SlideShare a Scribd company logo
1
PEMICU
Seorang anak laki-laki A, usia 9 tahun berobat dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk-
batuk, badan kurus, dan pucat. Menurut ibunya, keluhan ini sudah lama dialami A. A juga sering
sekali tidak masuk sekolah karena demam dan diare. Ibu tidak ingat jelas mengenai riwayat
imunisasi.
A berasal dari keluarga petani sayuran. Mereka tinggal dilahan pertanian dengan rumah
terbuat dari tepas dan beralaskan tanah. A adalah anak keempat dari lima bersaudara. Menurut
sang ibu, semua anaknya juga mengalami hal yg sama, hanya saja kondisi A lebih buruk
dibandingkan saudaranya yg lain. Mereka tinggal dekat dengan lokalisasi Pekerja Seks
Komersial.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan darah dan
feses serta pemeriksaan penunjang lain tanpa menjelaskan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan dan tidak meminta persetujuan pasien, karena semua biaya pengobatan ditanggung
oleh pihak tertentu.
Pada pemeriksaan fisik:
BB 14 kg, TB 110 cm, konjungtiva palpebra inferior tampak pucat, mata cekung (-), mukosa
bibir pucat dan tidak kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah beningleher, dada simetris
fusiformis tanpa retraksi, frekuensi nafas 28x/menit, reguler, tidak ada ronki atau wheezing,
frekuensi denyut jantung, 120x/menit, reguler, tidak ada murmur, perut supel, turgor kulit
kembali cepat, hepar dan limpa tidak teraba,. Nadi 120x/menit, tekanan/volume cukup. Palmar
tampak puca, akral hangat. Dijumpai ruam makula hyperemisberupa garis linier melengkung
dengan panjang ± 4cm, tampak nanah disepanjang ruam.
Pada pemeriksaan darah:
Hb 6,5gr%, Ht 20%, Leukosit 9170?mm3, Trombosit 209.000/mm3, MCV 58,90 fl, MCH
13,50pg, MCHC 22,90 gr%, diftel: 5/0/27/24/37/7. Morfologi darah tepi: hipokrom
mikrositer.besi serum (serum iron) 10,99mcg/dl, serum ferritin: 5 mcg/I, TBC: 500mcg/dl. Test
HIV (-)
2
Pada pemeriksaan fisik lengkap:
Warna kuning, konsistensi lembek, lendir (+), darah positif, ditemukar telur ascaris sp.
Hookworm sp, dan Trichuris trichuria.
Pemeriksaan mantoux test : (-)
Pemeriksaan foto thoraks : gambaran pneumonia
I. KLARIFIKASI ISTILAH
-
II. DEFINISI MASALAH
- Os batuk-batuk
- Badan kurus
- Pucat
- Demam
- Diare
III. ANALISA MASALAH
- Ada benda asing di saluran penafasan (paru)  batuk
- Anak diare  sari makanan keluar  (-) sumber energi kurus
pucat
- Demam
Diare Anemi
Pucat
- Bakteri/ benda asing masuk  proses pertahanan tubuh  makrofag (fagositosis) 
proses mengjhasilkan IL  IL masuk ke peredaran darah  dihipothalamus
menghasilkan respon suhu tubuh  demam
3
- Sanitasi jelek  terkontaminasi melalui makanan  diare
- Pendidikan tentang kesehatan
- Lumen terganggu (absorbsi gangguan sari makanan dan air terganggu  diare
IV. GALI KONSEP
Sanitasi jelek
Lingkungan kotor TERPAPAR CACING LARVA
Ekonomi rendah
Kulit (Hookworm) Tertelan malalui makanan
(Ascaris dan trichuris Trichuria)
Peredaran darah paru jantung
Paru jantung
Batuk
Saluran cerna
Usus halus
V. LEARNING OBJECTIVE (LO)
1. Patofisiologi batuk, badan kurus, demam, pucat, dan diare
2. Diagnosa banding dari penyakit yang terjadi
3. Anamnesa holistik
4. Inform consent
4
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan penunjang
7. Imunisasi
8. Hasil pemeriksaan laboratorium
9. A. Patogenesis dri ascaris,hookworm, trikuris
b. Reaksi imunologis
10. Penatalaksanaan
11. Pencegahan
VI. PEMBAHASAN LO
1. PATOFISIOLOGI DEMAM, PUCAT, KURUS, BATUK, DIARE
a. Patofisiologi demam
HIPERTERMI
MENGIGIL, MENINGKATKAN SUHU BASAL
MENINGKATAKAN PATOKN SUHU TUBUH (SET POINT)
MERANGSANG HIPOTHALAMUS
PEMBENTUKAN PROSTAGLANDIN DI OTAK
SNYAL MENCAPAI SSP
MERANGSANG SARAF VAGUS
INTERLEUKIN 1, INTERLEUKIN 6
PELEPASAN PIROGEN ENDOGEN (SITOKIN)
AKUMULASI MONOSIT, MAKROFAG, SEL T HELPER, DAN FIBROBLAS
INFLAMASI (PROSES PERTAHANAN TUBUH)
INFEKSI /CEDERA JARINGAN
5
b. Patofisiologi Pucat
c. Patofisiologi Diare
faktor intrinisik
parasit masuk dan
berkembang baik di
usus
menempel pada
dinding usus
diare
faktor malabsorbsi
berkurangnya
kemampuan
absorbsi
tekanan osmotik di
rongga usus
terganggu
isi rongga usus
meningkat
diare
faktor makanan
toksin tidak dapat
diserap
hiperperistaltik
diare
faktor psikolog
hiperperistaltik
kesempatan usus
menyerap makanan
menurun
diare
O2 dan daran menurun ke peredaran darah perifef (pucat)
penurunan HB dan Eritrosit dalam tubuh
proses pembentukan darah berkurang
zat besi menurun (kebutuhan zat besi meningkat)
intek nutrisi menurun, dikarenakan adanya infeks
6
d. Patofisiologi badan kurus
Kurang makan. Menderita penyakit,pengetahuan kesehatan yang rendah
Gizi buruk
Asupan kalori dan dan nutrisi tidak adekuat
Absorbsi nutrisi di usus menurun
Kebutuhan Tubuh Meningkat diare
Cadangan lemak diambil dari lemak Ketidak seimbangan volume cairan
Di bawah kulit
Cadangan nutrisi dan kalori menurun penyusutan jaringan
Defesiensi nutrisi dan kalori Hilangnya lemak subkutan
Pertumbuhan dan perkembangan BB menurun kulit tipis dan kering
Menurun
Integritas kulit menurun
Sistem Imun menurun
Komplikasi
7
2. DIAGNOSA BANDING
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,loeffller's
syndrome dan asma. Pneumonitis yang disebabkan ascaris lumbricoides menyerupai
gejala Pneumonitis yang disebabkan cacing tambang.CAcing ini dapat merupakan
pencetus untuk terjadinya pankreatitis,apendisitis,divertikulitis.
Selain itu pada kasus ini diagnose banding lainnya adalah TBC, Anemia dan Pneumoni
3. ANAMNESA HOLISTIK
adalah anamnesa yang lengkap yang dapat dilakukan dengan skala aloanamnesis dan
autoanamnesis.
1) Identitas :
a. Nama
b. Umur
c. Tanggal lahir
d. jenis kelamin
e. Nama orang tua/ suami
f. penanggung jawab
g. Alamat
h. Pendidikan
i. Pekerjaan
j. Suku
k. Bangsa
l. Agama
2) Keluhan utama, Yaitu keluhan yang dirasakan pasien sehingga datang ke dokter
3) Riwayat penyakit sekarang
Yaitu perubahan dalam kesehatan akhir-akhir ini yang membuat pasien mencari
bantuan medis :
a. Sudah berapa lama dirasakan keluhan nya?
b. Apakah keluhan secara terus menerus
c. Bagaimana dia mengetahui keluhan itu?
d. Dimana saja dirasakan sakit nya?
8
e. Apakah ada keluhan lain?
f. Lalu bertanya kronologi nya.
4) Riwayat medis masa lalu
a. Keadaan kesehatan umum
b. Penyakit yang lalu.
c. Cidera
d. Perawatan di masa lalu
e. Pembedahan
f. Alergi
g. Imunisasi
h. Diet
5) Riwayat pekerjaan dan lingkungan, Merupakam riwayat pemaparan zat-zat tertentu.
a. Bagaimana lingkungan rumah anda?
b. Dimana anda tinggal?
6) Riwayat keluarga
mencakup pendidikan, pengalaman hidup, lingkungan pribadi pasien, gaya hidup
pasien, orang - orang yang berada bersama pasien, apakah ada keluarga yang
menderita gejala yang sama, informasi kesehatan keluarga
7) Riwayat psikososial
informasi pendidikan dan pengalaman hidup
4. INFORMED CONSENT
Perlu dilakukan informed consent mengenai persetujuan dari pihak pasien atau keluarga
untuk melakukan tindakan medis ataupun pemeriksaan penunjang serta menjelaskan
tujuan dan manfaatnya. Seperti, pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui jumlah
HB, apakah pasien anemia atau tidak, jenis anemia. Kemudian pemeriksaan feses
bertujuan untuk membantu diagnose penyakit pasien, pemeriksaan fisik dilakukan unutk
melihat ada kelianan atau tidak, dan pemeriksaan penunjang seperti radiologi untuk
membantu mengelaminasi diagnose banding penyakit pasien.
9
5. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh pada pasien yang menderita infeksi cacing
nematoda adlaah :
a. Observasi
o Kesadaran pasien : sadar, gelisah dll
o Gaya berjalan pasien saat memasuki ruangan (sambil menggaruk garuk anus,
ditopang keluarga)
b. Inspeksi
o Kondisi tubuh pasien (lemah, lesu, kurus, malnutrisi)
o Keadaan kulit (pucat, macula hiperemis)
o Malaise
o Anemis konjungtiva palpebra, inferior pucat
o Kesulitan dalam bernapas
o Bentuk perut (buncit/tidak)
c. Palpasi
o Nyeri tekan pada daerah abdomen
o Nadi lemah
o Ada demam
d. Perkusi
o Perkusi batas batas organ, hati dan splen
e. Auskultasi
o Adanya ronki kasar
o Suara jantung melemah
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan bagian pemeriksaan klinis dan dapat
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lipatan kulit serta lingkar
berbagai bagian tubuh (sirkumferensia).
b. Pemeriksaan feses
10
Untu membantu mendiagnosa, biasanya didapati telur cacing, larva ataupun
cacing dewasa pada tinja / feses penderita
c. Pemeirksaan Mantoux tes
Tes tuberculin digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembanganya
Mycobacterium Tuberculosa. Tes tuberculin ini merupakan pemeriksaan
diagnostic dengan menyuntikan Purified Protein Derivative (PPD) secara
intradermal..
d. Radiologi
Dilakukan untuk menyingkirkan diagnose banding dari pasien, seperti TBC
dan Pneumoni diakrenakan didapati loffer syndrome.
7. IMUNISASI
Pada pemicu anak tidak mendapatkan imuniasi. Seharusnya anak mendapatkan riwayat
imunisasi, diantaranya :
Vaksin Pemberian imunisasi Selang waktu Umur
BCG 1x 0 – 11 bulan
DPT 3x (1,2,3) 4 minggu 2 – 11 bulan
POLIO 4x (1,2,3,4) 4 mimggu 0 – 11 bulan
CAMPAK 1x 9 – 11 bulan
HEPATITIS B 3x (1,2,6) 4 minggu 0 – 11 bulan
Sumber : BRP smester 1 blok II, Ilmu Kedokteran Dasar Tahun angkatan 2013-2014,
fakultas kedokteran universitas Methodist indonesia
11
12
Sumber : http://idai.or.id
8. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Berdasarkan kasus dari pemicu, didapati hasil laboratorium :
a. Hemoglobin
Adalah molekul protein pada sel darah berfungsi sebagai media transport oksigen dari
paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan Co2 juga kadar Hb. Kadar Hb normal :
13
o Bayi baru lahir : 17 – 22 gr/dl
o Umur 1 minggu : 15 – 20 gr/dl
o Umur 1 bulan : 11 -15 gr/dl
o Anak anak : 11 – 13 gr/dl
o Laki laki dewasa : 14 – 18 gr/dl
o Perempuan dewasa : 12 – 16 gr/dl
o Lelaku tua : 12,4 – 14,9 gr/dl
o Perempuan tua : 11,7 – 13,8 gr/dl
Hb pasien : 6,5 gr/dl (turun)
b. Hematokrit
Merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100
ml darah yang dinyatakan dalam %. Nilai normal :
o Laki laki : 40,7 % - 50,3 %
o Wanita : 36,1 % - 44,3 %
Ht pasien : 20% (turun)
c. Leukosit
Adalah komponen darah yang berperan dalam memerangi (infeksi yang disebabkan
oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolism toksin dll).
Nilai norma : 4.000 – 10.000 sel/mikro liter darah
Leukosit pasien normal : 9.170
d. Trombosit
Komponen darah untuk proses pembekuan darah
Nilai normal : 150.000 – 400.000 sel/mikro liter darah
Trombosti anak normal : 209.000
e. MCV (mean corpuscular volume)
Nilai normal : 82 – 92 Fl
MCV pasien : 58,9 fl (turun)
f. MCH (mean corpuscular hemoglobin)
Nilai normal : 82 – 92 Pg
14
MCH pasien : 13,5 Pg (turun)
g. MCHC
MCHC pasien turun
h. Difftel
o Eosinofil : 1 – 3 %
o Basofil : 0 – 1 %
o Netrofil batang : 2 – 6 %
o Netrofil segmen : 50 – 70 %
o Limfosit : 20 – 40%
o Monosit : 2 – 8 %
i. Besi Serum
Pada pasien : 10,99 mlg/dl (anemia Defisiensi besi)
j. Besi Feritin
Pada anak : 5 mlg/l (anemia defisiensi besi)
k. TIBC
Yaitu jumlah beso yang bisa diikat secara khusus oleh plasma
Nilai normal : 250 – 400
Pada anak : 500 mcg/dl (anemia defisiensi besi, meningkat)
15
9. PATOGENESIS DAN REAKSI IMUNITAS DARI CACING HOOKWORM,
ASCARIASIS LUMBRICOIDES, TRICHURIS TRICHIURA
a. Patogenesis
o Ascaris Lumbricoides (cacing gelang)
Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi menjadi bentuk infektif dalam
waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan
menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus
menuju pembuluh darah atau saluran limfe dan dialirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru paru. Menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian anik ke trachea
16
melalui bronchioles dan bronkus. Dari trachea menuju ke faring, sehingga
menimbulkan rangsangan batuk, kemdian tertelan masuk ke dalam esophagus
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Pasien ini memerlukan
waktu 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa
o Hookworm
Telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur
tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva
tumbuh menjadi larva filarifom yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan
hidup 7-8 minggu ditanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke
jantung terus ke paru paru menembus pembuluh darah dan masuk ke bronchus
lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam
usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform
menembus kulit/ikut tertelan bersama makanan. Tiap Necator americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari. Pada infeksi
kronik/ infeksi berat akan terjadi anemia hipokrom mikrositer
17
o Trihuris trichiura (cacing Cambung)
Telurnya yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur mejadi
matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang
lembab dan teduh. Telut matang inilah yang berisi larva dan merupakan bentuk
infektif. infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia,
kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk kedalam usus halus
sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk kekolon
asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing
dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari. Pada infeksi berat cacing
tersebut diseluruh rectum, kadang terlihat dimukosa rectum yang mengalami
prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini
memasukakn kepalanya kedalam mukosa usus, sehingga menimbulkan iritasi
pada tempat perlekatannya dan menimbulkan perdarahan.
18
b. reaksi imunologis ascariasis sp, hookmormsp, trichuris sp.
 Reaksi Hipersensivitas / Anafilaktik.
Golongan Helmintes paling ampuh dalam menginduksi pembentukan antibodi
ini. IgE mempunyai sifat yang struktur imunoglobulinnya dapat melekat pada
sel basofil/ mastosit. Sehingga apabila bereaksi dengan antigen parasit akan
terjadi perubahan molekul IgE yang mempengaruhi membran basofil. Lewat
cAMP maka, dalam sel tersebut akan timbul proses degranulasi sehingga isi
granula seperti histamin SRS-A dan ECF-A akan dilepas. Zat mediator
farmakologik aktif ini kemudian akan menyebabkan berbagai perubahan.
Maka, sel basofil akan melepaskan histamin, dan histamin akan dinetralkan
oleh zat yang dilepas eosinofil. Selain itu eosinofil akan melepas sesuatu yang
akan punya pengaruh terhadap sel makrofag sehingga antigen asing lebih
mudah dipenetrasikan oleh sel makrofag ke sel limfosit T dan B.
 Reaksi Sitotoksik.
Ditimbulkan akibat adanya antobodi bebas yang dibawa oleh IgG dan IgM
yang dapat bereaksi dengan antigen sel/jaringan akibat reaksi silang atau telah
diabsorbsi oleh sel/jaringan tubuh di tempat lain. Suatu sel/jaringan tubuh
yang telah bereaksi dengan IgG antibodi, dapat menarik sel limfosit yang
dikenal Killer lymphocyte cell (K-cell). Dan akan menghancurkan sel darah
merah sehingga terjadi anemia.
 Reaksi Kompleks Toksik.
Di dalam darah terdapat antigen bebas. Kompleks imun ini beredar dalam
darah dalam bentuk kompleks yang larut. Reaksi ini terjadi apabila kompleks
imun itu telah mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadilah reaksi
radang yan tergantung lokasi reaksi radang. Kelainan yang diakibatkan oleh
reaksi ini menimbulkan gejala seperti demam, lemas, nyeri, bengkak.
 Reaksi Seluler.
Reaksi ini telah dilatarbelakangi oleh sistem imunitas seluler yaitu sel fagosit
yang telah dirangsang zat limfokin yang dilepaskan oleh sel limfosit-T. Reaksi
ini tidak memerlukan antibodi.
19
10. PENATALAKSANAAN
a. Farmako
 Ascaris
Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai
berikut: BB 0-15 kg : 1 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB
15-25 kg : 2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 25-50 kg : 3
gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB > 50 kg : 3,5 gr sekali
sehari selama 2 hari berturut-turut Satu tablet obat ini mengandung 250
dan 500 mg piperazin.
Heksilresorsinol. Obat ini diberikan setelah pasien dipuasakan terlebih
dahulu, baru kemudian diberikan 1 gr heksilresorsinol sekaligus disusul
dengan pemberian laksans sebanyak 30 gr MgSO4, yang diulangi lagi 3
jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan
pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.
Pirantel Pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB, maksimum 1 gr.
Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit dan
demam. Levamisol. Diberikan dengan dosis tunggal 150 mg. Albendazol.
Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan
dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
 Hookworm
Perawatan umum. Dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik,
suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang
berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia.
Pengobatan spesifik Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Tetrakloretilen. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg BB, dosis tunggal tidak
boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila
pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya
dalam keadaan perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Befanium
hidroksinaftat. Dosis yang diberikan 5 gr 2 kali sehari, dan dapat diulang
20
bila diperlukan. Pirantel pamoat. Dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari
sebagai dosis tunggal.
Perlu diperhatikan pengobatan suga dilakukan secara simtomatik.
b. Non Farmako
Perlu diberikan edukasi kepada keluarga pasien dan pasien sebelum pasien
dan keluarganya meninggalkan ruang pemeriksaan, diantaranya :
 Hindari makanan yang menghambat absorbs besi (the, susu murni,
kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol
 Banyak minum air putih untuk mencegah konstipasi (akibat pemberian
preparat besi)
 Menjelaskan makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan
absorbs yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging
 Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi
kontaminasi atau paparan dari sumber infeksi
 Memberikan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada anak jika
pengobatan tidak dilakukan dengan baik atau tidak dilakukan dengan
tuntas
 Menjelaskan kepada orang tua anak agar membawa anak anak nya yang
juga terinfeksi
 Menjelaskan kepada orang tua bahwa sianak perlu diperiksakan kembali
6 bulan lagi untuk melihat apakah sianak masih terinfeksi atau tidak, jika
masih anak perlu diberikan penatalaksanaan secara farmako kembali
11. PENCEGAHAN
Pencegahan ditujukan untuk memutus rantai dan siklus hidup infeksi cacing adalah :
c. Melakukan pengobatan secara baik dan tuntas untuk menghilangkan sumber
infeksi, periksa kesehatan anak tiap 6 bulan sekali
d. Pendidikan kebersihan, kebersihan makanan, pembuangan tinja manusia,
mencuci tangan sebelum makan, memasak makanan, sayuran, dan air dengan
baik
21
e. Membiasakan diri menggunakan sepatu, terutama saat bekerja di kebun .
pertambangan
f. Memperhatikan kebersihan daerah anus
g. Pengobatan masal dengan antihelmentik dan perbaikan sanitasi
12. WE DON’T KNOW
a. Penjelasan Dosis Tunggal
pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif
secara klinik.
b. Penatalaksanan Batuk Pada Pasien Dalam pemicu, apakah perlu diberikan obat batuk.
Tidak perlu diberikan obat batuk, pemberian obat antihelmintes sudah cukup, karena
setelah melewati masa migrasi paru, akan menuju saluran cerna, dan telur, larva atau
cacing dewasa pada saat disaluran cernalah baru diberikan antihalmintes.
13. KESIMPULAN
Anak menderita infeksi cacing dan perlu diberikan antihelmintes pyrantel pamoate
dengan dosis tunggal, serta simtomatik untuk diare, demam, dan anemianya. Serta
diberikan edukasi kepada orang tua.

More Related Content

What's hot

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
Fransiska Oktafiani
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Erlangga Putra
 
Ppk difteri
Ppk difteriPpk difteri
Ppk difteri
marselya ulfa
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
Sumadin1112
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
Awi Ranara
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Aris Rahmanda
 
Demam tipoid
Demam tipoidDemam tipoid
Demam tipoidejjariza
 
Campak
CampakCampak
Campak
Encepal Cere
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
Muhammad Nasrullah
 
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhfAsuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Phosphate Dicky
 
GASTROENTERITIS AKUT
GASTROENTERITIS AKUTGASTROENTERITIS AKUT
GASTROENTERITIS AKUT
Muhammad Nasrullah
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
Vyan Achmad
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
Rafi Mahandaru
 
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITISSISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
Muhammad Nasrullah
 
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
orinarchi
 

What's hot (20)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.
 
Ppk difteri
Ppk difteriPpk difteri
Ppk difteri
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Demam tipoid
Demam tipoidDemam tipoid
Demam tipoid
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhfAsuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
 
GASTROENTERITIS AKUT
GASTROENTERITIS AKUTGASTROENTERITIS AKUT
GASTROENTERITIS AKUT
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
 
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITISSISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
SISTITIS, PROSTATITIS AKUT, ORKITIS & EPIDIDIMITIS
 
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
 
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
 

Similar to Hemintiasis

Alur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmusAlur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmus
Susi Hukubun
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Thoriqfahranulsafiah
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna
helmy lisik miko
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
Sulistia Rini
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diare
homeworkping8
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
presentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptxpresentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptx
ssuser0e6f54
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
EvanYoung38
 
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
AdheliaSya
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
Raup Sutrianto
 
Askep anak dengan sepsis
Askep anak dengan sepsisAskep anak dengan sepsis
Askep anak dengan sepsis
managemen_keperawatan
 
Isi
IsiIsi
PPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptxPPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptx
RidwanSriMuslimin
 
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptxPresentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
RadenAdindaa1
 
169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk
homeworkping8
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
AssyfaRahmiFajaritaS
 
205802122 case-asma
205802122 case-asma205802122 case-asma
205802122 case-asma
homeworkping7
 
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptxPENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
IsyeSiahaya
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
octo zulkarnain
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak

Similar to Hemintiasis (20)

Alur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmusAlur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmus
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diare
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
presentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptxpresentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptx
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
 
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptxInteractive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
Interactive Clinical Cases Scenarios by Slidesgo.pptx
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
 
Askep anak dengan sepsis
Askep anak dengan sepsisAskep anak dengan sepsis
Askep anak dengan sepsis
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
PPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptxPPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptx
 
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptxPresentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
Presentasi Penghargaan Akhir Tahun Lucu.pptx
 
169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA.docx
 
205802122 case-asma
205802122 case-asma205802122 case-asma
205802122 case-asma
 
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptxPENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptx
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 

Recently uploaded

Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 

Recently uploaded (20)

Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 

Hemintiasis

  • 1. 1 PEMICU Seorang anak laki-laki A, usia 9 tahun berobat dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk- batuk, badan kurus, dan pucat. Menurut ibunya, keluhan ini sudah lama dialami A. A juga sering sekali tidak masuk sekolah karena demam dan diare. Ibu tidak ingat jelas mengenai riwayat imunisasi. A berasal dari keluarga petani sayuran. Mereka tinggal dilahan pertanian dengan rumah terbuat dari tepas dan beralaskan tanah. A adalah anak keempat dari lima bersaudara. Menurut sang ibu, semua anaknya juga mengalami hal yg sama, hanya saja kondisi A lebih buruk dibandingkan saudaranya yg lain. Mereka tinggal dekat dengan lokalisasi Pekerja Seks Komersial. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan darah dan feses serta pemeriksaan penunjang lain tanpa menjelaskan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan tidak meminta persetujuan pasien, karena semua biaya pengobatan ditanggung oleh pihak tertentu. Pada pemeriksaan fisik: BB 14 kg, TB 110 cm, konjungtiva palpebra inferior tampak pucat, mata cekung (-), mukosa bibir pucat dan tidak kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah beningleher, dada simetris fusiformis tanpa retraksi, frekuensi nafas 28x/menit, reguler, tidak ada ronki atau wheezing, frekuensi denyut jantung, 120x/menit, reguler, tidak ada murmur, perut supel, turgor kulit kembali cepat, hepar dan limpa tidak teraba,. Nadi 120x/menit, tekanan/volume cukup. Palmar tampak puca, akral hangat. Dijumpai ruam makula hyperemisberupa garis linier melengkung dengan panjang ± 4cm, tampak nanah disepanjang ruam. Pada pemeriksaan darah: Hb 6,5gr%, Ht 20%, Leukosit 9170?mm3, Trombosit 209.000/mm3, MCV 58,90 fl, MCH 13,50pg, MCHC 22,90 gr%, diftel: 5/0/27/24/37/7. Morfologi darah tepi: hipokrom mikrositer.besi serum (serum iron) 10,99mcg/dl, serum ferritin: 5 mcg/I, TBC: 500mcg/dl. Test HIV (-)
  • 2. 2 Pada pemeriksaan fisik lengkap: Warna kuning, konsistensi lembek, lendir (+), darah positif, ditemukar telur ascaris sp. Hookworm sp, dan Trichuris trichuria. Pemeriksaan mantoux test : (-) Pemeriksaan foto thoraks : gambaran pneumonia I. KLARIFIKASI ISTILAH - II. DEFINISI MASALAH - Os batuk-batuk - Badan kurus - Pucat - Demam - Diare III. ANALISA MASALAH - Ada benda asing di saluran penafasan (paru)  batuk - Anak diare  sari makanan keluar  (-) sumber energi kurus pucat - Demam Diare Anemi Pucat - Bakteri/ benda asing masuk  proses pertahanan tubuh  makrofag (fagositosis)  proses mengjhasilkan IL  IL masuk ke peredaran darah  dihipothalamus menghasilkan respon suhu tubuh  demam
  • 3. 3 - Sanitasi jelek  terkontaminasi melalui makanan  diare - Pendidikan tentang kesehatan - Lumen terganggu (absorbsi gangguan sari makanan dan air terganggu  diare IV. GALI KONSEP Sanitasi jelek Lingkungan kotor TERPAPAR CACING LARVA Ekonomi rendah Kulit (Hookworm) Tertelan malalui makanan (Ascaris dan trichuris Trichuria) Peredaran darah paru jantung Paru jantung Batuk Saluran cerna Usus halus V. LEARNING OBJECTIVE (LO) 1. Patofisiologi batuk, badan kurus, demam, pucat, dan diare 2. Diagnosa banding dari penyakit yang terjadi 3. Anamnesa holistik 4. Inform consent
  • 4. 4 5. Pemeriksaan fisik 6. Pemeriksaan penunjang 7. Imunisasi 8. Hasil pemeriksaan laboratorium 9. A. Patogenesis dri ascaris,hookworm, trikuris b. Reaksi imunologis 10. Penatalaksanaan 11. Pencegahan VI. PEMBAHASAN LO 1. PATOFISIOLOGI DEMAM, PUCAT, KURUS, BATUK, DIARE a. Patofisiologi demam HIPERTERMI MENGIGIL, MENINGKATKAN SUHU BASAL MENINGKATAKAN PATOKN SUHU TUBUH (SET POINT) MERANGSANG HIPOTHALAMUS PEMBENTUKAN PROSTAGLANDIN DI OTAK SNYAL MENCAPAI SSP MERANGSANG SARAF VAGUS INTERLEUKIN 1, INTERLEUKIN 6 PELEPASAN PIROGEN ENDOGEN (SITOKIN) AKUMULASI MONOSIT, MAKROFAG, SEL T HELPER, DAN FIBROBLAS INFLAMASI (PROSES PERTAHANAN TUBUH) INFEKSI /CEDERA JARINGAN
  • 5. 5 b. Patofisiologi Pucat c. Patofisiologi Diare faktor intrinisik parasit masuk dan berkembang baik di usus menempel pada dinding usus diare faktor malabsorbsi berkurangnya kemampuan absorbsi tekanan osmotik di rongga usus terganggu isi rongga usus meningkat diare faktor makanan toksin tidak dapat diserap hiperperistaltik diare faktor psikolog hiperperistaltik kesempatan usus menyerap makanan menurun diare O2 dan daran menurun ke peredaran darah perifef (pucat) penurunan HB dan Eritrosit dalam tubuh proses pembentukan darah berkurang zat besi menurun (kebutuhan zat besi meningkat) intek nutrisi menurun, dikarenakan adanya infeks
  • 6. 6 d. Patofisiologi badan kurus Kurang makan. Menderita penyakit,pengetahuan kesehatan yang rendah Gizi buruk Asupan kalori dan dan nutrisi tidak adekuat Absorbsi nutrisi di usus menurun Kebutuhan Tubuh Meningkat diare Cadangan lemak diambil dari lemak Ketidak seimbangan volume cairan Di bawah kulit Cadangan nutrisi dan kalori menurun penyusutan jaringan Defesiensi nutrisi dan kalori Hilangnya lemak subkutan Pertumbuhan dan perkembangan BB menurun kulit tipis dan kering Menurun Integritas kulit menurun Sistem Imun menurun Komplikasi
  • 7. 7 2. DIAGNOSA BANDING Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,loeffller's syndrome dan asma. Pneumonitis yang disebabkan ascaris lumbricoides menyerupai gejala Pneumonitis yang disebabkan cacing tambang.CAcing ini dapat merupakan pencetus untuk terjadinya pankreatitis,apendisitis,divertikulitis. Selain itu pada kasus ini diagnose banding lainnya adalah TBC, Anemia dan Pneumoni 3. ANAMNESA HOLISTIK adalah anamnesa yang lengkap yang dapat dilakukan dengan skala aloanamnesis dan autoanamnesis. 1) Identitas : a. Nama b. Umur c. Tanggal lahir d. jenis kelamin e. Nama orang tua/ suami f. penanggung jawab g. Alamat h. Pendidikan i. Pekerjaan j. Suku k. Bangsa l. Agama 2) Keluhan utama, Yaitu keluhan yang dirasakan pasien sehingga datang ke dokter 3) Riwayat penyakit sekarang Yaitu perubahan dalam kesehatan akhir-akhir ini yang membuat pasien mencari bantuan medis : a. Sudah berapa lama dirasakan keluhan nya? b. Apakah keluhan secara terus menerus c. Bagaimana dia mengetahui keluhan itu? d. Dimana saja dirasakan sakit nya?
  • 8. 8 e. Apakah ada keluhan lain? f. Lalu bertanya kronologi nya. 4) Riwayat medis masa lalu a. Keadaan kesehatan umum b. Penyakit yang lalu. c. Cidera d. Perawatan di masa lalu e. Pembedahan f. Alergi g. Imunisasi h. Diet 5) Riwayat pekerjaan dan lingkungan, Merupakam riwayat pemaparan zat-zat tertentu. a. Bagaimana lingkungan rumah anda? b. Dimana anda tinggal? 6) Riwayat keluarga mencakup pendidikan, pengalaman hidup, lingkungan pribadi pasien, gaya hidup pasien, orang - orang yang berada bersama pasien, apakah ada keluarga yang menderita gejala yang sama, informasi kesehatan keluarga 7) Riwayat psikososial informasi pendidikan dan pengalaman hidup 4. INFORMED CONSENT Perlu dilakukan informed consent mengenai persetujuan dari pihak pasien atau keluarga untuk melakukan tindakan medis ataupun pemeriksaan penunjang serta menjelaskan tujuan dan manfaatnya. Seperti, pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui jumlah HB, apakah pasien anemia atau tidak, jenis anemia. Kemudian pemeriksaan feses bertujuan untuk membantu diagnose penyakit pasien, pemeriksaan fisik dilakukan unutk melihat ada kelianan atau tidak, dan pemeriksaan penunjang seperti radiologi untuk membantu mengelaminasi diagnose banding penyakit pasien.
  • 9. 9 5. PEMERIKSAAN FISIK Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh pada pasien yang menderita infeksi cacing nematoda adlaah : a. Observasi o Kesadaran pasien : sadar, gelisah dll o Gaya berjalan pasien saat memasuki ruangan (sambil menggaruk garuk anus, ditopang keluarga) b. Inspeksi o Kondisi tubuh pasien (lemah, lesu, kurus, malnutrisi) o Keadaan kulit (pucat, macula hiperemis) o Malaise o Anemis konjungtiva palpebra, inferior pucat o Kesulitan dalam bernapas o Bentuk perut (buncit/tidak) c. Palpasi o Nyeri tekan pada daerah abdomen o Nadi lemah o Ada demam d. Perkusi o Perkusi batas batas organ, hati dan splen e. Auskultasi o Adanya ronki kasar o Suara jantung melemah 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : a. Antropometri Pengukuran antropometri merupakan bagian pemeriksaan klinis dan dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lipatan kulit serta lingkar berbagai bagian tubuh (sirkumferensia). b. Pemeriksaan feses
  • 10. 10 Untu membantu mendiagnosa, biasanya didapati telur cacing, larva ataupun cacing dewasa pada tinja / feses penderita c. Pemeirksaan Mantoux tes Tes tuberculin digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembanganya Mycobacterium Tuberculosa. Tes tuberculin ini merupakan pemeriksaan diagnostic dengan menyuntikan Purified Protein Derivative (PPD) secara intradermal.. d. Radiologi Dilakukan untuk menyingkirkan diagnose banding dari pasien, seperti TBC dan Pneumoni diakrenakan didapati loffer syndrome. 7. IMUNISASI Pada pemicu anak tidak mendapatkan imuniasi. Seharusnya anak mendapatkan riwayat imunisasi, diantaranya : Vaksin Pemberian imunisasi Selang waktu Umur BCG 1x 0 – 11 bulan DPT 3x (1,2,3) 4 minggu 2 – 11 bulan POLIO 4x (1,2,3,4) 4 mimggu 0 – 11 bulan CAMPAK 1x 9 – 11 bulan HEPATITIS B 3x (1,2,6) 4 minggu 0 – 11 bulan Sumber : BRP smester 1 blok II, Ilmu Kedokteran Dasar Tahun angkatan 2013-2014, fakultas kedokteran universitas Methodist indonesia
  • 11. 11
  • 12. 12 Sumber : http://idai.or.id 8. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Berdasarkan kasus dari pemicu, didapati hasil laboratorium : a. Hemoglobin Adalah molekul protein pada sel darah berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan Co2 juga kadar Hb. Kadar Hb normal :
  • 13. 13 o Bayi baru lahir : 17 – 22 gr/dl o Umur 1 minggu : 15 – 20 gr/dl o Umur 1 bulan : 11 -15 gr/dl o Anak anak : 11 – 13 gr/dl o Laki laki dewasa : 14 – 18 gr/dl o Perempuan dewasa : 12 – 16 gr/dl o Lelaku tua : 12,4 – 14,9 gr/dl o Perempuan tua : 11,7 – 13,8 gr/dl Hb pasien : 6,5 gr/dl (turun) b. Hematokrit Merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam %. Nilai normal : o Laki laki : 40,7 % - 50,3 % o Wanita : 36,1 % - 44,3 % Ht pasien : 20% (turun) c. Leukosit Adalah komponen darah yang berperan dalam memerangi (infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolism toksin dll). Nilai norma : 4.000 – 10.000 sel/mikro liter darah Leukosit pasien normal : 9.170 d. Trombosit Komponen darah untuk proses pembekuan darah Nilai normal : 150.000 – 400.000 sel/mikro liter darah Trombosti anak normal : 209.000 e. MCV (mean corpuscular volume) Nilai normal : 82 – 92 Fl MCV pasien : 58,9 fl (turun) f. MCH (mean corpuscular hemoglobin) Nilai normal : 82 – 92 Pg
  • 14. 14 MCH pasien : 13,5 Pg (turun) g. MCHC MCHC pasien turun h. Difftel o Eosinofil : 1 – 3 % o Basofil : 0 – 1 % o Netrofil batang : 2 – 6 % o Netrofil segmen : 50 – 70 % o Limfosit : 20 – 40% o Monosit : 2 – 8 % i. Besi Serum Pada pasien : 10,99 mlg/dl (anemia Defisiensi besi) j. Besi Feritin Pada anak : 5 mlg/l (anemia defisiensi besi) k. TIBC Yaitu jumlah beso yang bisa diikat secara khusus oleh plasma Nilai normal : 250 – 400 Pada anak : 500 mcg/dl (anemia defisiensi besi, meningkat)
  • 15. 15 9. PATOGENESIS DAN REAKSI IMUNITAS DARI CACING HOOKWORM, ASCARIASIS LUMBRICOIDES, TRICHURIS TRICHIURA a. Patogenesis o Ascaris Lumbricoides (cacing gelang) Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfe dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru paru. Menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian anik ke trachea
  • 16. 16 melalui bronchioles dan bronkus. Dari trachea menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemdian tertelan masuk ke dalam esophagus menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Pasien ini memerlukan waktu 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa o Hookworm Telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filarifom yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu ditanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru paru menembus pembuluh darah dan masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit/ikut tertelan bersama makanan. Tiap Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari. Pada infeksi kronik/ infeksi berat akan terjadi anemia hipokrom mikrositer
  • 17. 17 o Trihuris trichiura (cacing Cambung) Telurnya yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur mejadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Telut matang inilah yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia, kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk kedalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk kekolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari. Pada infeksi berat cacing tersebut diseluruh rectum, kadang terlihat dimukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukakn kepalanya kedalam mukosa usus, sehingga menimbulkan iritasi pada tempat perlekatannya dan menimbulkan perdarahan.
  • 18. 18 b. reaksi imunologis ascariasis sp, hookmormsp, trichuris sp.  Reaksi Hipersensivitas / Anafilaktik. Golongan Helmintes paling ampuh dalam menginduksi pembentukan antibodi ini. IgE mempunyai sifat yang struktur imunoglobulinnya dapat melekat pada sel basofil/ mastosit. Sehingga apabila bereaksi dengan antigen parasit akan terjadi perubahan molekul IgE yang mempengaruhi membran basofil. Lewat cAMP maka, dalam sel tersebut akan timbul proses degranulasi sehingga isi granula seperti histamin SRS-A dan ECF-A akan dilepas. Zat mediator farmakologik aktif ini kemudian akan menyebabkan berbagai perubahan. Maka, sel basofil akan melepaskan histamin, dan histamin akan dinetralkan oleh zat yang dilepas eosinofil. Selain itu eosinofil akan melepas sesuatu yang akan punya pengaruh terhadap sel makrofag sehingga antigen asing lebih mudah dipenetrasikan oleh sel makrofag ke sel limfosit T dan B.  Reaksi Sitotoksik. Ditimbulkan akibat adanya antobodi bebas yang dibawa oleh IgG dan IgM yang dapat bereaksi dengan antigen sel/jaringan akibat reaksi silang atau telah diabsorbsi oleh sel/jaringan tubuh di tempat lain. Suatu sel/jaringan tubuh yang telah bereaksi dengan IgG antibodi, dapat menarik sel limfosit yang dikenal Killer lymphocyte cell (K-cell). Dan akan menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia.  Reaksi Kompleks Toksik. Di dalam darah terdapat antigen bebas. Kompleks imun ini beredar dalam darah dalam bentuk kompleks yang larut. Reaksi ini terjadi apabila kompleks imun itu telah mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadilah reaksi radang yan tergantung lokasi reaksi radang. Kelainan yang diakibatkan oleh reaksi ini menimbulkan gejala seperti demam, lemas, nyeri, bengkak.  Reaksi Seluler. Reaksi ini telah dilatarbelakangi oleh sistem imunitas seluler yaitu sel fagosit yang telah dirangsang zat limfokin yang dilepaskan oleh sel limfosit-T. Reaksi ini tidak memerlukan antibodi.
  • 19. 19 10. PENATALAKSANAAN a. Farmako  Ascaris Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut: BB 0-15 kg : 1 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 15-25 kg : 2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 25-50 kg : 3 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB > 50 kg : 3,5 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut Satu tablet obat ini mengandung 250 dan 500 mg piperazin. Heksilresorsinol. Obat ini diberikan setelah pasien dipuasakan terlebih dahulu, baru kemudian diberikan 1 gr heksilresorsinol sekaligus disusul dengan pemberian laksans sebanyak 30 gr MgSO4, yang diulangi lagi 3 jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian. Pirantel Pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB, maksimum 1 gr. Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit dan demam. Levamisol. Diberikan dengan dosis tunggal 150 mg. Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.  Hookworm Perawatan umum. Dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik, suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia. Pengobatan spesifik Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari. Tetrakloretilen. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg BB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Befanium hidroksinaftat. Dosis yang diberikan 5 gr 2 kali sehari, dan dapat diulang
  • 20. 20 bila diperlukan. Pirantel pamoat. Dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari sebagai dosis tunggal. Perlu diperhatikan pengobatan suga dilakukan secara simtomatik. b. Non Farmako Perlu diberikan edukasi kepada keluarga pasien dan pasien sebelum pasien dan keluarganya meninggalkan ruang pemeriksaan, diantaranya :  Hindari makanan yang menghambat absorbs besi (the, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol  Banyak minum air putih untuk mencegah konstipasi (akibat pemberian preparat besi)  Menjelaskan makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan absorbs yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging  Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kontaminasi atau paparan dari sumber infeksi  Memberikan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada anak jika pengobatan tidak dilakukan dengan baik atau tidak dilakukan dengan tuntas  Menjelaskan kepada orang tua anak agar membawa anak anak nya yang juga terinfeksi  Menjelaskan kepada orang tua bahwa sianak perlu diperiksakan kembali 6 bulan lagi untuk melihat apakah sianak masih terinfeksi atau tidak, jika masih anak perlu diberikan penatalaksanaan secara farmako kembali 11. PENCEGAHAN Pencegahan ditujukan untuk memutus rantai dan siklus hidup infeksi cacing adalah : c. Melakukan pengobatan secara baik dan tuntas untuk menghilangkan sumber infeksi, periksa kesehatan anak tiap 6 bulan sekali d. Pendidikan kebersihan, kebersihan makanan, pembuangan tinja manusia, mencuci tangan sebelum makan, memasak makanan, sayuran, dan air dengan baik
  • 21. 21 e. Membiasakan diri menggunakan sepatu, terutama saat bekerja di kebun . pertambangan f. Memperhatikan kebersihan daerah anus g. Pengobatan masal dengan antihelmentik dan perbaikan sanitasi 12. WE DON’T KNOW a. Penjelasan Dosis Tunggal pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif secara klinik. b. Penatalaksanan Batuk Pada Pasien Dalam pemicu, apakah perlu diberikan obat batuk. Tidak perlu diberikan obat batuk, pemberian obat antihelmintes sudah cukup, karena setelah melewati masa migrasi paru, akan menuju saluran cerna, dan telur, larva atau cacing dewasa pada saat disaluran cernalah baru diberikan antihalmintes. 13. KESIMPULAN Anak menderita infeksi cacing dan perlu diberikan antihelmintes pyrantel pamoate dengan dosis tunggal, serta simtomatik untuk diare, demam, dan anemianya. Serta diberikan edukasi kepada orang tua.