SlideShare a Scribd company logo
FENOMENOLOGI
Arinto Nurcahyono
Fakultas Psikologi UNISBA
artnur@gmail.com
@artnur
Etimologi FENOMENOLOGI
 Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata
fenomena dan logos.
 kata fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai”
yang berarti menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi,
fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya.
 Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena
bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya.
 Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau
sesuatu yang menampakkan.
Dua Sudut Fenomena
 Pertama, fenomena selalu “menunjuk ke luar” atau
berhubungan dengan realitas di luar pikiran.
 Dua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena selalu
berada dalam kesadaran kita. Maka dalam memandang
fenomena harus terlebih dahulu melihat “penyaringan” (ratio),
sehingga mendapatkan kesadaran yang murni.
Pengertian fenomenologi
 Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi ideal
dari obyek-obyek sebagai korelat kesadaran.
 Pertanyaannya, bagaimana esensi-esensi tersebut, tanpa terkontaminasi
kecenderungan psikologisme dan naturalisme?
 Husserl mengajukan satu prosedur yang dinamakan epoche (penundaan semua
asumsi tentang kenyataan demi memunculkan esensi). Tanpa penundaan
asumsi naturalisme dan psikolgisme, kita akan terjebak pada dikotomi.
 Dikotomi diartikan sebagai klasifikasi ke dalam dua kelas sebagai sifat-sifat
paradoks yang berpasangan; pembagian dua konsep yang bertentangan satu
sama lain) (subyek-obyek yang menyesatkan/bertentangan satu sama lain).
 Tujuan epoche adalah mengembalikan sikap kita kepada dunia, yakni sikap
yang menghayati, bukan memikirkan benda-benda.
 Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran
dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan
kesadaran.
 Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis
untuk menyelidiki pengalaman manusia.
 Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis,
sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan
tidak dogmatis.
 Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna
merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran
manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari
pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti
 Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali
diperkenalkan oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara
mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur
pengalaman yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu
Intensionalitas dan Intersubyektifitas,
2 Asumsi esensi pengalaman
 Setiap hari manusia sibuk dengan aktifitas dan aktifitas itu penuh dengan pengalaman.
Esensi dari pengalaman dibangun oleh dua asumsi
 Pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran.
Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang
bersifat subyektif.
 Kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika melihat
mobil melewati kita, kita berpikir siapa yang mengemudikannya, mengharapkan memiliki
mobil seperti itu, kemudian menginginkan pergi dengan mobil itu.
 Sama kuatnya antara ingin bepergian dengan mobil seperti itu, ketika itu pula tidak dapat
melakukannya. Itu semua adalah aktifitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sebuah
sikap yang natural. Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan,
diingat dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi fenomenologi.
 fenomenologis fokus pada sesuatu yang dialami dalam kesadaran individu, yang disebut
sebagai intensionalitas.
Intensionalitas
 Intensionalitas (intentionality), menggambarkan hubungan antara proses yang terjadi dalam
kesadaran dengan obyek yang menjadi perhatian pada proses itu.
 Dalam term fenomenologi, pengalaman atau kesadaran selalu kesadaran pada sesuatu, melihat
adalah melihat sesuatu, mengingat adalah mengingat sesuatu, menilai adalah menilai sesuatu.
 Sesuatu itu adalah obyek dari kesadaran yang telah distimulasi oleh persepsi dari sebuah obyek
yang “real” atau melalui tindakan mengingat atau daya cipta (Smith, etc., 2009: 12).
 Intensionalitas tidak hanya terkait dengan tujuan dari tindakan manusia, tetapi juga merupakan
karakter dasar dari pikiran itu sendiri. Pikiran tidak pernah pikiran itu sendiri, melainkan selalu
merupakan pikiran atas sesuatu. Pikiran selalu memiliki obyek. Hal yang sama berlaku untuk
kesadaran.
 Intensionalitas adalah keterarahan kesadaran (directedness of consciousness). Dan
intensionalitas juga merupa-kan keterarahan tindakan, yakni tindakan yang bertujuan pada satu
obyek.
Intersubyektifitas
 menurut Heidegger pandangan lain dalam konsep fenomenologi adalah
mengenai person (orang) yang selalu tidak dapat dihapuskan dari dalam
konteks dunianya (person-in-context) dan intersubyektifitas.
 Keduanya juga merupakan central dalam fenomenologi. Intersubyektifitas
berhubungan dengan peranan berbagi (shared), tumpang tindih (over-
lapping) dan hubungan alamiah dari tindakan di dalam alam semesta.
 Intersubyektifitas adalah konsep untuk menjelaskan hubungan dan perkiraan
pada kemampuan mengkomunikasikan dengan orang lain dan membuat
rasa (make sense) pada yang lain. Relatedness-to-the world merupakan
bagian yang fundamental dari konstitusi fenomenologis.
Metode Fenomenologi Husserl
 Husserl mengembangkan metode fenomenologi yang
direncanakan untuk mengidentifikasi struktur inti dan ciri khas
(feature) dari pengalaman manusia.
 Untuk itu, perlu memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari
taken-for-granted (menduga untuk pembenaran) dari cara-cara
hidup yang familiar, setiap hari alam semesta adalah obyek.
 Untuk itu perlu kategori untuk taken-for-granted pada suatu obyek
(alam semesta) agar memusatkan persepsi kita pada obyek (alam
semesta).
Rangkian Metode Fenomenologi Husserl
 Supaya dengan intuisi kita dapat menangkap hakekat obyek-
obyek, maka dibutuhkan tiga reduksi.Reduksi-reduksi ini yang
menyingkirkan semua hal yang mengganggu kalau kita ingin
mencapai wesenschau.
 Reduksi pertama: menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif. Sikap
kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus “diajak bicara”.
 Dua: menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diselidiki
dan diperoleh dari sumber lain.
 Tiga: menyingkirkan seluruh reduksi pengetahuan. Segala sesuatu yang
sudah dikatakan oleh orang lain harus, untuk sementara dilupakan. Kalau
reduksi-reduksi ini berhasil, gejala sendiri dapat memperlihatkan diri,
menjadi fenomin (memperlihatkan diri).
Fungsi Reduksi
 Masing-masing reduksi memberikan perbedaan lensa atau
prisma, dan perbedaan cara dalam berpikir dan pengambilan
keputusan berdasarkan pemikiran logis tentang fenomena pada
sisi lain.
 Susunan reduksi direncanakan untuk memandu peneliti jauh dari
kebingungan dan salah arah dari asumsi-asumsi dan
prekonsepsi-prekonsepsi dan kembali menuju pada esensi dari
pengalaman dari fenomena yang telah given.
Pencarian Essensi
 Dalam fenomenologi dilakukan pengujian dengan deskripsi dan refleksi terhadap
setiap hal yang penting terutama dari fenomena yang given. Deskripsi dari
pengalaman yang fenomenologis hanya merupakan tahap pertama.
 Yang real/nyata dilakukan dalam pengujian adalah untuk mendapatkan
pengalaman dengan lebih general.
 Pengujian dilakukan dengan mencoba dan menetapkan apakah inti dari
pengalaman subyektif dan apakah essensi atau ide dari obyek dilakukan dalam
pengujian adalah untuk mendapatkan pengalaman dengan lebih general.
 Pengujian dilakukan dengan mencoba dan menetapkan apakah inti dari
pengalaman subyektif dan apakah essensi atau ide dari obyek.
Melakukan Refleksi
 Fenomenologi juga mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung atau refleksi
terhadap gejala/fenomena.
 Dengan refleksi ini akan mendapatkan pengertian yang benar dan sedalam-dalamnya.
 Dalam fenomenologi hendak melihat apa yang dialami oleh manusia dari sudut pandang
orang pertama, yakni dari orang yang mengalaminya.
 Fokus fenomenologi bukan pengalaman partikular, melainkan struktur dari pengalaman
kesadaran, yakni realitas obyektif yang mewujud di dalam pengalaman subyektif orang
per orang.
 Fenomenologi berfokus pada makna subyektif dari realitas obyektif di dalam kesadaran
orang yang menjalani aktivitas kehidupannya sehari-hari.
Fenomenologi Hermeneutik
 Teori tentang interpretative ini bermula dari teori hermeneutik. Hakekat dari
metode hermeneutik adalah metode interpretasi, memahami suatu gejala dari
bahasanya baik lisan maupun tulisan, dan bertujuan ingin mengetahui suatu
gejala dari gejala itu sendiri yang dikaji secara mendalam.
 Teoris-teoris hermeneutik perhatian pada apa metode dan tujuan dari
interpretasi itu sendiri. Apakah mungkin untuk mengkover maksud atau makna
yang original dari seorang author? Apakah hubungan antara konteks dari
produksi teks (pada sejarah di masa lalu) dengan konteks dari interpretasi teks
(relevansinya dengan kehidupan sekarang).
Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau
Interpretative Phenomenologi Analysis (IPA)
 Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau Interpretative Phenomenologi Analysis (IPA)
bertujuan untuk mengungkap secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal
dan sosialnya.
 Sasaran utamanya adalah makna berbagai pengalaman, peristiwa, status yang dimiliki oleh
partispan. Juga berusaha mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada
pesepsi atau pendapat personal seseorang individu tentang obyek atau peristiwa.
 IPA berusaha memahami secara “seperti apa” dari sudut pandang partisipan untuk dapat
berdiri pada posisi mereka. “Memahami” dalam hal ini memiliki dua arti, yakni memahami-
interpretasi dalam arti mengidentifikasi atau berempati dan makna kedua memahami dalam
arti berusaha memaknai.
 IPA menekankan pembentukan-makna baik dari sisi partisipan maupun peneliti sehingga
kognisi menjadi analisis sentral, hal ini berarti terdapat aliansi teoritis yang menarik dengan
paradigma kognitif yang sering digunakan dalam psikologi kontemporer yang membahas
proses mental.
 IPA berusaha memahami secara “seperti apa” dari sudut pandang
partisipan untuk dapat berdiri pada posisi mereka. “Memahami” dalam
hal ini memiliki dua arti, yakni memahami-interpretasi dalam arti
mengidentifikasi atau berempati dan makna kedua memahami dalam
arti berusaha memaknai.
 IPA menekankan pembentukan-makna baik dari sisi partisipan maupun
peneliti sehingga kognisi menjadi analisis sentral, hal ini berarti
terdapat aliansi teoritis yang menarik dengan paradigma kognitif yang
sering digunakan dalam psikologi kontemporer yang membahas
proses mental.

More Related Content

What's hot

Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
ontologi
ontologiontologi
ontologi
Cecep Kustandi
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
Yuliana Aminulloh
 
Dekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques DerridaDekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques Derrida
Bibriyanti Utami Putri
 
Periodisasi sastra indonesia
Periodisasi sastra indonesiaPeriodisasi sastra indonesia
Periodisasi sastra indonesia
Ira Chumairoh
 
Ruang Lingkup Pers
Ruang Lingkup PersRuang Lingkup Pers
Ruang Lingkup Pers
Angel Purwanti
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lainIrman Aras
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
rochiel13
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
Swig WuNafik
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosialmasnasikin
 
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi KomunikasiKontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Intan Putri Cahyani
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Nick V
 
ABDUKSI & DEDUKSI
ABDUKSI & DEDUKSIABDUKSI & DEDUKSI
ABDUKSI & DEDUKSI
Radyastuti
 
JENIS-JENIS BERITA.pdf
JENIS-JENIS BERITA.pdfJENIS-JENIS BERITA.pdf
JENIS-JENIS BERITA.pdf
NurFitrianiRachman
 
Sistem komunikasi pedesaan
Sistem komunikasi pedesaanSistem komunikasi pedesaan
Sistem komunikasi pedesaanMuchlis Soleiman
 
Implikatur Percakapan
Implikatur PercakapanImplikatur Percakapan
Implikatur Percakapan
Santuso
 

What's hot (20)

Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
ontologi
ontologiontologi
ontologi
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Dekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques DerridaDekonstruksi Jacques Derrida
Dekonstruksi Jacques Derrida
 
Periodisasi sastra indonesia
Periodisasi sastra indonesiaPeriodisasi sastra indonesia
Periodisasi sastra indonesia
 
Sumber Pengetahuan
Sumber PengetahuanSumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan
 
Ruang Lingkup Pers
Ruang Lingkup PersRuang Lingkup Pers
Ruang Lingkup Pers
 
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
02. korelasi  antropologi dan ilmu lain02. korelasi  antropologi dan ilmu lain
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosial
 
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi KomunikasiKontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
 
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologiPpt 1 dasar dasar antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Pengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipaPengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipa
 
ABDUKSI & DEDUKSI
ABDUKSI & DEDUKSIABDUKSI & DEDUKSI
ABDUKSI & DEDUKSI
 
2. adorno
2. adorno2. adorno
2. adorno
 
JENIS-JENIS BERITA.pdf
JENIS-JENIS BERITA.pdfJENIS-JENIS BERITA.pdf
JENIS-JENIS BERITA.pdf
 
Sistem komunikasi pedesaan
Sistem komunikasi pedesaanSistem komunikasi pedesaan
Sistem komunikasi pedesaan
 
Implikatur Percakapan
Implikatur PercakapanImplikatur Percakapan
Implikatur Percakapan
 

Similar to FENOMENOLOGI.pptx

FENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptxFENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptx
Zainal78
 
filsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docxfilsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docx
AyuDiah46
 
Rangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologiRangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologiNasria Ika
 
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologiFilsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
TatiWulandari2
 
Fenomenologi Edmund Husserl
Fenomenologi Edmund HusserlFenomenologi Edmund Husserl
Fenomenologi Edmund Husserl
Angga Prawadika Aji
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
Muhammad Marhaban
 
FENOMENOLOGI.docx
FENOMENOLOGI.docxFENOMENOLOGI.docx
FENOMENOLOGI.docx
mettasatya
 
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
ImeldaSudarmadji
 
Konsep
KonsepKonsep
Fenomenologis
FenomenologisFenomenologis
Fenomenologis
Ananto Wibowo
 
Siti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasiSiti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasi
SITINURIAH1
 
Pertemuan ke 5
Pertemuan ke 5Pertemuan ke 5
Pertemuan ke 5setiawan02
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
FENY DYAH
 
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptxPPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
MuhammadIswin3
 
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptxAQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
fiafifahNur
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
Arib Anang Ma'ruf
 
Materi Psikologi Semester 1 pgsd
Materi Psikologi Semester 1 pgsdMateri Psikologi Semester 1 pgsd
Materi Psikologi Semester 1 pgsdBagasBlogger
 
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUANPENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
Pia Yuningsih Saragih
 

Similar to FENOMENOLOGI.pptx (20)

FENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptxFENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptx
 
filsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docxfilsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docx
 
Rangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologiRangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologi
 
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologiFilsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
Filsafat Ilmu metode penelitian fenomenologi
 
filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1
 
Fenomenologi Edmund Husserl
Fenomenologi Edmund HusserlFenomenologi Edmund Husserl
Fenomenologi Edmund Husserl
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
 
FENOMENOLOGI.docx
FENOMENOLOGI.docxFENOMENOLOGI.docx
FENOMENOLOGI.docx
 
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
310614033-3-Fenomenologi.pdf promosi kesehatan
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Fenomenologis
FenomenologisFenomenologis
Fenomenologis
 
Siti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasiSiti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasi
 
Pertemuan ke 5
Pertemuan ke 5Pertemuan ke 5
Pertemuan ke 5
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
 
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptxPPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
PPT PENDEKATAN FENOMOLOGIS.pptx
 
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptxAQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
 
Materi Psikologi Semester 1 pgsd
Materi Psikologi Semester 1 pgsdMateri Psikologi Semester 1 pgsd
Materi Psikologi Semester 1 pgsd
 
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUANPENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
 

Recently uploaded

436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 

Recently uploaded (10)

436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 

FENOMENOLOGI.pptx

  • 1. FENOMENOLOGI Arinto Nurcahyono Fakultas Psikologi UNISBA artnur@gmail.com @artnur
  • 2. Etimologi FENOMENOLOGI  Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos.  kata fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai” yang berarti menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya.  Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya.  Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan.
  • 3. Dua Sudut Fenomena  Pertama, fenomena selalu “menunjuk ke luar” atau berhubungan dengan realitas di luar pikiran.  Dua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena selalu berada dalam kesadaran kita. Maka dalam memandang fenomena harus terlebih dahulu melihat “penyaringan” (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang murni.
  • 4. Pengertian fenomenologi  Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelat kesadaran.  Pertanyaannya, bagaimana esensi-esensi tersebut, tanpa terkontaminasi kecenderungan psikologisme dan naturalisme?  Husserl mengajukan satu prosedur yang dinamakan epoche (penundaan semua asumsi tentang kenyataan demi memunculkan esensi). Tanpa penundaan asumsi naturalisme dan psikolgisme, kita akan terjebak pada dikotomi.  Dikotomi diartikan sebagai klasifikasi ke dalam dua kelas sebagai sifat-sifat paradoks yang berpasangan; pembagian dua konsep yang bertentangan satu sama lain) (subyek-obyek yang menyesatkan/bertentangan satu sama lain).  Tujuan epoche adalah mengembalikan sikap kita kepada dunia, yakni sikap yang menghayati, bukan memikirkan benda-benda.
  • 5.  Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran.  Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia.  Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis.
  • 6.  Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti  Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu Intensionalitas dan Intersubyektifitas,
  • 7. 2 Asumsi esensi pengalaman  Setiap hari manusia sibuk dengan aktifitas dan aktifitas itu penuh dengan pengalaman. Esensi dari pengalaman dibangun oleh dua asumsi  Pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif.  Kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika melihat mobil melewati kita, kita berpikir siapa yang mengemudikannya, mengharapkan memiliki mobil seperti itu, kemudian menginginkan pergi dengan mobil itu.  Sama kuatnya antara ingin bepergian dengan mobil seperti itu, ketika itu pula tidak dapat melakukannya. Itu semua adalah aktifitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sebuah sikap yang natural. Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan, diingat dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi fenomenologi.  fenomenologis fokus pada sesuatu yang dialami dalam kesadaran individu, yang disebut sebagai intensionalitas.
  • 8. Intensionalitas  Intensionalitas (intentionality), menggambarkan hubungan antara proses yang terjadi dalam kesadaran dengan obyek yang menjadi perhatian pada proses itu.  Dalam term fenomenologi, pengalaman atau kesadaran selalu kesadaran pada sesuatu, melihat adalah melihat sesuatu, mengingat adalah mengingat sesuatu, menilai adalah menilai sesuatu.  Sesuatu itu adalah obyek dari kesadaran yang telah distimulasi oleh persepsi dari sebuah obyek yang “real” atau melalui tindakan mengingat atau daya cipta (Smith, etc., 2009: 12).  Intensionalitas tidak hanya terkait dengan tujuan dari tindakan manusia, tetapi juga merupakan karakter dasar dari pikiran itu sendiri. Pikiran tidak pernah pikiran itu sendiri, melainkan selalu merupakan pikiran atas sesuatu. Pikiran selalu memiliki obyek. Hal yang sama berlaku untuk kesadaran.  Intensionalitas adalah keterarahan kesadaran (directedness of consciousness). Dan intensionalitas juga merupa-kan keterarahan tindakan, yakni tindakan yang bertujuan pada satu obyek.
  • 9. Intersubyektifitas  menurut Heidegger pandangan lain dalam konsep fenomenologi adalah mengenai person (orang) yang selalu tidak dapat dihapuskan dari dalam konteks dunianya (person-in-context) dan intersubyektifitas.  Keduanya juga merupakan central dalam fenomenologi. Intersubyektifitas berhubungan dengan peranan berbagi (shared), tumpang tindih (over- lapping) dan hubungan alamiah dari tindakan di dalam alam semesta.  Intersubyektifitas adalah konsep untuk menjelaskan hubungan dan perkiraan pada kemampuan mengkomunikasikan dengan orang lain dan membuat rasa (make sense) pada yang lain. Relatedness-to-the world merupakan bagian yang fundamental dari konstitusi fenomenologis.
  • 10. Metode Fenomenologi Husserl  Husserl mengembangkan metode fenomenologi yang direncanakan untuk mengidentifikasi struktur inti dan ciri khas (feature) dari pengalaman manusia.  Untuk itu, perlu memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari taken-for-granted (menduga untuk pembenaran) dari cara-cara hidup yang familiar, setiap hari alam semesta adalah obyek.  Untuk itu perlu kategori untuk taken-for-granted pada suatu obyek (alam semesta) agar memusatkan persepsi kita pada obyek (alam semesta).
  • 11. Rangkian Metode Fenomenologi Husserl  Supaya dengan intuisi kita dapat menangkap hakekat obyek- obyek, maka dibutuhkan tiga reduksi.Reduksi-reduksi ini yang menyingkirkan semua hal yang mengganggu kalau kita ingin mencapai wesenschau.  Reduksi pertama: menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif. Sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus “diajak bicara”.  Dua: menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diselidiki dan diperoleh dari sumber lain.  Tiga: menyingkirkan seluruh reduksi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan oleh orang lain harus, untuk sementara dilupakan. Kalau reduksi-reduksi ini berhasil, gejala sendiri dapat memperlihatkan diri, menjadi fenomin (memperlihatkan diri).
  • 12. Fungsi Reduksi  Masing-masing reduksi memberikan perbedaan lensa atau prisma, dan perbedaan cara dalam berpikir dan pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran logis tentang fenomena pada sisi lain.  Susunan reduksi direncanakan untuk memandu peneliti jauh dari kebingungan dan salah arah dari asumsi-asumsi dan prekonsepsi-prekonsepsi dan kembali menuju pada esensi dari pengalaman dari fenomena yang telah given.
  • 13. Pencarian Essensi  Dalam fenomenologi dilakukan pengujian dengan deskripsi dan refleksi terhadap setiap hal yang penting terutama dari fenomena yang given. Deskripsi dari pengalaman yang fenomenologis hanya merupakan tahap pertama.  Yang real/nyata dilakukan dalam pengujian adalah untuk mendapatkan pengalaman dengan lebih general.  Pengujian dilakukan dengan mencoba dan menetapkan apakah inti dari pengalaman subyektif dan apakah essensi atau ide dari obyek dilakukan dalam pengujian adalah untuk mendapatkan pengalaman dengan lebih general.  Pengujian dilakukan dengan mencoba dan menetapkan apakah inti dari pengalaman subyektif dan apakah essensi atau ide dari obyek.
  • 14. Melakukan Refleksi  Fenomenologi juga mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung atau refleksi terhadap gejala/fenomena.  Dengan refleksi ini akan mendapatkan pengertian yang benar dan sedalam-dalamnya.  Dalam fenomenologi hendak melihat apa yang dialami oleh manusia dari sudut pandang orang pertama, yakni dari orang yang mengalaminya.  Fokus fenomenologi bukan pengalaman partikular, melainkan struktur dari pengalaman kesadaran, yakni realitas obyektif yang mewujud di dalam pengalaman subyektif orang per orang.  Fenomenologi berfokus pada makna subyektif dari realitas obyektif di dalam kesadaran orang yang menjalani aktivitas kehidupannya sehari-hari.
  • 15. Fenomenologi Hermeneutik  Teori tentang interpretative ini bermula dari teori hermeneutik. Hakekat dari metode hermeneutik adalah metode interpretasi, memahami suatu gejala dari bahasanya baik lisan maupun tulisan, dan bertujuan ingin mengetahui suatu gejala dari gejala itu sendiri yang dikaji secara mendalam.  Teoris-teoris hermeneutik perhatian pada apa metode dan tujuan dari interpretasi itu sendiri. Apakah mungkin untuk mengkover maksud atau makna yang original dari seorang author? Apakah hubungan antara konteks dari produksi teks (pada sejarah di masa lalu) dengan konteks dari interpretasi teks (relevansinya dengan kehidupan sekarang).
  • 16. Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau Interpretative Phenomenologi Analysis (IPA)  Analisis Fenomenologi Interpretatif (AFI) atau Interpretative Phenomenologi Analysis (IPA) bertujuan untuk mengungkap secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan sosialnya.  Sasaran utamanya adalah makna berbagai pengalaman, peristiwa, status yang dimiliki oleh partispan. Juga berusaha mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada pesepsi atau pendapat personal seseorang individu tentang obyek atau peristiwa.  IPA berusaha memahami secara “seperti apa” dari sudut pandang partisipan untuk dapat berdiri pada posisi mereka. “Memahami” dalam hal ini memiliki dua arti, yakni memahami- interpretasi dalam arti mengidentifikasi atau berempati dan makna kedua memahami dalam arti berusaha memaknai.  IPA menekankan pembentukan-makna baik dari sisi partisipan maupun peneliti sehingga kognisi menjadi analisis sentral, hal ini berarti terdapat aliansi teoritis yang menarik dengan paradigma kognitif yang sering digunakan dalam psikologi kontemporer yang membahas proses mental.
  • 17.  IPA berusaha memahami secara “seperti apa” dari sudut pandang partisipan untuk dapat berdiri pada posisi mereka. “Memahami” dalam hal ini memiliki dua arti, yakni memahami-interpretasi dalam arti mengidentifikasi atau berempati dan makna kedua memahami dalam arti berusaha memaknai.  IPA menekankan pembentukan-makna baik dari sisi partisipan maupun peneliti sehingga kognisi menjadi analisis sentral, hal ini berarti terdapat aliansi teoritis yang menarik dengan paradigma kognitif yang sering digunakan dalam psikologi kontemporer yang membahas proses mental.