2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaian ,makalah ilmiah tentang Antimikroba dan Resistensi Antimikroba.
Pada kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Riri Novita Sunarti, M.Si yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga kami mampu membuat makalah sendiri, mesi jauh dari kata
sempurna.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Dan ini merupakan
langah yang baik dari studi yang sesumgguhnya. Oleh karena keterbatasan waktu
dan kemampuan kami, maka kritki dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
PALEMBANG, 9 FEBRUARI 2024
Penulis
DAFTAR ISI
3. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Pengertian Antimikroba ............................................................................. 4
2.2 Perbedaan Antimikroba dan Antibotik....................................................... 5
2.3 Fungsi Antimikroba ................................................................................... 6
2.4 Resistensi Antimikroba.............................................................................. 7
2.5 Mekanisme Kerja Antibiotik Terhadap Bakteri......................................... 10
2.6 Mekanisme Kerja Antijamur Terhadap Jamur........................................... 11
2.7 Antivirus dan Virus.................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17
3.2 Saran........................................................................................................... 17
Daftar Pustaka.................................................................................................. 18
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hampir semua orang akan mengkonsumsi antibiotik paling tidak satu kali
dalam hidupnya. Mulai dari nyeri menelan akibat infeksi tenggorokan, demam
dengan kenaikan tanda infeksi pada pemeriksaan darah, hingga penyakit berat
seperti sepsis, semua memerlukan antibiotik untuk penanganannya. ( Anggita et
al, 2022)
Masih ada beberapa pelayanan kesehatan tidak menerapkan kriteria
penggunaan antibiotik yang ditentukan WHO terutama di Indonesia.
(1) Didukung oleh antibiotik yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter,
membuat orang menggunakan antibiotik yang tidak rasional.Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat memicu resistensi yang dapat meningkatkan
morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan
.(2) Masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi masalah
internasional.
(3) Saat ini sedang digalakkan kampanye dan sosialisasi pengobatan secara
rasional yang meliputi pengobatan tepat, dosis tepat, lama penggunaan yang tepat
serta biaya yang tepat.Untuk melindungi tubuh manusia dari bakteri patogen,
sejumlah besar senyawa antimikroba telah dikembangkan yang menargetkan titik
kerentanan pada bakteri. ( Anggita et al, 2022)
Antibiotik ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori besar berdasarkan
yaitu:
(1) antibiotik yang menargetkan dinding sel bakteri
(2) antibiotik yang menghalangi produksi protein baru
5. 2
(3) antibiotik yang menargetkan DNA atau replikasi DNA. (Aggita et al, 2022)
Dalam bidang pengobatan, eksplorasi senyawa-senyawa baru dari alam terus
dilakukan untuk mendapatkan bahan obat baru untuk mengatasi multidrugs
resisten terhadap penggunaan obat-obatan seperti antibiotik. Antibiotik adalah
senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat toksik terhadap
mikroorganisme lain, sehingga antibiotik digunakan sebagai obat untuk mencegah
terjadinya infeksi bakteri. Namun, penggunaan antibiotik memiliki efek samping.
Penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik tersebut. Menurut world health organization resistensi
antibiotik adalah proses mutasi organisme (bakteri, jamur, virus, dan parasite)
yang terpapar obat antibiotik, sehingga menyebabkan infeksi terus berlanjut.
Setiap tahun didapatkan hampir 500,000 bakteri yang resistensi terhadap
antibiotik (Pusporini, 2019).
Antimikroba adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri atau mikroorganisme. Senyawa tersebut menyebabkan terjadinya
denaturasi pada membran sel bakteri, sehingga mempengaruhi difusi senyawa
keluar masuk. Akibatnya terjadi lisis pada bakteri tersebut, sehingga menghambat
pertumbuhannya (Habibi et al 2022)
Bakteri merupakan salah satu mikroba yang paling sering berperan dalam
berbagai penyakit. bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) penyebab infeksi
kulit dan bakteri gram negatif (Escherichia coli) penyebab diare. Dampak yang
ditimbulkan oleh kedua mikroba tersebut merupakan masalah yang sangat sering
ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi landasan untuk
dilakukannya penelitian terhadap potensi bajakah Spatholobus litoralis Hassk
sebagai bahan baku penghasil senyawa antimikroba, khususnya pada bakteri
Escherichia coli dari jenis bakteri gram negatif dan bakteri Staphyllococcus
aureus dari golongan bakteri gram positif.( Habibi el at, 2022)
Antibiotik adalah bahan obat yang sangat memegang peranan penting dalam
menanggulangi penyakit infeksi. Senyawa antimikroba dapat diperoleh dari
6. 3
tumbuh tumbuhan, dan mikroba. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh
mikroba memiliki.( Andiama et al, 2020)
Bakteri merupakan salah satu kelompok mikroba tanah yang banyak dikaji
potensinya karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, diantaranya sebagai
penghasil antibiotik. (Andiarna et al ,2020).
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu antimikroba?
2. Apa fungsi antimikroba?
3. Apa yang dimaksud dengan resistensi antimikroba?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat antimikroba?
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui apa itu antimikroba
2.Mengetahui fungsi dan kegunaan antimikroba
3. Mengetahui efek penggunaan antimikroba
BAB II
PEMBAHASAN
7. 4
2.1 Pengertian Antimikroba
Antimikroba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri
yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan
toksisitasnya terhadamanusia relative kecil. Antibiotik merupakan obat yang
paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Timbulnya resistensi telah menyebabkan kelompok antiboitik tertentu tidak lagi
digunakan dalam terapi sehingga penggunaan berbagai sumber daya laut dalam
pengobatan penyakit infeksi menjadi pilihan masyarakat Indonesia ( pitoy, et al,
2019)
Mendapatkanbahan obat baru untuk mengatasi multidrugs resisten terhadap
penggunaan obat-obatan seperti antibiotik. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme
lain, sehingga antibiotik digunakan sebagai obat untuk mencegah terjadinya
infeksi bakteri. Namun, penggunaan antibiotik memiliki efek samping.
Penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik tersebut. ( Pusporini, 2019)
Menurut world health organization resistensi antibiotik adalah proses mutasi
organisme (bakteri, jamur, virus, dan parasite) yang terpapar obat antibiotik,
sehingga menyebabkan infeksi terus berlanjut. Setiap tahun didapatkan hampir
500,000 bakteri yang resistensi terhadap antibiotik(Pusporini, 2019). Penggunaan
bahan alam sebagai antibiotik diharapkan dapat mengurangi resistensi dan tidak
menimbulkan efek samping.(Sulfahri et al, 2022)
Antimikroba adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri atau mikroorganisme. Senyawa tersebut menyebabkan keluar masuk.
Akibatnya terjadi lisis pada bakteri tersebut, sehingga menghambat
pertumbuhannya. Bakteri merupakan salah satu mikroba yang paling sering
berperan dalam berbagai penyakit. Seperti bakteri gram positif (Staphylococcus
aureus) penyebab infeksi kulit dan bakteri gram negatif (Escherichia coli)
penyebab diare. ( Sulfahri et al, 2022)
8. 5
Dampak yang ditimbulkan oleh kedua mikroba tersebut merupakan masalah
yang sangat sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi
landasan untuk dilakukannya penelitian terhadap potensi bajakah Spatholobus
litoralis Hassk sebagai bahan baku penghasil senyawa antimikroba, khususnya
pada bakteri Escherichia coli dari jenis bakteri gram negatif dan bakteri
Staphyllococcus aureus dari golongan bakteri gram positif .(Sulfahri et al , 2022)
2.2 Perbedaan Antimikroba dan Antibiotik
a. Antimikroba
Antimikroba (antijamur, antivirus, dan antibakteri) merupakan zat yang
digunakan untuk membunuh mikroba (jamur, virus, dan bakteri). Jika antimikroba
digunakan terlalu sering tanpa pengawasan tenaga medis, jumlah antimikroba
yang dikonsumsi terlalu banyak, dan waktu penggunaan antimikroba tidak
menentu, dapat menjadi pemicu timbulnya resistensi antimikroba. ( Dwinta et
al,2021)
Antimikroba merupakan suatu pengobatan untuk menangani penyakit-penyakit
menular. Terdapat bermacam-macam antimikroba, yang dibedakan berdasarkan
jenis mikroorganismenya,antara lain adalah antibiotik atau antibakteri, antivirus,
antijamur, dan antiprotozoal.( Dwinta et al,2021)
b. Antibiotik
Antibiotik adalah suatu senyawa atau zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, terutama fungi, atau dihasilkan secara sintetik yang digunakan
untuk menghambat atau dapat membunuh mikroorganisme lain sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Prinsip umum terapi antibiotik adalah bahwa senyawa tersebut haruslah
menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membahayakan inang manusia, karena
antibiotik harus mempengaruhi beberapa aspek pada bakteri yang tidak ada di
dalam sel-sel mamalia, hal ini merupakan dasar untuk memahami sebagian besar
mekanisme kerja obat antibiotik. ( Wonga et al, 2021)
9. 6
2.3 Fungsi Antimikroba
Penggunaan Antimikroba dalam Pengobatan Infesi Penyakit infeksi masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di
negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus,
antiprotozoa.( Wonga et al,2021)
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang
sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan
antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80%
tidak didasarkan pada indikasi. ( Wonga, et al,2021)
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada manusia. Antibiotik adalah suatu senyawa atau zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme, terutama fungi, atau dihasilkan secara sintetik yang
digunakan untuk menghambat atau dapat membunuh mikroorganisme lain
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.( Wonga et al,2021)
Prinsip pertama yang perlu diketahui dalam mempelajari antibiotik adalah
bahwa kita harus memahami prinsip umum terapi antibiotik, golongan-golongan
antibiotik dan mekanisme kerja untuk setiap golongan, mengetahui tentang efek
dari antibiotik dan mempelajari luas spektrum bakteri dan pemilihan penggunaan
obat antibiotik tersebut untuk penanganan organisme tertentu. Pada awalnya
antibiotik diambil dan diisolasi dari mikroorganisme dan sekarang beberapa
antibiotik didapat dari tanaman tinggi dan hewan.(Wonga et al,2021)
Prinsip umum terapi antibiotik adalah bahwa senyawa tersebut haruslah
menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membahayakan inang manusia, karena
antibiotik harus mempengaruhi beberapa aspek pada bakteri yang tidak ada di
dalam sel-sel mamalia, hal ini merupakan dasar untuk memahami sebagian besar
mekanisme kerja obat antibiotik. ( Wonga et al, 2021)
10. 7
2.4 Resistensi Antimikroba
Resistensi adalah suatu sikap yang menunjukkan kemampuan untuk
bertahan, berusaha melawan, menentang, atau upaya oposisi pada umumnya.
Resistensi antimikroba merupakan suatu kondisi seseorang dimana pemakaian
obat-obatan antimikroba (jamur, bakteri, parasit, dan virus) pada dosis pengobatan
biasa tidak mampu mengobati infeksi yang disebabkan oleh antimikroba tesebut.
Dari resistensi antimikroba, muncullah istilah resistensi antibiotik yang memiliki
cakupan lebih kecil dibandingkan resistensi antimikroba, dimana resistensi
antibiotik membahas tentang kemampuan obat-obat antibakteri untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Karena luasnya pemakaian antibiotik dalam
mengatasi penyakit infeksi, kadangkala obat-obat antibiotik yang seharusnya
hanya digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri.( Wonga et al,2021)
Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis
normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Selain itu, ditemukan
istilah multiple drugs resistance didefinisikan sebagai resistensi bakteri terhadap
dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat, sedangkan cross resistance adalah
resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang belum pernah dipaparkan.
World health organization(2015) mendefinisikan resistensi antibiotik adalah
kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotic yang awalnya efektif
untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.( Wonga,2021)
a. Dampak Resistensi Antimikroba
Resistensi antimikroba sangat merugikan upaya tenaga kesehatan dalam
menolong pasien, bahkan lebih jauh lagi, berdampak menurunkan mutu pelayanan
kesehatan dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Peningkatan biaya
perawatan adalah akibat kegagalan dalam mengatasi penyakit infeksi, terjadinya
komplikasi yang memerlukan perawatan yang lebih sulit dan kompleks,
memanjangnya lama rawat pasien di rumah sakit (length of stay, LOS), dan
bertambahnya beban keluarga pasien, baik secara material maupun non-material.
11. 8
Pada beberapa kasus telah dibuktikan bahwa masalah resistensi antimikroba
mengakibatkan pasien meninggal dunia. Di Uni Eropa dilaporkan 25.000 pasien
meninggal dunia per tahun karena mikroba multi resisten, dan menghabiskan
biaya sejumlah 1,5 milyar euro per tahun.(Kadir,2021)
a. Penyebab Resistensi Antimikroba
Penyebab resistensi antimikroba ditinjau dari sudut pandang mikrobiologi
Fenomena alami (natural phenomenon)
Bakteri dari berbagai penelitian mikrobiologi dibuktikan bahwa walaupun tidak
pernah mengalami paparan (exposure) langsung dengan antimikroba, bakteri
dapat menjadi resisten terhadap antibiotik, dengan mekanisme: mutasi genetik
secara spontan, perpindahan materi genetik dari satu sel bakteri ke sel bakteri
lainnya, meskipun berbeda genus, dengan beberapa cara yaitu konjugasi
(conjugation), transformasi (transformation),dan transduksi (transduction), yang
menyebabkan perubahan sifat dari peka menjadi resisten atau kebal terhadap
antibiotik.( Kadir,2021)
Tekanan selektif (selective pressure)
Secara alami dalam suatu komunitas mikroba terdapat sejumlah kecil
(minoritas)mikroba yang telah bermutasi atau berubah menjadi resisten terhadap
antimikroba tertentu (misalnya disebut sebagai mikroba Xm) dan sejumlah besar
(mayoritas) mikroba lain yang masih sensitif (misalnya disebut sebagai mikroba
X). Jika diberi antimikroba tertentu (antimikrobaA), maka kelompok mikroba X
akan dapat dibunuh atau dihambat pertumbuhannya oleh antimikroba A,
sedangkan mikroba Xm akan tetap bertahan hidup. Selanjutnya, mikroba Xm akan
berkembang biak dengan cepat sehingga mencapai jumlah yang besar dan
membentuk koloni, atau yang dapat menyebabkan penyakit, yang tidak dapat
diatasi lagi dengan antimikroba A, karena mikroba penyebabnya adalah mikroba
yang telah resisten terhadap antimikroba A. Individu yang menjadi inang untuk
12. 9
koloni mikroba resisten dapat menjadi sumber infeksi akibat mikroba resisten bagi
orang atau pasien di lingkungannya.
Penyebaran (spread)
Penyebaran mikroba penyebab infeksi (pathogen microbe) dapat terjadi
melalui beberapa medium misalnya kontak fisik baik langsung maupun tidak
langsung, udara (airborne/droplet), makanan (food), darah (blood), dan hewan
pembawa (vector). Penyebaran mikroba patogen tersebut dapat terjadi di mana
saja termasuk di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di rumah sakit, rumah
perawatan untuk pasien usia lanjut (nursing homes), dan lain-lain. ( Kadir,2021)
Infeksi yang didapat ketika pasien dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan
disebut sebagai health care-associated infections (HAIs). HAIs dapat terjadi
dengan berbagai sebab.HAIs yang sering terjadi adalah infeksi aliran darah (blood
stream infection, BSI), infeksi saluran kemih karena penggunaan kateter (catheter-
associated urinary tract infection, CAUTI), pneumonia rumah sakit (hospital-
acquired pneumonia,HAP), pneumonia akibat penggunaan ventilator (ventilator-
associated pneumonia, VAP), diare, dan infeksi daerah operasi/IDO (surgical site
infection, SSI), dan lain-lain.
Penyebab resistensi antimikroba ditinjau dari sudut pandang tenaga kesehatan
Penggunaan antimikroba secara tidak bijak, bisa terjadi di rumah sakit, baik
rumah sakit pendidikan maupun non-pendidikan, klinik kesehatan milik
pemerintah maupun swasta, dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Penggunaan secara salah ini yang menyebabkan proses tekanan selektif. Pada
umumnya kesalahan penggunaan antimikroba adalah berupa:
tidak ada indikasi (menggunakan antibiotik tanpa ada bukti terjadinya
infeksi karena bakteri, misalnya terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi
virus dan malaria; pemberian antibiotik profilaksis pada operasi bersih
yang tidak membutuhkan antibiotik profilaksis)
13. 10
indikasi tidak tepat (pemberian antimikroba tidak didukung data klinis dan
laboratorium yang akurat);
pemilihan antimikroba yang tidak tepat baik untuk tujuan terapi maupun
profilaksis; antimikroba yang diberikan tidak aman untuk kondisi pasien,
misalnya pasien gagal ginjal diberi antimikroba yang berpotensi meracuni
ginjal (nephrotoxic antibiotic), padahal masih ada antimikrobalain yang
non-nefrotoksik;
dosis tidak tepat (terlalu rendah atau terlalu tinggi); tidak
mempertimbangkan parameter PK/PD antimikroba;rute pemberian tidak
tepat (pasien dapat menggunakan antimikrobasecara oral, tetapi diberikan
secara suntikan); saat pemberian tidak tepat, baik untuk tujuan profilaksis
bedah maupun untuk tujuan terapi (tidak sesuai dengan panduan
penggunaan antibiotik, atau aturan pakai, misalnya setiap 8 jam, atau 12
jam, atau 24 jam);lama pemberian tidak tepat (terlalu lama atau terlalu
singkat); tidak melakukan tindakan de-eskalasi atau alih terapi sesuai
kebutuhan; Kadir,2021)
2.5 Mekanisme Kerja Antibiotik Terhadap Bakteri
Antibiotik sangat diperlukan untuk mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh
bakteri pathogen. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri bila
dilakukan dengan cara yang tidak tepat dapat membawa akibat yang merugikan,
baik secara klinis, maupun ekonomi. Ketidak tepatan dosis, waktu dan frekuensi
penggunaan, dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Dari berbagai penelitian di
berbagai tempat dijmpai bahwa pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam
penggunaan antibiotik masih kurang bijak . ( Simanora et al,2021)
Penyakit infeksi masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi diare, pneumonia dan TB Paru yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan meningkat dibanding dengan hasil riset tahun
2013 (Kemenkes, 2018). Infeksi sering dihubungkan dengan antibiotik, padahal
14. 11
antibiotik hanya dapat mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, bukan
virus, parasit maupun jamur.( simamora et al,2021)
Pemberian antibiotika merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan
penyakit infeksi. Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan berbagai masalah,
meskipun sudah digunakan atas perintah dokter, apalagi bila penggunaannya
dilakukan sendiri oleh orang yang bukan ahlinya. Contohnya adalah penggunaan
kotrimoksazol yang dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti
diskrasia darah dan reaksi kulit yang berat (Stevens Johnson Syndrome). Contoh
lainnya adalah penggunaan siprofloksacin yang dapat menyebabkan gangguan
pada saluran pencernaan, antibiotika golongan aminoglikosida yang toksik pada
ginjal, dan yang paling banyak digunakan yaitu amoksisillin dan sefadroksil yang
dapat menyebabkan alergi dan hipotrombin ( Simamora et al ,2021)
2.6 Mekanisme Kerja Antijamur terhadap Jamur
Penyakit Infeksi merupakan salah satu permasalahan yang banyak terjadi di
dunia terutama di Indonesia yang kawasan beriklim tropis yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit dan kematian. Udara yang berdebu, temperatur
yang hangat dan lembab serta keadaan yang buruk sehingga mempermudah
pertumbuhan jamur . Salah satu penyakit infeksi jamur ialah dermatofitosis yang
disebabkan oleh dermatofita, infeksi yang paling dominan terjadi di masyarakat
adalah infeksi akibat keadaan kulit yang abnormal seperti luka bakar dan luka
terbuka .( Komala et al 2019)
Penggunaan antijamur yang tidak rasional telah menyebabkan banyak jamur
patogen beradaptasi dengan lingkungannya dan menjadi resisten terhadap obat
tersebut.Berbagai macam predisposisi yang mendukung pertumbuhan jamur ini
ialah kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan pemakaian
antibiotika yang terlalu lama. (Komala, et al, 2019)
15. 12
Jamur (fungi) adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik
dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur dapat menyebabkan terjadinya
infeksi pada manusia.Salah satu infeksi akibat jamur dengan insidensi tertinggi
yaitu dermatofitosis. Dermatofitosis adalah suatu infeksi pada jaringan berkeratin
(rambut, kulit, dan kuku) yangdisebabkan karena adanya kolonisasi dari jamur
jenis dermatofita. Infeksi akibat jamur dermatofita dapat ditemukan di seluruh
dunia, diperkirakan 20- 25% dari populasi dunia telah terinfeksi oleh jamur
dermatofita. Salah satu spesies dermatofita yang paling banyak menginfeksi yaitu
Trichophyton mentagrophytes. ( Woris et al,2021),
Jamur merupakan suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri
spesifik yaitu mempunyai inti sel memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil,
dapat berkembang biak secara aseksual dan beberapa jamur mempunyai bagian
tubuh berbentuk filament-filamen dan sebagian lagi bersifat uniseluler. (
Herkamela,2019)
Antijamur mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik.
Fungisidal didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh jamur,
sedangkan fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa
mematikannya
Tujuan utama pengobatan infeksijamur adalah membunuh organisme yang
patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit dengan cara memperbaiki
membran mukosa yang merupakan tempat berkembangnya koloni
jamur.(Harkamela et al,2019)
Obat-obat antijamur berdasarkan target kerja dapat dibagi menjadi 3 kelompok
besar, yaitu :
1. Antijamur yang bekerja pada sterol membran sel jamur :
Ergosterol adalah komponen penting yang menjaga integritas membran sel
jamur dengan cara mengatur fluiditas dan keseimbangan dinding membran sel
jamur. Kerja obat antijamur secara langsung (golongan polien) adalah
16. 13
menghambat sintesis ergosterol dimana obat ini mengikat secara langsung
ergosterol dan channel ion di membransel jamur, hal ini menyebabkan gangguan
permeabilitas berupa kebocoran ion kalium dan menyebabkan kematian sel..
( Herkamela,2019)
2. Sintesis asam nukleat
Kerja obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah dengan
cara menterminasi secara dini rantai RNA dan menginterupsi sintesis DNA.
Sebagai contoh obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah 5
flusitosin (5 FC), dimana 5 FC masuk ke dalam inti sel jamur melalui sitosin
permease. Di dalam sel jamur 5 FC diubah menjadi 5 fluoro uridin trifosfat yang
menyebabkan terminasi dini rantai RNA. Trifosfat ini juga akan berubah menjadi
5 fuoro deoksiuridin monofosfat yang akan menghambat timidilat sintetase
sehingga memutus sintesis DNA.
3 Antijamur yang bekerja pada dinding sel jamur
Dinding sel jamur memiliki keunikan karena tersusun atas mannoproteins,
kitin, dan glukan yang menyelenggarakan berbagai fungsi, diantaranya menjaga
rigiditas dan bentuk sel, metabolisme, pertukaran ion pada membran sel. Sebagai
unsur penyangga adalah glukan. Obat antijamur seperti golongan ekinokandin
menghambat pembentukan 1,3 glukan tetapi tidak secara kompetitif. Sehingga
apabila glukan tidak terbentuk, integritas struktural dan morfologi sel jamur akan
mengalami lisis. ( Herkamela,2019)
2.7 Antivirus dan virus
Penyakit menular sudah dikenal sejak zaman dahulu hingga peradaban
manusia. Penyakit menular disebabkan karena mikroorganisme yang berbeda
(bakteri, virus dan jamur).Struktur virus sederhana dan terdiri dari selubung
protein, asam nukleat, enzim virus dan, kadang-kadang, selubung lipid, tidak
seperti struktur kompleks pada jamur, cacing, dan protozoa. Selain itu, virus
17. 14
menggunakan mesin seluler inang untuk bereplikasi, sehingga merupakan patogen
obligat intraseluler.(Kausar et al,2021)
Karakteristik tersebut menimbulkan kesulitan dalam pengembangan obat
dengan toksisitas selektif terhadap virus. Virus adalah agen ultra mikroskopis
yang memiliki DNA atau RNA sebagai materi genetik dan diketahui
menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Pertarungan antara manusia dan virus adalah proses yang berkelanjutan, karena
keduanya akan mengadopsi strategi berbeda untuk melawan satu sama lain.
Pengembangan obat antivirus adalah proses yang membosankan dan melibatkan
banyak tahapan seperti identifikasi dan penyaringan target, pembuatan dan
optimalisasi prospek, studi klinis dan registrasi obat, dil.s Pengembangan obat
antivirus yang dinamis merupakan kebutuhan yang mendesak, karena infeksi virus
telah menyebabkan jutaan kematian pada manusia di seluruh dunia selama
peradaban manusia. ( Kausar et al,2021)
Persetujuan obat antivirus pertama 'idoxuridine' pada bulan Juni 1963 telah
membuka era baru dalam pengembangan obat antivirus. Sejak itu, sejumlah obat
dengan potensi antivirus telah dikembangkan untuk penggunaan klinis dalam
pengobatan jutaan manusia di seluruh dunia. Obat antivirus adalah kelas obat
yang khusus digunakan untuk pengobatan infeksi virus. Obat antivirus khusus
digunakan untuk mengobati virus tertentu seperti halnya antibiotic untuk
bakteri.(Kausar et al,2021)
Obat antivirus, tidak seperti kebanyakan antibiotik, tidak menghancurkan
patogen targetnya; justru menghambat perkembangannya. Karena virus
menggunakan sel inang untuk bereplikasi, maka sulit untuk merancang obat
antivirus yang aman dan efektif. Oleh karena itu, sulit menemukan target obat
yang dapat mengganggu virus tanpa merusak sel inang. Selain itu, komplikasi
utama dalam pengembangan obat dan vaksin antivirus disebabkan oleh variasi
virus. (Kausar et al,2021)
18. 15
Meskipun terdapat peralatan modern dan langkah-langkah pengendalian
kualitas yang ketat, hanya sedikit obat antivirus yang tersedia untuk digunakan
pada manusia baik karena efek samping atau resistensi terhadap obat antivirus.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang virus, mekanisme infeksinya, dan
pesatnya perkembangan strategi dan teknik antivirus baru akan mempercepat
pengembangan obat antivirus baru.( Kausar et al, 2021)
a. Virus DNA
Virus seperti poxvirus, herpes, adenovirus, dan virus papiloma biasanya
mengandunG DNA beruntai ganda, sehingga menyisakan DNA satu digit. Virus
DNA memasuki pusat sel dan menghasilkan virus baru.
b. Virus RNA
Virus RNA termasuk influenza, campak, gondok, pilek, meningitis,
polioretrovirus (AIDS, leukemia sel T), virus arena, semuanya dipertimbangkan,
RNA deskriptor tunggal (ssRNA). Virus RNA tidak masuk ke pusat sel (selain
kontaminasi virus flu musim ini). RNA virus kemudian digunakan untuk
membuat salinan DNA dari RNA virus, yang diatur oleh genom inang diikuti oleh
retrovirus (Kausar et al,2021)
Langkah-langkah infeksi virus ;
Infeksi virus melibatkan masuknya DNA virus ke dalam sel inang, replikasi
DNA tersebut dan pelepasan virus baru. Enam langkah replikasi virus meliputi
perlekatan virus, invasi, pelepasan lapisan, replikasi, perakitan, dan pelepasan.
1. Virus menempel pada sel inang dan menyuntikkan materi genetiknya ke
dalam sel inang selama tahap perlekatan dan penetrasi.
2. Pada langkah selanjutnya, DNA atau RNA virus itu sendiri dimasukkan ke
dalam materi genetik sel inang dan mendorongnya untuk mereplikasi
genom virus. Langkah ini melibatkan pelepasan lapisan, replikasi, dan
perakitan selama siklus hidup virus.
19. 16
3. Selama pelepasan, sel inang melepaskan virus yang baru dibuat, baik
melalui pemecahan sel, menunggu kematian sel, atau dengan bertunas
melalui membran sel ( Kausar et al 2021)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa :
20. 17
1. Antimikroba ( antijamur, antivirus, dan antibakteri) merupakan zat yang
digunakan untuk membunuh mikroba( jamur, virus, dan bateri).
2. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat mikroba jenis lain.
3. Resistensi adalah kondisi berkurangnya anntimikroba(antibiotik, antivirus,
dan anti jamur) dalam membunuh mikroba.
3.2 SARAN
Sebagai penutup kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber
informasi yang berguna. Kami mendoromg para pembaca untuk meningkatan
kesadaran tentang resistensi antimikroba yang menurut kami sangat penting dalam
upaya mengatasi ancaman infesksi yang sulit untu diobati.
DAFTAR PUSTAKA
Andiarna, F., Irul, H., & Eva, A. (2020).,Pendidikan Kesehatan tentang
Penggunaan Antibiotik secara Tepat dan Efektif sebagai Upaya Mengatasi
Resistensi Obat. Journal of Community Engagement and Employment,
2(1), 15–22.
21. 18
Anggita, D ., Nuraisya,s., & Wiriansyah,P,Edwar., (2022) . Mekanisme Kerja
Antibiotik.,UMI Medical Journal., Vol.7.No.1 46-58
Dwinta,E ., Estiningsih,D ., Nurindah, E., K,Nurul., Rizal,F.,F,Annisa.,
W,S,Ari.,(2021), PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN
KEPEDULIAN KESEHATAN MASYARAKAT TERHADAP
RESISTENSI ANTIMIKROBA DENGAN MEDIA KOMUNIKASI
RADIO., Journal Epmas: Edukasi dan Pengabdian Masyarakat, Vol.
No.1, 025-032
Habibi,R,A., Johannes, E., & Sulfahri., 2022, Potensi Senyawa Bioaktif
Bajakah Spatholobus litoralis Hassk Sebagai Antimikroba Dengan Cara
In-Vitro dan In-Silico
,Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (1) 38 – 44
Herkamela., & Y,W, Satya.,(2022)., Berbagai bahan alam sebagai antijamur
Malassazia Sp., Jurnal Kedokteran Syiah Kuala., xx (x): 1xx-1xx, Aprxx
20xx
Kausar,S., Khan,S,F., Rehman,U,M,I,M.,Akram,M.,
Riaz,M.,Rasool,G.,Khan,H,A.,Saleem,I.,S,Saba.,&M,Arif.,(2021)., A
review : Mechanism of action antiviral drugs., International Journal of
Immunopathology and Pharmacology Vol 35: 1-12
Komala,O., Yulianita.,& S,R , Fuji.,(2019), AKTIVITAS ANTIJAMUR
EKSTRAK ETANOL 50% DAN ETANOL 96% DAUN PACAR KUKU
Lawsonia inermis L TERHADAP Trichophyton mentagrophytes.,
Ekologia: Jurnal Ilmiah Dasar dan Lingkungan Hidup., Vol. 19 No.1 12 -
19
Pitoy, A,N., Yudistira,A., & Wewengkang,D., (2019) , UJI ANTIMIKROBA
EKSTRAK DAN FRAKSI TUNIKATA Didemnum molle TERHADAP
PERTUMBUHAN Escherichia coli, Staphylococcus aureus, DAN
Candida albicans YANG DIKOLEKSI Antibiotik.,UMI Medical Journal
22. 19
Vol.7 No.1 46-58DI SELAT LEMBEH BITUNG., PHARMACON–
PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM
RATULANGI, Volume 8 Nomor 2
Pusporini, R., 2019. Antibiotik Kedokteran Gigi Pedoman Peraktis Bagi
Dokter Gigi., UB Press, Brawijaya, Malang.
Simamora,S., Sarmadi.,R,R,Mona.,&S,Ferawati.,(2021)., PENGENDALIAN
RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK MELALUI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM KELOMPOK
MASYARAKAT (Bacterial Resistance Control Of Antibiotics Through
Empowerment Of Women In Community Groups), Jurnal Abdikemas
Vol.3 No.1 12-20
Sulfahri., J, E., & Habibi,A,R., (2022).,Potensi Senyawa Bioaktif Bajakah
Spatholobus litoralis Hassk Sebagai Antimikroba Dengan Cara In-Vitro
dan In-Silico.,Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (1), (2022). 38 - 4
Wonga ,M,T,F ., Stefanny., S,Y,Reni., Mulyadi ., Makkasau.,T,E,Priska.,
Harun,I,A., A,S,Widy., & Muntasir.,(2021), ANTIBIOTIK DAN
RESISTENSI ANTIBIOTIK., Penerbit:Rizmedia Pustaka Indonesia,
Makssar , Isbn: 978-623-98733-6-3
Woris,C.,N,Diana., & R, Sari.,(2021), Uji Aktivitas Antijamur Ekstra Etanol
Umbi Bawang Dayak ( Eleutherine americana (Aubl.) Merr. Ex K.
Heyne.) terhadap Trichophyton mentagrophytes secara In Vitro, Jurnal
Kesehatan Andalas, Vol.6 No.3 685-689