Berdasarkan data Polsek Serang Baru antara tahun 2017-2022, hanya terjadi dua kasus kekerasan seksual yaitu satu kasus pemerkosaan dan satu kasus pelecehan seksual. Kasus-kasus ini melibatkan korban wanita dewasa dan remaja. Jumlah kasus kekerasan seksual di daerah ini relatif rendah dibanding angka nasional.
Gambaran Kasus Kekerasan Seksual Di Daerah Serang Baru Berdasarkan Data Polsek Serang Baru, Kabupaten Bekasi Periode 2017-2022.pdf
1. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
GAMBARAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI DAERAH SERANG
BARU BERDASARKAN DATA POLSEK SERANG BARU, KABUPATEN
BEKASI PERIODE 2017-2022
Yolanda Dwi Setyorini, Afra Refancienna Subakuh, Allsyah, Syahdania Zahroo
Abstrak : Permerkosaan adalah bentuk kejahatan seksual yang dilakukan dengan tujuan
memenuhi kebutuhan biologis yaitu hubungan seksual. Bentuk tindakan pemerkosaan ini dapat
merugikan korbannya, merusak masa depan, dan menimbulkan efek yang sangat buruk bagi
korban bahkan sampai terjadinya kematian. Kasus Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan Tahun
2017 sampai 2022 berdasarkan hasil pengambilan data pada Polsek Serang Baru, daerah,
kabupaten Bekasi hanya terjadi 2 kasus selama 5 tahun terakhir, yaitu 1 kasus pemerkosaan dan 1
kasus pelecehan seksual kepada Wanita.ini menyatakan pada daerah kecamatan Serang Baru
cukup jarang terjadi kasus Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan.
Kata kunci : Pelecehan Seksual, Pemerkosaan, korban
PENDAHULUAN
Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang terjadi di Indonesia, termasuk di daerah
Serang Baru, Kabupaten Bekasi. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, terdapat beragam
spektrum kekerasan terhadap perempuan yang terjadi sepanjang tahun 2020, termasuk kekerasan
seksual. Studi lain juga menunjukkan bahwa kekerasan seksual terjadi pada perempuan dan anak-
anak di Indonesia, termasuk kekerasan fisik, psikis, dan pelecehan seksual.
Kekerasan seksual didefenisikan sebagai setiap tindakan seksual seperti usaha melakukan
perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan atau menyerang tubuh seseorang secara
seksual atau melontarkan komentar atau menyarankan untuk berperilaku seksual yang tidak
disengaja ataupun sebaliknya, tindakan pelanggaran untuk melakukan hubungan seksual dengan
paksaan kepada seseorang (WHO, 2017).
Permerkosaan dan Pelecehan Seksual merupakan bentuk kekerasan seksual yang termasuk
dalam bentuk tindak kriminal yang berat karena merugikan korbannya, merusak masa depan, dan
menimbulkan efek yang sangat buruk bagi korban bahkan sampai terjadinya kematian. Tindakan
2. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
pemerkosaan terjadi karena pada dasarnya individu memiliki rangsangan, dorongan dan tujuan
dalam memenuhi kebutuhan biologis yaitu hubungan seksual. Jelas bahwa hubungan seksual
adalah kebutuhan mendasar yang dimiliki oleh setiap individu namun hal tersebut tidak
diperbolehkan ketika subjek yang menjadi mitra hubungan seksual tersebut melakukan secara
terpaksa, karena ada unsur paksaan yang dilakukan oleh sebelah pihak dengan cara-cara melanggar
hukum, tidak atas persetujuan kedua belah pihak, bahkan dengan cara kekerasan.
Timbulnya rangsangan dan dorongan untuk berhubungan seksual muncul karena adanya
stimulus yang meningkatkan gairah seksual individu. Hal terjadi menjadikan subjek cenderung
tidak dapat mengendalikan hasrat untuk berhubungan seksual. Contohnya adanya unsur
kesempatan yaitu kondisi lingkungan yang sepi, dan korban yang memakai pakaian yang minim
sehingga memicu terjadinya tindakan perkosaan. Ditambah lagi keadaan yang tidak seutuhnya
sadar karena adanya pengaruh alkohol dan obat-obatan lainnya. Tindakan pemerkosaan selain
melanggar aturan-aturan Hak Asasi Manusia (HAM) juga menyebabkan penderitaan dalam jangka
panjang baik fisik, psikis, maupun sosial. Di Indonesia kasus pemerkosaan dapat dikatakan
merupakan salah satu tindakan kriminal yang masih berada pada tingkat tertinggi dari kejahatan-
kejahatan yang terjadi di Indonesia.
Kekerasan seksual dapat terjadi di berbagai tempat, baik di lingkungan kerja, rumah
tangga, maupun di tempat umum. Salah satu bentuk kekerasan seksual yang sering terjadi di
lingkungan kerja adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual di tempat kerja dapat berupa
komentar atau lelucon yang tidak pantas, sentuhan yang tidak diinginkan, atau permintaan untuk
melakukan hubungan seksual demi keuntungan tertentu.
Pada umumnya korban ataupun keluarga korban tidak berani atau malu untuk melaporkan
kepada pihak berwenang ataupun menceritakan kepada orang lain karena mereka berfikir bahwa
korban perkosaan sudah tidak suci lagi, tidak perawan, bekas orang, dan sebagainya. Kasus
pemerkosaan dapat dikatakan sebagai kasus kriminal yang tersembunyi, dampak dari keadaan ini
akhirnya kasus-kasus pemerkosaan yang nampak tidak merepresentasikan kasus pemerkosaan
yang sebenarnya terjadi (Sasongko, 2014). Hal yang khusus dari kasus pemerkosaan yaitu bukan
hanya sekedar hubungan seksual namun ada unsur kekerasan pada tindakan tersebut.
3. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
Kasus-kasus kekerasan seksual di Indonesia seringkali tidak dilaporkan ke pihak
berwenang karena berbagai alasan, seperti rasa malu, takut, atau merasa tidak ada yang akan
mempercayai. Hal ini menyebabkan angka kekerasan seksual di Indonesia sulit untuk diukur
secara akurat. Oleh karena itu, artikel jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran kekerasan
seksual yang terjadi di daerah Serang Baru, Kabupaten Bekasi, berdasarkan data Polsek Serang
Baru selama periode 2017-2022.
Berdasarkan data dari Polsek Serang Baru, terdapat beberapa kasus kekerasan seksual yang
terjadi selama periode 2017-2022. Kasus-kasus tersebut meliputi pemerkosaan dan pelecehan
seksual, Data ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual masih menjadi masalah serius di daerah
Serang Baru, Kabupaten Bekasi.
Dampak kekerasan seksual secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu dampak fisik,
dampak psikologis, dan dampak sosial. Dampak fisik akibat kekerasan seksual misalnya adanya
memar, luka, bahkan robek pada organ seksual. Pada perempuan dampak yang paling berat yaitu
kehamilan. Dampak tertular penyakit menular seksual juga dapat terjadi. Dampak psikologi antara
lain berupa kecurigaan dan ketakutan terhadap orang lain, serta ketakutan pada tempat atau
suasana tertentu. Dampak sosial yang dialami korban, terutama akibat stigma atau diskriminasi
dari orang lain mengakibatkan korban ingin mengasingkan diri dari pergaulan. Perasaan ini timbul
akibat adanya harga diri yang rendah karena ia menjadi korban pelecehan seksual, sehingga merasa
tidak berharga, tidak pantas dan juga merasa tidak layak untuk bergaul bersama teman – temannya
(UNESCO, 2018).
Dalam mengatasi kekerasan seksual, diperlukan upaya yang terintegrasi dari berbagai
pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat luas. Upaya-upaya
tersebut dapat berupa kampanye kesadaran, pelatihan bagi korban dan pelaku, serta penegakan
hukum yang tegas bagi pelaku kekerasan seksual. Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan dapat
menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual, terutama di daerah Serang
Baru, Kabupaten Bekasi.
4. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
Melalui artikel jurnal ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang kekerasan seksual yang terjadi di daerah Serang Baru, Kabupaten Bekasi. Dengan
mengetahui gambaran kekerasan seksual yang terjadi, diharapkan dapat memicu tindakan
preventif dan intervensi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, artikel jurnal
ini juga dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak terkait, seperti kepolisian, pemerintah, dan
masyarakat, untuk mengambil tindakan yang lebih konkret dalam mengatasi kekerasan seksual di
daerah Serang Baru, Kabupaten Bekasi.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2023 di Polsek Serang Baru yang berada di
alamat Kp. Pasirandu Rt. 05/03, Jl. Raya Cikarang - Cibarusah, Sukasari, Kec. Serang Baru,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17330. Jenis penelitian ini ialah kualitatif dengan teknik
pengambilan data berupa wawancara. Data setiap kasus disampaikan dalam bentuk deskripsi dari
hasil wawancara kami dengan pihak Polsek. Data yang akan disampaikan adalah data mentah yang
langsung dari narasumber. Variabel penelitian ini ialah jumlah kasus kejahatan seksual berupa
pelecehan dan pemerkosaan, usia korban dan jenis kelamin korban.
HASIL PENELITIAN
Hasil data yang diperoleh dari data Polsek Serang Baru, Kabupaten Bekasi yaitu bahwa
dalam rentang tahun 2017 sampai 2022 hanya terdapat dua kasus kriminal yang terjadi ditahun
2022, tepatnya dibulan Februari dan Juni lalu. Kedua kasus tersebut merupakan kasus Pelecehan
Seksual dan Pemerkosaan kepada wanita. Berdasarkan kedua kasus yang terjadi pada korban yaitu
wanita paruh baya berstatus ibu rumah tangga dan remaja putri yang sedang bekerja, tentunya
kedua kasus yang terjadi ini memperlihatkan bahwa kejahatan seksual tidak memandang umur
atau status korbannya.
Gambar 1 memperlihatkan jumlah keseluruhan kasus kejahatan seksual yang dilaporkan di
Polsek Serang Baru dalam 6 tahun terakhir yaitu 2 kasus. Kasus tersebut terdiri dari 1 kasus
pemerkosaan dan 1 kasus pelecehan seksual. Kasus kejahatan seksual terbanyak ialah tahun 2022
yaitu 2 kasus, kasus ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya yang tidak dilaporkan
adanya kasus kekerasan seksual yaitu tahun 2017-2021 dengan 0 kasus.
5. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
Gambar 1. Jumlah kasus kejahatan seksual berdasarkan wawancara dengan narasumber dari Polsek Serang
Baru, Bekasi
Tabel 1 memperlihatkan jumlah korban kejadian kasus kekerasan seksual terjadi pada masa
remaja akhir 17-25 tahun sebanyak 1 kasus, dan masa dewasa akhir sebanyak 1 kasus. Tidak
didapatkan kasus pada kategori usia balita 0-5 tahun, kanak-kanak 5-11 tahun, remaja awal 12-16
tahun, dewasa awal 26-35 tahun, lansia awal 46-55 tahun, lansia akhir 56-65 tahun dan manula
>65 tahun.
Tabel 1. Distrubusi usia korban kasus kejahatan seksual
Usia
Tahun
Jumlah
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Masa balita 0,5 tahun - - - - - - -
Masa kanak-kanak 5-11 tahun - - - - - - -
Masa remaja awal 12-16 tahun - - - - - - -
Masa remaja akhir 17-25 tahun - - - - - 1 1
Masa dewasa awal 26-35 tahun - - - - - - -
Masa dewasa akhir 36-45 tahun - - - - - 1 1
Masa lansia awal 46-55 tahun - - - - - - -
Masa lansia akhir 56-65 tahun - - - - - - -
Masa manula >65 tahun - - - - - - -
Total - - - - - 2 2
0
1
2
3
4
5
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Kasus Pemerkosaan dan Pelecehan Seksual
di Polsek Serang Baru
(2017-2022)
Kasus Pemerkosaan Kasus Pelecehan Seksual
6. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
Tabel 2 memperlihatkan bahwa kasus kejahatan seksual menurut jenis kelamin perempuan
berjumlah 2 orang . dan tidak ada kasus kejahatan seksual kepada laki-laki.
Tabel 2. Jumlah kasus kejahatan seksual berdasarkan jenis kelamin korban
Jenis Kelamin
Tahun
Jumlah
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perempuan - - - - - 2 2
Laki-laki - - - - - - -
Total - - - - - 2 2
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan 2 kasus kejahatan seksual selama 6 tahun berturut-turut
dengan rentang waktu 2017-2022, Jumlah kasus tertinggi didapatkan pada tahun 2022 yaitu
sebanyak 2 kasus, dengan 1 kasus pemerkosaan dan 1 kasus pelecehan seksual. Hasil penelitian
mendapatkan bahwa korban dari kasus kejahatan seksual di tahun 2022 terjadi pada masa remaja
akhir dan masa dewasa akhir.
Sementara itu, di Indonesia sendiri terjadi kekerasan seksual sebanyak 11.686 kasus pada
tahun 2022 yang dimana angka tertinggi korban kasus kekerasan sebanyak 9.962 korban adalah
anak berusia 13-17 tahun (Ayu, 2023). Kemudian tertinggi kedua sebanyak 6.896 korban adalah
orang dewasa berusia 25-44 tahun, dan yang tertinggi ketiga sebanyak 5.655 korban adalah anak
berusia 6-12 tahun (SIMFONI-PPA, 2023).
Hal ini cukup berbeda dengan data yang didapatkan dari Polsek Serang Baru, jika
disandingkan angka kasus kekerasan seksual yang terjadi didaerah serang baru termasuk rendah
karena hanya didapatkan 2 kasus selama 6 tahun. Dalam data yang didapatkan korban terbanyak
berjenis kelamin perempuan, hal ini sama dengan angka yang terdapat dalam SIMFONI-PPA
tahun 2023 sebanyak 12.026 kasus kekerasan seksual 10.794 kasusu diantaranya mejadikan
perempuan sebagai korbannya angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka kasusu
korban kekerasan seksual pada laki-laki sebanyak 2.332 kasus.
7. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
Tingginya kasus-kasus ini mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat yang masih
belum teredukasi mengenai tindak kekerasan seksual. Rendahnya kesadaran dan pemahaman para
pelaku serta dorongan internal yang mereka rasakan menjadi faktor utama yang menyebabkan
tindak kekerasan seksual ini dapat terjadi.
Faktor Penyebab terjadinya Pelecehan dan Kekerasan seksual
Faktor Penyebab terjadinya Pelecehan dan Kekerasan seksual menurut Kayowuan Lewoleba &
Helmi Fahrozi (2020) yaitu :
1. Korban Mudah Ditaklukkan
Pria menganggap bahwa wanita lebih lemah, sehingga ditempatkan dalam posisi
subordinasi yang harus dikuasai. Meski tidak jarang pria juga dapat mengalami pelecehan seksual,
namun biasanya pelaku memiliki sifat yang lebih dominan sehingga berani melakukan tindakan
tersebut.
2. Hawa Nafsu
Hasrat seks yang tidak bisa disalurkan dapat menjadi faktor penyebab pelecehan seksual.
Pelaku menyalurkan nafsunya tersebut dengan melakukan pelecehan seksual. Bisa jadi yang
menjadi korban tidak berpotensi menjadi objek pelecehan, namun karena adanya hasrat seks yang
mendorong dari sisi pelaku sehingga terjadilah pelecehan seksual.
3. Pernah Menjadi Korban
Mempunyai riwayat kekerasan seksual saat masih kecil juga bisa menjadi penyebab.
Adanya trauma ini membuat pelaku ingin membalasnya ketika ia dewasa. Tanpa pandang bulu,
objeknya bisa siapa saja di sekitarnya. Umumnya yang membuat pelaku merasa lebih berkuasa.
4. Menjadi Saksi
Pada sebagian pelaku pelecehan seksual, mereka pernah menyaksikan kekerasan seksual
terhadap anggota keluarga lain saat masih kecil. Sama halnya dengan menjadi korban, menjadi
saksi kekerasan seksual dapat memicu trauma yang dibawa hingga dewasa.
5. Memiliki Kuasa
Pelaku memiliki otoritas atas korban. Misalnya, pelaku merupakan atasan korban. Terdapat
suatu penelitian yang menghubungkan seks dengan kekuasaan, sehingga pelaku merasa lebih
mudah untuk melakukan dominasi
8. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
6. Sistem Patriarki di Masyarakat yang Kuat
Penyebab terjadinya pelecehan seksual tidak lepas dari sistem patriarki dalam masyarakat
yang masih kuat. Sering kali budaya patriarki juga mewajarkan tindakan pelecehan seksual ini dan
justru menuduh korban atau victim blaming. Misalnya, dalam banyak kasus, seorang wanita
dianggap “mengundang” tindakan pelecehan karena ia memakai pakaian terbuka.
7. Ketergantungan
Ketergantungan obat-obatan terlarang dan minuman keras dapat memengaruhi seseorang
untuk melakukan pelecehan seksual. Hal ini bisa membuat seseorang melakukan tindakan tersebut
dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh obat atau alkohol.
8. Fantasi Seksual
Ada beberapa orang yang memiliki fantasi seksual dengan unsur kekerasan atau
melecehkan. Misalnya, akan terangsang jika membayangkan mengikat pasangannya dan
memberikan rasa sakit. Preferensi satu orang dengan yang lain bisa berbeda, dan hal ini juga dapat
memicu terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual.
9. Kebiasaan Menonton Konten Porno
Penyebab terjadinya pelecehan seksual dapat berhubungan dengan kebiasaan
mengonsumsi konten porno. Misal, sering membaca atau menonton konten-konten porno. Hal ini
memicu adanya fantasi seksual, dan apabila tidak disalurkan dengan baik maka bisa saja berujung
pada pelecehan seksual.
10. Hubungan Keluarga Renggang
Tidak dekat secara emosional dengan keluarga juga berpotensi menyebabkan adanya
tindakan pelecehan seksual, yang disebabkan kondisi emosional yang kurang stabil.
Mencegah Tindak Kejahatan Seksual
Menurut (WHO, 2017) cara untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual, melalui:
A. Pendekatan Individu
1. Memberikan dukungan psikologi pada korban kekerasan seksual
2. Merancang program bagi pelaku kekerasan seksual dimana pelaku harus bertanggung
jawab terhadap perbuatannya seperti menetapkan hukuman yang pantas bagi pelaku
kekerasan seksual
9. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
3. Memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual seperti; Pendidikan
kesehatan reproduksi, Sosialisasi menganai penyakit menular seksual, dan Pendidikan
perlindungan diri dari kekerasan seksual.
B. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan yaitu mencegah kekerasan seksual dengan cara menanamkan
pendidikan pada anak-anak sejak usia dini, seperti :
1. Pendidikan mengenai gender
2. Memperkenalkan pada anak tentang pelecehan seksual dan risiko dari kekerasan
seksual
3. Mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual
4. Mengajarkan batasan untuk bagian tubuh yang bersifat pribadi pada anak
5. Mengajarkan batasan aktivitas seksual yang dilakukan pada masa perkembangan anak.
C. Pencegahan Sosial Komunitas
1. Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual
2. Memberikan pendidikan seksual di lingkungan social
3. Mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sosial.
D. Pendekatan Tenaga Kesehatan
1. Tenaga Kesehatan memberikan Layanan Dokumen Kesehatan yang mempunyai peran
sebagai alat bukti medis korban yang mengalami kekerasan seksual
2. Tenaga Kesehatan memberikan pelatihan kesehatan mengenai kekerasan seksual dalam
rangka mendeteksi secara dini kekerasan seksual
3. Tenaga Kesehatan memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV
4. Tenaga Kesehatan menyediakan tempat perawatan dan perlindungan terhadap korban
kekerasan seksual.
E. Pendekatan Hukum dan Kebijakan Mengenai Kekerasan Seksual
1. Menyediakan tempat pelaporan dan penanganan terhadap tindak kekerasan seksual
10. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
2. Menyediakan peraturan legal mengenai tindak kekerasan seksual dan hukuman bagi
pelaku sebagai perlindungan terhadap korban kekerasan seksual
3. Mengadakan perjanjian internasional untuk standar hukum terhadap tindak kekerasan
seksual
4. Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas terdapat faktor penyebab terjadinya kejahatan seksual dapat
ditinjau dari beberapa sudut pandang meliputi, Faktor internal berkaitan dengan meningkatnya
dorongan dan minat seksual pelaku yang berada pada tahap perkembangan anak. Adapun faktor
eksternalnya meliputi pengaruh lingkungan (paparan materi pornografi, pengaruh teman),
kurangnya pengawasan orang tua dan tidak adanya pengetahuan/ pendidikan seks dari orang tua,
Dari hasil pengambilan data pada Polsek Serang Baru, daerah, kabupaten Bekasi hanya
terjadi 2 kasus selama 5 tahun terakhir, ini menyatakan pada daerah kecamatan Serang Baru cukup
jarang terjadi kasus Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan. Tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa hal tersebut menunjukkan daerah kecamatan Serang Baru tidak ada kasus serupa.
11. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Fakultas Psikologi
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, rizaty monavia. (2023). Kasus Kekerasan Perempuan di Indonesia pada 2022.
https://dataindonesia.id/ragam/detail/ada-25050-kasus-kekerasan-perempuan-di-
indonesia-pada-2022.
Kayowuan Lewoleba, K., & Helmi Fahrozi, M. (2020). Studi Faktor-Faktor Terjadinya Tindak
Kekerasan Seksual Pada Anak-Anak. Esensi Hukum, 2(1), 27–48.
https://doi.org/10.35586/esensihukum.v2i1.20
Sasongko, S. A. (2014). “Motivasi dalam Kasus Pemerkosaan (Perspektif Gender). Jurnal
Muwazah, 6(2).
SIMFONI-PPA. (2023). KEMENTRIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK. https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan
UNESCO. (2018). International technical guidance on sexuality education: An evidence-informed
approach. the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. 33.
https://doi.org/10.1097/HCR.0b013e3 1827e14da
WHO. (2017). Sexual Violence. World Health Organization.
http://apps.who.int/violenceinfo/sexual-violence