kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAUVia Putri
Ā
Epidemiologi Prinsip pencegahan Penyakit, Tingkatan Pencegahan Penyakit dan Dasar-dasar Pencegahan Penyakit ISPA di Daerah Guntung Payung Akibat Musim Kemarau
kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
EPIDEMIOLOGI KASUS ISPA DI DAERAH GUNTUNG PAYUNG AKIBAT MUSIM KEMARAUVia Putri
Ā
Epidemiologi Prinsip pencegahan Penyakit, Tingkatan Pencegahan Penyakit dan Dasar-dasar Pencegahan Penyakit ISPA di Daerah Guntung Payung Akibat Musim Kemarau
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Ā
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
Ā
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Ā
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
FGD Risiko Resistensi Antimikroba yang Berasal dari Hewan Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), 23 Juli 2021
1. Drh. TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS, MPhil, PhD
Epidemiolog Veteriner
Focus Group Discussion (FGD) āKemampuan Pemerintah Dalam Mencegah,
Mendeteksi dan Merespons Resistensi Antimikroba (AMR) yang Berasal dari
Hewan dan Risikonya Terhadap Kesehatan Masyarakatā
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia ā Kamis, 23 September 2021
2. Penemu Antibiotik Penisilin
ā¢ Sir Alexander Fleming
penemu antibiotik PENISILIN
(1928) yaitu sejenis antibiotik
yang dihasilkan oleh jamur
Penicilliium notatum.
ā¢ Zat temuannya ini dapat
digunakan untuk membunuh
banyak jenis bakteri yang
berbahaya bagi tubuh
manusia.
Salah satu penemuan paling penting di abad ke-20
2
3. Introduksi Antibiotik Meningkatkan Usia
Harapan Hidup (life expectancy)
(Di negara maju
meningkat 30 tahun
dalam waktu 50
tahun)
1945 = 50 tahun
Sekarang = 80 tahun
3
4. Introduksi Antibiotik juga secara cepat
Meningkatkan Produksi Ternak
PRODUKSI
PENDAPATAN
MATA
PENCAHARIAN
4
5. Jumlah dan Konsumsi Ternak Semakin
Didorong oleh Negara-Negara Berkembang
POPULASI GLOBAL:
ā¢ 7,3 miliar pada 2015
ā¢ 10 miliar pada 2050
Percepatan pertumbuhan
populasi dunia akan
mendorong peningkatan
permintaan pangan
berbasis protein (termasuk
protein hewani).
5
6. Tren Produksi Daging Menurut Wilayah
Asia Timur & Tenggara
Amerika Latin
Asia Timur & Tenggara
Afrika Timur Dekat & Utara
Afrika Sub-Sahara
Amerika Latin & Karibia
Asia Selatan
Juta
ton
Kenaikan konsumsi antibiotik
didorong oleh tingkat
pertumbuhan produk hewan
dan pergeseran ke peternakan
skala besar di mana antibiotik
digunakan secara rutin.
6
7. Perubahan Pola Konsumsi (1960-2010)
Konsumsi per kapita di negara
berkembang ā kg/kapita/tahun
Telur
Daging
Susu
Sereal
Umbi-umbian
Umbi-umbian
Daging
Telur
Sereal
Susu
Nomor
Indeks:
1961=100
7
8. Apa itu resistensi antimikroba?
ā¢ Resistensi antimikroba (Antimicrobial
Resistance/AMR) terjadi ketika bakteri, virus,
jamur dan parasit berubah dari waktu ke waktu
dan tidak lagi bereaksi terhadap obat-obatan,
sehingga membuat infeksi lebih sulit untuk diobati
dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit,
penyakit semakin parah dan akhirnya kematian.
ā¢ Sebagai hasil dari resistensi obat, antibiotik dan
obat antimikroba lainnya menjadi tidak efektif dan
infeksi menjadi semakin sulit atau tidak mungkin
lagi diobati.
8
9. Apa itu antimikroba?
ā¢ Antimikroba ā termasuk antibiotik, antiviral, antijamur dan antiparasit
adalah obat-obatan yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
infeksi pada manusia, hewan dan tumbuhan.
Antibiotik Antiviral Antijamur Antiparasit
9
10. Krisis Global
ā¢ Krisis global resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) mulai
muncul di abad ke-21 dan dianggap mengancam satu abad kemajuan di bidang
kesehatan dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
ā¢ Tingkat resistensi yang mengkhawatirkan telah dilaporkan di negara-negara dari
semua tingkat pendapatan, dengan hasil bahwa penyakit-penyakit umum
menjadi tidak dapat diobati, dan prosedur medis yang menyelamatkan jiwa
manusia semakin berisiko untuk dilakukan.
ā¢ AMR menimbulkan tantangan berat untuk mencapai Universal Health Coverage
(UHC) dan mengancam kemajuan terhadap SDG, termasuk kesehatan,
ketahanan pangan, air bersih dan sanitasi, konsumsi dan produksi yang
bertanggung jawab, kemiskinan dan ketidaksetaraan.
Sumber: IACG (April 2019). No Time to Wait: Securing the Future from Drug-resistant Infections.
10
11. Mengapa Resistensi Antimikroba Menjadi
Keprihatinan Global?
ā¢ Tanpa tersedianya antimikroba yang efektif untuk pencegahan dan
pengobatan infeksi, maka prosedur medis seperti transplantasi
organ, kemoterapi kanker, manajemen diabetes dan operasi bedah
besar akan menjadi sangat berisiko.
11
12. AMR Menjadi Tantangan Global
ā¢ Agen antimikroba (antibiotik, antiviral, antijamur dan antiparasit) adalah alat
penting untuk memerangi penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan darat
(terrestrial) dan akuatik (aquatic), yang saat ini telah menjadi tidak efektif.
ā¢ AMR menyebabkan beban sosial dan ekonomi yang serius.
ā¢ Saat ini, AMR diestimasi bertanggung jawab atas 25.000 kematian manusia per
tahun di Uni Eropa dan 700.000 kematian per tahun di seluruh dunia.
ā¢ AMR juga mendorong biaya pengobatan dan mengurangi produktivitas karena
penyakit: Di Uni Eropa saja diperkirakan biaya AMR EUR 1,5 miliar per tahun.
ā¢ Penyalahgunaan (misuse) dan penggunaan yang berlebihan (overuse) dari
antimikroba yang ada untuk manusia, hewan dan tumbuhan mempercepat
perkembangan dan penyebaran AMR.
12
14. Fakta Kunci Resistensi Antimikroba (AMR)
ā¢ Resistensi antimikroba (Antimicrobial resistance/AMR) adalah ancaman
kesehatan dan pembangunan global, yang membutuhkan tindakan multisektoral
yang mendesak untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs).
ā¢ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa AMR adalah salah satu
dari 10 ancaman teratas kesehatan masyarakat global yang dihadapi umat
manusia.
ā¢ Penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba yang berlebihan adalah
pendorong utama dalam pengembangan patogen yang resisten terhadap obat.
ā¢ Kurangnya air bersih dan sanitasi serta pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) yang tidak memadai mendorong penyebaran mikroba, beberapa di antaranya
dapat menjadi resisten terhadap pengobatan antimikroba.
14
15. Kematian yang disebabkan oleh resistensi antimikroba
Dampak AMR menunjukkan kenaikan resistensi
pada tahun 2050 akan menyebabkan:
ā¢ 10 juta orang meninggal setiap tahun;
ā¢ pengurangan 2% - 3,5% PDB/GDP;
ā¢ total biaya dunia hingga USD 100 triliun.
Sumber: J. O'Neil, 2016. Antimicrobial Resistance: Tackling a crisis for the health and wealth of nations. 15
16. Komitmen Dunia Dalam Pengendalian AMR
ā¢ WHO berkolaborasi dengan FAO dan OIE
menerbitkan āGlobal Action Plan on Antimicrobial
Resistanceā yang disahkan pada pertemuan ā68th
World Health Assemblyā pada bulan Mei 2015.
ā¢ Sasaran āglobal action planā (GAP) adalah untuk
memastikan, sepanjang memungkinkan,
kelanjutan keberhasilan pengobatan dan
pencegahan terhadap penyakit-penyakit infeksius
dengan obat-obatan yang efektif dan aman yang
telah dijamin kualitasnya, digunakan secara
bertanggung jawab, dan terjangkau oleh semua
yang memerlukannya.
https://www.who.int/antimicrobial-
resistance/global-action-plan/en/ 16
17. ā¢ āGlobal Action Planā (GAP) mengamanatkan bagi setiap negara
untuk mengembangkan ānational action plansā (NAP).
National Action Plan (NAP)
Amanat tersebut mendesak āsetiap Negara Anggota [ā¦] untuk
memiliki suatu draf NAP mengenai AMR, dalam waktu 2 tahun,
yang disetujui oleh Health Assembly, dan NAP tersebut sejalan
dengan the GAP. [ā¦] NAP harus menyediakan dasar-dasar
untuk penilaian sumberdaya yang diperlukan, dengan
mempertimbangkan prioritas nasional dan regional, dan
penanganan tata pemerintahan nasional dan lokal yang relevanā.
Sumber: World Health Organization - WHO. Global Action Plan on Antimicrobial Resistance [Internet]. Geneva, Switzerland: World Health
Organization; 2015 [cited 2016 Jan 11]. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/193736/1/9789241509763_eng.pdf?ua=1
17
18. ā¢ Deklarasi Politik 2016 dari Pertemuan Tingkat Tinggi Majelis Umum PBB
tentang Resistensi Antimikroba merupakan peristiwa penting yang mewakili
komitmen dunia untuk mengatasi resistensi antimikroba (AMR).
ā¢ Negara-Negara Anggota meminta Sekretaris Jenderal PBB, dengan
konsultasi FAO, OIE dan WHO untuk membentuk suatu kelompok koordinasi
ad hoc antar lembaga (ad hoc Interagency Coordination Group/IACG) untuk
memberikan panduan praktis untuk memastikan terlaksananya tindakan
global yang berkelanjutan, efektif untuk mengatasi AMR.
Sumber: https://www.un.org/pga/71/event-latest/high-level-meeting-on-antimicrobial-resistance/
18
19. ā¢ Ad Hoc Interagency Group on Antimicrobial Resistance (IACG) bertujuan untuk
membawa perubahan paradigma dalam respons global terhadap AMR melalui
pembangunan tujuan bersama (shared goal) dan visi yang berdampak dan
menghasilkan perubahan di negara-negara di seluruh dunia.
ā¢ Kepemimpinan dan advokasi global yang lebih kuat dan berkelanjutan, dan
narasi global yang lebih berpengaruh kuat, diperlukan untuk memajukan
respons global terhadap AMR.
ā¢ Mandat kepemimpinan inti dari Lembaga Tripartit WHO, FAO dan OIE harus
diakui dan perlu ditingkatkan dalam memfasilitasi respons āOne Healthā
terhadap AMR, bekerja sama dengan lembaga PBB lainnya dan lembaga
internasional termasuk UN Environment (UNEP) dan World Bank (WB).
19
20. Linimasa Penemuan dan Pengembangan
Antibiotik di seluruh dunia
Penyebaran antibiotik
Resistensi antibiotik yang diamati
Periode dari 1950 hingga 1960 seringkali
disebut sebagai masa emas (golden age)
penemuan antibiotik. Sejak itu, penemuan dan
pengembangan antibiotik, dan perluasan
penggunaannya telah menurun.
20
21. Tidak Ada Penemuan Antibiotik Baru
Gap inovasi
Menurunnya investasi swasta dan
kurangnya inovasi dalam pengembangan
antibiotik baru merusak upaya untuk
memerangi infeksi yang resisten
terhadap obat (WHO, 2020).
21
22. Situasi Global Saat ini
ā¢ Fenomena resistensi antimikroba ada di setiap
negara.
ā¢ Secara global, 480.000 orang mengembangkan
resistensi terhadap obat setiap tahun, dan
resistensi terhadap obat mulai mempersulit
perang melawan HIV/AIDS, tuberkulosis dan
juga malaria.
ā¢ Resistensi antimikroba saat ini menyumbang
sekitar 50.000 kematian di Amerika Serikat dan
Eropa, tetapi diperkirakan jumlah kematian saat
ini adalah 700.000 di seluruh dunia.
22
23. Penggunaan Antibiotik di Kesehatan Manusia
ā¢ Penggunaan antibiotik pada manusia baik untuk mengobati penyakit infeksi atau
untuk mencegah penyakit infeksi (profilaksis antibiotik).
ā¢ Konsumsi antibiotik oleh manusia secara global diperkirakan beberapa puluh
miliar unit dosis setiap tahun.
ā¢ Sekitar 80% antibiotik digunakan di masyarakat dan 20% di rumah sakit.
ā¢ Meskipun demikian, peran dari lembaga perawatan kesehatan dalam
penyebaran resistensi bakteri sangat besar karena spektrum antibiotik yang
digunakan dan risiko tinggi penularan bakteri resisten yang diseleksi dari
manusia ke manusia.
ā¢ Beberapa antibiotik yang diresepkan untuk orang yang terinfeksi tidak digunakan
dan karena itu dilepaskan bersama dengan limbah harian kita ke lingkungan.
23
24. Penggunaan Antibiotik di Kesehatan Hewan
ā¢ Penggunaan antibiotik pada hewan menyumbang sekitar 60% dari total produksi
antibiotik dan terus meningkat (Singer AH et al., 2016).
ā¢ Lebih dari 100.000 ton antibiotik diberikan setiap tahun di seluruh dunia untuk
ternak, hewan peliharaan dan akuakultur (Lekshmi M et al., 2017).
ā¢ Antibiotik diberikan kepada hewan untuk mengobati penyakit menular sebagai
pencegahan (profilaksis antibiotik), atau sebagai suplemen pakan.
ā¢ Untuk pengobatan dan profilaksis infeksi bakteri, antibiotik sering dicampur
dalam air minum atau pakan untuk diberikan ke seluruh hewan di peternakan,
meskipun hanya ada beberapa hewan yang sakit.
ā¢ Penggunaan antibiotik secara sistematis sebagai suplemen pakan (terutama
ternak, unggas, ikan dll.) dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas ternak.
24
25. Bagaimana Antibiotik Digunakan Untuk
Meningkatkan Produksi Ternak?
ā¢ Terapeutik (pengobatan):
ā Dosis lebih tinggi, jangka waktu pemberian lebih
pendek
ā Digunakan untuk mengobati penyakit yang spesifik
ā¢ Sub-terapeutik
ā Dosis lebih rendah, jangka waktu pemberian
biasanya lebih lama
ā Digunakan untuk mencegah infeksi, membatasi
infeksi subklinis, meningkatkan angka pertumbuhan
ā Sudah dipraktikkan sejak 1950-an
25
27. Praktik Penggunaan Sub-terapeutik di
Peternakan Melalui Pakan dan Air
Tujuannya:
ā¢ Beradaptasi dengan lingkungan yang penuh tekanan;
ā¢ Unruk mendorong pertumbuhan yang cepat;
ā¢ Untuk āmengendalikanā tingkat infeksi dan penyakit di
peternakan;
ā¢ Karena dianggap sangat berguna selama pembibitan
yang intensif atau pengangkutan;
ā¢ Karena dianggap dapat meningkatkan kinerja
peternakan yang kondisinya buruk; seperti hewan yang
kesehatannya buruk dan kondisi kehidupannya yang
tidak higienis.
27
28. Masalah: Antibiotik yang Tidak Terserap
ā¢ Masalah:
ā Sebagian (kadang-kadang besar) dari antibiotik tidak diserap oleh hewan.
ā Antibiotik yang tidak terserap diekresikan ke dalam feses atau urine.
ā Dapat diintroduksi ke lingkungan lewat penyebaran kotoran ternak.
ā¢ Efek:
ā¢ Antibiotik dapat masuk ke dalam air tanah atau air permukaan.
ā¢ Antibiotik dapat membunuh mikroorganisme dalam tanah/air.
ā¢ Antibiotik dapat diserap oleh tanaman.
ā¢ Dapat mempengaruhi mereka yang alergi terhadap anitbiotik.
ā¢ Dapat berkontribusi terhadap pengembangan resistensi antibiotik.
28
29. Polusi lingkungan
oleh antibiotik,
bakteri resisten
antibiotik, dan
gen resisten
Sapi
Lingkungan
Peternak
Peternakan
ikan
Unggas
Pekerja
RPH
Pangan
Masyarakat
Fasilitas
kesehatan
Pabrik produksi
farmaseutikal
Pabrik pengolahan
air limbah
29
30. Dampak Resistensi Antibiotik
Jika bakteri resisten antibiotik mencapai manusia atau hewan lain:
ā¢ Pengobatan dengan antibiotik yang sama tidak berguna sama sekali;
ā¢ Infeksi diperburuk pada orang tua, anak-anak dan individual dengan kekebalan yang
tertekan (suppressed immunity);
ā¢ Memilih antibiotik yang tepat bisa menjadi sulit bagi beberapa bakteri yang resisten terhadap
lebih dari satu antibiotik (multidrug resistance);
ā¢ Infeksi yang kurang diobati atau tidak diobati sama sekali meningkatkan risiko meninggalnya
pasien;
ā¢ Periode infeksi yang lama meningkatkan risiko kesehatan masyarakat di tempat umum, di
mana individu yang terinfeksi berinteraksi dengan orang lain;
ā¢ Invensi antibiotik baru (paten) diperlukan, meskipun kurang efektif dan memiliki efek
samping yang serius.
ā¢ Bakteri resisten antibiotik dapat mengalahkan resistensi manusia dan hewan, menyebabkan
penyakit tidak mudah diobati;
ā¢ Biaya rumah sakit menjadi lebih mahal. 30
32. 24 Agustus 2021
āPara pemimpin dan pakar
dunia saat ini menyerukan
pengurangan yang signifikan
dan mendesak jumlah obat
antimikroba, termasuk
antibiotik, yang digunakan
dalam sistim pangan dengan
mengakui bahwa hal ini
penting untuk memerangi
tingkat resistensi obat.ā
32
33. Tindakan yang
harus dilakukan di
Bidang Kesehatan
Hewan (5 area)
Kerja sama Internasional
One Health
Pencegahan
penyakit
infeksi
Penggunaan
yang
bijak
dan
bertanggung
jawab
produk
antimikroba
Surveilans
AMR
Monitoring
penggunaan
produk
obat
Informasi
dan
training
Pengurangan dan/atau pencegahan AMR
Tujuan kuantitatif adalah
pengurangan konsumsi antimikroba.
Tujuan kualitatif adalah
meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam penggunaan
antimikroba yang bijak dan
bertanggung jawab.
33
34. Sasaran Operasional Rencana Aksi Nasional
Pengendalian Resistensi Antimikroba 2020-2024
Meningkatkan
kesadaran
dan
pemahaman
tentang AMR
Memperkuat
pengetahuan
melalui
pengawasan
dan
penelitian
Mengurangi
kejadian
infeksi
melalui
sanitasi yang
efektif,
kebersihan
dan tindakan
pencegahan
Mengoptimalkan
penggunaan
obat antimikroba
dalam kesehatan
manusia dan
hewan
Meningkatkan
investasi
untuk R&D
dan
implementasi
tindakan
pengendalian
Membangun
tata kelola yang
terintegrasi dan
koordinasi antar
kementerian/
lembaga
1 2 3 4 5 6
34
Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 4 Tahun 2019
Peningkatan Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons
Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia
35. Indikator Pelaksana Baseline Target 2024
1. Penurunan Presentase ESBL
1. Pada manusia
Ditjen Pelayanan
Kesehatan, Kemenkes
62%
2. Pada hewan Ditjen PHK, Kementan 67,1% 57%
3. Pada lingkungan
Ditjen Perikanan
Budidaya
16%
2. Presentase antimikroba yang beredar memenuhi syarat mutu
1. Antimikroba pada manusia BPOM 98% 98%
2. Antimikroba pada hewan Ditjen PHK, Kementan 95% 100%
3. Presentase penggunaan antimikorba rasional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
1. Pada ISPA non-pneumonia Ditjen Farmalkes,
Kemenkes
21,28% 20%
2. Pada Diare non-spesifik 18,27% 8%
4. Presentase penggunaan antimikroba di
peternakan ayam broiler
Ditjen PKH, Kementan 80% 50%
Indikator dan Target Pencapaian Sasaran Rencana Aksi
35
36. Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Terkait NAP
AMR 2017-2019 dan 2020-2024
No. Kegiatan No. Kegiatan
1. Surveilans AMU (monitoring
penggunaan antibiotik) di 6 provinsi:
- 2017/2018
- 2020
5. Peningkatan kesadaran:
- KIE
- Publikasi, promosi di media masa dan
sosial
2. Sosialisasi di lembaga akademik
(studium generale, seminar, WAAW)
6. Penerbitan Juknis Pakan Terapi Tahun
2018
3. FGD dengan institusi pemerintah (balai
pengujian, balai penelitian veteriner,
balai penelitian ternak)
7. Penerbitan:
- Pedum AMU
- Pedum AMS (Penatagunaan)
4. FGD dengan pemangku kepentingan
(asosiasi obat hewan, asosiasi
perunggasan, asosiasi produsen
makanan ternak)
8. Pengawasan Terpadu dengan Pengawas
Mutu Pakan, Pengawas Obat Hewan
Dinas, BPOM
36
37. Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Terkait NAP
AMR 2017-2019 dan 2020-2024 (lanjutan)
No. Kegiatan
9. Surveilans AMR pada populasi umum
unggas pedaging sehat
10. Surveilans AMU survei di provinsi
sumber produksi unggas pedaging
11. Penyusunan pedoman pengembangan
sistim surveillans AMR pada bakteri
patogen unggas petelur
12. Pencegahan infeksi melalui penerapan
higiene-sanitasi di unit usaha
- Sertifikasi nomor kontrol veteriner
(NKV) pada unit usaha budidaya
unggas petelur & RPH-U
37
38. Mengapa sektor perunggasan menjadi prioritas?
ā¢ Penggunaan antibiotik pada kesehatan hewan di Indonesia, 80% di
sektor perunggasan.
ā¢ Proporsi populasi ayam pedaging (broiler) terbesar dibanding jenis
unggas lain
ā¢ Mayoritas peternakan unggas komersial di Indonesia adalah
peternakan rakyat skala kecil hingga menengah dengan tingkat
biosekuriti yang rendah.
ā¢ Penggunaan antibiotik masih bervariasi untuk pencegahan,
pengobatan, dan pemacu pertumbuhan.
ā¢ Penggunaan antibiotik masih banyak yang menyimpang, berlebihan
dan tidak sesuai ketentuan.
38
39. Mengapa ESBL Menjadi Prioritas?
Patogen AMR yang Berasal dari Makanan:
ā¢ Salmonella
ā¢ Escherichia coli
ā¢ Campylobacter
ā¢ Staphylococcus Enterococcus spp.
ā¢ Extending-Spectrum beta-lactamase (ESBL) ā memproduksi bakteri
Gram negatif
ā¢ Penyebab umum dari penyakit yang ditularkan lewat makanan secara
global
ā¢ Banyak yang telah terlibat dalam wabah keracunan makanan yang serius
ā¢ Tren AMR meningkat selama 30 tahun terakhir
39
40. Kebijakan penggunaan antimikroba di
Indonesia
1. Sistim penjaminan mutu obat hewan mulai dari pembuatan, penyediaan,
peredaran, dan pengujian (Pasal 50 ayat 3 UU No. 18/2019).
2. Penggunaan dan efikasi antibiotik yang tepat harus dijamin hanya dengan resep
dokter hewan setelah diagnosis yang tepat (Pasal 51 (1) UU No. 18/2009).
3. Antibiotik tidak lagi digunakan sebagai bahan pakan tambahan (pemacu
pertumbuhan/Growth Promotants) sejak 1 Januari 2018 (Permentan No. 14/2017).
4. Pelarangan Colistin sesuai ketentuan OIE (Kepmentan No. 9736/PI.500/F/09/2020
tentang Perubahan Atas Lampiran III Permentan No. 14 Tahun 2017)
5. Pelarangan produksi dan distribusi pakan ternak yang mengandung antibiotik
sebagai bahan pakan tambahan sejak 1 Januari 2018 (Keputusan Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 09111/Kpts/PK.350/F/09/2018).
40
41. Alternatif Solusi yang Praktis
ā¢ Alternatif antibiotik harus terus mendapatkan
perhatian dan dikembangkan. Alternatif yang
menawarkan efek yang sama dan nilai
ekonomi (misalnya probiotik dan prebiotik).
ā¢ Perbaikan kesejahteraan hewan, yang artinya
ā prinsip-prinsip kesejahteraan hewan:
pengurangan kondisi welfare principles:
reduction of kepadatan, higiene umum, dan
teknik pengendalian infeksi.
41
42. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Penerapan Rencana Aksi Nasional 2020-2024
ā¢ Kemampuan negara untuk membangun sistim surveilans untuk penggunaan
antimikroba (AMU) pada hewan pangan, pakan, dan lingkungan.
ā¢ Kemampuan negara untuk mengembangkan sistim surveilans yang terintegrasi (di
antara sektor kesehatan masyarakat, pangan dan kesehatan hewan/veteriner) untuk
memonitor resistensi antimikroba pada bakteri yang ditularkan lewat makanan.
ā¢ Keberhasilan dalam mempromosikan penggunaan antimikroba yang bijak dan
bertanggung jawab di sektor kesehatan masyarakat dan sektor kesehatan hewan.
ā¢ Kemampuan membangun kerjasama dengan semua aktor mulai dari peternak,
asosiasi komoditi, asosiasi peternak, asosiasi profesi, LSM sampai ke konsumen.
ā¢ Kemampuan para pelaku usaha, peternak dan dokter hewan untuk mengurangi
penggunaan antibiotik dan mengombinasikan dengan peningkatan hygiene dan
biosekuriti untuk membantu untuk mengendalikan resistensi antimikroba.
42