2. Profesionalisme Jurnalis 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran jurnalis dalam membentuk opini publik melalui
surat kabar dalam era teknologi informasi cukup signifikan.
Perannya memiliki dua potensi utama memengaruhi, secara
positif dan memengaruhi secara negatif. Secara metodologis
dampak negatif itu dapat digambarkan dalam tulisan Suf
Kasman tentang pencitraan surat kabar Nasional yaitu harian
Kompas dan harian Republika.1
Kedua koran ini secara
otoritas mengkonstruksi peristiwa konflik dengan subjetivitas
yang cukup tinggi sehingga kurang memberikan dampak
perbaikan pada umat manusia.2
Cara berpikir seperti ini
disebut dalam hadis bahwa sesunggunya manusia itu sangat di
bentuk oleh input informasi yang memengaruhi aspek cara
berpikir, cara berempati, dan cara mengeluarkan pendapat.
Peran partispasi surat kabar dalam membentuk wacana
di tengah masyarakat dipengaruhi oleh kebutuhan rohani dan
kebutuhan fisik. Istilah Syarifudin yang dikutip dari Abraham
Maslow kecenderunga manusia dipengaruhi oleh potensi sex,
potensi makan, minum, perlindungan, kekuasaan, dan prestise.
1
2
3. Profesionalisme Jurnalis 3
Kebutuhan dasar inilah yang menguasai alam pikiran manusia
dalam melakukan interaksi sosial.3
Kebutuhan dasar inilah
yang lebih dominan menguasai alam pikiran manusia sehingga
relevan dengan pesan Al-Quran bahwa jika berbicara tentang
konsep biologis manusia maka secara simbolik menggunakan
istila sperma, darah beku, dan janin. Tetapi jika berbicara
tentang sifat manusia maka Al-Quran memilih kata-kata yang
metafora.
Keterangan Al-Quran ini memiliki lapisan-lapisan
makna yang tak terhingga tetapi secara sederhana dapat
dipahami bahwa manusia terdiri dari unsur (roh kuddus, dan
tanah unsur alam jadi manusia. Dari struktur inilah sehingga
jika manusia memiliki potensi Tuhan dan potensi Iblis.
Terminologi iblis dalam tulisan ini diterjemahkan sebagai
simbol yang suka berkeluh kesah, merasa paling terbaik, suka
membunuh, irih hati, dengki, dan tidak mau didominasi oleh
orang lain. Sementara jika potensi ketuhanan lebih domin
maka sosok manusia itu bersifat mengayomi, memperbaiki,
dan senang memberikan kenyamanan sesama umat manusia.4
Kedua potensi dasar inilah yang perlu dipandu dan
dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip spirit pencerahan Al-
Quran dan Sunnah. Gambaran kebutuhan ini juga berpengaruh
3
4
4. Profesionalisme Jurnalis 4
pada prakisi jurnalis dalam mengkonstruksi berita di tengah
masyarakat selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur kebutuhan
dasar dalam mengkonstruksi berita di tengah masyarakat.
Konstruksi berita di tengah masyarakat bisa
memberikan spirit pencerahan bagi umat manusia jika
profesionalisme jurnalis memiliki unsur-unsur amanah
(tanggung jawab), siddik (jujur), fathanah, dan tablik
meberitakan dengan budipekerti).5
Sifat-sifat inilah yang perlu
dipakai oleh seorang jurnalis profesional dalam mendesain
berita di koran jika merindukan masyarakat yang santun, dan
humanis religius.
Ketika menelusuri mata air idiologi secara sosiologi dan
antropologi para jurnalis sangat dipengaruhi oleh tiga
kekuatan besar yaitu kekuatan iman(percaya pada kekuatan
Tuhan), Islam (Hukum dunia akhirat), dan Ihsan (akhlaq).6
Jika kekuatan ini melekat pada pakaian seorang jurnalis maka
berita-berita yang bercerita di koran itu memiliki budipekerti
yang sehat. Nah bagimana koran kita di Ambon apakah
jurnalis di Maluku bisa dikategorikan sebagai jurnalis
profesional?
Pertanyaan tersebut jika membaca karya-karya jurnalis
di koran Ameks, Siwalima, Radar, Suara Maluku masih jauh
5
6
5. Profesionalisme Jurnalis 5
dari apa yang diharapkan. Hal ini tampak dalam pemberitaan
berita-berita yang dikemas masih berada pada level pemula
dan memenuhi standar jurnalis profesional. Realitas ini
tampak juga dalam mendesain berita-berita lebih dominan
memilih berita politik karena dianggap lebih menguntungkan
secara ekonomis. Realitas ini lebih menguasai alam pikiran
seorang jurnalis di Maluku dewasa ini.
Keadaan ini membuktikan bahwa motivasi untuk
mencerahkan masyarakat melalui wadah surat kabar belum
tampak secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh kompetensi
jurnalis profesional di kota Ambon belum memiliki standar
yang baku dan secara akademik belum bisa dianggap jurnalis
profesional karena sampai saat ini mereka belum ada ukuran
yang jelas tentang profesionalisme wartawan di Maluku.
secara yang kurang mencerdasakan masyarakat karena semua
berita yang diliput kurang memiliki unsur pendidikan,
memperbaiki, memengaruhi, dan budipekerti.
B. Fokus Pembahasan
C. Definisi Operasional
6. Profesionalisme Jurnalis 6
BAB II
IDEOLOGI PEKERJA JURNALIS
A. Kapitalisme
B. Sosialisme
C. Sekularisme
D. Islamisme
BAB III
KODE ETIK JURNALIS
A. Makna Filosofis Etika, Moral, dan Akhlaq
B. Jurnalistik dan Jurnalitik Islami
C. Amanah, Siddieq, Fathanah, Tablig.
D. Undang-Undang Pers
BAB IV
KOMPETENSI JURNALIS
A. Kompetensi Spiritual
B. Kompetensi Profesional
C. Kompetensi Intelektual
D. Kompetensi Sosial
BAB V
7. Profesionalisme Jurnalis 7
KONSTRUKSI JURNALIS
A. Jurnalis Islami
1. Ma’ani
2. Bayani
3. Badi
B. Jurnalis
1. Presepsi
2. Pemilihan Narasumber
3. Wawancara
4. 5 W + 1H
5. Berita
BAB VI
REKA BENTUK SURAT KABAR
A. Fotografi Jurnalistik
B. Typografi
C. Desain Layout Koran
D. Modular Koran
E. Modular Yearbook
BAB VII
KALKULASI BIAYA CETAK
A. Jenis kertas Koran
B. Tinta dan Kerta
8. Profesionalisme Jurnalis 8
C. Film dan Plat cetakan
D. Sistem Cetak
E. Teknik Pengemasan
F. Finising
BAB VIII
PROSES KERJA JURNALISTIK
A. Teknik Mengumpulkan berita
B. Pemetaan Berita
C. Menulis Berita
1. Berita Khusus
2. Berita Olahraga
3. Berita Opini
4. Berita Editorial
D. Setting Agenda
E. Pencitraan Media
F. Teknik Pubalikasi