SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
UU Praktek Kedokteran
(UU No.29/2004)
Desy Andari
FK-UMM
Pendahuluan
• UUPK sebagai inti berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan.
• Dokter/dokter gigi  etik dan moral tinggi,
keahlian dan kewenangan
(pendidikan/pelatihan berkelanjutan,
sertifikasi, registrasi, lisensi serta pembinaan,
pengawasan dan pemantauan agar pradok ssi
dengan IPTEK)
• UUPK (6 Okt 2005)  pasal 75-80.
• Pidana dr/drg: melanggar kewajiban atau
melakukan hal-hal yang dilarang.
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM
• DIUNDANGKAN TGL 6 OKT 2004
– MULAI BERLAKU TGL 6 OKT 2005
• BERTUJUAN:
– PERLINDUNGAN PASIEN
– MENINGKATKAN MUTU LAYANAN MEDIS
– KEPASTIAN HUKUM BAGI MASYARAKAT DAN
DOKTER
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM
1. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA SEBAGAI BADAN REGULASI,
KHUSUSNYA NON-IJIN PRAKTIK
• WEWENANG KKI
– TERIMA DAN CABUT REGISTRASI
– MENGESAHKAN STANDAR KOMPETENSI
– PENGUJIAN PERSYARATAN REGISTRASI
– MENGESAHKAN PENERAPAN CABANG ILMU
– PEMBINAAN
– PENCATATAN DR/DRG YG DIBERI SANKSI
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM
2.MENGATUR TENTANG SIAPA YG BERHAK
PRAKTIK KEDOKTERAN:
– LULUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN YG SESUAI DENGAN
STANDAR PENDIDIKAN
– SERTIFIKAT KOMPETENSI DARI KOLEGIUM
– SURAT TANDA REGISTRASI (KKI, NASIONAL)
– SURAT IJIN PRAKTIK (DINKES, KAB/KOTA)
– CONT. PROFESSIONAL DEVELOPMENT
– DIPERBARUI SECARA PERIODIK (5 TAHUN)
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM
3.MENGATUR TENTANG BAGAIMANA
PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN:
– HUBUNGAN PASIEN-DOKTER
– INFORMED CONSENT
– REKAM MEDIK
– RAHASIA KEDOKTERAN
– STANDAR: PELAYANAN, PROFESI, S.O.P.
– HAK DAN KEWAJIBAN
– KENDALI MUTU DAN BIAYA
– PEMBINAAN, DISIPLIN, PIDANA
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM
4.MEMBENTUK MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN
KEDOKTERAN INDONESIA
– LINGKUP: DISIPLIN PROFESI
• DIANTARA ETIK PROFESI DGN HUKUM PIDANA
– SIFAT:
• REAKTIF: BERDASARKAN PENGADUAN
– SANKSI:
• PERINGATAN
• RE-EDUKASI
• REKOMENDASI PENCABUTAN STR / SIP
1.Kewajiban dan larangan bagi dr/drg
1.1 Kewajiban adminstrasi
a. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki STR dokter dan STR dokter gigi, yang
diterbitkan oleh KKI yang diatur di dalam:
• Pasal 29 ayat (1) dan (2) bagi dr/drg WNI
• Pasal 31 ayat (1) bagi dr/drg WNA yang
melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan,
pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di
bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang
bersifat sementara di Indonesia; dan
• Pasal 32 ayat (2) bagi dr/drg WNA peserta
PPDS atau drg spesialis yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
b. Setiap dr dan drg yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP
(pasal 36)
c. dr/drg yang telah mempunyai SIP dan
menyelenggarakan praktik kedokteran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 wajib
pasang papan nama praktik kedokteran (pasal
41 ayat 1)
1.2 Kewajiban dalam hubungan dengan
pasien
a. dr/drg dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran wajib mengikuti standar
pelayanan kedokteran/kedokteran gigi yang
dibedakan menurut jenis dan strata sarana
yan-kes (pasal 44 ayat 1 dan 2)
b. Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi
yang akan dilakukan oleh dr/drg terhadap
pasien harus mendapat persetujuan yang
diberikan oleh pasien setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap (pasal 45
ayat 1 dan 2)
c. Setiap dr/drg dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis
(pasal 46 ayat 1)
d. Setiap dr/drg dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran yang hanya dapat dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum,
permintaan pasien sendiri atau berdasarkan
ketentuan per-UU-an (pasal 48 ayat 1 dan 2)
e. Setiap dr/drg dalam melaksanakan pra-dok
atau kedokteran gigi menyelenggarakan
kendali mutu dan kendali biaya (pasal 49
ayat1)
f. dr/drg dalam melaksanakan pra-dok
mempunyai kewajiban yang tercantum di
dalam pasal 51 UUPK antara lain:
• Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
• Merujuk pasien ke dr/drg lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan;
• Merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya.
1.3 Kewajiban yang berhubungan dengan
ilmu kedokteran
a. Setiap dr/drg yang berpraktik wajib mengikuti
pendidikan dan pelatihan kedokteran atau
kedokteran gigi berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi dan
lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi
profesi dalam rangka penyerapan
perkembangan iptek kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh
organisasi profesi kedokteran atau kedokteran
gigi (pasal 28 ayat 1 dan 2).
b. dr/drg dalam melaksanakan pra-dok
mempunyai kewajiban menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi (pasal 51
huruf e).
1.4 Larangan yang tidak boleh dilakukan
dokter atau dokter gigi.
a. Setiap orang dilarang menggunakan identitas
berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-
olah yang bersangkutan adalah dr/drg yang
telah memiliki STR dan/atau SIP (pasal 73 ayat
1).
b. Setiap orang dilarang menggunakan alat,
metode atau cara lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang
menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dr/drg yang telah
memiliki STR dan/atau SIP (pasal 73 ayat 2).
2. Kewajiban dan larangan bagi sarana pelayanan
kesehatan.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh
sarana yan-kes
• Pimpinan sarana yan-kes wajib membuat
daftar dr/drg yang melakukan pra-dok di
sarana yan-kes yang bersangkutan (pasal 41
ayat 2)
Larangan bagi sarana yan-kes
• Pimpinan sarana yan-kes dilarang mengizinkan
dr/drg yang tidak memiliki SIP untuk
melakukan pra-dok di sarana yan-kes tsb
(pasal 42).
3.Sanksi bagi dr/drg dalam UUPK
• Pelanggaran thd kewajiban dan larangan di
atas secara sengaja dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai pasal 75-80 UUPK.
• Alternatif sanksi diserahkan kepada hakim
untuk menentukan jenis pidana ybs.
• Ancaman pidana tgt jenis pelanggaran sbb:
3.1 Pelanggaran thd kewajiban
adminstrasi:
a. Dengan sengaja melakukan pradok atau
kedokteran gigi tanpa memilki STR
sebagaimana dimaksud di dalam pasal 29 ayat
(1) dan (2), pasal 31 ayat (1) dan pasal 32 ayat
(1) UUPK dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
yang diatur di dalam pasal 75 ayat (1), (2) dan
ayat (3) UUPK.
b. Dengan sengaja melakukan pradok atau
kedokteran gigi tanpa memilki SIP sebagaiman
ketentuan pasal 36, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta
rupiah), tercantum di dalam pasal 76 UUPK.
c. Dengan sengaja tidak memasang papan nama
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat
(1) UUPK, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
3.2 Pelanggaran yang berhubungan
dengan kewajiban terhadap pasien.
a. Melakukan pradok tidak berdasarkan standar
pelayanan kesehatan.
Dengan sengaja menyelenggarakan pradok
tidak mengikuti standar pelayanan
kedokteran/kedokteran gigi menurut jenis
dan strata sarana yan-kes dapat dikenakan
sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
berdasarkan pasal 79 huruf c UUPK.
• PB IDI sebagai organisasi profesi berkewajiban
membuat standar profesi. Menurut
penjelasan pasal 50 ayat (1) UUPK, standar
profesi adalah batasan kemampuan
(knowledge, skill and professional attitude)
minimal yang harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara
mandiri.
• Berdasarkan standar profesi ini, sarana yan-
kes berkewajiban membuat standar prosedur
operasional yang merupakan suatu perangkat
instruksi/langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan
konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh sarana yan-kes.
b. Pelanggaran kewajiban berdasar pasal 45 ayat
(1) dan (2) UUPK tentang persetujuan
tindakan kedokteran/kedokteran gigi.
pelanggaran terhadap kewajiban ini tidak
diatur sanksinya secara eksplisit dalam UUPK ,
karena itu sanksinya dapat mengacu pada
KUHP.
c. Pelanggaran thd kewajiban membuat rekam
medik.
Setiap dr/drg yg melakukan pradok dgn
sengaja tidak membuat rekam medis
sebagaimana dimaksud pasal 46 ayat (1),
dipidana dgn pidana 1 (satu) tahun kurungan
atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) berdasar pasal 79
huruf b UUPK.
d. Pelanggaran thd kewajiban menyimpan
rahasia kedokteran.
Kecuali:
• Kepentingan kesehatan pasien
• Penegakan hukum
• Permintaan pasien sendiri
• Berdasar UU  melindungi masyarakat.
Selain karena 4 alasan tsb di atas, seorang
dokter yg membuka rahasia pasien dapat
dikenakan ancaman pidana 1 (satu) tahun
kurungan atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
berdasarkan pasal 79 huruf c UUPK.
e. dr/drg yg dengan sengaja tidak merujuk
pasien kepada dr/drg lain yg mempunyai
keahlian atau kemampuan yg lebih baik saat
dia tdk mampu melakukan pemeriksaan atau
pengobatan dapat dikenakan ancaman
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) berdasar pasal 79
huruf c UUPK. (= dr/drg tdk melakukan
pertolongan darurat)
3.3 Pelanggaran kewajiban yg
berhubungan dgn perkembangan ilmu
kedokteran.
dr/drg yg tidak mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran/kedokteran gigi dapat terkena
ancaman pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
sesuai pasal 79 huruf c UUPK.
3.4 Pelanggaran yg dilakukan dr/drg thd
larangan:
• penggunaan identitas atau gelar tanpa
STR/SIP  pasal 77 UUPK
• Penggunaan alat atau metode tanpa STR/SIP
 pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau denda paling banyak Rp.150.000.000,-
(seratus lima puluh juta rupiah) berdasarkan
pasal 78 UUPK
4. Sanksi bagi sarana yan-kes
• Perorangan yg memiliki sarana yan-kes yg
mempekerjakan dr/drg tanpa SIP  pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga
ratus juta rupiah) berdasar pasal 80 ayat (1)
UUPK.
• Korporasi yang memiliki sarana yan-kes yg
mempekerjakan dr/drg tanpa SIP  diancam
dua bentuk pidana:
– Denda Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)
– Denda Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)
ditambah dengan pencabutan izin.
5. Sanksi administratif bagi dr/drg
• Berdasar peraturan KKI No.1 tahun 2005
tentang registrasi dokter dan dokter gigi dan
Permenkes No.1419/Menkes/Per/X/2005
tentang penyelenggaraan pradok dan dokter
gigi, sanksi administratif dapat berupa:
Pencabutan STR oleh KKI atas rekomendasi
MKDKI atau dianggap tidak mampu
menjalankan pradok  pasal 16 peraturan KKI
No.1/2005.
Pencabutan SIP oleh Dinkes Kab/Kota 
pertimbangan organisasi profesi  Permenkes
No.1419/Menkes//Per/X/2005 pasal 25.
keputusan MKDKI/ STR dicabut KKI/tindak
pidana 
PermenkesNo.1419/Menkes/Per/X/2005 pasal
26.
SELAMAT BELAJAR

More Related Content

Similar to UU Pradok.pptx

Legalitas Praktek Perawat
Legalitas Praktek PerawatLegalitas Praktek Perawat
Legalitas Praktek PerawatHasan Rahim
 
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...BPJS Kesehatan RI
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013IdnJournal
 
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxREGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxMuzdalifahKarinaDM
 
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptxAndreasAgungKurniawa
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.hospital
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBPJS Kesehatan RI
 
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptx
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptxEtika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptx
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptxiswanto16
 
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptx
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptxMenerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptx
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptxRahmiAdawiyah
 
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptxFadelFatan
 
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraud
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraudEtika dan disiplin profesi dalam mencegah fraud
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraudImelda Wijaya
 
Komunikasi kesehatan 2.2
Komunikasi kesehatan 2.2Komunikasi kesehatan 2.2
Komunikasi kesehatan 2.2Isti Rahayu
 
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)RS JMC
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSmataharitimoer MT
 
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docx
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docxperaturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docx
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docxpelaporanakuntansira
 

Similar to UU Pradok.pptx (20)

Legalitas Praktek Perawat
Legalitas Praktek PerawatLegalitas Praktek Perawat
Legalitas Praktek Perawat
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pe...
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013
 
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxREGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
 
Rekam medik
Rekam medikRekam medik
Rekam medik
 
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx
5. Medicolegal Aspects of Stem Cell Service’s.pptx
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Alat Kesehatan
 
Seri bpjs kesehatan pelayanan alat kesehatan
Seri bpjs kesehatan pelayanan alat kesehatanSeri bpjs kesehatan pelayanan alat kesehatan
Seri bpjs kesehatan pelayanan alat kesehatan
 
uu292004.pdf
uu292004.pdfuu292004.pdf
uu292004.pdf
 
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptx
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptxEtika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptx
Etika dan Hukum_FG 4_Aspek Hukum Keperawatan dan Kasus.pptx
 
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptx
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptxMenerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptx
Menerapkan landasan hukum dan praktik profesi ETIKOLEGAL .pptx
 
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx
442GBSFG709893-YANKESTRAD-pptx.pptx
 
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraud
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraudEtika dan disiplin profesi dalam mencegah fraud
Etika dan disiplin profesi dalam mencegah fraud
 
Komunikasi kesehatan 2.2
Komunikasi kesehatan 2.2Komunikasi kesehatan 2.2
Komunikasi kesehatan 2.2
 
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)
Bahan sosialisasi permenkes 67 tahun 2013 (1)
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
 
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docx
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docxperaturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docx
peraturan-meneteri-kesehatan-nomor-269-tentang-rekam-medis.docx
 

Recently uploaded

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxAdrimanMulya
 

Recently uploaded (11)

Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 

UU Pradok.pptx

  • 1. UU Praktek Kedokteran (UU No.29/2004) Desy Andari FK-UMM
  • 2. Pendahuluan • UUPK sebagai inti berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. • Dokter/dokter gigi  etik dan moral tinggi, keahlian dan kewenangan (pendidikan/pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi serta pembinaan, pengawasan dan pemantauan agar pradok ssi dengan IPTEK)
  • 3. • UUPK (6 Okt 2005)  pasal 75-80. • Pidana dr/drg: melanggar kewajiban atau melakukan hal-hal yang dilarang.
  • 4. UU PRAKTIK KEDOKTERAN SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM • DIUNDANGKAN TGL 6 OKT 2004 – MULAI BERLAKU TGL 6 OKT 2005 • BERTUJUAN: – PERLINDUNGAN PASIEN – MENINGKATKAN MUTU LAYANAN MEDIS – KEPASTIAN HUKUM BAGI MASYARAKAT DAN DOKTER
  • 5. UU PRAKTIK KEDOKTERAN SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM 1. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA SEBAGAI BADAN REGULASI, KHUSUSNYA NON-IJIN PRAKTIK • WEWENANG KKI – TERIMA DAN CABUT REGISTRASI – MENGESAHKAN STANDAR KOMPETENSI – PENGUJIAN PERSYARATAN REGISTRASI – MENGESAHKAN PENERAPAN CABANG ILMU – PEMBINAAN – PENCATATAN DR/DRG YG DIBERI SANKSI
  • 6. UU PRAKTIK KEDOKTERAN SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM 2.MENGATUR TENTANG SIAPA YG BERHAK PRAKTIK KEDOKTERAN: – LULUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN YG SESUAI DENGAN STANDAR PENDIDIKAN – SERTIFIKAT KOMPETENSI DARI KOLEGIUM – SURAT TANDA REGISTRASI (KKI, NASIONAL) – SURAT IJIN PRAKTIK (DINKES, KAB/KOTA) – CONT. PROFESSIONAL DEVELOPMENT – DIPERBARUI SECARA PERIODIK (5 TAHUN)
  • 7. UU PRAKTIK KEDOKTERAN SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM 3.MENGATUR TENTANG BAGAIMANA PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN: – HUBUNGAN PASIEN-DOKTER – INFORMED CONSENT – REKAM MEDIK – RAHASIA KEDOKTERAN – STANDAR: PELAYANAN, PROFESI, S.O.P. – HAK DAN KEWAJIBAN – KENDALI MUTU DAN BIAYA – PEMBINAAN, DISIPLIN, PIDANA
  • 8. UU PRAKTIK KEDOKTERAN SEBAGAI BAGIAN DARI REFORMASI HUKUM 4.MEMBENTUK MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA – LINGKUP: DISIPLIN PROFESI • DIANTARA ETIK PROFESI DGN HUKUM PIDANA – SIFAT: • REAKTIF: BERDASARKAN PENGADUAN – SANKSI: • PERINGATAN • RE-EDUKASI • REKOMENDASI PENCABUTAN STR / SIP
  • 9. 1.Kewajiban dan larangan bagi dr/drg 1.1 Kewajiban adminstrasi a. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki STR dokter dan STR dokter gigi, yang diterbitkan oleh KKI yang diatur di dalam: • Pasal 29 ayat (1) dan (2) bagi dr/drg WNI
  • 10. • Pasal 31 ayat (1) bagi dr/drg WNA yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia; dan • Pasal 32 ayat (2) bagi dr/drg WNA peserta PPDS atau drg spesialis yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
  • 11. b. Setiap dr dan drg yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP (pasal 36) c. dr/drg yang telah mempunyai SIP dan menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 wajib pasang papan nama praktik kedokteran (pasal 41 ayat 1)
  • 12. 1.2 Kewajiban dalam hubungan dengan pasien a. dr/drg dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran/kedokteran gigi yang dibedakan menurut jenis dan strata sarana yan-kes (pasal 44 ayat 1 dan 2)
  • 13. b. Setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dr/drg terhadap pasien harus mendapat persetujuan yang diberikan oleh pasien setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap (pasal 45 ayat 1 dan 2) c. Setiap dr/drg dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis (pasal 46 ayat 1)
  • 14. d. Setiap dr/drg dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran yang hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan per-UU-an (pasal 48 ayat 1 dan 2) e. Setiap dr/drg dalam melaksanakan pra-dok atau kedokteran gigi menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya (pasal 49 ayat1)
  • 15. f. dr/drg dalam melaksanakan pra-dok mempunyai kewajiban yang tercantum di dalam pasal 51 UUPK antara lain: • Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; • Merujuk pasien ke dr/drg lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
  • 16. • Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; • Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
  • 17. 1.3 Kewajiban yang berhubungan dengan ilmu kedokteran a. Setiap dr/drg yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan iptek kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi kedokteran atau kedokteran gigi (pasal 28 ayat 1 dan 2).
  • 18. b. dr/drg dalam melaksanakan pra-dok mempunyai kewajiban menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi (pasal 51 huruf e).
  • 19. 1.4 Larangan yang tidak boleh dilakukan dokter atau dokter gigi. a. Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah- olah yang bersangkutan adalah dr/drg yang telah memiliki STR dan/atau SIP (pasal 73 ayat 1).
  • 20. b. Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dr/drg yang telah memiliki STR dan/atau SIP (pasal 73 ayat 2).
  • 21. 2. Kewajiban dan larangan bagi sarana pelayanan kesehatan. Kewajiban yang harus dilakukan oleh sarana yan-kes • Pimpinan sarana yan-kes wajib membuat daftar dr/drg yang melakukan pra-dok di sarana yan-kes yang bersangkutan (pasal 41 ayat 2)
  • 22. Larangan bagi sarana yan-kes • Pimpinan sarana yan-kes dilarang mengizinkan dr/drg yang tidak memiliki SIP untuk melakukan pra-dok di sarana yan-kes tsb (pasal 42).
  • 23. 3.Sanksi bagi dr/drg dalam UUPK • Pelanggaran thd kewajiban dan larangan di atas secara sengaja dapat dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 75-80 UUPK. • Alternatif sanksi diserahkan kepada hakim untuk menentukan jenis pidana ybs. • Ancaman pidana tgt jenis pelanggaran sbb:
  • 24. 3.1 Pelanggaran thd kewajiban adminstrasi: a. Dengan sengaja melakukan pradok atau kedokteran gigi tanpa memilki STR sebagaimana dimaksud di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2), pasal 31 ayat (1) dan pasal 32 ayat (1) UUPK dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diatur di dalam pasal 75 ayat (1), (2) dan ayat (3) UUPK.
  • 25. b. Dengan sengaja melakukan pradok atau kedokteran gigi tanpa memilki SIP sebagaiman ketentuan pasal 36, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah), tercantum di dalam pasal 76 UUPK.
  • 26. c. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) UUPK, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
  • 27. 3.2 Pelanggaran yang berhubungan dengan kewajiban terhadap pasien. a. Melakukan pradok tidak berdasarkan standar pelayanan kesehatan. Dengan sengaja menyelenggarakan pradok tidak mengikuti standar pelayanan kedokteran/kedokteran gigi menurut jenis dan strata sarana yan-kes dapat dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 79 huruf c UUPK.
  • 28. • PB IDI sebagai organisasi profesi berkewajiban membuat standar profesi. Menurut penjelasan pasal 50 ayat (1) UUPK, standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri.
  • 29. • Berdasarkan standar profesi ini, sarana yan- kes berkewajiban membuat standar prosedur operasional yang merupakan suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana yan-kes.
  • 30. b. Pelanggaran kewajiban berdasar pasal 45 ayat (1) dan (2) UUPK tentang persetujuan tindakan kedokteran/kedokteran gigi. pelanggaran terhadap kewajiban ini tidak diatur sanksinya secara eksplisit dalam UUPK , karena itu sanksinya dapat mengacu pada KUHP.
  • 31. c. Pelanggaran thd kewajiban membuat rekam medik. Setiap dr/drg yg melakukan pradok dgn sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud pasal 46 ayat (1), dipidana dgn pidana 1 (satu) tahun kurungan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) berdasar pasal 79 huruf b UUPK.
  • 32. d. Pelanggaran thd kewajiban menyimpan rahasia kedokteran. Kecuali: • Kepentingan kesehatan pasien • Penegakan hukum • Permintaan pasien sendiri • Berdasar UU  melindungi masyarakat.
  • 33. Selain karena 4 alasan tsb di atas, seorang dokter yg membuka rahasia pasien dapat dikenakan ancaman pidana 1 (satu) tahun kurungan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 79 huruf c UUPK.
  • 34. e. dr/drg yg dengan sengaja tidak merujuk pasien kepada dr/drg lain yg mempunyai keahlian atau kemampuan yg lebih baik saat dia tdk mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan dapat dikenakan ancaman pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) berdasar pasal 79 huruf c UUPK. (= dr/drg tdk melakukan pertolongan darurat)
  • 35. 3.3 Pelanggaran kewajiban yg berhubungan dgn perkembangan ilmu kedokteran. dr/drg yg tidak mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi dapat terkena ancaman pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sesuai pasal 79 huruf c UUPK.
  • 36. 3.4 Pelanggaran yg dilakukan dr/drg thd larangan: • penggunaan identitas atau gelar tanpa STR/SIP  pasal 77 UUPK • Penggunaan alat atau metode tanpa STR/SIP  pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 78 UUPK
  • 37. 4. Sanksi bagi sarana yan-kes • Perorangan yg memiliki sarana yan-kes yg mempekerjakan dr/drg tanpa SIP  pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) berdasar pasal 80 ayat (1) UUPK.
  • 38. • Korporasi yang memiliki sarana yan-kes yg mempekerjakan dr/drg tanpa SIP  diancam dua bentuk pidana: – Denda Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) – Denda Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) ditambah dengan pencabutan izin.
  • 39. 5. Sanksi administratif bagi dr/drg • Berdasar peraturan KKI No.1 tahun 2005 tentang registrasi dokter dan dokter gigi dan Permenkes No.1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan pradok dan dokter gigi, sanksi administratif dapat berupa: Pencabutan STR oleh KKI atas rekomendasi MKDKI atau dianggap tidak mampu menjalankan pradok  pasal 16 peraturan KKI No.1/2005.
  • 40. Pencabutan SIP oleh Dinkes Kab/Kota  pertimbangan organisasi profesi  Permenkes No.1419/Menkes//Per/X/2005 pasal 25. keputusan MKDKI/ STR dicabut KKI/tindak pidana  PermenkesNo.1419/Menkes/Per/X/2005 pasal 26.