Dokumen tersebut membahas hubungan antara ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. Ilmu dakwah bertujuan menyebarkan ajaran Islam secara menyeluruh, sedangkan ilmu komunikasi melibatkan proses pengiriman dan penerimaan pesan antar manusia. Kedua ilmu tersebut saling berhubungan karena dakwah melibatkan proses komunikasi untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain.
2. A. ILMU DAKWAH
Sumber Informasi bagi seorang jurnalis dakwah
adalah berpedoman pada petunjuk Al-Quran,
Sunnah, dan Fenomena Alam. Unsur-unsur
jurnalis dakwah.
1.Mubalig/Jurnalis
2.Maddah
3.Manhaj
4.Mad'u
5.Astar
3. Dalam menyebarkan berita jurnalis
Muslin selalu berpedoman pada Iman,
Islam, dan Ihsan. ilmu dakwah
bertujuan untuk memotivasi manusia
agar memiliki pola hidup berdasarkan
tatatertib wahyu yang tertulis dalam
Al-Quran dan Sunnah.
4. Tatatertib menyebarkan informasi bagi
ilmuan dakwah, kriterianya Ahklaq
(Ahsanul Qaul) informasinya mendidik,
mencerahkan, menyadarkan, memotivasi,
untuk melahirkan karya dan peradaban
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup
manusia. Karena pentingnya mencipatkan
kondisi ketertiban dalam masyarakat.
5. maka dalam kaidah jurnalis dakwah
seorang bisa menjadi jurnalis dakwah
jika memiliki kriteria sebagai berrikut:
1.Jurnalis harus Fathanah
2.Jurnalis Harus Amanah
3.Jurnalis harus Siddieqi
4.Jurnalis harus Tablig
6. Kriteria jurnalis dakwah ini menjadi
syarat untuk menyebarkan informasi
berdasarkan wahyu bukan kercerdasan
intelektual semata yang sifatnya
mendidik, menyadarkan, dan
memotivasi bukan menelanjangi dalam
akhlaq menyebarkan berita.
7. B. ILMU KOMUNIKASI
Sumber informasi jurnalis dari ilmu
komunikasi berdasarkan akal dan
fenomena alam. Unsur-Unsurnya jurnalis
ilmu komunikasi:
1.Komunikator/Jurnalis
2.Pesan
3.Media
4.Komunikan
8. Sumber Informasi Fenomena Alam
memberitakan berdasarkan akal
semata dan diikuti oleh kecerdasan
intektual semata. Karena sumber
ilmu komunikasi berdasarkan
epistemology dari ilmuan barat yang
kurang memaksimalkan kecerdasan
moral dan etika.
9. Kedua ilmu tersebut memiliki hubungan yang
sangat erat, ini dapat dipahami dari kontek dua
ilmu tersebut. Dimana ilmu didefinisikan
sebagai upaya mengajak manusia supaya masuk
ke dalam jalan Allah secara menyeluruh
(kaffah), baik dengan lisan, tulisan maupun
perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan
Islam menjadi kenyataan kehidupan pribadi,
Usrah (kelompok), jama’ah dan ummah.
Sedangkan ilmu Komunikasi adalah hubungan
kontak antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok. (Junaidi bin Ibrahim).
10. Dalam kehidupan sehari-hari disadari
atau tidak disadari komunikasi adalah
bagian dari kehidupan manusia itu
sendiri, paling tidak sejak ia dilahirkan
sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Gerak dan tangis yang
pertama pada saat ia dilahirkan adalah
tanda komunikasi (Widjaja, A.W.. 2000.
Ilmu Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta).
11. Dari pengertian di atas, secara singkat
dapat diambil kesimpulan bahwa
dakwah adalah kegiatan untuk
mengkomunikasikan kebenaran ilahiah
(agama Islam) yang diyakininya kepada
pihak lain. Komunikasi ajaran itu
dilakukan sebagai upaya mempengaruhi
orang lain agar mereka bersikap dan
bertingkah-laku Islami.
12. Sementara itu, komunikasi adalah
aktivitas pengiriman dan penerimaan
pesan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih, dan berlangsung dalam sebuah
konteks, dan mengharapkan adanya efek.
Komunikasi juga merupakan suatu
transaksi, proses simbolik yang
memungkinkan setiap individu
berhubungan satu sama lain dan saling
mengatur lingkungannya.
13. Ada beberapa kemungkinan yang bisa
dilakukan dengan komunikasi, seperti
memantapkan hubungan kemanusiaan,
memperteguh sikap dan perilaku orang
lain, maupun mengubah sikap dan
perilaku orang lain.
14. Dengan demikian jelas bahwa ilmu
dakwah dengan ilmu komunikasi ada
hubungan dan kaitan. Dimana jika dilihat
dari segi proses, dakwah tiada lain adalah
komunikasi ajaran Islam, di mana da’i
menyampaikan pesan ajaran Islam
melalui lambang-lambang kepada mad’u,
dan mad’u menerima pesan itu,
mengolahnya dan kemudian
meresponnya.
15. Dalam prosesnya terjadi transmisi
pesan oleh da’i dan interpretasi pesan
oleh mad’u (objek dakwah). Proses
transmisi dan interpretasi tersebut
tentunya mengharapkan terjadinya
effects berupa perubahan kepercayaan,
sikap dan tingkah-laku mad’u ke arah
yang lebih baik, lebih Islami.