Teks tersebut merangkum berbagai teori kepribadian dari tokoh-tokoh Barat dan Islam seperti Freud, Jung, Al-Ghazali, dan Ar-Razi. Teori-teori tersebut membahas struktur kepribadian manusia dan tipologi kepribadian berdasarkan sikap dan fungsi. Teks tersebut juga menjelaskan tujuan mempelajari kepribadian agar memahami berbagai tipe manusia.
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
salah satu tugas mata kuliah penelitian pendidikan yang berisi tentang materi ilmu pengetahuan. Secara lengkap dijelaskan perbedaan antara ilmu dan pengetahuan.
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
salah satu tugas mata kuliah penelitian pendidikan yang berisi tentang materi ilmu pengetahuan. Secara lengkap dijelaskan perbedaan antara ilmu dan pengetahuan.
1. TUGAS ARTIKEL INDIVIDU
Nama : Nida Astia Indriyani
Nim : 1413361013
Jurusan/fakultas : BKI b/UAD
Semester : III
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Jaja Suteja, M.Pd.I
MENGAPA BELAJAR KEPRIBADIAN?
Kepribadian “tidak memerlukan pengantar”. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari
pun sedikitnya sudah bisa memahami kepribadian dengan hebat. Kita bisa membedakan secara
fisik mana orang yang sedang bahagia, sedih dan marah sekalipun. Pengetahuan ini digunakan
untuk bagaimana memahami peristiwa, sehingga mampu memprediksikan persistiwa yang terjadi
di sekitar, dan untuk membantu teman kita yang dalam keadaan mendapati kegoncangan,
tekanan batin dan hal-hal lain yang secara otomatis kita mampu menganalisis kepribadian.
Secara tidak langsung kita menggunakan teori kepribadian kita sendiri, dan hanya mampu
meneliti orang-orang terdekat dengan kita tanpa menciptakan suatu teori, namun berbeda dengan
para teoritikus kepribadian, yang mencoba menciptakan kerangka sistematik yang diuji secara
ilmiah dan meneliti semua tipe manusia yang bermakna sosial ataupun ilmiah yang
menghasilkan sebuah teori dalam sebuah bidang ilmu.
Bidang kepribadian menghadapi tiga isu yang terakadang sulit untuk disatukan:
1. Universal manusia
2. Perbedaan individual
3. Keunikan individual
Para Filusuf mengajarkan kepada kita bahwa “jika seseorang ingin mengetahui apa yang
dimaksud dengan sebuah kata, maka seseorang harus melihat bagaimana kata tersebut
digunakan”. Oleh karenanya kita harus mampu mengetahui makna kata baik secar verbal
maupun nonverbal yang disampaikan oleh orang lain, dengan mempelajari psikologi
kepribadian.
2. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa dan tingkah laku manusia sebagai
gambaran dari gejala-gejala kejiwaan. Karena jiwa itu sifatnya abstrak, jadi jiwa manusia hanya
bisa diprediksikan dari gejala yang tampak, yaitu sikap dan tingkah laku yang ditampilkan.
Psikologi dibebani tanggung jawab untuk mengembangkan teori ilmiah:
1. Adanya observasi ilmiah
2. Mengembangkan cara formal
3. Objektif dalam mempelajari seseorang.
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran dan perilaku nyata manusia. Para ilmuan kepribadian mencoba
mengembangkan teori yang memungkinkan seseorang untuk memahamai berbagai pola tingkah
laku dan berharap bisa digunakan untuk kesejahteraan manusia.
Psikologi kepribadian bukan hanya menjelaskan aspek-aspek yang menarik dan mendalam
tentang manusia, tetapi juga mengembangkan kerangka teoritis yang kredibel dan dapat diuji
secara ilmiah. Hal ini membedakan ide dari psikologi kepribadian dengan ide penyair, seniaman
dan sebagainya, dan setiap kepribadian memiliki “struktur kepribadian”.
Struktur kepribadian adalah kualitas tetap yang ada pada individu, diukur dari aspek tubuh,
konsep atom dan molekul dalam ilmu fisika.
Banyak sekali pengertian dan definisi tentang kepribadian, karena banyaknya teoritikus
kepribadian yang lahir dan berusaha meneliti kepribadian manusia dari berbagai perspektif,
disini saya akan membahas kepribadian menurut beberapa tokoh barat dan tokoh muslim.
Ada beberapa fersi dalam pemberian struktuk kepribadian manusia. Al-Ghazali membagi
menjadi empat, yaitu qalbu, roh, nafs, dan akal. Sementara itu, Al-Ghazali dalam versi mujib
membagi tiga yaitu hawa nafs, aql dan qalb, ketiganya disebut nafs, kemudian dibagi kepada dua
secara garis besar yaitu jasad dan roh.
3. Sigmund Freud mengemukakan tiga struktur kepribadian yaitu:
a) Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan
sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan
kebutuhan ini.
b) Ego merupakan sebuah pengatur agar id dapat dipuaskan atau disalurkan dalam
lingkungan sosial. Sistem kerjanya
c) Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan nilai baik-
buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan Ego yaitu Id.
Freud menyusun tipologinya berdasarkan 4 macam fungsi tubuh pada manusia, yaitu:
1. Motorik
2. Pernapasan
3. Pencernaan
4. Susunan saraf
1. Motorik
Orang mempunyai tipe ini adalah orang yang kuat fungsi geraknyak, termasuk maskulin.
Ciri-cirinya yaitu:
Anggota badannya serba panjang
Berotot
serba bersudut
2. pernapasan
orang yang mempunyai tipe ini adalah kuat dalam pernapasannya.
Ciri-cirinya:
memiliki bentuk dada yang membusung
memiliki wajah lebar
3. pencernaan
Orang yang kuat dalam pencernaannya.
Ciri-cirinya:
4. perut besar
pinggang lebar
4. susunan saraf
Orang yang kuat saraf sentralnya.
Ciri-cirinya:
langsing
tulang tengkoraknya besar
Psikologi kepribadian Carl Gustav Jung berfokus pada masa lalu atau sejarah, dan melihat
kepribadian dalam konteks tujuan dan orientasi masa depannya, juga sering membicarakan hal-
hal spiritual atau supranatural dibandingkan dengan teori freud. Menurut teori Jung pikiran
terbagi menjadi 3:
1. Ego sadar (jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi,ingatan-ingatan,pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaan sadar)
2. Ketidaksadaran personal ( ketidaksadran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan
ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi
kemudian di-refresi-kan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang
terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi)
3. Ketidaksadaran kolektif ( pengaruh ingatan-ingatan yang berasal dari nenek moyang
kita, hasil dari faktor kebiasaan leluhur, entah budaya, karakter, atau lainnya, namun
sebenarnya tidak menekankan pada pewarisan tetapi pada kecenderungan bawaan, setiap
kali pengalaman merangsang respon faktor biologis yang diwariskan).
Jung membedakan dua aspek kepribadian, yaitu sikap dan fungsi:
1. Sikap terdiri dari introvet dan ekstrovet
2. fungsi terdiri dari thinking, feeling, dan intuiting.
Dari kedua sikap kepribadian itu, munculah tipologi kepribadian Jung, tipologi adalah tipe
karakter seseorang dilihat dari sikap dan cara berfikir manusia dalam bertingkah laku.
1) Introversion- thinking
Orang dengan sikap introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi
dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan
5. pemikirannya, tanpa mempedulikan ide dari orang lain, biasanya tipe seperti ini dimiliki oleh
para philosophers.
2) Ekstraversion- Thinking
Contoh orang yang memiliki sikap dan fungsi seperti diatas adalah ilmuwan dan peneliti, mereka
cenderung muncul seorang diri, dingin dan sombong. Kenyataan yang objektif merupakan aturan
mereka. Dan menginginkan orang lain berfikir sama sepertinya, fungsi disini sama seperti fungsi
diatas.
3) Introversion- feeling
Orang yang empunyai pengalaman emosi yang kuat, tetapi mereka menutupinya, contoh orang
yang memiliki sifat dan fungsi ini adalah seniman dan penulis, mereka mengekspresikannya
hanya dengan bentuk seni. Namun perasaan mereka dapat meledak tiba-tiba.
4) Ekstraversion – feeling
Orang bertipe seperti ini adalah orang yang perasaannya dapat berubah-ubah sebanyak situasi
yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung emosional dan moody,
tetapi sikap sosialnya dapat muncul.
5) Introversion – sensation
Orang ini cenderung dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari sesuatu yang tidak menarik
dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang yang tenang, kalem, tetapi
mereka membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
6) Ekstraversion – sensation
Orang dengan tipe ini adalah bisnismen, biasanya realistis, praktis, dan pekerja keras. Mereka
menikamati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta, dan mencari
kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
7) Introversion – intuiting
Orang ini mempunyai jiwa pemimpin, memiliki sifat dan fungsi yang aneh lebih dominan,
mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran yang primitif, artinya sesuatu yang tidak mereka
ketahui namun selalu ada dalam pikiran mereka, memiliki kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain, tidak praktis, tetapi mempunyai intuisi yang sangat tajam dibanding orang
lain.
8) Ekstraversion – intuiting
6. Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sifat ini, mereka selalu mencari sesuatu yang baru,
sangat baik dan mempromosikan hal-hal yang baru namun tidak dapat bertahan pada satu ide,
pekerjaan maupun lingkungan, karena sesuatu yang baru merupakan tujuannya
Pada ilmuan Islam yang membahas tentang analisis adalah Ar-Razi, untuk menganalisis potensi-
potensi psikis, Ar-Razi memadukan pendekatan kefilsafatan dan medis. Karena itu disamping
ada beberapa segi perbedaan, dan sekalipun antara Ar-Razi dan Freud berbeda dalam
menempatkan kedudukan rasio dalam sistem kejiwaan, terdapat kesamaan pandangan antara
keduanya, yakni bahwa rasionalitas merupakan perangkat pengendali utama bagi kecenderungan
jiwa.
Dalam perkembangannya, Ar-Razi menyederhanakan dorongan psikis manusia ke dalam dua
bagian, yakni dorongan atas pertimbangan akal dan dorongan nafsu. Dalam hal ini pemikiran
Ar-Razi tampak lebih dekat dengan Psikologi Analitisnya salah seorang murid Freud, Carl
Gustav Jung, khususnya berkenaan dengan analisis struktur kesadaran.
Dalam pemikiran ar-Razi,
1. an-nafs an-natiqah dipandang sebagai daya yang menyadarkan manusia
2. an-nafs asy-syahwaniyyah sebagai daya yang tidak tahu apa-apa (tak sadar).
Ketidaksadaran terjadi bila unsur asy-syahwaniyyah terlalu dominan dalam perilaku seseorang,
sehingga unsur an-natiqah tidak dapat berfungsi optimal, yang di antaranya ditandai dengan
kurangnya rasa malu. Ar-Razi menyebut keadaan ini sebagai lalai (al-ghaflah) atau lupa diri (al-
sahw), yang menyebabkan tersingkapnya sesuatu yang semestinya disembunyikan.
Analisis psikologis tersebut juga membantu meneliti kepribadian bermasalah, sebagai dasar
pemberian terapi yang tepat. Perhimpunan para Pencinta Filsafat di Mesir saat ini
mengembangkan gagasan-gagasan ar-Razi tersebut ke dalam studi psikiatri modern (at-Tibb an-
Nafsi al-Mu’asirah), Psikoterapi Keagamaan (‘Ilaj an-Nafsi ad-Dini), serta Psikoterapi ajaran
Syari’ah (at-Tibb an-Nafs asy-Syar’i).
Sumbangan teoritis ar-Razi yang masih relevan dan dapat lebih dikembangkan lagi hingga saat
ini di antaranya tentang pengaruh kehidupan psikis terhadap kesehatan fisik. Pandangan tentang
7. kecenderungan terhadap masing-masing unsur jiwa setidaknya juga telah menjadi pemikiran
awal bagi kajian mengenai pengaruh emosionalitas terhadap rasionalitas. Dalam studi
kependidikan saat ini, diakui adanya pengaruh faktor perasaan (emosi) terhadap kemurnian
kecerdasan atau sifat cerdas seseorang. Kecerdasan yang memadai akan timbul bila terjadi
pemusatan mental yang mampu menghindarkan hal-hal yang bersifat emosional.
Jadi, fungsi mempelajari kepribadian atau psikologi kepribadian adalah agar mampu mengetahui
bagaimana tipe dan karakter manusia yang berbeda-beda, dengan demikian sebagai konselor
mudah untuk membantu klien yang mengalami masalah ataupun klien yang sedang bahagia,
tidak hanya itu, konselor pun mampu beradaptasi di tempat baru manapun yang ia diami,
sehingga ucapannya terjaga, sikapnya disenangi orang lain, dan terutama pikiran terhadap diri
sendiri maupun orang lain akan selalu positif meski dalam keadaan buruk sekalipu. Terutama
mampu memahami berbagai teori, baik dari teori muslim, maupun teori barat.
Teori-teori islam tentang psikologi kepribadian sesungguhnya sudah jauh lebih dulu muncul
dibandingkan dengan teori Barat.
Sumber:
Pervin,Lawrene a, dkk. 2010. Psikologi Kepribadian (terjemahan). Jakarta: Media Group.
Aini Oktaviani, Nur. 2014. Simple Ways To Read People Characteristics. Jogjakarta: DIVA
Press.
S. Friedman, Howard, dkk. 2006. Kepribadian Teori Klasik & Riset Modern. Jakarta:
PENERBIT ERLANGGA