2. Pendahuluan
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik yang menyerang hati.
Hepatitis virus masih merupakan masalah kesehatan utama, baik di
negara yang sedang berkembang maupun negara maju.
Virus penyebab adalah hepatitis virus A (HAV), hepatitis virus B
(HBV), hepatitis virus C (HCV), hepatitis virus D (HDV), hepatitis virus E
(HEV), dan hepatitis virus G (HGV).
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi pada hepar yang disebabkan oleh Hepatitis C Virus (HCV).
Biasanya hepatitis C bersifat silent disease karena seseorang bisa terinfeksi dan tidak
mengetahuinya. Beberapa orang bisa tidak bergejala, dan sembuh, tapi kebanyakan orang
mendapatkan infeksi yang berkembang menjadi kronik ataupun infeksi seumur hidup.
Kronik hepatitis C ini bisa menjadi masalah serius yang menyerang hati menjadi gagal hati,
dan sampai menjadi kanker hati.
Etiologi :
Hepatitis C Virus → virus RNA dengan genom positif, termasuk famili Flaviviridae.
4. Hepatitis C pada ibu Hamil
Dikatakan Dokter Spesialis Anak Fakultas Kedokteran Universitas RS Cipto
Mangunkusumo (FKUI RSCM) Profesor Hanifah Oswari, virus penyebab Hepatitis
C memiliki risiko kecil turun dari ibu hamil ke anak yang dikandung.
Tapi risiko penularan virus Hepatitis C tidak sebesar risiko penularan virus
Hepatitis B dari ibu ke bayi yang mencapai lebih dari 94 persen.
5. Hepatitis C pada ibu Hamil
Ibu hamil dengan hepatitis C berisiko menulari janin juga. Penularan bisa terjadi di dalam rahim,
saat melahirkan, atau setelah bayi lahir.
Hepatitis yang terjadi selama hamil dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Tak
jarang masalah-masalah yang ditimbulkan dapat terjadi saat menjelang persalinan.
Perlu diketahui bahwa penyakit hepatitis yang terjadi pada ibu hamil dapat memicu beberapa
kendala saat Janin akan dilahirkan seperti terjadi persalinan prematur, sehingga bayi terlahir
dengan berat badan rendah. Kelainan anatomi tubuh bayi serta gangguan fungsi pada tubuh bayi
bisa terjadi bila sudah terinfeksi hepatitis C kronis.
6. Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi HCV sangat bervariasi, sekitar 0,5% sampai 3,37%. Dari
pemeriksaan darah donor di kota-kota, yaitu Jakarta sebesar 2,5%, Surabaya 2,3%,
Medan 1,5%, Bandung 2,7%, Yogyakarta 1%, Bali 13%, Mataram 0,5%, Manado 3,0%,
Makassar 1,0%,dan Banjarmasin 1,0%.
Penularan melalui transfusi darah, penggunaan obat-obatan intravena, hemodialisa,
tertusuk jarum suntik, tattoo, dan hubungan seksual lebih banyak pada orang dewasa.
Sedangkan pada anak biasanya disebabkan karena adanya penularan secara vertikal
melalui plasenta, biasanya terjadi pada ibu hamil.
7. Patogenesis Hepatitis C
HCV mempunyai kemampuan menimbulkan infeksi
kronis yang tergantung pada infeksi non-sitopatik
terhadap sel hati dan respons imunologis dari host.
virus yang beredar dalam
sirkulasi akan mengaktivasi
sel T sitotoksik
Pelepasan
Sitokinin
sel yang terinfeksi akan
rusak dan terjadi
hambatan replikasi
intraseluler
HCV mungkin juga menurunkan
respons imun antivirus dengan cara
infeksi langsung pada sel limfoid dan
menggangu produksi interferon
sel T sitotoksik yang bereaksi
dengan HLA kelas 1 dan core
beserta antigen envelope HCV
pada serum penderita HCV kronis
Kerusakan Hepatoseluler
Infeksi virus HCV
8. Manifestasi Klinis Hepatitis C
Hepatitis C akut
a. Asimptomatik dan gejala tidak spesifik (lelah, lemah, anoreksia, penurunan berat badan) → sehingga fase akut sangat
jarang ditemui
b. Pada dewasa sekitar 30% bisa muncul ikterus dan peningkatan enzim transaminase
Hepatitis C kronis
a. Sirosis hepatis
b. Hepatoma
10. Sirosis Hepatis
Perkembangan dari hepatitis C kronis menjadi sirosis berlangsung dalam dua atau tiga dekade.
Prevalensi terjadinya sirosis pada penderita hepatitis C kronis bervariasi antara 20-30% bahkan ada yang
dilaporkan mencapai 76%.
Terdapat beberapa faktor prediktif terjadinya progresifitas penyakit yaitu :
1. Umur lebih dari 40 tahun saat terinfeksi
2. Derajat fibrosis saat biopsi awal
3. Status imunologi
4. Ko-infeksi dengan virus hepatotropik lainnya atau dengan virus HIV
5. Konsumsi alkohol
6. Jenis genotip virus
11. Sirosis Hepatis
Prognosis penderita sirosis dengan infeksi HCV secara umum adalah baik sampai
terjadinya dekompensasi. Apabila terjadi dekompensasi hati, maka memiliki 5 year survival
rate kurang dari 50%. Ini merupakan suatu indikasi untuk dilakukan transplantasi hati.
Dengan adanya resiko terjadinya karsinoma hepatoselular, maka secara berkala
setiap 6 bulan perlu dilakukan USG dan pemeriksaan alfa-fetoprotein.
12. Karsinoma Hepatoseluler (Hepatoma)
Karsinoma hepatoseluler primer dapat berkembang pada penderita dengan sirosis,
tetapi HCV kurang efektif daripada HBV dalam menyebabkan karsinoma hepatoselulare
primer. Karsinoma hepatoselular akibat HCV mungkin akibat dari radang kronis dan
nekrosis bukannya pengaruh onkogenik virus. Resiko terjadinya karsinoma hepatoselular
pada penderita sirosis karena hepatitis C kronis diperkirakan sekitar 1-4%. Perkembangan
sejak terjadinya infeksi HCV sampai timbulnya karsinoma hepatoselular berkisar antara 10-
50 tahun.
13. Diagnosis Test for Disease Hepatitis C
Secara serologis :
EIA (Enzyme Immuno Assay) → IgG Anti HCV
Secara molekular :
HCV-RNA
14. Pengobatan Hepatitis C
Tujuan utama terapi pada hepatitis C adalah mencapai eradikasi hepatitis C yang
menetap yang disebut Sustaine Virological Response (SVR) yaitu RNAHCV yang tidak
terdeteksi dengan PCR pada 24 minggu setelah selesai terapi. Terapi standar yang
umumnya digunakan adalah pegylated interferon alfa- 2a atau alfa-2b dikombinasikan
dengan ribavirin.
15. Pengobatan Hepatitis C
Indikasi Interferon dan Ribavirin Kontraindikasi Interferon Kontraindikasi Ribavirin
Peningkatan AST/ALT Depresi berat Anemia (Hb < 11 g/dl)
Ditemukan HCV-RNA Dekompensasi hati Penyakit jantung koroner
Fibrosis portal atau inflamasi pada
biopsi hati
Penggunaan alkohol atau obat-
obatan
Kehamilan
Penyakit autoimun Penyakit vaskuler perifer
Diabetes berat Gagal ginjal
Hipertensi berat Gout
Penyakit penyerta yang berat
16. Pencegahan Hepatitis C
Vaksin HCV sampai sekarang masih belum ditemukan, sehingga pencegahan dititikberatkan
pada :
1. Screening yang efektif terhadap donor darah, jaringan maupun organ
2. Screening terhadap individu yg berada pada daerah dengan prevalensi HCV yg tinggi
3. Pendidikan kesehatan pada pekerja yg erat kerjanya dgn darah dan cairan tubuh.
Individu yg seharusnya menjalani screening HCV adalah :
1. Pengguna obat terlarang dgn suntikan 4. Individu dgn ALT yg meningkat terus menerus
2. Penerima darah dan produknya 5. Petugas kesehatan yg kontak dgn darah terinfeksi HCV
3. Penderita dialisis kronis 6. Bayi yg lahir dari ibu penderita HCV
17. k
Kesimpulan
Hepatitis disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Infeksi yang
disebabkan virus, bakteri, maupun parasit merupakan penyebab
terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis merupakan penyebab
terbanyak dari infeksi tersebut.
Terdapat sedikitnya 5 jenis virus hepatotropik penyebab utama
infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Semuanya
memberi gejala klinis hampir sama; bervariasi mulai dari
asimtomatis, bentuk klasik, sampai hepatitis fulminan yang dapat
menyebabkan kematian.