Intisari pemikiran Bapak Fenomenologi Edmund Husserl
Bagian dari seri kuliah Departemen Komunikasi Universitas Airlangga
Disusun oleh Angga Prawadika Aji, S.I.P., M.A.
Mengedepankan wacana tentang Edmund Husserl tidak boleh tidak harus menyentuh core ideanya tentang filsafat, yaitu “Fenomenologi”, sebab dialah yang – paling tidak hingga saat ini – dianggap sebagai pendiri aliran pemikiran ini. Bertens, dalam salah satu tulisannya, menyatakan bahwa selaku pendiri aliran fenomenologi, Husserl telah mempengaruhi filsafat abad kita ini secara amat mendalam.[1] Sebegitu mendalamnya pengaruh pemikiran Edmund Husserl terhadap pemikiran filsafat abad ini, Delfgaauw, seorang filosof Belanda, bahkan dengan tegas menyatakan bahwa filsafat jaman kita (ini) dipengaruhi secara mendalam oleh fenomenologi yang diajarkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).[2]
filsafatt tidak bertentangan dengan islam. bahkan umat islam wajib atau sekurang-kurangnya dianjurkan mempelajarinya. sebab, tugas filsafat tidak lain adalah berfikir secara mendalam tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala yang ada.
Mengedepankan wacana tentang Edmund Husserl tidak boleh tidak harus menyentuh core ideanya tentang filsafat, yaitu “Fenomenologi”, sebab dialah yang – paling tidak hingga saat ini – dianggap sebagai pendiri aliran pemikiran ini. Bertens, dalam salah satu tulisannya, menyatakan bahwa selaku pendiri aliran fenomenologi, Husserl telah mempengaruhi filsafat abad kita ini secara amat mendalam.[1] Sebegitu mendalamnya pengaruh pemikiran Edmund Husserl terhadap pemikiran filsafat abad ini, Delfgaauw, seorang filosof Belanda, bahkan dengan tegas menyatakan bahwa filsafat jaman kita (ini) dipengaruhi secara mendalam oleh fenomenologi yang diajarkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).[2]
filsafatt tidak bertentangan dengan islam. bahkan umat islam wajib atau sekurang-kurangnya dianjurkan mempelajarinya. sebab, tugas filsafat tidak lain adalah berfikir secara mendalam tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala yang ada.
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metodologi fenomenologi, atau cara manusia berada
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metodologi fenomenologi, atau cara manusia berada
Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka pada zaman Moderen. Filsafat moderen di Barat ditandai dengan berkembanganya kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
3. ‘Fenomenologi’ mengacu pada alur filosofis, serta
pada metodologi penelitian.
Fenomenologist berpendapat bahwa sebuah studi
atas fenomena adalah tujuan filosofis yang paling
tepat dan mendasar.
4. Antara Form (realitas, tangan) dan Phenomenon
(pengalaman atas realitas, bayangan kelinci)
5. Inti Pertanyaan Fenomenologi
Pertentangan mengenai bisa atau tidaknya manusia
untuk mengindera realita obyektif telah menjadi
pertentangan obyektif sejak lama.
Fenomenologi pada intinya adalah upaya untuk
menjawab pertanyaan yang paling mendasar:
“ Bagaimana kita bisa tahu dunia, as it really is? “
6. Rasionalisme Empirisisme FenomenologiVS VS
Pemikiran Edmund Husserl dapat dijelaskan melalui bagan di
atas. Perdebatan antara Rene Descartes (rasionalisme), John
Locke (Empirisisme), dan Edmund Husserl (Fenomenologi)
7. Rasionalisme
Rene Descartes juga menanyakan
pertanyaan yang sama.
Melalui prinsip keraguan radikal,
satu-satunya hal yang kita ketahui
secara pasti dan tanpa ragu
hanyalah bahwa kita sedang
melakukan pertanyaan. Cogito Ergo
Sum.
Pandangan Rene Descartes disebut
sebagai Rasionalisme. Rasionalis
percaya adanya innate knowledge
tentang dunia dari setiap diri
manusia.
8. Empirisisme
Empirisisme di sisi lain menolak
segala hal yang tidak dapat
diobservasi fenomenanya.
Empirisisme menolak segala hal
yang berada di luar dunia fisik,
seperti ide dan jiwa.
Empirisisme tidak percaya pada
innate knowledge.Pengetahuan
didapat dari pengalaman (yaitu
apa yang bisa diindra).
Pendukung utama Empirisisme
diantaranya John Locke dan Daid
Hume.
9. Tiga Aliran Fenomenologi
FENOMENOLOGI HERMENEUTIK /
INTEPRETIVE
Martin Heidegger 1927
FENOMENOLOGI
TRANSEDENTAL
“ AYAH “ FENOMENOLOGI
Edmund Husserl 1920
FENOMENOLOGI
EKSISTENSIAL
Merleau-Ponty dan Jean Paul-
Satre
KONFLIK
VARIAN
10. Transendental Fenomenologi
Edmund Husserl (1859-1938)
Kontra dengan Descartes (Rasionalisme) dan Locke
(Empirisisme). Fenomenologi adalah upaya untuk menolak
positivisme.
Percaya bahwa jalan untuk mendapat pengetahuan adalah
dengan berfokus pada studi atas pengalaman kita.
“Mengetahui sesuatu” hanya dapat dicapai dengan kesadaran
(conciousness). Fenomenologi melihat bahwa pengalaman
pribadi adalah ‘lensa melihat kebenaran sejati’.
11. Elemen penting dari pandangan Husserl ialah mengenai
intentionality (directedness of experience towards things in
the world, ke-maksud-an). Intinya, semua aksi sadar selalu
memiliki maksud tertentu.
Menurut fenomenologi Husserlian klasik, pengalaman kita
atas dunia hanya bisa didapat lewat konsep, pemikiran, ide,
dan gambaran khusus.
12. Tujuan Utama Fenomenologi
Di dalam jangkauan pengalaman-pengalaman unik yang ada,
terdapat karakteristik fenomena yang lebih luas,
trancending, esensial, dan tidak berubah. Metode
fenomenologi pada dasarnya ingin menangkap karakter
fenomena ini pada akhirnya.
13. Bagi seorang fenomenologist, tidak ada obyek
tanpa subyek, dan tidak ada subyek tanpa
obyek. Hanya lewat intentionality kesadaran
kita tahu sebuah benda itu ‘ada’. Hanya lewat
kita melakukan aksi kesadaran, misalnya
melihat laptop, kita tahu kita ‘ada’.
Bandingkan pola pikir ini dengan rasionalisme
dan empirisisme.
14. “Back to the Things Themselves”
Husserl menyatakan bahwa pengetahuan sejati harus kembali
ke fenomena itu sendiri, yang dilihat oleh manusia, kemudian
melihatnya tanpa ada prasangka apapun.
15. CONTOH :
Katakanlah sekarang Anda melihat obyek penelitian
tertentu. Misalnya laptop.
Apa pengalaman atas sebuah laptop? Setiap orang bisa
berbeda. Bagi mahasiswa, alat mengerjakan tugas. Bagi
gamer, tempat bermain game. Bagi ibu-ibu sosialita, simbol
status.
Fenomenologi berupaya mendeskripsikan pengalaman dari
pihak yang diteliti. Perasaan, emosi, fantasi, harapan, dll.
tanpa ada prasangka apapun.
Hasilnya adalah pengetahuan.
16. KRITIK EDMUND HUSSERL ATAS SAINS
Metode saintifik, menurut Husserl, adalah
delusional. Termasuk di dalamnya upaya untuk
meng-observasi dunia, menentukan pola, atau rumus
dan formula.
Alasannya karena perhatian peneliti (researcher
conciousness) selalu diarahkan pada pengalaman
atas obyek, maka peneliti hanya dapat membuktikan
akurasi dari asumsi awal mereka.
17. Noesis dan Noema
Husserl menggunakan dua istilah ini untuk membedakan
dua proses kesadaran (conciousness) :
Proses intensional (maksud) dari kesadaran disebut dengan
Noesis. Fenomenologi sendiri sebenarnya adalah upaya
untuk menjelaskan obyek dari kesadaran.
Konteks ideal dari Noesis disebut dengan Noema.
Fenomenologi juga berupaya menjelaskan kesadaran itu
sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomenologi
berupaya mendeskripsikan dunia secara saintifik dan
psikologis.
18. Reduksi Fenomenologis
Kembali ke soal laptop:
Kita semua memiliki pengalaman dengan laptop. Artinya kita semua
memiliki noesis terhadap laptop.
Walaupun demikian, kita tidak bisa mencapai noema atau ‘sesuatu itu
sendiri’ (the thing in itself) karena kita sendiri tidak memahami basis
psikologis, skematis, dan saintifik dimana noesis kita berada. Mudahnya,
kita mungkin bisa menjelaskan pengalaman kita tentang suatu hal. Tapi
kita tidak bisa menjelaskan tentang bagaimana kita bisa memiliki
pengalaman itu karena kita idak paham basis psikologis, ideologi, saintifik
kita sendiri.
Menurut Husserl, yang harus dilakukan adalah dengan melakukan reduksi
radikal. Kita harus bisa keluar dari sikap kita sehari-hari atas pengalaman
tersebut dan menunda semua prasangka (epoche) atas obyek tersebut.
19. Dalam reduksi fenomenologis, seorang
fenomenologis harus menghilangkan konsepsi
teoretis dan tematisasi melatarbelakangi sebuah
obyek yang dipelajari.
Epoche pada dasarnya adalah momen dimana kita
keluar dari rutinitas pengalaman kita sehari-sehari
pada umumnya.
Moment ini yang kemudian oleh Husserl disebut
transedental.