2. Cara penularan
Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu
– cara penularan melalui kulit
Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh infeksi VHB melalui
hanya dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
– tembus kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar oleh bahan
yang infektif (apparent perkutaneous inoculations (cara penularan parental)
– kontak antara bahan yang infektif pada kulit dengan kelainan atau lesi
(inapparent percutaneous inculations)(Francis,1981).
– cara penularan melalui mukosa
Selaput lendir yang menurut penelitian dapat menjadi port d’entre
infeksi VHB adalah selaput lendir: mulut, mata, hidung, saluran
makanan bagian bawah dan alat kelamin (Frances, dkk,1981).
– cara penularan melaui perinatal (penularan vertikal)
3. Kelompok Risiko Tinggi Tertular
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
Balita yang dalam keseharian berada di penitipan anak atau di perumahan
dengan anak lain di daerah endemik
Kontak seksual / kontak rumah tangga dari orang yang terinfeksi
Pekerja kesehatan
Pasien dan karyawan di tempat hemodialisis
Pengguna narkoba suntik yang berbagi jarum tidak steril
Penderita yang berbagi peralatan medis atau gigi yang tidak steril
Orang memberikan atau menerima akupunktur dan / atau tato dengan
peralatan medis yang tidak steril
Orang yang tinggal di daerah atau bepergian ke daerah endemik hepatitis B
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
4. Kelompok populasi dengan risiko
tertular yang tinggi
– staf serta penderita pada tempat perawatan untuk Px
dengan lemah mental.
– penghuni institusi yang besifat tertutup, misalnya penjara
dll.
– pecandu narkotika (terutama yang menggunakan obat
suntik)
– staf dan penderita uni hemodialisis
– petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan
darah maupun produk yang berasal dari darah
– penderita yang sering mendapat transfusi darah misal :
penderita thelasemia, hemofilia, dll
5. Cara penularan
Salah satu cara penularan melalui mukosa yang sangat penting
hubungan kelamin. 42% suami atau istri mendapat penularan. Terbukti
pula bahwa hubungan kelamin dengan banyak pasangan mningkatkan
kemungkinan penularan infeksi HBV.
wanita tuna susila pada umumnya menunjukkan prevalensi serologik
infeksi HBV yang relatif tinggi dibandingkan dengan populasi pada
umumnya
penularan melalui hubungan seksual ini, bisa juga terjadi pada
hubungan kelamin homoseksual.
Walaupun hubungan kelamin tidak selalu disertai kontak dengan
darah tetapi pada hubungan tersebut kemungkinan untuk terjadinya
pertukaran cairan antara pasangan seksual sangat besar
6. Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
konsentrasi virus
Volume Inoculume
lama “exposure”
cara masuk VHB kedalam tubuh
kesetaraan individu yang bersangkutan
7. Kelompok populasi dengan risiko
tertular yang tinggi
– individu yang sering berganti – ganti pasangan seksual
– pria homo seksual
– suami/istri atau anggota keluarga penderita yang
menderita infeksi VHB kronik
– bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HBs Ag positif
– individu – individu yang tinggal didaerah dengan
prevalensi infeksi VHB yang tinggi
– populasi dari golongan sosial – ekonomi rendah yang
tinggal dalam daerah berjejal (crowded) dan higiene
kurang walaupun tinggal didaerah dengan prevalensi
infeksi VHB rendah.
8. Manifestasi klinik
Ada tiga manifestasi utama infeksi virus
heptitis B adalah
– hepatitis akut
– hepatitis kronik
– carrier sehat
9. Manifestasi klinik
Hepatitis akut :
perjalanan penyakit dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
– masa inkubasi berkisar antara 28 – 225 dengan rata – rata 75 hari.
tergantung pada dosis inokulum yang infektif makin besar dosis makin
pendek masa inkubasi HB.
– fase pra ikterik : Keluhan paling dini adalah malaise disertai anorexia dan
dysgensia (perubahan pada rasa) mual sampai muntah serta rasa tidak
enak pada perut kanan atas. Febris jarang didapatkan dan walaupun ada
tinggi. Pada fase ini dapat terjadi febris, gejala kulit dan anthralgin.
– Fase ikterik : berkisar antara 1 sampai 3 minggu, tetapi juga dapat terjadi
hanya beberapa hari atau selama 6 – 7 bulan.
– fase penyembuhan
Gejala fisik pada hepatitis akut
– hepatomegali, biasanya tidak terlalu besar
– nyeri tekan daerah hati tanpa tanda – tanda
hepatomegali (lebih banyak)
– Splenomegali ringan: 10 – 25% kasus
– Pembesaran kelenjar bening ringan
10. Manifestasi klinik
Labotarium:
– billirubin serum meningkat
– kadar enzim aminotransferase (SGOT & SGPT) meningkat
– kadar alfa fetoprotein mencapai 400 ng/l
– HBs Ag positif masa tunas sudah positif
– Hbe Ag positif menjadi negatif dengan timbulnya gejala
– DNA polymerase & DNA VHB positif menjadi negatif
dengan timbulnya gejala
– Anti – HBc positif sebelum permulaan timbulnya gejala
– Anti – HBs positif pada fase penyembuhan
11. Manifestasi klinik
Hepatitis B kronis
– keradangan dan nekrosis pada hati yang menetap (persistent) akibat
infeksi virus hepatitis B dan gangguan faal hati tetapi terjadi selama lebih
dari 6 bulan
– pada umumnya penderita menunjukkan keluhan yang ringan dan tidak
khas. Pemeriksaan fisik juga tidak khas.
– Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi seorang yang menderita
infeksi virus hepatitis B mengalami infeksi VHB akut atau kronik, yaitu:
umur
jenis kelamin
faktor imunologik
– neonatus : 90 – 100% akan menjadi infeksi kronik, bila infeksi VHB terjadi
saat dilahirkan.
– Bila infeksi VHB terjadi pada anak – anak kecil kemungkinan infeksi
menjadi kronik : 20 – 30%.
– Infeksi VHB pada orang dewasa akan menjadi kronik pada 5 – 10%.
12.
13. Pencegahan infeksi HBV
pemeriksaan HBs Ag sebelum transfusi darah dan tidak
menggunakan menggunakan darah yang HBs Ag positif.
imunisasi (pasif, aktif ,dan gabungan imunisasi pasif dan aktif
imunisasi pasif dengan hepatitis B imune globulin (HBIg).
Untuk pencegahan infeksi pada lingkungan endemik
Untuk pencegahan hepatitis pasca transfusi
Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hemodialins
Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hubungan kelamin
Untuk pencegahan infeksi VHB melalui tusukan jarum
Untuk pencegahan infeksi VHB parinatal
14. Imunisasi hepatitis B
• Saat lahir :
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah
lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula
status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
1 bulan :
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
6 bulan :
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal,
interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
15. Imunisasi hepatitis B
Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk
orang-orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B
termasuk:
1. Petugas kesehatan
2. Pasien yg sering menerima transfusi darah dan produk darah lainnya
seperti pada unit hemodialisa dan onkologi, penderita thallasemia, sickle-cell
anaemia, sirosis dan haemofilia, dll.
3. Petugas lembaga yg sering kontak dengan kelompok beresiko tinggi:
narapidana dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk penderita
gangguan mental.
4. Orang yang beresiko tinggi karena aktivitas seksualnya - Orang yang
berhubungan seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang terkena
penyakit kelamin, homoseks, kaum tuna susila.
5. Penyalahgunaan obat suntik
6. Orang dalam perjalanan ke daerah endemisitas tinggi
7. Keluarga yang kontak dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik.
8. Bayi yang lahir dari ibu pengidap (carrier)
16. Imunisasi hepatitis B
disuntikkan secara intramuskuler
Pada Anak/Dewasa > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid,
sedangkan pada bayi sebaiknya pada anterolateral paha.
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6
bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi
dasar.
Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan
Hepatitis B immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan
juga dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan
menggunakan jarum suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah, dan
tidak akan mengganggu respon imun terhadap vaksin-vaksin tersebut.