SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sifilis pertama kali ditemukan di Eropa pada akhir abad ke-15 dan pada
tahun 1905, Schaundinn dan Hoffman menemukan penyebab penyakit ini yaitu
Treponema pallidum (Feigin RD, 1987). Penyakit sifilis didapat ditularkan
(acquired) melalui kontak seksual. Sifilis primer ditandai dengan adanya luka
yang tidak nyeri, mengeras, dan sembuh dalam 7-10 hari. Sifilis sekunder ditandai
dengan kelainan pada kulit dan membran mukosa yang terjadi selama 4-6 minggu.
Sifilis kongenital ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intrauterin.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun
pertama kehidupan anak. Jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak,
penyakit disebut sifilis kongenital lanjut. Gambaran klinis sifilis kongenital dini
sangat bervariasi, mengenai berbagai organ, dan menyerupai sifilis stadium II.
Infeksi pada janin terjadi melalui aliran darah sehingga tidak dijumpai kelainan
sifilis primer (Kollmann TR, 2011). Bayi dapat tampak lahir sehat dan baru
menunjukkan kelainan setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula menunjukkan
kelainan sejak lahir seperti pada penderita ini. Sifilis merupakan re-emerging
disease (penyakit yang sudah lama hilang kemudian muncul kembali). Angka
kejadian di seluruh dunia diperkirakan sekitar setengah juta bayi baru lahir setiap
tahunnya (Weber MW, 2003).
Di Amerika Serikat tahun 1997, didapatkan 3,2 kasus baru per 100.000
populasi (Sheffield JS, 1999). Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sejak tahun
1995 tidak didapatkan laporan mengenai kasus ini. Tujuan laporan kasus ini
adalah untuk mengingatkan kembali upaya diagnostik, tata laksana serta asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan sifilis kongenital.
2
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital ?
1.3 Tujuan penulisan
Mengetahui asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan penyakit Sifilis
Kongenital
3
BAB II
TINUAUAN KASUS
Seorang anak berusia 13 tahun disajikan dengan THT OPD, di Rumah Sakit LN,
New Delhi, India, dengan keluhan lubang di langit-langit keras yang telah perlahan-
lahan membesar, sejak kemunculan 2-3 bulan kembali bersama dengan kesulitan makan
dan hidung tersumbat. Terdapat perforasi sekitar 1 cm di langit-langit keras anterior,
pemeriksaan fisik anak itu dinyatakan biasa-biasa saja. (Gambar 1).
Pemeriksaan rutin mengungkapkan Hemoglobin 12,4%, Total jumlah leukosit
11700 / mm3, jumlah leukosit berbeda - Polimorf 57% Limfosit 30% Eosinofil 13%,
dan trombosit 2.94 lac. Biokimia rutin lainnya investigasi tidak signifikan. Penyakit
kelamin Laboratorium Penelitian (VDRL) adalah reaktif pada 16 pengenceran dan
Treponema pallidum uji haemagglutination (TPHA) adalah positif (TPHA TEST KIT;
Plasmatec Laboratorium Produk Ltd Inggris). X-ray dada normal dan Mantoux tes
negatif. Pemeriksaan cairan serebrospinal normal. Survei kerangka mengungkapkan ada
bukti radiologis lesi periosteal atau perichondritis. USG pemeriksaan perut dan panggul
menunjukkan tidak ada kelainan. Tidak ada stigmata orofacio-gigi lain dari bawaan
sifilis seperti Hutchinsons gigi yang terdeteksi. Pemeriksaan tetes mata termasuk
funduskopi normal. Tidak ada gejala yang menunjukkan keterlibatan sistem saraf
diamati. Semua penyelidikan dilakukan sebelum memulai pengobatan. Setelah laporan
tersebut, ibu, ayah dan tiga adik-adik lain diselidiki. Ibu dan ayah yang lemah reaktif
untuk VDRL dan TPHA mereka positif.
Adik-adik semua non reaktif untuk VDRL sebagai serta TPHA. Semua anggota
keluarga termasuk pasien yang non reaktif HIV. Sang ibu memberi riwayat beberapa
pengobatan untuk lesi genital dua tahun sebelum kelahiran pasien, Catatan dari Kondisi
tersebut di atas atau pengobatan yang diambil adalah tidak tersedia. Riwayat kebidanan
ibu itu lancar.
Pasien adalah produk dari istilah penuh unbooked persalinan normal melalui
vagina di rumah kelahiran petugas tradisional. Pasien kami memiliki tiga adik-adik yang
4
persalinan normal vagina juga jangka penuh dan semua hidup dan sehat. Kecuali untuk
pengembangan beberapa ruam di daerah popok sebagai neonatus tidak ada sejarah lain
lesi bulosa karakteristik tempat lain pada tubuh. Itu tahap perkembangan pasien normal
sebagai diberitahu oleh ibu. Pasien tidak memberikan riwayat dari setiap trauma,
kekerasan seksual atau pelecehan anak atau penyalahgunaan obat. Anak dan orang
tuanya mulai pengobatran 3 minggu i / v kristal air penisilin G 50.000 U / kg (di 8- jam
interval). Dia diberitahu tentang risiko lebih lanjut pembesaran cacat dan diminta untuk
datang kembali untuk perbaikan palatal pada penyelesaian perawatan medis. Dia
ditoleransi dengan pengobatan baik tanpa komplikasi dan menunjukkan penurunan
VDRL titer 2 pengenceran saat terakhir terlihat setelah 6 bulan dari kunjungan
pertamanya.
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identittas Pasien
 Identitas Anak
1. Nama Pasien : An. B
2. Umur : 13 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku Bangsa : India
5. Agama : Hindu
6. Alamat : New Delhi
7. Tanggal MRS : 1 Juni 2015
8. Diagnosa Medis : Sifilis Kongenital
 Identitas Orang
1. Nama ayah : Tn. K
2. Nama ibu : Ny. D
3. Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswata/Ibu rumah tangga
4. Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
5. Suku Bangsa : India
6. Agama : Hindu
7. Alamat : New Delhi
B. Riwayat kesehatan
 Keluhan Utama : Adanya lubang di langit-langit (palatum mole).
 Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada tanggal 30 Mei 2015 An. B mengeluh
lubang yang ada pada pallatum perlahan-lahan semakin membesar yang
membuat kesulitan makan dan hidung tersumbat. Ibu juga mengatakan 2
6
hari yang lalu anaknya mengalami demam. Dan pada tanggal 1 Juni 2015
An. B dibawa oleh orang tuanya ke rumah sakit LN New Delhi.
 Riwayat Kesehatan Dahulu: Pada 2-3 bulan yang lalu An. B mulai muncul
lubang pada pallatum mole yang disertai dengan kesulitan makan dan
hidung tersumbat.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Ny. D dan Tn. K positif mengidap sifilis (Tes
VDRL dan TPHA positif).
 Riwayat Pengobatan : Ny. D pernah mengambil beberapa pengobatan pada
dua tahun yang lalu untuk mengobati lesi sebelum kelahiran An. B. Tn. K,
Ny. D dan An. B, memulai pengobatan sifilis menggunakan Kristal
penisilin G 50.000 U/ Kg selama 3 minggu (Interval 8 jam). An D dan
orang tuanya diberitahu tentang resiko pembesaran lebih lanjut dari cacat
dan diminta untuk datang kembali. An D mendapatkan pengobatan dengan
baik tanpa komplikasi dan menunjukan penurunan VDRL yang terlihat
setelah kunjungan pertamanya.
 Riwayat Persalinan: Pada waktu persalinan Ny. D melahirkan An. B
dibantu oleh dukun (Persalinan Tradisional). Persalinan pada An B tidak
ada halangan dan berjalan lancar.
C. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
An. B mandi sehari dua kali pagi hari dan sore hari. An. B apabilah sakit
selalu dibawah ke puskesmas atau rumah sakit oleh Ny. D dan Tn. K. Ny
D mengatakan bahwa selama ini An. B suka sekali makan buah-buahan
yang diberikan oleh Ny D.
 Pola Nutrisi dan Metabolisme
 A (Atropometri) = BB : 30 kg, TB : 150 cm.
 B (Biokimia) = Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac
 C (Clinis) = Kesadaran : compos mentis, mata : konjungtiva normal,
Sklera normal tidak ada ikterus.
7
 D (Diet) = Pola makan 3x sehari, jenis nasi, ikan/daging, sayur dan
buah , pasien mengatakan tidak mengalami nyeri lambung, tidak mual,
An. B selama sakit mengalami kesulitan saat makan sehingga
mengalami penurunan nafsu makan.
 Pola Eliminasi
 BAK 5-6 x/hari, warna kuning keruh, tidak ada keluhan.
 Pemenuhan cairan : Minum 7-8 gelas/hari, jenis air putih, teh, kopi.
 BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning tua, tidak ada
keluhan.
 Pola Aktivitas Latihan
 Aktivitas dan latihan An. B dalam setiap harinya tidak tergangguh:
belajar, bermain, sekolah, olahraga dsb.
 Setelah pasien sakit sebagian aktivitasnya tergangguh dan dibantu
oleh orang tua dan adik-adiknya
 Pola Istirahat Tidur
 An. B biasa tidur pukul 21.30 WIB / setengah 10 malam dan bangun
di pagi hari pukul 05.00 WIB, pemenuhan kebutuhan istirahat pasien
6-7 jam/hari.
 Selama sakit saat tidur pasien tidak sering terbangun ditengah malam.
 Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
 Pasien beranggapan bahwa lubang yang ada pada pallatum hanya
sariawan biasa.
 Orang tua dan pasien bingung dengan penyakit yang di derita oleh An.
B
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ny. D merasa khawatir akan penyakit yang diderita anaknya, karena takut
menghambat perkembangan anaknya dewasa nanti.
 Pola Hubungan dan Peran
An B adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah dan ibunya positif
mengidap penyakit sifilis melainkan kedua adiknya tidak memiliki
penyakit sifilis.
8
 Pola Seksual dan Reproduksi
An. B berjenis kelamin laki-laki dalam masa pubertas karena berusia 13
tahun.
 Pola Penanggulangan
Ny. D dan Tn. K selalu membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit
jika anaknya sakit.
 Pola Keyakinan dan Tata Nilai
Emosi pasien tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya,
menerima keadaan penyakit yang dideritanya, karena mempunyai
keyakinan bahwa setiap penyakit yang diturunkan pasti disertai dengan
obatnya, jadi tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
D. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum dan TTV : Kesadaran Compos Mentis. TD: 110/ 70
mmHg, RR: 24 x/menit, Nadi: 89 x/menit, Suhu: 38 oC
 B1 (Breathing)
 Inspeksi: pola nafas tersengal-sengal, RR: 24 x/menit, An B terlihat
menggunakan alat bantu pernafasan. Pernafasan bibir
 Palpasi: Pergerakan dada simetri kanan dan kiri, taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri
 Perkusi: suara perkusi normal (sonor)
 Auskultasi: bunyinya terdengar vesikuler, tidak terdengar suara nafas
tambahan seperti wheezing dan ronchi.
 B2 (Blood)
 Tidak ada stenosis aorta, tidak ada inflamasi aorta
 TD: 110/ 70 mmHg, Nadi 89 x/menit, CRT < 1 detik
 An. B tidak mengalami pusing dan keringat dingin, akral hangat
 B3 (Brain)
 Kesadraan compos mentis
9
 Kepala dan wajah tidak nampak adanya sianosis
 Sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil miosis saat
pemeriksaan
 Lehernya tidak ada pembesaran vena jugularis
 Pada pemeriksaan cairan serebrospinal normal (Tidak ada infeksi dan
inflamasi membrane dan cairan disekitar otak dan spinal cord)
 B4 (Blader) : Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan pada
sistem perkemihan ( BAK normal frekuensi, warna, bau dan jumlah urin
dalam keadaan normal)
 B5 (Bowel) : Pada pemeriksaan didapatkan Hutchinsons (Bentuk gigi
abnormal pada sifilis congenital). Pasien juga kesulitan makan karena
adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi abnormal sehingga
mengalami penurunan nafsu makan.
 B6 (Bone) : Di dapatkan adanya lesi periosteal atau perichondritis (Adanya
infeksi kulit dan jaringan yang mengelilingi tulang rawan dan kartilago)
E. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds:
 Pasien mengeluh adanya
lubang pada langit-langit
mulut (palatum)
 Pasien mengatakan
lubang itu semakin
membesar dan membuat
pasien sulit makan
Do:
 Nampak adanya lubang
pada palatum
 Nampak bentuk gigi
Hutchinsons (bentuk
Faktor biologis (adanya
lubang pada palatum dan
bentuk gigi Hutchinsons)
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
10
gigi abnormal pada
sifilis congenital).
 BB : 30 kg, TB : 150
cm.
 Hasil lab :
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Ds:
Pasien mengeluh hidung
tersumbat
Do:
 Pasien nampak
tersengal-sengal saat
bernapas
 Terlihat menggunakan
alat bantu pernapasan
 Terlihat menggunakan
pernapasan bibir
 RR: 24x/menit
Hipoventilasi Ketidakefektifan pola
napas
Ds:
Ibu mengatakan 2 hari yang
lalu anaknya demam.
Do:
 TTV:
TD: 110/ 70 mmHg
RR: 24 x/menit
Nadi: 89 x/menit
Suhu: 38 oC
Reaksi inflamasi penyakit Hipertermi
11
 Hasil lab:
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Ds: -
Do:
Adanya lesi periosteal atau
perichondritis.
 Hasil lab:
Hb : 12,4 %,
Leukosit: 11700/ mm3,
Polimorf: 57%,
Limfosit: 30 %,
Eosinofil: 13 %,
Trombosit: 2,94 lac
Proliferasi jaringan Resiko infeksi
Ds:
Ny. D mengatakan
khawatir akan penyakit
yang diderita anaknya,
karena takut menghambat
perkembangan anaknya
dewasa nanti.
Do:
Orang tua An. B tampak
bingung dengan penyakit
yang di derita oleh
anaknya.
Perubahan dalam status
kesehatan An. B
Ansietas
12
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi yang
ditandai dengan adanya pernapasan bibir.
2. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi penyakit (sifilis
kongenital)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi
Hutchinsons)
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan An. B
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi jaringan yang ditandai
dengan lesi periosteal atau perichondritis.
3.3 Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hipoventilasi yang ditandai dengan adanya pernapasan bibir.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pola napas
pasien kembali efektif.
Kriteria hasil :
 Kedalaman inspirasi
 Kemudahan bernapas
 Ekspansi dada simetris
 Tidak ada pernapasan bibir
 Tidak ada suara napas tambahan
 Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Observasi pola pernapasan pasien
(bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernapasan kussmaul, dll).
Mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk memastikan kepatenan
jalan napas dan pertukaran gas yang
adekuat.
Auskultasi suara napas, perhatikan area
penurunan atau tidak adanya ventilasi
Mengetahui ada atau tidaknya suara
napas tambahan dan memudahkan
13
dan adanya suara napas tambahan. untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
Berikan informasi kepada klien dan
keluarga tentang teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola pernafasan.
Teknik relaksasi memudahkan proses
pernafasan klien untuk menghasilkan
O2.
Kolaborasi dengan ahli terapi
pernapasan.
Memastikan keadekuatan fungsi
pernapasan jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi.
Diagnosa keperawatan 2 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
penyakit (sifilis kongenital)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, suhu tubuh
pasien dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
 Tidak ada termor
 Pasien tidak pusing
 Pasien dalam keadaan nyaman
 Tidak ada perubahan warna kulit
 Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Lakukan pengukuran suhu secara
kontinyu.
Untuk mengetahui perubahan suhu.
Berikan kompres hangat (<38oC) /
dingin (>38oC).
Mengurangi demam dan membuka
pori-pori kulit sehingga meningkatkan
penguapan.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
klien.
Peningkatan cairan bisa membantu
menstabilkan termoregulasi panas
klien.
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas.
Menambah pengetahuan pasien untuk
mencegah keletihan.
14
Kolaborasi pemberian obat antipiretik. Menurunkan demam dengan aksi
sentralnya di hipotalamus.
Diagnosa keperawatan 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan
bentuk gigi Hutchinsons)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan
nutrisi pasien kembali adekuat.
Kriteria hasil :
 Berat badan meningkat.
 Intake makanan dan cairan kembali normal
 Nafsu makan baik
 Pengukuran biokimia normal
 Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Observasi intake dan output klien Mengetahui kebutuhan nutrisi klien.
Berikan makanan yang disukai pasien
dalam batas diet.
Meningkatkan nafsu makan.
Berikan makanan porsi kecil tapi
sering.
Menghindari mual dan muntah
Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman saat waktu makan
Lingkunagn yang nyaman dapat
meningkatkan nafsu makan klien.
Ajarkan pasien bagaimana membuat
makanan harian.
Menambah pengetahuan pasien tentang
nutrisi dan mengajarkan pasien untuk
mandiri dalam mengelola kebutuhan
nutrisinya.
Kolaborasi ahli gizi tentang diet bergizi
bagi klien.
Untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
15
Diagnosa keperawatan 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan An. B
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan
pasien berkurang.
Kriteria hasil :
 Pasien dapat mengontrol cemas
 Wajah tenang
 Tidak menunjukkan tanda kecemasan
 Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80
mmHg, RR= 16-24x/menit.
Intervensi Rasional
Observasi tingkat kecemasan pasien. Sebagai dasar untuk melakukan
intervensi selanjutnya.
Dorong pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan secara verbal pikiran
dan perasaannya.
Mengeksternalisasikan ansietas dan
menguatkan mental klien dalam proses
kesembuhan.
Berikan informasi mengenai diagnosis,
tindakan, dan prognosis.
Meminimalkan kekhawatiran,
ketakutan, dan prasangka salah
mengenai penyakit.
Ciptakan hubungan saling percaya
antara klien dan perawat.
Agar klien lebih terbuka dalam
mengutarakan perasaannya.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat ansietas
Menurunkan ansietas dan mencegah
komplikasi lanjut.
Diagnosa keperawatan 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi
jaringan yang ditandai dengan lesi periosteal atau perichondritis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, faktor resiko
infeksi akan hilang.
Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda infeksi
 Intergritas mukosa baik
16
 Menunjukkan hygine yang adekuat
 Mengambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
 Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80
mmHg, RR= 16-24x/menit.
Intervensi Rasional
Observasi tanda dan gejala infeksi
seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor.
Mendeteksi dini tanda-tanda infeksi.
Instruksikan untuk menjaga hygine
pribadi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
Meminimalkan penyebaran dan
penularan agen infeksius.
Bersihkan lingkungan dengan benar
setelah dipergunakan masing-masing
pasien.
Mencegah infeksi pada pasien yang
beresiko.
Kolaborasi pemberian antibiotik bila
diperlukan.
Mencegah infeksi lanjut.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan
manifestasi klinis sifilis kongenital atau ditemukannya Treponema pallidum pada
lesi, plasenta, tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan oleh ibu
penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan atau telah mendapat
pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu yang
telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak menunjukkan respons serologi.
Gambaran khas sifilis kongenital dini adalah saddle nose, gigi Hutchinson,
keratitis interstitialis, Saber shins, serta gumma pada hidung dan palatum.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kita sebagai perawat dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Sifilis Kongenital dan memberikan
Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan Sifilis Kongenital.
18
DAFTAR PUSTAKA
Feigin RD, Cherry JD. 1987. Syphilis. Dalam: WB Saunders staff, penyunting.
Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke 2. Philadelphia: WB Saunders
Company. h. 608-620.
Kollmann TR, Dobson S. 2011. Syphillis. In: Remington JS, Klein JO, Wilson CB,
Nizet V , Maldonado Y A, editors. Infectious disease of the fetus and newborn
infant. 7th ed. Philadelphia: Saunder. 524-557.
NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC
Sheffield JS, Wendel GD. 1999. Syphilis in pregnancy. Clinic Obstetric Gynecology 42:
97-106.
Weber MW, Charlin JB, Catchalian S. 2003. Predictors of neonatal sepsis in developing
countries. Pediatric Infection Disease Journal. 22: 711-716.
Wilkinson M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

More Related Content

What's hot

174537879 case-morbili
174537879 case-morbili174537879 case-morbili
174537879 case-morbili
homeworkping9
 
225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik
homeworkping10
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
homeworkping4
 
Preskas peb
Preskas pebPreskas peb
Preskas peb
MagmaSanggiri
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non Dehidrasi
Usqi Krizdiana
 
Askep hematuri
Askep hematuriAskep hematuri
Askep hematuri
Aliya Ramadona
 
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHA
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHAGsr aty AKBID PARAMATA RAHA
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Abdul Rochman
 
167582815 case-pneumonia-tb-vya
167582815 case-pneumonia-tb-vya167582815 case-pneumonia-tb-vya
167582815 case-pneumonia-tb-vya
homeworkping8
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiMalika Jamal
 
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksiManajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksiOperator Warnet Vast Raha
 
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda munaKumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda munaOperator Warnet Vast Raha
 
Materi respirasi
Materi respirasiMateri respirasi
Materi respirasi
luna white
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
moharip1
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demamEka Yuliana
 

What's hot (18)

Presus diare
Presus diarePresus diare
Presus diare
 
akbid paramata muna Gsr yana
akbid paramata muna Gsr yanaakbid paramata muna Gsr yana
akbid paramata muna Gsr yana
 
174537879 case-morbili
174537879 case-morbili174537879 case-morbili
174537879 case-morbili
 
225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
 
Preskas peb
Preskas pebPreskas peb
Preskas peb
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non Dehidrasi
 
Askep hematuri
Askep hematuriAskep hematuri
Askep hematuri
 
111693541 askeb-bbl-asfiksia-dengan-ibu-tbc
111693541 askeb-bbl-asfiksia-dengan-ibu-tbc111693541 askeb-bbl-asfiksia-dengan-ibu-tbc
111693541 askeb-bbl-asfiksia-dengan-ibu-tbc
 
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHA
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHAGsr aty AKBID PARAMATA RAHA
Gsr aty AKBID PARAMATA RAHA
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
167582815 case-pneumonia-tb-vya
167582815 case-pneumonia-tb-vya167582815 case-pneumonia-tb-vya
167582815 case-pneumonia-tb-vya
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasi
 
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksiManajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
 
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda munaKumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
Kumpulan soal pilihan ganda steven jonson akper pemda muna
 
Materi respirasi
Materi respirasiMateri respirasi
Materi respirasi
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 

Similar to Isi

Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
May Dwi Yuri Santoso
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
ssuser6a7917
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
Shabrina Shabrina
 
Anc kompre
Anc kompreAnc kompre
Anc kompre
Warnet Raha
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
Manajemen asuhan kebidanan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Adeline Dlin
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Erlangga Putra
 
Preskas+nutrisi+metabolik
Preskas+nutrisi+metabolikPreskas+nutrisi+metabolik
Preskas+nutrisi+metabolik
Samanuddin Manawari
 
Kasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus newKasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus new
nurmegakurnia
 
Askep bronkitis
Askep bronkitisAskep bronkitis
Askep bronkitis
asyifa wiyarta
 
Alur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmusAlur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmus
Susi Hukubun
 
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
hiyalulya
 

Similar to Isi (20)

Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
 
Anc kompre
Anc kompreAnc kompre
Anc kompre
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
Manajemen asuhan kebidanan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Fome 433 b
Fome 433 bFome 433 b
Fome 433 b
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.
 
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA RAHA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA RAHA Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA RAHA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA RAHA
 
Preskas+nutrisi+metabolik
Preskas+nutrisi+metabolikPreskas+nutrisi+metabolik
Preskas+nutrisi+metabolik
 
Askep ginekologi AKPER PEMDA MUNA
Askep ginekologi AKPER PEMDA MUNA Askep ginekologi AKPER PEMDA MUNA
Askep ginekologi AKPER PEMDA MUNA
 
Askep ginekologi
Askep ginekologiAskep ginekologi
Askep ginekologi
 
Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
Kasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus newKasus dana analisa kasus new
Kasus dana analisa kasus new
 
Askep bronkitis
Askep bronkitisAskep bronkitis
Askep bronkitis
 
Alur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmusAlur penegakan diagnosis marasmus
Alur penegakan diagnosis marasmus
 
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
 

Isi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sifilis pertama kali ditemukan di Eropa pada akhir abad ke-15 dan pada tahun 1905, Schaundinn dan Hoffman menemukan penyebab penyakit ini yaitu Treponema pallidum (Feigin RD, 1987). Penyakit sifilis didapat ditularkan (acquired) melalui kontak seksual. Sifilis primer ditandai dengan adanya luka yang tidak nyeri, mengeras, dan sembuh dalam 7-10 hari. Sifilis sekunder ditandai dengan kelainan pada kulit dan membran mukosa yang terjadi selama 4-6 minggu. Sifilis kongenital ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intrauterin. Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak. Jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak, penyakit disebut sifilis kongenital lanjut. Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi, mengenai berbagai organ, dan menyerupai sifilis stadium II. Infeksi pada janin terjadi melalui aliran darah sehingga tidak dijumpai kelainan sifilis primer (Kollmann TR, 2011). Bayi dapat tampak lahir sehat dan baru menunjukkan kelainan setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula menunjukkan kelainan sejak lahir seperti pada penderita ini. Sifilis merupakan re-emerging disease (penyakit yang sudah lama hilang kemudian muncul kembali). Angka kejadian di seluruh dunia diperkirakan sekitar setengah juta bayi baru lahir setiap tahunnya (Weber MW, 2003). Di Amerika Serikat tahun 1997, didapatkan 3,2 kasus baru per 100.000 populasi (Sheffield JS, 1999). Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sejak tahun 1995 tidak didapatkan laporan mengenai kasus ini. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk mengingatkan kembali upaya diagnostik, tata laksana serta asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan sifilis kongenital.
  • 2. 2 1.2 Rumusan masalah Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital ? 1.3 Tujuan penulisan Mengetahui asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital. 1.4 Manfaat Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan penyakit Sifilis Kongenital
  • 3. 3 BAB II TINUAUAN KASUS Seorang anak berusia 13 tahun disajikan dengan THT OPD, di Rumah Sakit LN, New Delhi, India, dengan keluhan lubang di langit-langit keras yang telah perlahan- lahan membesar, sejak kemunculan 2-3 bulan kembali bersama dengan kesulitan makan dan hidung tersumbat. Terdapat perforasi sekitar 1 cm di langit-langit keras anterior, pemeriksaan fisik anak itu dinyatakan biasa-biasa saja. (Gambar 1). Pemeriksaan rutin mengungkapkan Hemoglobin 12,4%, Total jumlah leukosit 11700 / mm3, jumlah leukosit berbeda - Polimorf 57% Limfosit 30% Eosinofil 13%, dan trombosit 2.94 lac. Biokimia rutin lainnya investigasi tidak signifikan. Penyakit kelamin Laboratorium Penelitian (VDRL) adalah reaktif pada 16 pengenceran dan Treponema pallidum uji haemagglutination (TPHA) adalah positif (TPHA TEST KIT; Plasmatec Laboratorium Produk Ltd Inggris). X-ray dada normal dan Mantoux tes negatif. Pemeriksaan cairan serebrospinal normal. Survei kerangka mengungkapkan ada bukti radiologis lesi periosteal atau perichondritis. USG pemeriksaan perut dan panggul menunjukkan tidak ada kelainan. Tidak ada stigmata orofacio-gigi lain dari bawaan sifilis seperti Hutchinsons gigi yang terdeteksi. Pemeriksaan tetes mata termasuk funduskopi normal. Tidak ada gejala yang menunjukkan keterlibatan sistem saraf diamati. Semua penyelidikan dilakukan sebelum memulai pengobatan. Setelah laporan tersebut, ibu, ayah dan tiga adik-adik lain diselidiki. Ibu dan ayah yang lemah reaktif untuk VDRL dan TPHA mereka positif. Adik-adik semua non reaktif untuk VDRL sebagai serta TPHA. Semua anggota keluarga termasuk pasien yang non reaktif HIV. Sang ibu memberi riwayat beberapa pengobatan untuk lesi genital dua tahun sebelum kelahiran pasien, Catatan dari Kondisi tersebut di atas atau pengobatan yang diambil adalah tidak tersedia. Riwayat kebidanan ibu itu lancar. Pasien adalah produk dari istilah penuh unbooked persalinan normal melalui vagina di rumah kelahiran petugas tradisional. Pasien kami memiliki tiga adik-adik yang
  • 4. 4 persalinan normal vagina juga jangka penuh dan semua hidup dan sehat. Kecuali untuk pengembangan beberapa ruam di daerah popok sebagai neonatus tidak ada sejarah lain lesi bulosa karakteristik tempat lain pada tubuh. Itu tahap perkembangan pasien normal sebagai diberitahu oleh ibu. Pasien tidak memberikan riwayat dari setiap trauma, kekerasan seksual atau pelecehan anak atau penyalahgunaan obat. Anak dan orang tuanya mulai pengobatran 3 minggu i / v kristal air penisilin G 50.000 U / kg (di 8- jam interval). Dia diberitahu tentang risiko lebih lanjut pembesaran cacat dan diminta untuk datang kembali untuk perbaikan palatal pada penyelesaian perawatan medis. Dia ditoleransi dengan pengobatan baik tanpa komplikasi dan menunjukkan penurunan VDRL titer 2 pengenceran saat terakhir terlihat setelah 6 bulan dari kunjungan pertamanya.
  • 5. 5 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian A. Identittas Pasien  Identitas Anak 1. Nama Pasien : An. B 2. Umur : 13 Tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Suku Bangsa : India 5. Agama : Hindu 6. Alamat : New Delhi 7. Tanggal MRS : 1 Juni 2015 8. Diagnosa Medis : Sifilis Kongenital  Identitas Orang 1. Nama ayah : Tn. K 2. Nama ibu : Ny. D 3. Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswata/Ibu rumah tangga 4. Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA 5. Suku Bangsa : India 6. Agama : Hindu 7. Alamat : New Delhi B. Riwayat kesehatan  Keluhan Utama : Adanya lubang di langit-langit (palatum mole).  Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada tanggal 30 Mei 2015 An. B mengeluh lubang yang ada pada pallatum perlahan-lahan semakin membesar yang membuat kesulitan makan dan hidung tersumbat. Ibu juga mengatakan 2
  • 6. 6 hari yang lalu anaknya mengalami demam. Dan pada tanggal 1 Juni 2015 An. B dibawa oleh orang tuanya ke rumah sakit LN New Delhi.  Riwayat Kesehatan Dahulu: Pada 2-3 bulan yang lalu An. B mulai muncul lubang pada pallatum mole yang disertai dengan kesulitan makan dan hidung tersumbat.  Riwayat Penyakit Keluarga: Ny. D dan Tn. K positif mengidap sifilis (Tes VDRL dan TPHA positif).  Riwayat Pengobatan : Ny. D pernah mengambil beberapa pengobatan pada dua tahun yang lalu untuk mengobati lesi sebelum kelahiran An. B. Tn. K, Ny. D dan An. B, memulai pengobatan sifilis menggunakan Kristal penisilin G 50.000 U/ Kg selama 3 minggu (Interval 8 jam). An D dan orang tuanya diberitahu tentang resiko pembesaran lebih lanjut dari cacat dan diminta untuk datang kembali. An D mendapatkan pengobatan dengan baik tanpa komplikasi dan menunjukan penurunan VDRL yang terlihat setelah kunjungan pertamanya.  Riwayat Persalinan: Pada waktu persalinan Ny. D melahirkan An. B dibantu oleh dukun (Persalinan Tradisional). Persalinan pada An B tidak ada halangan dan berjalan lancar. C. Pola Fungsi Kesehatan  Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat An. B mandi sehari dua kali pagi hari dan sore hari. An. B apabilah sakit selalu dibawah ke puskesmas atau rumah sakit oleh Ny. D dan Tn. K. Ny D mengatakan bahwa selama ini An. B suka sekali makan buah-buahan yang diberikan oleh Ny D.  Pola Nutrisi dan Metabolisme  A (Atropometri) = BB : 30 kg, TB : 150 cm.  B (Biokimia) = Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%, Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac  C (Clinis) = Kesadaran : compos mentis, mata : konjungtiva normal, Sklera normal tidak ada ikterus.
  • 7. 7  D (Diet) = Pola makan 3x sehari, jenis nasi, ikan/daging, sayur dan buah , pasien mengatakan tidak mengalami nyeri lambung, tidak mual, An. B selama sakit mengalami kesulitan saat makan sehingga mengalami penurunan nafsu makan.  Pola Eliminasi  BAK 5-6 x/hari, warna kuning keruh, tidak ada keluhan.  Pemenuhan cairan : Minum 7-8 gelas/hari, jenis air putih, teh, kopi.  BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning tua, tidak ada keluhan.  Pola Aktivitas Latihan  Aktivitas dan latihan An. B dalam setiap harinya tidak tergangguh: belajar, bermain, sekolah, olahraga dsb.  Setelah pasien sakit sebagian aktivitasnya tergangguh dan dibantu oleh orang tua dan adik-adiknya  Pola Istirahat Tidur  An. B biasa tidur pukul 21.30 WIB / setengah 10 malam dan bangun di pagi hari pukul 05.00 WIB, pemenuhan kebutuhan istirahat pasien 6-7 jam/hari.  Selama sakit saat tidur pasien tidak sering terbangun ditengah malam.  Pola Persepsi Sensori dan Kognitif  Pasien beranggapan bahwa lubang yang ada pada pallatum hanya sariawan biasa.  Orang tua dan pasien bingung dengan penyakit yang di derita oleh An. B  Pola Persepsi dan Konsep Diri Ny. D merasa khawatir akan penyakit yang diderita anaknya, karena takut menghambat perkembangan anaknya dewasa nanti.  Pola Hubungan dan Peran An B adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah dan ibunya positif mengidap penyakit sifilis melainkan kedua adiknya tidak memiliki penyakit sifilis.
  • 8. 8  Pola Seksual dan Reproduksi An. B berjenis kelamin laki-laki dalam masa pubertas karena berusia 13 tahun.  Pola Penanggulangan Ny. D dan Tn. K selalu membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit jika anaknya sakit.  Pola Keyakinan dan Tata Nilai Emosi pasien tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, menerima keadaan penyakit yang dideritanya, karena mempunyai keyakinan bahwa setiap penyakit yang diturunkan pasti disertai dengan obatnya, jadi tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. D. Pemeriksaan fisik  Keadaan umum dan TTV : Kesadaran Compos Mentis. TD: 110/ 70 mmHg, RR: 24 x/menit, Nadi: 89 x/menit, Suhu: 38 oC  B1 (Breathing)  Inspeksi: pola nafas tersengal-sengal, RR: 24 x/menit, An B terlihat menggunakan alat bantu pernafasan. Pernafasan bibir  Palpasi: Pergerakan dada simetri kanan dan kiri, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri  Perkusi: suara perkusi normal (sonor)  Auskultasi: bunyinya terdengar vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi.  B2 (Blood)  Tidak ada stenosis aorta, tidak ada inflamasi aorta  TD: 110/ 70 mmHg, Nadi 89 x/menit, CRT < 1 detik  An. B tidak mengalami pusing dan keringat dingin, akral hangat  B3 (Brain)  Kesadraan compos mentis
  • 9. 9  Kepala dan wajah tidak nampak adanya sianosis  Sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil miosis saat pemeriksaan  Lehernya tidak ada pembesaran vena jugularis  Pada pemeriksaan cairan serebrospinal normal (Tidak ada infeksi dan inflamasi membrane dan cairan disekitar otak dan spinal cord)  B4 (Blader) : Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem perkemihan ( BAK normal frekuensi, warna, bau dan jumlah urin dalam keadaan normal)  B5 (Bowel) : Pada pemeriksaan didapatkan Hutchinsons (Bentuk gigi abnormal pada sifilis congenital). Pasien juga kesulitan makan karena adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi abnormal sehingga mengalami penurunan nafsu makan.  B6 (Bone) : Di dapatkan adanya lesi periosteal atau perichondritis (Adanya infeksi kulit dan jaringan yang mengelilingi tulang rawan dan kartilago) E. Analisa data Data Etiologi Masalah Ds:  Pasien mengeluh adanya lubang pada langit-langit mulut (palatum)  Pasien mengatakan lubang itu semakin membesar dan membuat pasien sulit makan Do:  Nampak adanya lubang pada palatum  Nampak bentuk gigi Hutchinsons (bentuk Faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi Hutchinsons) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • 10. 10 gigi abnormal pada sifilis congenital).  BB : 30 kg, TB : 150 cm.  Hasil lab : Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%, Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac Ds: Pasien mengeluh hidung tersumbat Do:  Pasien nampak tersengal-sengal saat bernapas  Terlihat menggunakan alat bantu pernapasan  Terlihat menggunakan pernapasan bibir  RR: 24x/menit Hipoventilasi Ketidakefektifan pola napas Ds: Ibu mengatakan 2 hari yang lalu anaknya demam. Do:  TTV: TD: 110/ 70 mmHg RR: 24 x/menit Nadi: 89 x/menit Suhu: 38 oC Reaksi inflamasi penyakit Hipertermi
  • 11. 11  Hasil lab: Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%, Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac Ds: - Do: Adanya lesi periosteal atau perichondritis.  Hasil lab: Hb : 12,4 %, Leukosit: 11700/ mm3, Polimorf: 57%, Limfosit: 30 %, Eosinofil: 13 %, Trombosit: 2,94 lac Proliferasi jaringan Resiko infeksi Ds: Ny. D mengatakan khawatir akan penyakit yang diderita anaknya, karena takut menghambat perkembangan anaknya dewasa nanti. Do: Orang tua An. B tampak bingung dengan penyakit yang di derita oleh anaknya. Perubahan dalam status kesehatan An. B Ansietas
  • 12. 12 3.2 Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi yang ditandai dengan adanya pernapasan bibir. 2. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi penyakit (sifilis kongenital) 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi Hutchinsons) 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan An. B 5. Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi jaringan yang ditandai dengan lesi periosteal atau perichondritis. 3.3 Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan 1 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi yang ditandai dengan adanya pernapasan bibir. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pola napas pasien kembali efektif. Kriteria hasil :  Kedalaman inspirasi  Kemudahan bernapas  Ekspansi dada simetris  Tidak ada pernapasan bibir  Tidak ada suara napas tambahan  Tanda vital dalam rentang normal Intervensi Rasional Observasi pola pernapasan pasien (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasan kussmaul, dll). Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan atau tidak adanya ventilasi Mengetahui ada atau tidaknya suara napas tambahan dan memudahkan
  • 13. 13 dan adanya suara napas tambahan. untuk melakukan intervensi selanjutnya. Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan. Teknik relaksasi memudahkan proses pernafasan klien untuk menghasilkan O2. Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan. Memastikan keadekuatan fungsi pernapasan jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi. Diagnosa keperawatan 2 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi penyakit (sifilis kongenital) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, suhu tubuh pasien dalam rentang normal. Kriteria hasil :  Tidak ada termor  Pasien tidak pusing  Pasien dalam keadaan nyaman  Tidak ada perubahan warna kulit  Tanda vital dalam rentang normal Intervensi Rasional Lakukan pengukuran suhu secara kontinyu. Untuk mengetahui perubahan suhu. Berikan kompres hangat (<38oC) / dingin (>38oC). Mengurangi demam dan membuka pori-pori kulit sehingga meningkatkan penguapan. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi klien. Peningkatan cairan bisa membantu menstabilkan termoregulasi panas klien. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas. Menambah pengetahuan pasien untuk mencegah keletihan.
  • 14. 14 Kolaborasi pemberian obat antipiretik. Menurunkan demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus. Diagnosa keperawatan 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (adanya lubang pada palatum dan bentuk gigi Hutchinsons) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien kembali adekuat. Kriteria hasil :  Berat badan meningkat.  Intake makanan dan cairan kembali normal  Nafsu makan baik  Pengukuran biokimia normal  Tanda vital dalam rentang normal Intervensi Rasional Observasi intake dan output klien Mengetahui kebutuhan nutrisi klien. Berikan makanan yang disukai pasien dalam batas diet. Meningkatkan nafsu makan. Berikan makanan porsi kecil tapi sering. Menghindari mual dan muntah Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman saat waktu makan Lingkunagn yang nyaman dapat meningkatkan nafsu makan klien. Ajarkan pasien bagaimana membuat makanan harian. Menambah pengetahuan pasien tentang nutrisi dan mengajarkan pasien untuk mandiri dalam mengelola kebutuhan nutrisinya. Kolaborasi ahli gizi tentang diet bergizi bagi klien. Untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
  • 15. 15 Diagnosa keperawatan 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan An. B Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang. Kriteria hasil :  Pasien dapat mengontrol cemas  Wajah tenang  Tidak menunjukkan tanda kecemasan  Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80 mmHg, RR= 16-24x/menit. Intervensi Rasional Observasi tingkat kecemasan pasien. Sebagai dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaannya. Mengeksternalisasikan ansietas dan menguatkan mental klien dalam proses kesembuhan. Berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan, dan prognosis. Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, dan prasangka salah mengenai penyakit. Ciptakan hubungan saling percaya antara klien dan perawat. Agar klien lebih terbuka dalam mengutarakan perasaannya. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat ansietas Menurunkan ansietas dan mencegah komplikasi lanjut. Diagnosa keperawatan 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan proliferasi jaringan yang ditandai dengan lesi periosteal atau perichondritis. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, faktor resiko infeksi akan hilang. Kriteria hasil :  Tidak ada tanda-tanda infeksi  Intergritas mukosa baik
  • 16. 16  Menunjukkan hygine yang adekuat  Mengambarkan factor yang menunjang penularan infeksi  Tanda vital dalam rentang normal: N= 60-100x/menit, S= 37oC, TD= 120/80 mmHg, RR= 16-24x/menit. Intervensi Rasional Observasi tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor. Mendeteksi dini tanda-tanda infeksi. Instruksikan untuk menjaga hygine pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Meminimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien. Mencegah infeksi pada pasien yang beresiko. Kolaborasi pemberian antibiotik bila diperlukan. Mencegah infeksi lanjut.
  • 17. 17 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan manifestasi klinis sifilis kongenital atau ditemukannya Treponema pallidum pada lesi, plasenta, tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan atau telah mendapat pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak menunjukkan respons serologi. Gambaran khas sifilis kongenital dini adalah saddle nose, gigi Hutchinson, keratitis interstitialis, Saber shins, serta gumma pada hidung dan palatum. 4.2 Saran Setelah membaca makalah ini, kita sebagai perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Sifilis Kongenital dan memberikan Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan Sifilis Kongenital.
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Feigin RD, Cherry JD. 1987. Syphilis. Dalam: WB Saunders staff, penyunting. Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke 2. Philadelphia: WB Saunders Company. h. 608-620. Kollmann TR, Dobson S. 2011. Syphillis. In: Remington JS, Klein JO, Wilson CB, Nizet V , Maldonado Y A, editors. Infectious disease of the fetus and newborn infant. 7th ed. Philadelphia: Saunder. 524-557. NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC Sheffield JS, Wendel GD. 1999. Syphilis in pregnancy. Clinic Obstetric Gynecology 42: 97-106. Weber MW, Charlin JB, Catchalian S. 2003. Predictors of neonatal sepsis in developing countries. Pediatric Infection Disease Journal. 22: 711-716. Wilkinson M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.