2. ❑ TM/ K adalah “aparature” dalam melaksanakan/
pemenuhan (to fulfill) hak konstitusional atas:
▪ Layanan kesehatan [Pasal 28H ayat (1)UUD 1945].
▪ HAM atas kesehatan (human rightsto health).
❑ TM/ K menjalankan tugas & tanggungjawab
konstitusional & HAM Negara cq. (terutama)
Pemerintah [Pasal 28I ayat (4) UUD 1945].
❑ Sebab itu,TM/ K berhak atas perlindugan hukum
yang berkeadilan dan pasti.
3. DihapuskannyaKKI, MKDKI, Kolegium dalam
RUU Kesehatan dan DIM Pemerintah.
Meniadakan majelis kehormatan disiplin ic.
MKDKI, meniadakanperlindunganhukum
dan kepastian hukum atas senhketa norma
disiplin medis.
Absolutisme kekuasaan, tidak akan
menjamin “tumbuh subur” tatanan peradilan
disiplin.
7. PASAL 282 AYAT (1) HURUFA
RUU K
Tenaga Medis danTenaga
Kesehatan dalam
menjalankan praktek berhak:
a. memperoleh perlindungan
hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi,
standar pelayanan profesi,
dan standar prosedur
operasional”.
DIM 1892: menambahkan
frasa “etika”
KRITIKHUKUM
▪ Ada paradoks dalam rumusan norma Pasal
282 ayat 1 huruf a aquo.
▪ Menyisihkan hak perlindungan hukum utuk
semua (for all), karena adanya diskriminasi
dengan standar-standar (&etika).
▪ Setiap orang (apalagi TM/ K) berhak atas
perlindungan hukum (terasuk bantuan
hukum).
▪ Adanya anasir pembatasan=norma
diskriminatif.
▪ Jika sesuai sp, spp, spo, & etika: tidak ada
kesalahan ataupun kelalaian.
✓ Tidak ada pelanggaran disiplin medis.
✓ Justru modalitas untuk “konsep hukum”
menyokong imunitas TM/ K.
8. PASAL 326 RUUK
“Setiap Pasien yang
dirugikan akibat kesalahan
Tenaga Medis atauTenaga
Kesehatan dapat meminta
gantirugi sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan”
KRITIKHUKUM
Pasal ini “pro gugat”, karena
menggunakan frasa
‘kesaahan’. Bukan ‘kelalaian’.
Pasal ini tidak mengandung
norma/ frasa & lepas dari
konteks menjalankan praktek
profesi M/ K..
Gagal membedakan tg jawab
atas norma etika, disiplin,
hukum.