Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
k
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
kajian kepustakaan (library research) terhadap buku-buku Ushul Fikih dan Fikih
Kontemporer.
Topik al-Qawaid al-Ushuliyah at-Tasyri‟iyah sebenarnyatelah banyak ditulis oleh
para sarjana. Konsep tentang Maslahah dan Maqashid al-Syariah juga merupakan satu
rangkaian pembahasan dengan al-Qawaid al-Ushuliyah. Namun, dalam tulisan ini, saya
menawarkan pembacaan yang berbeda. Secara spesifik, konsep al-Qawaid al-Ushuliyah atTasyri‟iyah yang digunakan dalam tulisan ini disusun oleh Abdul Wahhab Khallaf. Saya
berupaya mempertanyakan ulang bagaimana gagasan ini dipergunakan, apakah secara parsial
(memilih kaidah yang lebih sesuai, misalnya hanya kaidah pertama saja) ataukah secara utuh
dan bersifat hirarkis. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan
k
Himpunan dan logika merupakan salah satu mata kuliah dalam prodi pendidikan matematika yang di dalamnya terdapat berbagai materi yang di ajarkan. Pada bab 4 ini Kelompok kami akan membahas tentang
- Sistem Koordinat
- Persamaan Garis
- Persamaan Kuadrat
- Persamaan Lingkaran
Semoga materi yang kami sampaikan bisa bermanfaat untuk kalian:). Sekian dan terimakasih:).
2. Perbedaan dari :
1. Persamaan dan Pertidaksamaan
a. Persamaan
- Persamaan Linier
- Persamaan Kuadrat
b. Pertidaksamaan
- Pertidaksamaan Linier
- Pertidaksamaan Kuadrat
2. Fungsi
a. Fungsi Linier
b. Fungsi Kuadrat
Himpunan
Penyelesaian (HP)
Grafik
3. Secara umum persamaan fungsi linier ditulis
aϰ + by = c,
dimana : - a, b dan c konstanta dan a ≠ 0
- a, b, c ∈ R
- a = koefisien ϰ
- b = koefisien y
Grafik fungsi linier berbentuk garis lurus.
4. Contoh :
Gambarkan grafik fungsi linier dari persamaan
y = 4ϰ – 2 !
Jawab : y = 4ϰ – 2
Gambar grafik :
↓ ↳
ϰ 0
y -2 0
2
1
(0, -2)
0,
2
1
X
Y
O
-2
2
1
(0, -2)
0,
2
1
5. Gradien
Adalah kemiringan / kecondongan suatu
garis terhadap sumbu ϰ positive.
Gradien dinotasikan dengan huruf m.
Jika sudut yang dibentuk antara garis
terhadap sumbu ϰ positive adalah α maka
tan α = m.
6. a.
m ⇒ tan α =
b.
m ⇒ r =
Catatan :
Gradien garis yang diketahui persamaannya diubah dahulu
menjadi y = mϰ + c.
Apabila :
- m = 0 grafik // sumbu X atau // sumbu Y
- m > 0 grafik condong ke kanan ( 00 < α < 900 )
- m < 0 grafik condong ke kiri ( 900 < α < 1800 )
Y
X
O
α
y (ϰ, y)
ϰ
x
y
ϰO
X
Y
y (ϰ, y)
r 22
yx
7. Persamaan garis yang melalui sebuah titik P(ϰ1, y1)
dan bergradient m dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
y – y1 = m(ϰ – ϰ1)
Persamaan garis yang melalui titik A(ϰ1, y1) dan
B(ϰ2, y2) dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
atau y – y1 = m(ϰ – ϰ1)
dengan m =
12
1
12
1
xx
xx
yy
yy
12
12
xx
yy
8. Dua Garis Sejajar (//).
Dua garis dikatakan sejajar (//) apabila
kedua garis tersebut gradientnya sama.
Syarat 2 garis sejajar (//) apabila m1 = m2
Dua Garis Tegak Lurus (⊥).
Dua garis berpotongan saling tegak lurus (⊥)
apabila membentuk sudut 900.
Syarat 2 garis tegak lurus (⊥) apabila
m1 . m2 = -1
9. Bentuk umum fungsi kuadrat adalah
f(ϰ) = y = aϰ2 + bϰ + c,
dimana : a, b, c ∈ R dan a ≠ 0
Diskriminan (D) disebut juga pembeda.
D = b2 – 4ac
Grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola
Catatan :
- a untuk menentukan keterbukaan parabola
- b dan D untuk menentukan perpotongan
parabola dengan sumbu X
- c untuk menentukan perpotongan parabola
dengan sumbu Y
10. D > 0 → Parabola memotong sumbu X di dua
titik yang berbeda.
D = 0 → Parabola memotong sumbu X di satu
titik (menyinggung sumbu X).
D < 0 → Parabola tidak memotong sumbu X
(selalu berada di atas / di bawah
sumbu X → definit).
- Parabola selalu berada di atas sumbu X
adalah definit (+)
- Parabola selalu berada di atas sumbu X
adalah definit (-)
11. a) a > 0 → positive
D > 0 → positive
c > 0 → positive
b) a < 0 → negative
D = 0
c < 0 → negative
c)
X
Y
O
X
Y
O
X
O
Y
Definit (+)
Definit (-)
a > 0
D < 0
c > 0
a < 0
D < 0
c = 0
12. Jika diketahui dr fs kuadrat kita akan menggambar
grafik, langkah-langkah :
1. Menentukan titik potong grafik dengan sumbu X
maka y = 0.
2. Menentukan titik potong grafik dengan sumbu Y
maka ϰ = 0.
3. Menentukan sumbu simetri : ϰ = -
4. Menentukan koordinat titik puncak P : P
5. Menentukan titik lain sebagai titik bantu
a
b
2
a
D
a
b
4
,
2
13. 1. Nilai ekstrim fungsi kuadrat merupakan nilai
maksimum / minimum dari fungsi tersebut, yaitu :
y = (y = ordinat)
2. Sumbu simetri adalah garis yang membagi grafik
fungsi kuadrat menjadi dua bagian yang sama
(simetris), yaitu :
ϰ = (ϰ = absis)
3. Koordinat titik puncak diperoleh dari :
a
D
4
a
b
2
a
D
a
b
4
,
2
14. Jika diketahui grafik kita akan mencari persamaan
kuadrat
1.
y = f(ϰ) = a(ϰ - ϰ1) (ϰ – ϰ2)
2.
y = f(ϰ) = a(ϰ - ϰ1)2
3.
y = f(ϰ) = a(ϰ – ϰp)2 + yp
X
Y
O
1x
2x
c
Y
O
X
c
21 xx
X
Y pp yxP ,
O
c
15. 4. Grafik fungsi kuadrat melalui titik-titk A(x1, y1);
B(x2, y2); C(x3, y3). Persamaan fungsi kuadratnya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = f(x) = ax2 + bx + c