Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella Typhi yang menyerang saluran pencernaan dan menyebabkan gejala demam, nyeri perut, dan diare. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil uji laboratorium seperti uji Widal. Pengobatan yang diberikan antara lain antibiotik dan antipiretik untuk mengobati infeksi dan menur
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, suatu penyakit radang usus yang ditandai dengan diare berdarah. Disentri disebabkan oleh bakteri seperti Shigella dan protozoa seperti Entamoeba histolytica. Gejalanya berupa diare berdarah disertai demam dan nyeri perut. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan tinja sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian cairan dan antibiotika.
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, yaitu radang usus yang disebabkan oleh bakteri atau amoeba dan menyebabkan diare berdarah. Dokumen ini menjelaskan pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan dari penyakit disentri.
Makalah ini membahas tentang konsep medis dan konsep keperawatan disentri. Disentri dijelaskan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan disentri dibahas secara terperinci. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien disentri mencakup manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda dehidrasi, memenuhi kebutuhan giz
1. Pria berusia 28 tahun datang dengan keluhan demam selama 8 hari disertai mual dan muntah serta menurunnya selera makan.
2. Salmonella typhi diidentifikasi sebagai penyebabnya yang dapat menyebabkan demam tifoid.
3. Penatalaksanaan meliputi istirahat, diet, dan antibiotik seperti kloramfenikol atau fluorokuinolon untuk mencegah komplikasi seperti perdarahan usus.
Disentri disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dan ameba Entamoeba histolytica. Kedua penyakit menginfeksi usus besar dan menyebabkan gejala diare berdarah dan kram perut. Pengobatan berfokus pada rehidrasi dan antibiotik seperti metronidazol untuk amebiasis dan ampisilin atau kotrimoksazol untuk disentri basiler. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan diri.
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella Typhi yang menyerang saluran pencernaan dan menyebabkan gejala demam, nyeri perut, dan diare. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil uji laboratorium seperti uji Widal. Pengobatan yang diberikan antara lain antibiotik dan antipiretik untuk mengobati infeksi dan menur
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, suatu penyakit radang usus yang ditandai dengan diare berdarah. Disentri disebabkan oleh bakteri seperti Shigella dan protozoa seperti Entamoeba histolytica. Gejalanya berupa diare berdarah disertai demam dan nyeri perut. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan tinja sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian cairan dan antibiotika.
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, yaitu radang usus yang disebabkan oleh bakteri atau amoeba dan menyebabkan diare berdarah. Dokumen ini menjelaskan pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan dari penyakit disentri.
Makalah ini membahas tentang konsep medis dan konsep keperawatan disentri. Disentri dijelaskan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan disentri dibahas secara terperinci. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien disentri mencakup manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda dehidrasi, memenuhi kebutuhan giz
1. Pria berusia 28 tahun datang dengan keluhan demam selama 8 hari disertai mual dan muntah serta menurunnya selera makan.
2. Salmonella typhi diidentifikasi sebagai penyebabnya yang dapat menyebabkan demam tifoid.
3. Penatalaksanaan meliputi istirahat, diet, dan antibiotik seperti kloramfenikol atau fluorokuinolon untuk mencegah komplikasi seperti perdarahan usus.
Disentri disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dan ameba Entamoeba histolytica. Kedua penyakit menginfeksi usus besar dan menyebabkan gejala diare berdarah dan kram perut. Pengobatan berfokus pada rehidrasi dan antibiotik seperti metronidazol untuk amebiasis dan ampisilin atau kotrimoksazol untuk disentri basiler. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan diri.
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan tipoid, meliputi pengertian, penyebab, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan discharge planning.
Laporan kasus ini membahas diagnosa morbili pada pasien perempuan berusia 4 tahun dengan gejala demam berkelanjutan, ruam di seluruh tubuh, dan komplikasi bronkopneumonia bilateral. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda infeksi dan ruam makulopapular, sedangkan pemeriksaan penunjang menunjukkan leukositosis dan hasil röntgen thoraks menunjukkan bronkopneumonia bilateral. Diagnosis kerja adalah morbili dengan komplikasi bronk
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis dan keperawatan askep morbili pada anak, meliputi definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, pengobatan, pemeriksaan diagnostik, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk anak dengan morbili.
Dokumen tersebut membahas tentang gastroenteritis, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, diagnosis, penanganan, pencegahan, dan rehabilitasi. Secara ringkas, gastroenteritis adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan diare dan muntah, yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri serta dapat menyebabkan dehidrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus demam tifoid pada pasien berusia 10 tahun. Terdapat gejala klinis seperti demam, nyeri perut, mual dan muntah. Diagnosis kerja adalah demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien mendapatkan terapi antibiotik dan antipyretik serta pemantauan perkembangan penyakitnya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai sistem urinari pria dan wanita, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinikal, investigasi, diagnosis pembezaan, pengendalian, komplikasi, dan pendidikan kesehatan untuk sistitis, prostatitis, epididimitis dan orkitis.
1. Pasien mengeluhkan sesak napas, nyeri dada, dan perut selama seminggu terakhir beserta demam dan penurunan nafsu makan
2. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda infeksi paru dan gizi buruk
3. Hasil laboratorium dan rontgen paru menunjukkan adanya TB paru aktif beserta hipertiroid dan anemia
Anamnesis sistematis dimulai dengan memperkenalkan diri dokter dan tujuan pemeriksaan, lalu menanyakan identitas pasien, keluhan utama yaitu demam dan batuk selama 6 bulan, keluhan penyerta seperti sesak napas dan bengkak perut, riwayat imunisasi yang tidak lengkap, riwayat kehamilan dan tumbuh kembang anak, serta riwayat kebiasaan ayah yang merokok. Pemeriksaan fisik menemukan demam,
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan tipoid, meliputi pengertian, penyebab, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan discharge planning.
Laporan kasus ini membahas diagnosa morbili pada pasien perempuan berusia 4 tahun dengan gejala demam berkelanjutan, ruam di seluruh tubuh, dan komplikasi bronkopneumonia bilateral. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda infeksi dan ruam makulopapular, sedangkan pemeriksaan penunjang menunjukkan leukositosis dan hasil röntgen thoraks menunjukkan bronkopneumonia bilateral. Diagnosis kerja adalah morbili dengan komplikasi bronk
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis dan keperawatan askep morbili pada anak, meliputi definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, pengobatan, pemeriksaan diagnostik, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk anak dengan morbili.
Dokumen tersebut membahas tentang gastroenteritis, termasuk definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, diagnosis, penanganan, pencegahan, dan rehabilitasi. Secara ringkas, gastroenteritis adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan diare dan muntah, yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri serta dapat menyebabkan dehidrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus demam tifoid pada pasien berusia 10 tahun. Terdapat gejala klinis seperti demam, nyeri perut, mual dan muntah. Diagnosis kerja adalah demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien mendapatkan terapi antibiotik dan antipyretik serta pemantauan perkembangan penyakitnya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai sistem urinari pria dan wanita, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinikal, investigasi, diagnosis pembezaan, pengendalian, komplikasi, dan pendidikan kesehatan untuk sistitis, prostatitis, epididimitis dan orkitis.
1. Pasien mengeluhkan sesak napas, nyeri dada, dan perut selama seminggu terakhir beserta demam dan penurunan nafsu makan
2. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda infeksi paru dan gizi buruk
3. Hasil laboratorium dan rontgen paru menunjukkan adanya TB paru aktif beserta hipertiroid dan anemia
Anamnesis sistematis dimulai dengan memperkenalkan diri dokter dan tujuan pemeriksaan, lalu menanyakan identitas pasien, keluhan utama yaitu demam dan batuk selama 6 bulan, keluhan penyerta seperti sesak napas dan bengkak perut, riwayat imunisasi yang tidak lengkap, riwayat kehamilan dan tumbuh kembang anak, serta riwayat kebiasaan ayah yang merokok. Pemeriksaan fisik menemukan demam,
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kasus pasien anak berusia 4 bulan yang didiagnosis menderita diare akut dengan dehidrasi sedang. Dokumen ini berisi identitas pasien, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, diagnosis, penatalaksanaan, dan tinjauan pustaka mengenai diare akut pada anak.
Dokumen tersebut merangkum kasus seorang wanita berusia 52 tahun dengan diagnosis tuberculosis paru yang dirujuk dari puskesmas. Pasien mengeluh batuk berdahak berbulan-bulan disertai demam, keringat, dan berat badan turun. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi paru dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan neutrofil dan penurunan limfosit. Rontgen paru menunjukkan konsolidasi dan massa mediastinum
Makalah ini membahas tentang penyakit diare, termasuk epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaannya. Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tingginya angka kematian terutama pada anak-anak. Penyebab utamanya adalah infeksi akibat virus, bakteri, dan parasit disebabkan sanitasi dan higiene yang masih buruk.
Anak laki-laki berusia 13 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan lubang di langit-langit mulut yang membesar selama 2-3 bulan. Ibunya positif terinfeksi sifilis sebelum melahirkan, dan anak didiagnosis menderita sifilis kongenital berdasarkan pemeriksaan. Anak menerima pengobatan antibiotik selama 3 minggu.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan thalasemia yang mencakup pengkajian pasien, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain meliputi gejala klinis thalasemia pada anak, penilaian status kesehatan dan pertumbuhan anak, serta risiko komplikasi seperti infeksi dan gangguan sirkulasi. Dokumen ini juga menjelaskan tindakan-tindakan
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptxIsyeSiahaya
Dokumen tersebut berisi data demografi, riwayat sosial, kesehatan, dan pemeriksaan fisik pasien yang diduga terinfeksi HIV. Meliputi riwayat seksual berisiko, penggunaan narkoba suntik, riwayat kesehatan terdahulu, dan gejala-gejala yang muncul. Pemeriksaan fisik mencakup sistem kardiorespirasi, gastrointestinal, neurologi, dan lainnya untuk mengetahui dampak HIV. Pemeriksaan laboratorium dil
Asuhan keperawatan pada pasien difteri meliputi pengkajian gejala klinis seperti demam, bengkak leher, dan gangguan pernapasan. Pengobatan difokuskan pada pemberian antitoksin, antibiotik, dan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi. Tindakan mencakup isolasi, pemberian nutrisi, dan pencegahan penyebaran infeksi.
dalam presentasi ini dijelaskan mengenai penyakit campak ; epidemiologi, etiologi, patofisiologi, management dan vaksinasi. semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Hemintiasis
1. 1
PEMICU
Seorang anak laki-laki A, usia 9 tahun berobat dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk-
batuk, badan kurus, dan pucat. Menurut ibunya, keluhan ini sudah lama dialami A. A juga sering
sekali tidak masuk sekolah karena demam dan diare. Ibu tidak ingat jelas mengenai riwayat
imunisasi.
A berasal dari keluarga petani sayuran. Mereka tinggal dilahan pertanian dengan rumah
terbuat dari tepas dan beralaskan tanah. A adalah anak keempat dari lima bersaudara. Menurut
sang ibu, semua anaknya juga mengalami hal yg sama, hanya saja kondisi A lebih buruk
dibandingkan saudaranya yg lain. Mereka tinggal dekat dengan lokalisasi Pekerja Seks
Komersial.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan darah dan
feses serta pemeriksaan penunjang lain tanpa menjelaskan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan dan tidak meminta persetujuan pasien, karena semua biaya pengobatan ditanggung
oleh pihak tertentu.
Pada pemeriksaan fisik:
BB 14 kg, TB 110 cm, konjungtiva palpebra inferior tampak pucat, mata cekung (-), mukosa
bibir pucat dan tidak kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah beningleher, dada simetris
fusiformis tanpa retraksi, frekuensi nafas 28x/menit, reguler, tidak ada ronki atau wheezing,
frekuensi denyut jantung, 120x/menit, reguler, tidak ada murmur, perut supel, turgor kulit
kembali cepat, hepar dan limpa tidak teraba,. Nadi 120x/menit, tekanan/volume cukup. Palmar
tampak puca, akral hangat. Dijumpai ruam makula hyperemisberupa garis linier melengkung
dengan panjang ± 4cm, tampak nanah disepanjang ruam.
Pada pemeriksaan darah:
Hb 6,5gr%, Ht 20%, Leukosit 9170?mm3, Trombosit 209.000/mm3, MCV 58,90 fl, MCH
13,50pg, MCHC 22,90 gr%, diftel: 5/0/27/24/37/7. Morfologi darah tepi: hipokrom
mikrositer.besi serum (serum iron) 10,99mcg/dl, serum ferritin: 5 mcg/I, TBC: 500mcg/dl. Test
HIV (-)
2. 2
Pada pemeriksaan fisik lengkap:
Warna kuning, konsistensi lembek, lendir (+), darah positif, ditemukar telur ascaris sp.
Hookworm sp, dan Trichuris trichuria.
Pemeriksaan mantoux test : (-)
Pemeriksaan foto thoraks : gambaran pneumonia
I. KLARIFIKASI ISTILAH
-
II. DEFINISI MASALAH
- Os batuk-batuk
- Badan kurus
- Pucat
- Demam
- Diare
III. ANALISA MASALAH
- Ada benda asing di saluran penafasan (paru) batuk
- Anak diare sari makanan keluar (-) sumber energi kurus
pucat
- Demam
Diare Anemi
Pucat
- Bakteri/ benda asing masuk proses pertahanan tubuh makrofag (fagositosis)
proses mengjhasilkan IL IL masuk ke peredaran darah dihipothalamus
menghasilkan respon suhu tubuh demam
3. 3
- Sanitasi jelek terkontaminasi melalui makanan diare
- Pendidikan tentang kesehatan
- Lumen terganggu (absorbsi gangguan sari makanan dan air terganggu diare
IV. GALI KONSEP
Sanitasi jelek
Lingkungan kotor TERPAPAR CACING LARVA
Ekonomi rendah
Kulit (Hookworm) Tertelan malalui makanan
(Ascaris dan trichuris Trichuria)
Peredaran darah paru jantung
Paru jantung
Batuk
Saluran cerna
Usus halus
V. LEARNING OBJECTIVE (LO)
1. Patofisiologi batuk, badan kurus, demam, pucat, dan diare
2. Diagnosa banding dari penyakit yang terjadi
3. Anamnesa holistik
4. Inform consent
4. 4
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan penunjang
7. Imunisasi
8. Hasil pemeriksaan laboratorium
9. A. Patogenesis dri ascaris,hookworm, trikuris
b. Reaksi imunologis
10. Penatalaksanaan
11. Pencegahan
VI. PEMBAHASAN LO
1. PATOFISIOLOGI DEMAM, PUCAT, KURUS, BATUK, DIARE
a. Patofisiologi demam
HIPERTERMI
MENGIGIL, MENINGKATKAN SUHU BASAL
MENINGKATAKAN PATOKN SUHU TUBUH (SET POINT)
MERANGSANG HIPOTHALAMUS
PEMBENTUKAN PROSTAGLANDIN DI OTAK
SNYAL MENCAPAI SSP
MERANGSANG SARAF VAGUS
INTERLEUKIN 1, INTERLEUKIN 6
PELEPASAN PIROGEN ENDOGEN (SITOKIN)
AKUMULASI MONOSIT, MAKROFAG, SEL T HELPER, DAN FIBROBLAS
INFLAMASI (PROSES PERTAHANAN TUBUH)
INFEKSI /CEDERA JARINGAN
5. 5
b. Patofisiologi Pucat
c. Patofisiologi Diare
faktor intrinisik
parasit masuk dan
berkembang baik di
usus
menempel pada
dinding usus
diare
faktor malabsorbsi
berkurangnya
kemampuan
absorbsi
tekanan osmotik di
rongga usus
terganggu
isi rongga usus
meningkat
diare
faktor makanan
toksin tidak dapat
diserap
hiperperistaltik
diare
faktor psikolog
hiperperistaltik
kesempatan usus
menyerap makanan
menurun
diare
O2 dan daran menurun ke peredaran darah perifef (pucat)
penurunan HB dan Eritrosit dalam tubuh
proses pembentukan darah berkurang
zat besi menurun (kebutuhan zat besi meningkat)
intek nutrisi menurun, dikarenakan adanya infeks
6. 6
d. Patofisiologi badan kurus
Kurang makan. Menderita penyakit,pengetahuan kesehatan yang rendah
Gizi buruk
Asupan kalori dan dan nutrisi tidak adekuat
Absorbsi nutrisi di usus menurun
Kebutuhan Tubuh Meningkat diare
Cadangan lemak diambil dari lemak Ketidak seimbangan volume cairan
Di bawah kulit
Cadangan nutrisi dan kalori menurun penyusutan jaringan
Defesiensi nutrisi dan kalori Hilangnya lemak subkutan
Pertumbuhan dan perkembangan BB menurun kulit tipis dan kering
Menurun
Integritas kulit menurun
Sistem Imun menurun
Komplikasi
7. 7
2. DIAGNOSA BANDING
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,loeffller's
syndrome dan asma. Pneumonitis yang disebabkan ascaris lumbricoides menyerupai
gejala Pneumonitis yang disebabkan cacing tambang.CAcing ini dapat merupakan
pencetus untuk terjadinya pankreatitis,apendisitis,divertikulitis.
Selain itu pada kasus ini diagnose banding lainnya adalah TBC, Anemia dan Pneumoni
3. ANAMNESA HOLISTIK
adalah anamnesa yang lengkap yang dapat dilakukan dengan skala aloanamnesis dan
autoanamnesis.
1) Identitas :
a. Nama
b. Umur
c. Tanggal lahir
d. jenis kelamin
e. Nama orang tua/ suami
f. penanggung jawab
g. Alamat
h. Pendidikan
i. Pekerjaan
j. Suku
k. Bangsa
l. Agama
2) Keluhan utama, Yaitu keluhan yang dirasakan pasien sehingga datang ke dokter
3) Riwayat penyakit sekarang
Yaitu perubahan dalam kesehatan akhir-akhir ini yang membuat pasien mencari
bantuan medis :
a. Sudah berapa lama dirasakan keluhan nya?
b. Apakah keluhan secara terus menerus
c. Bagaimana dia mengetahui keluhan itu?
d. Dimana saja dirasakan sakit nya?
8. 8
e. Apakah ada keluhan lain?
f. Lalu bertanya kronologi nya.
4) Riwayat medis masa lalu
a. Keadaan kesehatan umum
b. Penyakit yang lalu.
c. Cidera
d. Perawatan di masa lalu
e. Pembedahan
f. Alergi
g. Imunisasi
h. Diet
5) Riwayat pekerjaan dan lingkungan, Merupakam riwayat pemaparan zat-zat tertentu.
a. Bagaimana lingkungan rumah anda?
b. Dimana anda tinggal?
6) Riwayat keluarga
mencakup pendidikan, pengalaman hidup, lingkungan pribadi pasien, gaya hidup
pasien, orang - orang yang berada bersama pasien, apakah ada keluarga yang
menderita gejala yang sama, informasi kesehatan keluarga
7) Riwayat psikososial
informasi pendidikan dan pengalaman hidup
4. INFORMED CONSENT
Perlu dilakukan informed consent mengenai persetujuan dari pihak pasien atau keluarga
untuk melakukan tindakan medis ataupun pemeriksaan penunjang serta menjelaskan
tujuan dan manfaatnya. Seperti, pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui jumlah
HB, apakah pasien anemia atau tidak, jenis anemia. Kemudian pemeriksaan feses
bertujuan untuk membantu diagnose penyakit pasien, pemeriksaan fisik dilakukan unutk
melihat ada kelianan atau tidak, dan pemeriksaan penunjang seperti radiologi untuk
membantu mengelaminasi diagnose banding penyakit pasien.
9. 9
5. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh pada pasien yang menderita infeksi cacing
nematoda adlaah :
a. Observasi
o Kesadaran pasien : sadar, gelisah dll
o Gaya berjalan pasien saat memasuki ruangan (sambil menggaruk garuk anus,
ditopang keluarga)
b. Inspeksi
o Kondisi tubuh pasien (lemah, lesu, kurus, malnutrisi)
o Keadaan kulit (pucat, macula hiperemis)
o Malaise
o Anemis konjungtiva palpebra, inferior pucat
o Kesulitan dalam bernapas
o Bentuk perut (buncit/tidak)
c. Palpasi
o Nyeri tekan pada daerah abdomen
o Nadi lemah
o Ada demam
d. Perkusi
o Perkusi batas batas organ, hati dan splen
e. Auskultasi
o Adanya ronki kasar
o Suara jantung melemah
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan bagian pemeriksaan klinis dan dapat
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lipatan kulit serta lingkar
berbagai bagian tubuh (sirkumferensia).
b. Pemeriksaan feses
10. 10
Untu membantu mendiagnosa, biasanya didapati telur cacing, larva ataupun
cacing dewasa pada tinja / feses penderita
c. Pemeirksaan Mantoux tes
Tes tuberculin digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembanganya
Mycobacterium Tuberculosa. Tes tuberculin ini merupakan pemeriksaan
diagnostic dengan menyuntikan Purified Protein Derivative (PPD) secara
intradermal..
d. Radiologi
Dilakukan untuk menyingkirkan diagnose banding dari pasien, seperti TBC
dan Pneumoni diakrenakan didapati loffer syndrome.
7. IMUNISASI
Pada pemicu anak tidak mendapatkan imuniasi. Seharusnya anak mendapatkan riwayat
imunisasi, diantaranya :
Vaksin Pemberian imunisasi Selang waktu Umur
BCG 1x 0 – 11 bulan
DPT 3x (1,2,3) 4 minggu 2 – 11 bulan
POLIO 4x (1,2,3,4) 4 mimggu 0 – 11 bulan
CAMPAK 1x 9 – 11 bulan
HEPATITIS B 3x (1,2,6) 4 minggu 0 – 11 bulan
Sumber : BRP smester 1 blok II, Ilmu Kedokteran Dasar Tahun angkatan 2013-2014,
fakultas kedokteran universitas Methodist indonesia
12. 12
Sumber : http://idai.or.id
8. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Berdasarkan kasus dari pemicu, didapati hasil laboratorium :
a. Hemoglobin
Adalah molekul protein pada sel darah berfungsi sebagai media transport oksigen dari
paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan Co2 juga kadar Hb. Kadar Hb normal :
13. 13
o Bayi baru lahir : 17 – 22 gr/dl
o Umur 1 minggu : 15 – 20 gr/dl
o Umur 1 bulan : 11 -15 gr/dl
o Anak anak : 11 – 13 gr/dl
o Laki laki dewasa : 14 – 18 gr/dl
o Perempuan dewasa : 12 – 16 gr/dl
o Lelaku tua : 12,4 – 14,9 gr/dl
o Perempuan tua : 11,7 – 13,8 gr/dl
Hb pasien : 6,5 gr/dl (turun)
b. Hematokrit
Merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100
ml darah yang dinyatakan dalam %. Nilai normal :
o Laki laki : 40,7 % - 50,3 %
o Wanita : 36,1 % - 44,3 %
Ht pasien : 20% (turun)
c. Leukosit
Adalah komponen darah yang berperan dalam memerangi (infeksi yang disebabkan
oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolism toksin dll).
Nilai norma : 4.000 – 10.000 sel/mikro liter darah
Leukosit pasien normal : 9.170
d. Trombosit
Komponen darah untuk proses pembekuan darah
Nilai normal : 150.000 – 400.000 sel/mikro liter darah
Trombosti anak normal : 209.000
e. MCV (mean corpuscular volume)
Nilai normal : 82 – 92 Fl
MCV pasien : 58,9 fl (turun)
f. MCH (mean corpuscular hemoglobin)
Nilai normal : 82 – 92 Pg
14. 14
MCH pasien : 13,5 Pg (turun)
g. MCHC
MCHC pasien turun
h. Difftel
o Eosinofil : 1 – 3 %
o Basofil : 0 – 1 %
o Netrofil batang : 2 – 6 %
o Netrofil segmen : 50 – 70 %
o Limfosit : 20 – 40%
o Monosit : 2 – 8 %
i. Besi Serum
Pada pasien : 10,99 mlg/dl (anemia Defisiensi besi)
j. Besi Feritin
Pada anak : 5 mlg/l (anemia defisiensi besi)
k. TIBC
Yaitu jumlah beso yang bisa diikat secara khusus oleh plasma
Nilai normal : 250 – 400
Pada anak : 500 mcg/dl (anemia defisiensi besi, meningkat)
15. 15
9. PATOGENESIS DAN REAKSI IMUNITAS DARI CACING HOOKWORM,
ASCARIASIS LUMBRICOIDES, TRICHURIS TRICHIURA
a. Patogenesis
o Ascaris Lumbricoides (cacing gelang)
Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi menjadi bentuk infektif dalam
waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan
menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus
menuju pembuluh darah atau saluran limfe dan dialirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru paru. Menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian anik ke trachea
16. 16
melalui bronchioles dan bronkus. Dari trachea menuju ke faring, sehingga
menimbulkan rangsangan batuk, kemdian tertelan masuk ke dalam esophagus
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Pasien ini memerlukan
waktu 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa
o Hookworm
Telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur
tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva
tumbuh menjadi larva filarifom yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan
hidup 7-8 minggu ditanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke
jantung terus ke paru paru menembus pembuluh darah dan masuk ke bronchus
lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam
usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform
menembus kulit/ikut tertelan bersama makanan. Tiap Necator americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari. Pada infeksi
kronik/ infeksi berat akan terjadi anemia hipokrom mikrositer
17. 17
o Trihuris trichiura (cacing Cambung)
Telurnya yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur mejadi
matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang
lembab dan teduh. Telut matang inilah yang berisi larva dan merupakan bentuk
infektif. infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia,
kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk kedalam usus halus
sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk kekolon
asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing
dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari. Pada infeksi berat cacing
tersebut diseluruh rectum, kadang terlihat dimukosa rectum yang mengalami
prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini
memasukakn kepalanya kedalam mukosa usus, sehingga menimbulkan iritasi
pada tempat perlekatannya dan menimbulkan perdarahan.
18. 18
b. reaksi imunologis ascariasis sp, hookmormsp, trichuris sp.
Reaksi Hipersensivitas / Anafilaktik.
Golongan Helmintes paling ampuh dalam menginduksi pembentukan antibodi
ini. IgE mempunyai sifat yang struktur imunoglobulinnya dapat melekat pada
sel basofil/ mastosit. Sehingga apabila bereaksi dengan antigen parasit akan
terjadi perubahan molekul IgE yang mempengaruhi membran basofil. Lewat
cAMP maka, dalam sel tersebut akan timbul proses degranulasi sehingga isi
granula seperti histamin SRS-A dan ECF-A akan dilepas. Zat mediator
farmakologik aktif ini kemudian akan menyebabkan berbagai perubahan.
Maka, sel basofil akan melepaskan histamin, dan histamin akan dinetralkan
oleh zat yang dilepas eosinofil. Selain itu eosinofil akan melepas sesuatu yang
akan punya pengaruh terhadap sel makrofag sehingga antigen asing lebih
mudah dipenetrasikan oleh sel makrofag ke sel limfosit T dan B.
Reaksi Sitotoksik.
Ditimbulkan akibat adanya antobodi bebas yang dibawa oleh IgG dan IgM
yang dapat bereaksi dengan antigen sel/jaringan akibat reaksi silang atau telah
diabsorbsi oleh sel/jaringan tubuh di tempat lain. Suatu sel/jaringan tubuh
yang telah bereaksi dengan IgG antibodi, dapat menarik sel limfosit yang
dikenal Killer lymphocyte cell (K-cell). Dan akan menghancurkan sel darah
merah sehingga terjadi anemia.
Reaksi Kompleks Toksik.
Di dalam darah terdapat antigen bebas. Kompleks imun ini beredar dalam
darah dalam bentuk kompleks yang larut. Reaksi ini terjadi apabila kompleks
imun itu telah mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadilah reaksi
radang yan tergantung lokasi reaksi radang. Kelainan yang diakibatkan oleh
reaksi ini menimbulkan gejala seperti demam, lemas, nyeri, bengkak.
Reaksi Seluler.
Reaksi ini telah dilatarbelakangi oleh sistem imunitas seluler yaitu sel fagosit
yang telah dirangsang zat limfokin yang dilepaskan oleh sel limfosit-T. Reaksi
ini tidak memerlukan antibodi.
19. 19
10. PENATALAKSANAAN
a. Farmako
Ascaris
Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai
berikut: BB 0-15 kg : 1 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB
15-25 kg : 2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 25-50 kg : 3
gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB > 50 kg : 3,5 gr sekali
sehari selama 2 hari berturut-turut Satu tablet obat ini mengandung 250
dan 500 mg piperazin.
Heksilresorsinol. Obat ini diberikan setelah pasien dipuasakan terlebih
dahulu, baru kemudian diberikan 1 gr heksilresorsinol sekaligus disusul
dengan pemberian laksans sebanyak 30 gr MgSO4, yang diulangi lagi 3
jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan
pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.
Pirantel Pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB, maksimum 1 gr.
Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit dan
demam. Levamisol. Diberikan dengan dosis tunggal 150 mg. Albendazol.
Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan
dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Hookworm
Perawatan umum. Dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik,
suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang
berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia.
Pengobatan spesifik Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Tetrakloretilen. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg BB, dosis tunggal tidak
boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila
pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya
dalam keadaan perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Befanium
hidroksinaftat. Dosis yang diberikan 5 gr 2 kali sehari, dan dapat diulang
20. 20
bila diperlukan. Pirantel pamoat. Dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari
sebagai dosis tunggal.
Perlu diperhatikan pengobatan suga dilakukan secara simtomatik.
b. Non Farmako
Perlu diberikan edukasi kepada keluarga pasien dan pasien sebelum pasien
dan keluarganya meninggalkan ruang pemeriksaan, diantaranya :
Hindari makanan yang menghambat absorbs besi (the, susu murni,
kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol
Banyak minum air putih untuk mencegah konstipasi (akibat pemberian
preparat besi)
Menjelaskan makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan
absorbs yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging
Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi
kontaminasi atau paparan dari sumber infeksi
Memberikan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada anak jika
pengobatan tidak dilakukan dengan baik atau tidak dilakukan dengan
tuntas
Menjelaskan kepada orang tua anak agar membawa anak anak nya yang
juga terinfeksi
Menjelaskan kepada orang tua bahwa sianak perlu diperiksakan kembali
6 bulan lagi untuk melihat apakah sianak masih terinfeksi atau tidak, jika
masih anak perlu diberikan penatalaksanaan secara farmako kembali
11. PENCEGAHAN
Pencegahan ditujukan untuk memutus rantai dan siklus hidup infeksi cacing adalah :
c. Melakukan pengobatan secara baik dan tuntas untuk menghilangkan sumber
infeksi, periksa kesehatan anak tiap 6 bulan sekali
d. Pendidikan kebersihan, kebersihan makanan, pembuangan tinja manusia,
mencuci tangan sebelum makan, memasak makanan, sayuran, dan air dengan
baik
21. 21
e. Membiasakan diri menggunakan sepatu, terutama saat bekerja di kebun .
pertambangan
f. Memperhatikan kebersihan daerah anus
g. Pengobatan masal dengan antihelmentik dan perbaikan sanitasi
12. WE DON’T KNOW
a. Penjelasan Dosis Tunggal
pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif
secara klinik.
b. Penatalaksanan Batuk Pada Pasien Dalam pemicu, apakah perlu diberikan obat batuk.
Tidak perlu diberikan obat batuk, pemberian obat antihelmintes sudah cukup, karena
setelah melewati masa migrasi paru, akan menuju saluran cerna, dan telur, larva atau
cacing dewasa pada saat disaluran cernalah baru diberikan antihalmintes.
13. KESIMPULAN
Anak menderita infeksi cacing dan perlu diberikan antihelmintes pyrantel pamoate
dengan dosis tunggal, serta simtomatik untuk diare, demam, dan anemianya. Serta
diberikan edukasi kepada orang tua.