Hubungan pola interaksi remaja dan orang tua mempengaruhi perkembangan potensi. Interaksi yang berkualitas memberi kebebasan pada remaja untuk berkembang secara maksimal. Persepsi remaja akan partisipasi di keluarga dan keterbukaan orang tuanya penting dalam mendukung perkembangan potensi.
3. HUBUNGAN POLA INTERAKSI REMAJA DAN ORANG TUA
TERHADAP PERKEMBANGAN POTENSI
A.Perkembangan Hubungan Sosial Remaja
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antarmanusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat
yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi semakin kompleks dan tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Jadi, pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia.
4. Belajar hidup bersosialisasi memerlukan sekurangnya tiga proses berikut;
1.Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang
perilaku yang dapat diterima dalam kelompok tersebut.
2.Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Agar dapat diterima dalam kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku
dengan standar kelompok, seseorang juga dituntut untuk memainkan
peran sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan
ditentukan oleh para anggota kelompok.
3.Perkembangan sikap sosial.
Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang juga harus menyukai
orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat
melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial
yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok.
5. B. PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP
TINGKAH LAKU
Hubungan social individu dimulai sejak individu berada di lingkungan
rumah bersama keluarganya, segera setelah lahir hubugan bayi
dengan orang di sekitarnya terutama ibu pada saat menyusui memiliki
arti yang sangat penting. (Boweby : 1987)
Perkembangan social anak semakin berkembang ketika anak mulai
memasuki masa prasekolah, kira- kira usia 18 bulan. Pada usia ini
dimulai dengan tumbuhnya kesadaran diri atau yang dikenal dengan
kesadaran akan dirinya dan kepemilikannya. Pada masa ini sampai
akhir masa sekolah anak mulai mendekatkan diri pada orang-orang
lain disekitarnya.Sehingga lingkungan terutama teman sebaya
mempunyai pengaruh yang sangat besar.
6. c. Tuntutan sosialisASI MASA REMAJA
1. PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
Perkembangan kemandiriaan merupakan tugas utama
remaja,khususnya dimasyarakat Amerika, dengan penekanannya yang
kuat pada pengendalan diri (self-reliance). Kegagalan untuk
memecahkan konflik antara ketergantungan yang terus menerus dan
tuntutan yang lebih baru untuk mandiri juga akan menimbulkan
kesulitan dalam sebagian besar bidang lain.
7. Menegakkan kemandirian sangat bergantungan pada tiga
hal:
1.Sikap sosial pada umumnya terhadap kemandirian dan
kultur remaja bersangkutan
2.Cara perawatan asuhan anak dan model prilaku
orangtua remaja bersangkutan
3.Interaksi dengan teman sebaya dan dukungan mereka
trhadap priaku mandiri.
8. 2.Hubungan orangtua –anak dan perkembangan
kemandirian
Orangtua memainkan peranan penting dalam menentukan seberapa
baik seorang orang remaja akan dapat memenuhi untuk tuntutan
untuk peningkatan otonomi dan menjadi orang dewasa yang
kompeten,penyayang,percaya diri dengan citra diri positif.Kebutuhan
akan orangtua yang penuh kasih dan perhatian yang secara aktif
terlibat dengan perkembangan anak-anak mereka juga telah dibuktikan
kebenarannya.
9. Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap
remaja, Hoffman (1989) mengemukakan ada tiga jenis
pola asuh orang tua, yaitu :
1.Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap
setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
2.Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak
meskipun anak tidak dapat menerimanya.
3. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya
dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah
mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta
kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala.
10. D. POLA INTERAKSI REMAJA DENGAN ORANG TUA
Suatu interaksi dikatakan berkualitas jika mampu
memberikan kebebasan dan kesempatan bagi tiap individu
untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang
dimilikinya. Dapat disimpulkan, interaksi antara remaja
dengan orang tua adalah hubungan timbl balik secara aktif
antara keduanya yang terwujud dalam kualitas hubungan
yang memungkinkan remaja untuk mengembangkan potensi
dirinya.
11. Jersild, Brook, dan Brook mengatakan bahwa
interaksi antara remaja dan orang tua dapat
digambarkan sebagai drama tiga tindakan (three-act-
drama), yaitu:
1.Drama tindakan pertama (the first act
drama), interaksi remaja dengan orang tua
berlangsung sebagaimana yang terjadi pada interaksi
antara masa anak-anak dengan orang tua.
2.Drama tindakan kedua (the second act
drama), disebut dengan “perjuangan untuk
emansipasi”. Pada masa ini, remaja juga memiliki
perjuangan yang kuat untuk mrmbebaskan dirinya
dari ketergantungan dengan orang tuanya
sebagaimana pada masa anak-anak untuk mencapai
status dewasa.
3.Drama tindakan ketiga (the third act drama), remaja
berusaha menempatkan dirinya berteman dengan
orang dewasa dan berinteraksi secara lancar dengan
mereka.
12. Fontana menambahkan, ada dua aspek dalam interaksi
remaja dan orang tua, yaitu :
1.Aspek objektif adalah keadaan nyata dari peristiwa
yang terjadi pada saat interaksi antara remaja dan
orang tua berlangsung.
2.Aspek subjektif adalah keadaan nyata yang
dipersepsi oleh remaja pada saat interaksi
berlangsung. Remaja cenderung menggunakan
aspek subjektifnya ketika berinteraksi dengan orang
tuanya.
13. E.PERSEPSI TENTANG INTERAKSI REMAJA ORANG-TUA
Fontana mengemukakan konsep yang berkaitan dengan kualitas
interaksi remaja-orang tua, yaitu:
a)Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya
dalam keluarga. Aspek ini mengandung indikator-indikator sebagai
berikut:
Persepsi remaja mengenai sikap saling menghargai di antara para
anggota keluarga.
Persepsi remaja mengenai keterlibatan dirinya dalam
membicarakan dan memecahkan masalah yang dihadapi keluarga.
Persepsi remaja mengenai toleransi orang tua terhadap
perbedaan pendapat.
Persepsi remaja mengenai kemampuan orang tua untuk
memberikan alasan yang masuk akal terhadap suatu perbuatan
atau keputusan yang diambil.
14. Lanjut. . .
Persepsi remaja mengenai keterbukaan orang tua terhadap minat
yang luas.
Persepsi remaja mengenai upaya orang tua untuk
mengembangkan komitmen terhadap tugas.
Persepsi remaja mengenai kehadiran orang tua di rumah dan
keakraban hubungan antara orang tua dan remaja.
Persepsi mengenai dorongan orang tua untuk mengembangkan
rasa ingin tahu yang lebih besar.
Persepsi remaja mengenai perasaan aman dan bebas yang
diberikan oleh orang tua untuk mengadakan eksplorasi dalam
rangka mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Persepsi remaja bahwa dalam keluarga terdapat aturan yang harus
ditaati tetapi tidak cenderung mengancam.
15. Lanjut. . .
c)Persepsi remaja mengenai keterbukaan sikap orang
tuanya.
d)Persepsi remaja mengenai kebebasan dirinya untuk
melakukan eksplorasi lingkungan.