Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis obat simpatomimetik yang bekerja dengan merangsang reseptor adrenergik. Termasuk di antaranya epinefrin, norepinefrin, dopamin, dobutamin, efedrin, fenilefrin, terbutalin, digoksin, dan milrinone yang memiliki berbagai penggunaan klinis seperti pengobatan anafilaksis, asma, hipotensi, dan gagal jantung.
7. Epineprine
Penggunaan klinis
pengobatan reaksi alergi yang mengancam jiwa/anafilaksis
asma berat dan bronkospasme
RJP
Adjuvant pada anestesi lokal
Efek
8. NorEpinephrine
Penggunaan Klinis
Potent vasokontriksi Meningkatkan total peripheral vaskular resisten dan mean arterial
pressure
First line agent pada pengobatan hypotensi refrakter pada sepsis
Efek
9. Efek samping
Hati-hati pada pasien gagal jantung kanan
Iskemik organ diakibatkan oleh vasokontriksi berlebihan dan penurunan dari perfusi
renal, splanchic dan hipoperfusi dari organ perifer
10. Dopamin
Farmakologi dopamin sangat kompleks karena katekolamin ini secara berbeda
menstimulasi berbagai reseptor dopaminergik serta adrenergik
Penggunaan klinis
Dosis 0,5 - 3 µg / kg / menit reseptor D1 dan D2 yang mengarah ke vasodilatasi,
penurunan tekanan darah arteri, dan peningkatan aliran darah vaskular ginjal dan
splanchnic Diuresis dan natriuresis
3 - 10 µg / kg / menit reseptor β1
11. > 10 µg / kg / menit), dopamin secara dominan merangsang reseptor α1, memiliki fungsi
yang mirip dengan agonis α murni
12. infus dopamine dan dobutamine dalam kombinasi telah dicatat untuk
menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam cardiac output, pada dosis yang
lebih rendah, daripada yang dapat dicapai oleh salah satu obat saja
14. Penggunaan Klinis
dosis kurang dari 5 μg / kg / menit IV reseptor β1 dan α1 reseptor β2
Pada dosis > 5 µg / kg / menit vasodilatasi lebih lanjut
16. Efedrin
simpatomimetik sintetik tak langsung yang merangsang reseptor α- dan β-
adrenergik)
Efek kardiovaskular efedrin mirip dengan epinefrin, tetapi respon peningkatan
tekanan darah sistemiknya kurang intens dan berlangsung sekitar 10 kali lebih
lama
efek kardiovaskular yang dihasilkan oleh efedrin adalah peningkatan
kontraktilitas miokardial karena aktivasi reseptor β
17. Dosis kedua efedrin menghasilkan respons tekanan darah sistemik yang lebih
rendah daripada dosis pertama. Fenomena ini, dikenal sebagai tachyphylaxis yang
terjadi dengan banyak simpatomimetik. Tachyphylaxis ke efedrin tampaknya
melibatkan inhibisi reseptor α.
18. Fenilefrin
Secara klinis, fenilefrin meniru efek norepinefrin tetapi kurang kuat dan lebih
tahan lama
Fenilefrin terutama merangsang reseptor α1-adrenergik dengan efek langsung,
serta hanya sebagian kecil dari respon farmakologis yang disebabkan oleh
kemampuannya untuk membangkitkan pelepasan norepinefrin (aktivasi tidak
langsung).
19. Penggunaan Klinis
Fenilefrin, 50 sampai 200 mg IV bolus, mengobati tekanan darah sistemik
yang menyertai blokade sistem saraf simpatik yang dihasilkan oleh anestesi
regional dan vasodilatasi perifer setelah pemberian anestesi yang disuntikkan
atau inhalasi
meningkatkan tekanan perfusi koroner tanpa efek samping chronotropic, tidak
seperti kebanyakan simpatomimetik lainnya
20. Agonis β2-Adrenergik selektif
Terbagi menjadi :
durasi aksi menengah (3 sampai 6 jam)
durasi aksi lama (> 12 jam)
Jalur administrasi
oral, melalui inhalasi, subkutan, atau melalui injeksi IV
Agonis β2–-adrenergik inhalasi dapat diberikan sebagai aerosol dari sebuah
nebulizer jet atau ultrasonik, atau yang dapat diberikan dari inhalasi dosis terukur
baik sebagai aerosol yang dihasilkan dari propelan atau sebagai serbuk kering
yang dapat dihirup
21. Terbutalin
Terbutalin adalah agonis β2-adrenergik yang dapat diberikan secara oral, subkutan,
atau dengan inhalasi untuk mengobati asma.
Pemberian subkutan terbutalin (0,25 mg) menghasilkan respon yang serupa
dengan epinefrin, tetapi durasi kerjanya lebih lama
Dosis subkutan dari terbutalin untuk anak-anak adalah 0,01 mg/kg
Diberikan dengan inhaler dosis terukur, dosis harian tidak boleh melebihi 16
hingga 20 puffs, dengan setiap aktuasi dosis terukur sekitar 200 µg
Efek Samping
tremor
22. Glikosida Jantung
Digoxin adalah paling sering digunakan selama periode perioperatif untuk
manajemen supraventrikular tachydysrhythmias (paroxysmal atrial takikardi, atrial
fibrilasi, atrial flushter)
dengan tingkat respon ventrikular yang cepat berdasarkan pada kemampuan
obat-obat ini untuk memperlambat konduksi impuls jantung melalui
atrioventrikular node.
Pemberian propranolol secara intravena atau kombinasi esmolol dengan digoxin
dapat memberikan kontrol yang lebih cepat terhadap supraventrikular
tachydysrhythmias dan meminimalkan kemungkinan toksisitas dengan
mengijinkan penurunan dosis kedua kelas obat tersebut
23. Glikosida jantung juga meningkatkan kontraktilitas miokardial dalam ketiadaan
gagal jantung.
Selain efek inotropik yang positif, glikosida jantung meningkatkan aktivitas sistem
saraf parasimpatik, yang menyebabkan konduksi impuls jantung tertunda melalui
atrioventrikular node dan penurunan detak jantung
24. Selective Phosphodiesterase Inhibitors
Efek keseluruhan dari inhibitor PDE III selektif ini adalah untuk menggabungkan
efek inotropik positif dengan relaksasi otot polos di kedua arteriol dan ven
25. Milrinone
Curah jantung meningkat sebagai hasil dari peningkatan inotropi serta relaksasi
otot polos vaskular dari perifer dan pembuluh pulmonal. Dose-dependent dari
indeks jantung terjadi dengan peningkatan minimal pada konsumsi oksigen
miokardial
Milrinone diberikan
sebagai IV bolus 50 µg / kg selama 10 menit 0,375 hingga 0,75 µg / kg / menit
untuk mempertahankan konsentrasi
Dosis bolus 50 µg / kg / menit lebih efektif dari pemberian 75 µg / kg / menit
Half life 2.7 jam
26. Penggunaan klinis
Penggunaan berguna dalam mamagement disfungsi ventrikel kiri setelah operasi
jantung
Meningkatkan efek inotropik pada pasien gagal jantung kronis yang mengalami
down regulasi dari reseptor β1