1. CURICULUM VITAE
Nama : Hadi Sudrajad, dr. Sp.THT-KL(K), Msi Med
NIP : 19660422 200012 1 001
Jabatan : KPS PPDS THT-KL
FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi
Tempat & Tgl Lahir : Sukoharjo, 22 April 1966
Jenis Kelamin (L/P) : Laki-laki
Email : hadisudrajad01@gmail.com
Pendidikan :
1976-1982 Fakultas Kedokteran UNS
1992-1997 Residen THT Fakultas Kedokteran UNDIP.
Riwayat Pekerjaan:
2009 – Sekarang Staf THT-KL FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta
2. Hadi Sudrajad
Bagian /KSM Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok- Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
3. Pendahuluan
Menurut WHO, 2011 prevalensi TB : 8,7 juta kasus,
MDR TB ditemukan 0,5 juta kasus dg 60.000 kasus
baru.
Di Indonesia, 2011 prevalensi TB : 281 per 100.000
penduduk, kasus MDR TB 1,8 % , kasus MDR TB dari
kasus TB yg telah diobati 12 %
Pengobatan MDR TB menggunakan OAT lini ke 2 dg
injeksi Aminoglikosid ( Kanamycin, Amikasin), dan
memerlukan waktu lebih lama : 18 -24 bulan.
Isu penting : TOKSISITAS ?
4. OTOTOKSISITAS : efek samping yang penting pada
pemberian Aminoglikosid
Definisi ototoksisitas : kerusakan pada struktur
koklea (kokleotoksik) dan atau vestibuler
(vestibulotoksik) di telinga akibat paparan zat kimia,
- bersifat permanen
- tidak mudah langsung dikenali secara
klinis, utk gangguan pendengaran diperlukan
pemeriksaan audiometri.
5. Efek kokleotoksik :
- gangguan pendengaran dan tinitus
- terutama : Kanamycin, Amikacin, Neomycin
Efek vestibulotoksik :
- vertigo, ataxia, ganggguan keseimbangan
- terutama : Streptomycin, Gentamycin
6. Gangguan pendengaran krn ototoksik menurut
kriteria ASHA, dibanding base line :
High frequency ( 4000 Hz, 6000 Hz, 8000 Hz)
1. Penurunan 20 db atau lebih pada 1 frekuensi
2. Penurunan 10 dB atau lebih pada 2 frekuensi yg berdekatan
3. Tidak ada respon pd 3 frekuensi dimana sebelumnya ada.
7. Prevalensi ototoksisitas pada beberapa penelitian di Indonesia
No Peneliti
(tahun)
Judul Efek
kokleotoksik
Efek
vestibulotoksik
1 Yulianti dkk, 2013,
Bandung
Gangguan pendengaran
penderita Tuberkulosis
Multidrug resisten
Gangguan pendengaran
20,8%
Tidak dilakukan
pemeriksaan
keseimbangan, vertigo
tidak ada
2 Indri A dkk, 2014,
Medan
Gangguan pendengaran dan
keseimbangan pada penderita
Tuberkulosis yang mendapat
pengobatan antituberkulosis
kategori 1 dan 2
Gangguan pendengaran
46,1 %
Tes Romberg + 63,6 %
utk kategori 2
3 Reviono dkk, 2013,
Solo
Streptomycin dan Insidens
penurunan Pendengaran pada
Pasien MDR TB di RS Dr.
Moewardi
Gangguan pendengaran
42,4 %
Tidak dievaluasi
4. Elida M dkk, 2013,
Surabaya
Hearing Disorder in MDR TB
patients at uotpatient Unit,
Pulmonary Departement, DR.
Soetomo Hospital Surabaya
Gangguan pendengaran
46,3 %
Tidak di evaluasi
8. Mekanisme kerusakan sel rambut koklea akibat
terapi Aminoglikosid
1. Faktor predisposisi genetik
Ditemukan mutasi pada posisi 1555 nukleotida
pada gen 12 r RNA mitokondria (Mudd, 2010)
Prevalensi mutasi pada beberapa dengan latar
belakang etnik berkisar antara 0,9 % - 1,8 %
(Ealy et al, 2011)
9. 2. Rute pemberian
Toksisitas tergantung jalur pemberian ( sistemik atau
lokal)
Setelah injeksi AG, 3 jam di deteksi di sel rambut luar
dan mencapai puncak setelah 6 jam (Wang et al, 2009)
Mekanisme masuk ke sel rambut : endositosis dan
mekanotranduser
10. 3. Jalur apoptosis
Pemberian AG menyebabkan peningkatan ROS,
menyebabkan apoptosis ( jalur extrinsik dan
intrinsik)
11. Monitoring dan manajemen selama dan
setelah terapi MDR TB
harus dilakukan audiometri awal sebelum mulai
terapi!
12. Poin-poin :
1. Health care providers : waspada terhadap resiko ototoksik :
gejala dan tanda awal, diagnosis dan penatalaksanaannya.
2. Penderita : menyadari efek samping pengobatan,
informasi :
- gejala awal : tinitus dan dizzines,
- efek samping ireversibel : ggn pendengaran dan dizzines
3. Pemeriksaan audiometri awal harus dilakukan ok : sekitar
5 % populasi di dunia dg gangguan pendengaran ( dewasa :
> 40 dB dan anak > 30 dB pd telinga yg lebih baik)
4. Pemeriksaan reguler audiometri : tiap bulan
5. Karena efek ototoksik berlanjut sampai 6 bulan setelah
terapi komplet, pemeriksaan audiometri ulang 3 dan 6
bulan setelah terapi disarankan apabila memungkinkan.
13. Kondisi otoksisitas yang memerlukan audiometri
tiap minggu (Quelapio et al, 2016)
Mengeluh tinitus, dizzines atau vertigo dan kurang
pendengaran
Skrining audiometri menunjukkan tanda
ototoksik dg kriteria menurut ASHA