai 2 alasan :
2. 1. Karena didalam praktek dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak sering tidak
mengatur mengenai akibat-akibat hukum yang timbul kalau ada secara sumir pengaturannya.
Akibat yang seringterjadi dalam pelaksanaan perjanjian sering muncul masalah-masalah yang
tidak terjawab oleh ketentuan kontrak.
2. Keputusan umum menghendaki bahwa dalam hal-hal tertentu kebebasan berkontrak yang
diberi oleh para pihak perlu dibatasi, yaitu dengan jalan memberi ketentuan-ketantuan atau
aturan-aturan yang bersifat memaksa (dwinger recht) bagi perjanjian-perjanjian khusus
tertentu.
Selain itu terhadap perjanjian-perjanjian yang mengandung resiko didalam Undang-
undang/KUHPer dikenal adanya bentuk-bentuk perjanjian standart. Hal demikian
dimaksudkan untuk menjamin adanya pemasukan kewajiban secara baik bagi kedua belah
pihak.
Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum perjanjian pemborongan bangunan dibuat
yang dikenal dengan prosedur pelelangan. Prosedur pelelangan ini dimulai dengan
pemberitahuan/pengumuman sampai pelulusan pelanggan.
D. Asas Hukum Bangunan
Didalam Pasal 2 UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyatakan.
Bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan,
keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya.
E. Klasifikasi Pemborong
Dalam prosedur pemborong bangunan setelah adanya pemberitahuan kepada
pemborong baik dari undangan/pengumuman, maka sebelum ikat penawaran/pelelangan baik
umum atau terbatas maka pemborong disyaratkan prakulifikasi terlebih dahulu.
Persyaratan prakualifikasi bertujuan untuk :
Memberi penilaian terhadap pemborong mengenai kemampuan/mutu pemborong.
Prakualifikasi disyaratkan khusus bagi pemborong yang ikut serta dalam penawaran,
pelelangan pemborongan bangunan.
Cara penilaian dilakukan dengan pengisian kuuisioner yang harus diisi oleh pemborong
yang membuat syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan Kepres APPN khususnya tentang pemborongan bangunan ditentukan syarat
kualifikasi yang harus dipenuhi oleh pemborong.
Unsur-unsur disyaratkan untuk lulus dalam prakualifikasi adalah sebagai berikut :
1. Adanya akta pendirian perusahaan
2. Adanya surat izin usaha yang masih berlaku.
3. 3. Mempunyai NPWP
4. Mempunyai alamat yang sah, nyata, jelas
5. Referensi bank
6. Mempunyai kemampuan modal usaha.
7. Berada di keadaan mampu dan tidak dikatakan pailit
8. Mempunyai referensi pekerjaan untuk bidangnya, maka diprakuasifikasikan.
9. Pemberian kelonggaran bagi pemborong/rekanan golongan lemah berupa pemberian
bobot yang lebih tinggi kriteria pemberian prakualifikasi.
F. Peraturan Jaminan dalam Perjanjian Pemborongan
1. Jaminan Penawaran (Bid Bond)
Jaminan Penawaran/ jaminan tender/ jaminan pelelangan diperlukan apabila rekanan
mengikuti pelelangan proyek dengan nilai proyek di atas Rp. 50 Juta. Maksud diadakan
jaminan penawaran agar rekanan yang mengikuti pelelangan betul-betul rekanan yang
bonafid. Di dalam praktek, biasanya jaminan sudah ditentukan besarnya dengan sejumlah
uang tertentu yang besarnya berkisar antara 1% sampai dengan 3% dari perkiraan harga
penawaran.
Surat Jaminan penawaran yang habis waktunya sebelum pelelangan diumumkan,
harus diperpanjang lagi sebab kalau tidak rekanan dianggap gugur. Surat jaminan penawaran
akan segera dikembalikan apabila rekanan kalah dalam pelelangan dengan jangka waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah calon pemenang pelelangan ditetapkan. Surat
jaminan penawaran akan menjadi milik negara apabila rekanan mengundurkan diri setelah
memasukkan dokumen penawaran dalam kotak pelelangan. Demikian juga surat jaminan
penawaran akan jatuh pada negara apabila rekanan yang menang mengundurkan diri, maka
surat jaminan penawaran akan ditahan oleh pemberi tugas.
2. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
Jaminan Pelaksanaan tujuannya untuk menjamin pelaksanaan dari proyek. Bagi
rekanan yang menang dan tidak mengundurkan diri, maka sebelum menandatangani surat
perjanjian pemborongan/ kontrak di atas Rp. 50 Juta maka rekanan harus menyerahkan surat
jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai perjanjian pemborongan/ kontrak.
Pada saat surat perjanjian pelaksanaan diterima, maka surat penawaran yang
ditahan akan dikembalikan kepada rekanan yang bersangkutan. Surat jaminan pelaksanaan
akan menjadi milik negara apabila rekanan tidak melaksanakan pekerjaan/ penyerahan
barang/ proyek dalam waktu yang telah ditetapkan. Surat Perjanjian pelaksanaan
dikembalikan kepada rekanan yang bersangkutan setelah pelaksanaan pekerjaan/ penyerahan
4. barang/hasil pekerjaan telah sesuai dengan surat perjanjian pemborongan/ kontrak, sering
disebut dengan istilah penyerahan pertama.
3. Jaminan Uang Muka (Prepayment Bond)
Dalam surat perjanjian pemborongan/ kontrak dapat dimuat mengenai pembayaran
uang muka sebesar 30% bagi rekanan golongan bukan ekonomi lemah. Mengenai
pembayaran uang muka biasanya sebelumnya dimuat dalam dokumen lelang.
Untuk memperoleh uang muka tersebut rekanan harus menyerahkan jaminan uang
muka yang nilainya sekurang-kurangnya sama dengan besarnya uang muka. Uang muka
harus sepenuhnya digunakan bagi pelaksanaan proyek yang akan dikerjakan.
Pengembalian/ pelunasan uang muka diperhitungkan berangsur secara merata pada tahap-
tahap pembayaran (termijn) sesuai dengan surat perjanjian pemborongan/ kontrak dengan
ketentuan bahwa uang muka tersebut selambat-lambatnya harus telah lunas pada saat
pekerjaan mencapai prestasi 100%. Sebagai contoh pelunasan uang muka sebagai berikut:
Jika rakanan memperoleh uang muka sebesar 20%, sedangkan tahap pembayarannya dalam
kontrak ditetapkan: Tahap kesatu:20%, kedua: 30%, ketiga: 25%, keempat: 20%,dan terakhir:
5%. Pelunasan uang muka pada sistim pembayaran diatas dapat diterangkan berikut ini (lihat
tabel 1).
Tabel 1. Pelunasan Uang Muka melalui Tahapan Pembayaran (Termijn).
Prestasi Tahap Pembayaran Pembayaran
(00%)
20% (20%)
50% (30%)
75% (25%)
100% (25%)
100% (00%)
Uang muka 20% x 100%
I. 20% 20% - 20%x20% = 20% - 4%
II. 30% 30% - 30%x20% = 30% - 6%
III. 25% 25% - 25%x20% = 25% - 5%
IV. 20% 20% - 25%x20% = 20% - 5%
V. 5% 5% - 0%
= 20%
= 16%
= 24%
= 20%
=15%
= 5%
100% 100% 100%
Pelunasan uang muka selain dengan secara merata pada tahap-tahap pembayaran
sesuai dengan kontrak, dapat juga rekanan mempercepat pelunasan uang muka yang
diterimanya, misalnya sekaligus dilunasi pada tahap pertama. Jika uang muka tidak dilunasi
pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100% atau pada penyerahan pertama, maka surat
jaminan uang muka menjadi milik negara.
4. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)
Pada waktu penyerahan pertama/ pekerjaan telah mencapai 100%, rekanan baru
menerima pembayaran 95% dari nilai kontrak, sedangkan sisanya sebesar 5% masih ditahan
5. pimpro dengan maksud agar rekanan dalam masa pemeliharaan wajib melaksanakan
perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan dari pekerjaan.
Yang dimaksud dengan masa pemeliharaan adalah masa dari penyerahan pertama sampai
dengan penyerahan kedua. Apabila rekanan menginginkan 100% pembayran harga borongan
pada waktu penyerahan pertama, maka rekanan harus menyerahkan surat jaminan
pemeliharaan yang besarnya 5% dari harga kontrak/ borongan.
Surat jaminan pemeliharaan jatuh pada negara bila rekanan tidak melaksanakan
kewajibannya, sedangkan surat jaminan pemelihaan akan dikembalikan kepada rekanan
apabila rekanan telah melaksanakan kewajibannya dengan baik sampai penyerahan kedua
maka surat jaminan pemeliharaan dikembalikan kepada rekanan.
G. Persyaratan Bangunan Gedung
Persyaratan bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung dimana diatur bahwa setiap bangunan gedung
harus memenuhi kedua persyaratan tersebut.
1. Yang masuk dalam ruang lingkup persyaratan administratif bangunan gedung ini
yaitu:
o persyaratan status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
o status kepemilikan bangunan gedung; dan
o izin mendirikan bangunan gedung.
2. Sementara itu, persyaratan teknis bangunan gedung dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua)
yaitu meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan
gedung.
Ruang lingkup persyaratan tata bangunan yaitu meliputi:
a. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, yaitu berhubungan dengan
persyaratan peruntukan lokasi bangunan gedung yang tidak boleh mengganggu
keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana
umum, serta ketinggian gedung;
b. Arsitektur bangunan gedung; dan
c. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yaitu persyaratan pengendalian dampak
lingkungan yang hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. Persyaratan terhadap dampak lingkungan ini sendiri
berpedoman pada undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup yang mengatur
tentang kewajiban setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
6. penting terhadap lingkungan hidup untuk wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Persyaratan keandalan bangunan gedung, persyaratan ini ditetapkan berdasarkan
fungsi masing-masing bangunan gedung yang secara umum meliputi persyaratan:
a. keselamatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan, kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dengan melakukan pengamanan terhadap bahaya
kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif serta bahaya petir melalui
sistem penangkal petir;
b. kesehatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan sistem sirkulasi udara, pencahayaan, sanitasi,
dan penggunaan bahan bangunan gedung;
c. kenyamanan, yaitu berkenaan dengan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang,
kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan; dan
d. kemudahan, yaitu berkenaan dengan kemudahan akses bangunan gedung, termasuk
tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi penyandang cacat
dan lanjut usia, serta penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti,
ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.