Dokumen tersebut membahas tentang asma bronkial, yaitu penyakit inflamasi saluran pernafasan yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas yang berulang. Dokumen menjelaskan gejala, diagnosis, klasifikasi, patofisiologi, dan pengobatan asma bronkial secara mendetail, termasuk penggunaan obat pencegah dan penghilang gejala sesuai dengan tingkat keparahan penyakitnya.
2. INTRODUCTION
• Chronic inflammatory disease of the
airways
• Most common childhood chronic
disease
• Characterized by:
Airflow Obstruction
Airway inflammation
Airway hiperresponssive
3. Airflow obstruction
Obstruksi dapat terjadi bertahap,
perlahan-lahan, bahkan menetap dgn
pengobatan, juga bisa terjadi
mendadak.
• batuk
• mengi
• sesak nafas
9. PATHOGENESIS
Asma sebagai penyakit inflamasi
Hiperaktifitas saluran nafas
Inflamasi saluran nafas
kerusakan epitel
mekanisme neurologis
gangguan intrinsik
Obstruksi saluran nafas
10. Berbagai mediator yang terlibat pada asma
Mediator Sumber Aksi
Major basic protein Eosinofil Kerusakan epitel
Histamin Sel mast Kontraksi bronkus,edem
mukosal,sekresi mukus
Leukotriene Sel
mast,basofil,eosinofil,neu
trofil,makrofag,monosit
Kontraksi bronkus,edem
mukosal,inflamasi
Prostaglandin Sel mast,sel endothelial Kontraksi bronkus,edem
mukosal,sekresi mukus
Tromboksan Makrofag,monosit,platel
et
Kontraksi
bronkus,sekresi mukus
PAF (Platelet Activating
Factor)
Sel
mast,basofil,eosinofil,neu
trofil,makrofag,monosit,
platelet,sel endothelial
Kontraksi bronkus,
odema
mukosal dan inflamasi,
sekresi mukus, bronchial
responsiveness
11. Specimen of Bronchial Mucosa from a Subject without Asthma (Panel A) and
a Patient with Mild Asthma (Panel B) (Hematoxylin and Eosin). In the subject
without asthma, the epithelium is intact; there is no thickening of the
subbasement membrane, and there is no cellular infiltrate. In contrast, in the
patient with mild asthma, there is evidence of goblet-cell hyperplasia in the
epithelial-cell lining. The sub-basement membrane is thickened, with collagen
deposition in the submucosal area, and there is a cellular infiltrate.
14. GAMBARAN KLINIS
Asma klasik → serangan episodik batuk,mengi, dan
sesak nafas.
Secara klinis, berdasarkan pemicunya asma
dikategorikan menjadi :
extrinsic atau atopic atau episodic asma → pemicu
diketahui, yaitu external alergen pada atopic patient,
pada usia muda, umumnya mild
intrinsic atau cryptogenic asma → pemicu tidak
diketahui, more persistent
15. The two clinical types of asthma
Features Episodic (extrinsic) Chronic (intrinsic)
Proportion (%) 20 50
Age of onset Childhood Usually adults
Atopic patient Yes, family history
common
No
Known allergen or
precipitating factor
Yes None or URTI, often
sensitive to aspirin
Skin test Positive Negative
Severity Usually episodic, often
mild
Often chronic, maybe
severe
Treatment Effective moderately effective, oral
corticosteroid may be
required
16. Gejala Gejala malam hari Parameter
Derajat 4.
Persisten berat
Gejala terus menerus
Sering
Aktivitas fisik terbatas
Serangan
Sering FEV1/FVC ≤ 60 %
prediksi
Variasi > 30 %
Derajat 3.
Persisten sedang
Gejala setiap hari > 1
per
minggu.Menggunakan
agonis β2
tiap hari.Serangan
mengganggu aktivitas.
Serangan > 2 X per
minggu tapi < 1 x per
hari
> 1 per minggu FEV1/FVC 60 % -
80 % prediksi
Variasi > 30 %
Derajat 2.
Persisten ringan
> 2 X per minggu tapi <
1 x per hari
>2 X sebulan FEV1/FVC ≥ 80 %
prediksi
Variasi 20% - 30%
Derajat 1
Asma intermitten
Gejala < 2 X seminggu
≤ 2 X
sebulan.Asimtomatik
dan PEF normal antar
serangan
≤ 2 X sebulan FEV1/FVC ≥ 80 %
prediksi
Variasi < 20 %
17. DIAGNOSIS
Diagnosis asma didasarkan pada :
Riwayat penyakit → batuk,sesak,mengi,rasa
sesak di dada, batuk umumnya pada malam
hari atau sewaktu aktivitas, ada penyakit
alergi, ada faktor pencetus.
PF
Pem.penunjang
18. Yang membedakan asma dengan penyakit paru
yang lain yaitu pada asma serangan dapat hilang
dengan atau tanpa obat, artinya serangan asma
tanpa diobati ada yang hilang sendiri.
19. PEMERIKSAAN FISIK
Tergantung dari derajat obstruksi saluran nafas.
Yang dapat dijumpai pada pasien asma :
Ekspirasi memanjang
mengi
hiperinflasi dada
pernafasan cepat sampai sianosis
20. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Spirometri
untuk melihat respons pengobatan dengan
bronkodilator. Dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator hirup gol.adrenergik beta.
asma → VEP1 atau KVP sebanyak 20%
• Uji Provokasi Bronkus
untuk menunjukkan adanya hipereaktivitas bronkus.
21. Cont’d
• Pemeriksaan sputum
khas untuk asma → sputum eosinofil
• Pem. Eosinofil total
• Uji kulit
untuk menunjukkan adanya IgE spesifik dlm tubuh.
• Pem. Kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
IgE total → hanya utk menyokong adanya atopi
IgE spesifik lebih bermakna jika uji kulit tidak dilakukan.
• Foto dada
• Analisis Gas Darah
hanya dilakukan pada asma yang berat.
22. DIAGNOSIS BANDING & KOMPLIKASI
Diagnosis Banding
• Bronkitis kronis
• Emfisema paru
• Gagal jantung kiri akut
• Emboli paru
• Jarang : stenosis trakea, Ca Bronkus,
poliarteritis nodosa.
24. TUJUAN TERAPI
Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal
dengan hanya sedikit gangguan atau tanpa gejala.
Beberapa tujuan yang lebih rinci antara lain adalah :
• Mencegah timbulnya gejala yang kronis dan menganggu,
seperti batuk, sesak nafas
• Mengurangi penggunaan beta agonis aksi pendek
• Menjaga fungsi paru “mendekati” normal
• Menjaga aktivitas pada tingkat normal (bekerja, sekolah,
olahraga, dll)
25. Cont’d
• Mencegah kekambuhan dan meminimalisasi
kunjungan darurat ke RS
• Mencegah progresivitas berkurangnya fungsi paru,
dan untuk anak-anak mencegah berkurangnya
pertumbuhan paru-paru
• Menyediakan farmakoterapi yang optimal dengan
sesedikit mungkin efek samping
28. PENGOBATAN ASMAMENURUT GINA
Ada 6 komponen dalam pengobatan asma :
1. Penyuluhan kepada pasien
2. Penilaian derajat beratnya asma
3. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus
serangan
4. Perencanaan obat-obat jangka panjang
yang harus dipertimbangkan :
• Obat antiasma
• Pengobatan farmakologis berdasarkan sistem anak
tangga
• Pengobatan asma berdasarkan sistem wilayah bagi
pasien
29. 5. Merencanakan pengobatan asma akut
(serangan asma)
Serangan asma → sesak nafas,batuk,mengi,atau kombinasi.
Prinsip : memelihara saturasi O2 yg cukup, melebarkan
saluran nafas dengan bronkodilator aerosol, mengurangi
inflamasi mencegah kekambuhan dgn kortikosteroid
sistemik.
5. Berobat secara teratur
30. OBAT ANTI-ASMA
Fungsinya :
Pencegah (controller)
- dipakai setiap hari supaya asma terkendali.
- obat anti-inflamasi,bronkodilator long acting
- kortikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik,
natrium kromolin, natrium nedokromil,
teofilin lepas lambat (TLL), agonis beta 2 long
acting hirup dan oral, dan obat antialergi.
31. Penghilang gejala (reliever)
- obat yg dapat merelaksasi bronkokonstriksi
dan gejala-gejala akut yang menyertai.
- Agonis beta 2 short acting, kortikosteroid
sistemik, antikolinergik hirup, teofilin short
acting, agonis beta 2 oral short acting.
32. BERDASARKANANAK TANGGA
TAHAP OBAT PENCEGAH
HARIAN
PILIHAN LAIN
ASMA INTERMITTEN Tidak perlu -
ASMA PERSISTEN
RINGAN
Kortikosteroid hirup TLL,kromolin,antileukotrin
ASMA PERSISTEN
SEDANG
Kortikosteroid hirup +
LABA
Kortikosteroid hirup +
LABA,
Kortikosteroid hirup+oral
LABA,
Kortikosteroid hirup dosis
lbh tinggi,
Kortikosteroid hirup dosis
lbh tinggi+antileukotrin
ASMA PERSISTEN
BERAT
Kortikosteroid
inhalasi+LABA,TLL,antileu
kotrin,LABA
oral,kortikosteroid oral,anti
IgE
33. BERDASARKANSISTEMWILAYAHBAGI PASIEN
• Hijau berarti aman
nilai APE luasnya 80-100% nilai prediksi,
variabilitas < 20%,
tidur dan aktivitas tdk terganggu.
• Kuning berarti hati-hati
nilai APE 60-80% nilai prediksi,
variabilitas 20-30%,
gejala asma masih normal,terbangun malam krn asma,aktivitas
terganggu.
• Merah berarti tanda bahaya
nilai APE < 60% nilai prediksi,kortikosteroid oral diberikan lbh awal
dan diberi oksigen.