2. ONTOLOGI
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
TENTANG YANG ADA
1. Dalam kaitan dengan ilmu,
landasan ONTOLOGI
mempertanyakan tentang
objek yang ditelaah oleh ilmu,
bagaimana wujud hakikinya,
serta bagaimana hubungannya
dengan daya tangkap manusia
yang berupa berpikir, merasa,
dan meng-indera yang
membuahkan pengetahuan.
2. Objek telaah ONTOLOGI
tersebut adalah yang tidak
terlihat pada satu
perwujudan tertentu, yang
membahas tentang yang ada
secara universal, yaitu
berusaha mencari inti yang
dimuat setiap kenyataan
yang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya.
3. • Dari pembahasannya memunculkan beberapa
pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa
aliran berpikir, yaitu:
1. Materialisme
2. Idealisme (Spiritualisme)
3. Dualisme
4. Agnotisisme
Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari
kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara
benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan
individu-individu.
4. Aliran dalam Ontologi
Materialisme
• Aliran yang mengatakan
bahwa hakikat dari segala
sesuatu yang ada itu
adalah materi. Sesuatu
yang ada (yaitu materi)
hanya mungkin lahir dari
yang ada.
Idealisme (Spiritualisme)
• Aliran ini menjawab
kelemahan dari
materialisme, yang
mengatakan bahwa hakikat
pengada itu justru rohani
(spiritual). Rohani adalah
dunia ide yang lebih hakiki
dibanding materi.
5. Dualisme
• Aliran ini ingin
mempersatukan antara
materi dan ide, yang
berpendapat bahwa
hakikat pengada
(kenyataan) dalam alam
semesta ini terdiri dari dua
sumber tersebut, yaitu
materi dan rohani.
Agnotisisme
• Aliran ini merupakan
pendapat para filsuf yang
mengambil sikap skeptis,
yaitu ragu atas setiap
jawaban yang mungkin
benar dan mungkin pula
tidak.
6. Epistemologi
Objek telaah epistemologi adl mempertanyakan bgmn sesuatu itu datang
dan bgmn mengetahuinya, bgmn membedakan dengan yang lain.
Bahasa Yunani: EPISTEME dan LOGOS. Episteme artinya pengetahuan;
logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistemik.
Epistemologi diartikan sebagai kajian sistematik mengenai pengetahuan.
(Epistemologi Dasar, AM. W Pranarka, 1987)
• Epistemologi
berkenaan
dengan situasi
dan kondisi
ruang serta
waktu tentang
sesuatu hal.
• Landasan epistemologi adalah proses
apa yang memungkinkan mendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika,
bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah,
kebaikan moral dan keindahan seni,
serta apa definisinya.
7. Aliran dalam Epistemologi
Dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu:
1. Empirisme;
Yang berarti pengalaman
(empeiria), dimana
pengetahuan manusia
diperoleh dari pengalaman
inderawi.
2. Rasionalisme;
Tanpa menolak besarnya
manfaat pengalaman indera
dalam kehidupan manusia,
namun persepsi inderawi
hanya digunakan untuk
merangsang kerja akal. Jadi
akal berada diatas
pengalaman inderawi dan
menekankan pada metode
deduktif.
8. 3. Positivisme;
• Merupakan sistesis dari
empirisme dan
rasionalisme. Dengan
mengambil titik tolak dari
empirisme, namun harus
dipertajam dengan
eksperimen, yang mampu
secara objektif menentukan
validitas dan reliabilitas
pengetahuan.
4. Intuisionisme.
• Intuisi tidak sama dengan
perasaan, namun
merupakan hasil evolusi
pemahaman yang tinggi
yang hanya dimiliki
manusia. Kemampuan ini
yang dapat memahami
kebenaran yang utuh, yang
tetap dan unik.
9. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai
Aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori:
(1)Baik dan buruk (Etika)
(2)Indah dan jelek (Estetika)
• Kategori nilai yang pertama
di bawah kajian filsafat
tingkah laku atau disebut
ETIKA, sedang kategori
kedua merupakan objek
kajian filsafat keindahan
atau ESTETIKA.
10. ETIKA
• Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal
dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata
mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan.
• Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan
kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau
keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
• Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia
sangat lama. Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan
perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan.
Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang
menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis.
• Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.
11. Deontologis dan Teologis
a. Deontologis
• Teori Deontologis diilhami
oleh pemikiran Immanuel
Kant, yang terkesan kaku,
konservatif dan melestarikan
status quo, yaitu menyatakan
bahwa baik buruknya suatu
perilaku dinilai dari sudut
tindakan itu sendiri, dan bukan
akibatnya. Suatu perilaku baik
apabila perilaku itu sesuai
norma-norma yang ada.
b. Teologis
• Teori Teologis lebih menekankan
pada unsur hasil. Suatu perilaku
baik jika buah dari perilaku itu
lebih banyak untung daripada
ruginya, dimana untung dan rugi
ini dilihat dari indikator
kepentingan manusia. Teori ini
memunculkan dua pandangan,
yaitu egoisme dan
utilitarianisme (utilisme). Tokoh
yang mengajarkan adalah
Jeremy Bentham (1742 – 1832),
yang kemudian diperbaiki oleh
john Stuart Mill (1806 – 1873).
12. ESTETIKA
• Estetika disebut juga dengan filsafat
keindahan (philosophy of beauty), yang
berasal dari kata aisthetika atau aisthesis
(Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat
dicerap dengan indera atau cerapan indera.
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan
refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu
yang disebut indak atau tidak indah.
13. Lanjutan....
• Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno
hingga sekarang muncul persoalan tentang
estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu,
keindahan yang bersifat objektif dan subjektif,
ukuran keindahan, peranan keindahan dalam
kehidupan manusia dan hubungan keindahan
dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan
itu menjadi polemik menarik terutama jika
dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai
kesusilaan, kepatutan, dan hukum.