HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS. HIV menginfeksi sel darah putih khususnya limfosit CD4, sehingga menurunkan daya tahan tubuh. AIDS terjadi ketika kadar CD4 rendah dan tubuh rentan terhadap infeksi. Penularan HIV melalui hubungan seksual, darah, atau ibu ke anak. Pemeriksaan tes ELISA dan konfirmasi digunakan untuk diagnosis. Pengobatan ARV dapat memperlambat perkembangan
2. HIV/AIDS
defini hiv:
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan AIDS
3. Lanjutan :
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah
putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah
putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4
sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang
seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang
masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-
1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin
menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol) (KPA, 2007c).
4. Definisi AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV.
5. Epidiomologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS)
yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-
5%). HIV menginfeksi sel-sel darah
sistem imunitas tubuh sehingga semakin
lama daya tahan tubuh menurun dan
sering berakibat kematian.
6. Tanda dan gejala :
Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa
lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-
gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada
tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada
otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare
(mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu
setelah infeksi sampai 10 tahun.
Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun
dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.
AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV.
Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya.
Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah,
pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas
yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,
penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya,
bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang,
pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi
jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan
mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya.
7. Stadium Infeksi :
• Stadium 1 Infeksi primer
• Stadium 2 Kelainan tanpa gejala
• Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala
• Stadium 4 Kelainan berat
8. Menurut WHO
Stadium I Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di
seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala,
aktivitas normal.
Stadium II Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada
mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur
pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh,
radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun
terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang,
misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2:
dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang
tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam
berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1
bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut;
TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat,
misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring
di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV
Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari :
diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak
diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
9. Penularan HIV
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh
seperti:
• darah
• cairan air mani (semen)
• cairan vagina dan serviks
• air susu ibu maupun cairan dalam otak
Sedangkan air kencing, air mata dan
keringat yang mengandung virus dalam
jumlah kecil tidak berpotensi menularkan
HIV.
10. Cara penularan:
• Hubungan seksual dengan orang yang
mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks
dengan pasangan yang berganti-ganti dan
tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
• Kontak darah/luka dan transfusi darah
Kontak darah/luka dan transfusi darah yang
sudah tercemar virus HIV.
• Penggunaan jarum suntik, jarum tindik dan
jarum tatto – Penggunaan jarum suntik atau
jarum tindik secara bersama atau bergantian
dengan orang yang terinfeksi HIV.
• Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi
yang dikandungnya
11. HIV tidak ditularkan melalui:
• tempat duduk WC
• sentuhan langsung dengan penderita HIV
(bersalaman, berpelukan)
• melalui bersin dan batuk
• ludah ataupun ciuman bibir (French
kissing)
• tinggal serumah
• makan dam minum dengan piring-gelas
yang sama.
12. Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang
mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan
seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
pasangannya. Adapun caranya adalah:
• dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami)
• penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV
secara oral dan vaginal.
• Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan
cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan
• jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa
dengan hubungan seksual aman).
• Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan
mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk
menurunkan resiko penularan pada bayi)
• pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV
Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit,
mulut ataupun mata.
13. Pemeriksaan HIV/ AIDS
Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui
infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan
pengobatan yang lebih lanjut.
Beberapa tes HIV :
1. ELISA(Enzym-Linked Immunosorbent Assay)
2. Tes Konfirmasi (Western blot)
3. PCR atau polymerase chain reaction
Pemeriksaan gangguan sistem imun :
1. Hematokrit
2. LED
3. CD4/ CD limfosit
4. Serum mikroglobulin
5. Hemoglobulin
14. Pengobatan HIV/ AIDS
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan
pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih
dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :
• Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host)
dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan
membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti
pada manusia.
• Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA
virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang
dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
• Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang
berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk
virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-
1360).
15. Perawatan dan Dukungan
Perawatan dan dukungan untuk ODHA
(orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting
sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan
percaya diri/ tidak minder dalam
pergaulan. ODHA sangat memerlukan
teman untuk memberikan motivasi hidup
dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS
memang belum bisa diobati, tetapi orang
yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup
lebih lama menjadi apa yang mereka
inginkan.
16. Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS
1) Makan makanan bergizi.
2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/
beraktivitas.
3) Istirahat cukup.
4) Sayangilah diri sendiri.
5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin.
6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan.
7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain,
penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari
mengurung diri sendiri.
17. Perawatan di rumah (home care)
1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga
tentang pengertian, cara penularan, pencegahan,
gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian
perawatan, pencarian bantuan dan motivasi
hidup.
2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan
mendengarkan, memberikan informasi dan
mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman,
mendengar dan menjawab pertanyaan,
menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan
benar dan mandiri serta pemecahan masalah.
3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara
cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap
bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
18. Konsep Asuhan Keperawatan
• Pengkajian.
.
– Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,
menggunakan obat-obat.
– Penampilan umum : pucat, kelaparan.
– Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa
menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
– Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan,
perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas,
meringis.
– Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri,
apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar,
gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi
dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
– HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem
muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering,
suara berubah, disfagia, epsitaksis.
19. – Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus,
vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang,
paraplegia.
– Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak
mampu melakukan ADL.
– Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem
perifer, dizziness.
– Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB,
menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.
– GI : intake makan dan minum menurun, mual,
muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut
kram, hepatosplenomegali, kuning.
– Gu : lesi atau eksudat pada genital,
– Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek,
petekie positif.
20. 1. Resiko tinggi terhadap infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Risiko tinggi terhadap koping tidak efektif
4. Defisit volume cairan tubuh
MASALAH KEPERAWATAN