(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) memberikan pedoman bagi industri kosmetik untuk memproduksi produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan. CPKB mencakup aspek organisasi, personalia, fasilitas produksi, pengawasan mutu, dan dokumentasi untuk memastikan produksi kosmetik yang aman dan berkualitas.
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) memberikan pedoman bagi industri kosmetik untuk memproduksi produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan. CPKB mencakup aspek organisasi, personalia, fasilitas produksi, pengawasan mutu, dan dokumentasi untuk memastikan produksi kosmetik yang aman dan berkualitas.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen mutu dan personalia dalam pembuatan obat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) mutu obat ditentukan oleh proses produksi dan pengawasan mutu yang ketat, (2) diperlukan manajemen mutu yang memastikan konsistensi produksi, dan (3) personalia kunci seperti kepala produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu harus memiliki kualifikasi tertentu.
Dokumen tersebut membahas pengembangan obat herbal, mulai dari definisi obat herbal menurut WHO, penggunaan obat herbal di berbagai negara, tahapan pengembangan obat herbal meliputi seleksi, uji preklinik, standarisasi, uji klinik, serta contoh beberapa obat herbal.
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Mata kuliah Farmakognosi membahas tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang definisi dan sejarah Farmakognosi, tatanama tumbuhan dan hewan obat, aktivitas farmakologi bahan alami, serta identifikasi dan pengembangan obat baru dari sumber alam."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen farmasi industri. Ringkasannya adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar manajemen farmasi industri, profil industri farmasi di Indonesia, dan harmonisasi ASEAN di bidang farmasi.
2. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat dan berisiko tinggi namun juga berorientasi pada keuntungan.
3. Pasar farmasi Indonesia terus bertumbuh namun masih didominasi oleh produk bermerek
Template OSCE station untuk menguji kompetensi peserta dalam melakukan prosedur kerja viskometer cone and plate. Peserta ditugaskan untuk mengumpulkan informasi tentang alat, mempersiapkan dan menggunakan alat, serta menentukan tipe viskositas larutan. Penguji akan menilai kompetensi dan sikap profesional peserta selama pelaksanaan tugas.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Tata cara penanganan keluhan dari masyarakat tentang produk obat atau sediaan farmasi dan tata cara penarikan obat yang tidak memenuhi persyaratan dari pasar
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen mutu dan personalia dalam pembuatan obat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) mutu obat ditentukan oleh proses produksi dan pengawasan mutu yang ketat, (2) diperlukan manajemen mutu yang memastikan konsistensi produksi, dan (3) personalia kunci seperti kepala produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu harus memiliki kualifikasi tertentu.
Dokumen tersebut membahas pengembangan obat herbal, mulai dari definisi obat herbal menurut WHO, penggunaan obat herbal di berbagai negara, tahapan pengembangan obat herbal meliputi seleksi, uji preklinik, standarisasi, uji klinik, serta contoh beberapa obat herbal.
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Mata kuliah Farmakognosi membahas tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang definisi dan sejarah Farmakognosi, tatanama tumbuhan dan hewan obat, aktivitas farmakologi bahan alami, serta identifikasi dan pengembangan obat baru dari sumber alam."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen farmasi industri. Ringkasannya adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar manajemen farmasi industri, profil industri farmasi di Indonesia, dan harmonisasi ASEAN di bidang farmasi.
2. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat dan berisiko tinggi namun juga berorientasi pada keuntungan.
3. Pasar farmasi Indonesia terus bertumbuh namun masih didominasi oleh produk bermerek
Template OSCE station untuk menguji kompetensi peserta dalam melakukan prosedur kerja viskometer cone and plate. Peserta ditugaskan untuk mengumpulkan informasi tentang alat, mempersiapkan dan menggunakan alat, serta menentukan tipe viskositas larutan. Penguji akan menilai kompetensi dan sikap profesional peserta selama pelaksanaan tugas.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Tata cara penanganan keluhan dari masyarakat tentang produk obat atau sediaan farmasi dan tata cara penarikan obat yang tidak memenuhi persyaratan dari pasar
Bab 5 Produksi CPOB Industri Farmasi PerBPOM 34 2018.pdfSinta Lestari
Berikut merupakan beberapa point dari pembahasan umum Bab 5 tentang Produksi pada Proses CPOB di Industri Farmasi (berdasarkan Per BPOM No 34 tahun 2018) yaitu :
1. Kegiatan produksi hendaknya dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
2. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau berurutan dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang.
3. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah,
kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses produksi.
4. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur hendaklah sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
5. Akses ke bangunan-fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personel yang berwenang.
Pedoman CPOB 2018 memperkenalkan perubahan paradigma dalam sistem mutu industri farmasi dengan menekankan pentingnya manajemen mutu, validasi proses, dan dokumentasi yang memadai untuk memastikan produk obat yang aman, bermutu, dan efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia untuk melindungi kesehatan masyarakat. BPOM melakukan registrasi, evaluasi, dan pengawasan terhadap produk-produk untuk memastikan mutu dan keamanannya sebelum dan sesudah beredar di pasaran.
Dokumen tersebut memberikan definisi 48 istilah yang berkaitan dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mulai dari akurasi, bahan awal, bahan baku, sampai validasi. Beberapa istilah kunci yang didefinisikan antara lain obat, obat jadi, pembuatan, pengawasan mutu, dan validasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan persediaan obat di industri farmasi dan bagian distribusi, meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan administrasi.
Bab 1 membahas Sistem Mutu Industri Farmasi, dan juga Sistem Mutu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) itu sendiri.
Pada catatan lampiran berikut ini tentang Bab 1 Sistem Mutu CPOB, memiliki poin penting diantaranya : perihal persyaratan mutu saat produksi; pengawasan mutu produk dari awal pengambilan sampel sampai pelolosan pengujian produk; pengkajian mutu produk dan bagaimana gambaran alur manajemen risiko mutu obat.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik (CDAKB) untuk perusahaan penyalur alat kesehatan. Dokumen ini membahas tentang persyaratan umum sistem manajemen mutu, pengelolaan sumber daya, penyimpanan dan penanganan persediaan, serta pengiriman dan penyerahan produk kepada konsumen.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang pemusnahan, penarikan, dan administrasi sediaan farmasi, alkes, dan barang medis habis pakai. Terdapat penjelasan mengenai prosedur pemusnahan, teknik pemusnahan, penarikan obat, dan pencatatan administrasi farmasi.
Bab VI membahas aspek yuridis peraturan pangan di Indonesia. Badan POM bertanggung jawab mengawasi produk pangan olahan. Semua produk pangan yang dijual di Indonesia harus didaftarkan dan mendapat nomor pendaftaran dari Badan POM terlebih dahulu. Ada dua jenis penilaian pendaftaran, yaitu penilaian umum untuk produk berisiko tinggi dan baru, serta penilaian cepat ODS untuk produk berisiko rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
2. DEFINISI
Keluhan adalah suatu pengaduan dari
pelanggan atau konsumen mengenai
kualitas, kuantitas, khasiat dan keamanan.
Produk kembalian adalah semua produk
yang dikembalikan dari semua mata rantai
distribusi ke pabrik (industri farmasi).
Penarikan Kembali (Recall) adalah kegiatan
menarik kembali produk dari semua mata
rantai distribusi apabila ditemukan adanya
produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, kemananan, dan penandaan atau
adanya efek merugikan kesehatan.
3.
4. JENIS KELUHAN DAN LAPORAN
JENIS KELUHAN DAN LAPORAN KETERANGAN
Mutu Menyangkut keadaan fisik, kimia dan
biologi dari produk atau kemasannya
Efek Samping yang merugikan Seperti alergi, reaksi toksik, reaksi fatal dan
lain sebagainya
Medis Seperti kurang memberikan manfaat atau
kurang memberikan respon klinis (
khusus fitofarmaka)
5.
dan laporan ditangani bagian yang
bersangkut paut sesuai dengan jenis keluhan
atau laporan yang diterima
Keluhan dan laporan harus terdokumentasi
Keluhan
6. 1. M e ninjau selur uh info rm asi yan g masuk
tentang keluhan atau laporan tersebut.
2. M elak uk an pemeriksaan atau pengujian
terhadap contoh yang diterima bila perlu
memeriksa juga sampel pertinggal batch yang
bersangkutan
3. Meneliti kembali semua data dan
dokumentasi yang berkaitan, termasuk
catatan batch, catatan distribusi, catatan hasil
pengujian, dsb.
7. T ind akan p erbaikan yan g p erlu
dilakukan:
Penarikan kembali batch produk jadi
atau seluruh p rod uk jadi yan g
bersangkutan.
Tindak lanjut lainnya yang sesuai, misal :
pemusnahan produk atau penghentian
produk tersebut.
Pencatatan dan pelaporan ke atasan.
8. Semua Keluhan dan informasi lain terhadap produk
yang beredar hendaklah :
1. Dikaji dengan hati-hati sesuai prosedur tertulis
2. Penyebab cacat mutu diinvestigasi
3. Dilakukan tindakan perbaikan yang tepat pada hal-hal
yang dikeluhkan dan
4. Pencegahan terulangnya kembali terjadinya keluhan.
9. 1. Hendaklah dibuat prosedur penanganan keluhan dan laporan
mengenai reaksi yang merugikan dari produk jadi.
2. Prosedur ini dibuat oleh bagian pemastian mutu bersama
bagian pemasaran.
1. Definisi tentang keluhan produk
2. Jenis keluhan dan laporan
3. Metode penanganan
4. Evaluasi dari keluhan
10. RUANG LINGKUP
Keluhan dan Laporan dapat menyangkut :
1. Kualitas produk
- Tidak berisiko atau berisiko nyata
2. Efek samping yang merugikan atau
masalah medis lainnya.
11. Tidak
beresiko
• Tidak ada nomer kode
•Tidak ada label
•Tidak ada brosur (leaflet)
•Tutup botol tidak dapat dibuka
•Bocor, untuk produk non steril
Beresiko
nyata
• Kesalahan yang berkaitan dengan produksi
• Kesalahan pemakaian
• Salah cetak label pada bahan pengemas
Contoh;
Produk tercemar; ada pertumbuhan bakteri; expired date tidak
tercantum, label salah.
13. EFEK SAMPING YANG
MERUGIKAN DARI PRODUK
Ke lu han adan ya r eaksi yang m er ugik an dari
produk dapat berupa:
1. Reaksi yang tidak berbahaya tetapi terdaftar
2. Dugaan adanya reaksi merugikan dari
produk yang :
berbahaya dan terdaftar
berbahaya dan tidak terdaftar
tidak berbahaya dan terdaftar namun sering
dikeluhkan
14. Laporan penanganan keluhan dari produk
memuat:
Nama produk dan nomer bets
Jenis keluhan
Tempat asal keluhan
Produk yang bersangkutan
Ringkasan tentang keluhan
Hasil penyelidikan
Evaluasi
15.
16. PENANGGUNG JAWAB
Hendaklah ditetapkan seorang yang
bertanggung jawab untuk menangani
keluhan tentang produk dan menetapkan
tindakan yang harus dilakukan bersama
staff yang cukup untuk membantunya
Penanggung jawab ini hendaknya selalu
waspada terhadap setiap keluhan,
penyelidikan dan pemeriksaan kembali
produk
17. Hendaklah ada formulir khusus untuk menangani keluhan tentang produk,
agar semua informasi yang diperlukan dapat diterima.
Staff perusahaan yang terkait dengan suatu keluhan hendaklah mengetahui dan
memahami adanya formulir tentang keluhan ini.
Semua petugas pemasaran dilapangan hendaklah membawa formulir keluhan ini
sehingga mereka dapat mengisi langsung dengan rinci dan segera mengirimkannya
ke pabrik jika timbul keluhan dilapangan
20. a) Dasar Penarikan : Mutu yang tak
memenuhi syarat dan adanya
efek samping yang diperhitungkan
b) Penarikan Produk : Satu bets
atau Seluruh produk jadi tertentu
c) Tindak Lanjut : Penghentian
pembuatan satu jenis produk jadi
yang bersangkutan
21. 1. P enarikan karena : P ra Karsa
produsen sendiri atau institusi
instansi pemerintah yang
besangkutan .
2. Tanggung jawab : Apoteker
Penanggung jawab dan pimpinan
perusahaan .
3. Produk yang ditarik : satu batch
atau beberapa batch atau seluruh
produk jadi .
4. Keputusan Tindak Lanjut , seperti
penghentian pembuatan .
22. Waktu : Segera
Tindakan Khusus :
Penghentiam Peredaran
Tingkat Penarikan :
Sampai konsumen (bila reaksi besar
terhadap kesehatan)
23. 1. Keputusan untuk menarik
kembali produk atau perintah
penarikan oleh BPOM .
2. Persiapan pelaksanaan Penarikan
kembali produk
3. E valuasi/Pe m e riksaan h asil
p en arikan kembali produk
4. Pelaporan PelaksanaanPenarikan
Kembali produk
5. Tindak lanjut
24. 1. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan
segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau
diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
2. Memberitahukan kepada BPOM
3. Distributor + Cabang nya membuat laporan pelaksaan
penarikan obat jadu dan mengirimkannya ke industri farmasi.
4. Bagian gudang membuat laporan penerimaan obat Jadi yang
dikembalikan.
5. Manajemen menrencenakan dan melaksanakan pemusnahan
obat Jadi tersebut dan dibuat berita acara.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31. Produk Kembalian adalah :
Obat Jadi yang dikembalikan ke gudang
Pabrik dengan alasan sebagai berikut :
1. Kerusakan
2. Expired
3. Salah pengiriman
4. Lain-lain :
misal, kondisi wadah atau kemasan rusak
yang dapat menimbulkan keraguan
terhadap identitas mutu, jumlah dan
keamanan obat yang bersangkutan.
32. ◦ : Karena keluhan , kerusakan,
daluarsa, masalah, keabsahan atau sebab
lain kondisi produk jadi, wadah atau
masalah kemasan sehingga menimbulkan
keraguan akan keamanan, identitas,
mutu, dan kuantitas produk jadi yang
bersangkutan.
1. Memenuhi spesifikasi dan dapat
digunakan.
2. Dapat diolah ulang.
3. Tidak dapat diolah ulang.
33. •
memperhatikan :
1. Jumlah dan identifikasi produk kembalian
hendaklah di catat.
2. Produk kembalian yang diterima hendaklah
dikarantina.
3. Dilakukan penelitian, pemeriksaan dan
pengujian oleh bagian pengawan mutu untuk
menentukan tindak lanjut.
4. Keputusan pengolahan kembali dilakukan
oleh pimpinan perusahaan atas dasar
pertimbangan seksama.
5. Produk hasil olahan ulang hendaklah
dilakukan pemeriksaan dan pengujian mutu
yang seksama.
Dibuat protap penanganan Produk dengan
34. 1. PENERIMAAN
Semua penerimaan produk kembalian digudang pabrik hendaklah diperiksa, dicatatdan
dipindahkan kedaerah khusus untuk tempat penyimpanan produk kembalian.
2. KELENGKAPAN DOKUMEN
Seterimanya Produk Kembalaia,Kepala gudang hendaklah memeriksa kelengkapan
dokumen yang menyertai produk kembalian dilengkapi dengan:
1. Surat Jalan dari distributor
2. Daftar barang (Nama produk, No.Batch, Exp. Date, Jumlah, Asal barang)
3. Apakah ada keluhan dan alasan tertulis tentang pengembalian produk.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Perintahkan petugas gudang untuk melakuakn pemeriksaan fisik terhadap
produk Kembalian.
Periksa kondisi fisik wadah-wadah produk : utuh, basah, bocor , dll.
Pisahkan produk menurut kondisi fisik dan no. batch.
35. 1. Periksa kebenaran label pada
setiap wadah
2. Periksa kesesuaian jumlah keseluruhan
produk
3. Periksa kondisi fisik wadah-wadah
produk
4. Pindahkan produk ke tempat
penyimpanan barang kembalian
5.Buat berita acara penerimaan barang
6.Buat bukti penerimaan barang
36. Pengawasan Mutu (QC) hendaklah mempelajari semua produk
kembalian dan memutuskan:
1. yang harus dimusnahkan dan
2. yang dapat dikemas kembali. 1. Kondisi barang
2. Kualitas tidak berubah
3. Produk kadaluwarsa
4. Produk Rusak
5. Kesalahan proses
6. Label Karantina
7. Salah distributor
8. Kondisi penyimpanan ekstrim
9. Status produk
10. Laporan hasil pemeriksaan
37. UJI ULANG
Jika hasil pengujian ulang
menunjukkan sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan,
produk kembalian:
PENGEMASAN ULANG
Hanya setelah diadakan
p emeriksaan d an p ro d uk
1. Dikembalikan ke tempat tersebut dap at m emembuhi
penyimpanan atau dikemas
ulang.
2. Dimusnahkan.
stand art m en ge nai k eamanan,
identitas, kekuatan, kualitas dan
ke mu rn ian p rod uk ter se but
d ap at d ipe rtimb an gk an u ntuk
dikemas ulang
Contoh; Ganti label, leaflet dan
karton box.
38. PEMUSNAHAN
▰ Semua catatan
pemusnahan
tentang
produk
PROSEDUR PEMUSNAHAN
1. Periksa kebenaran produk
kembalian hendaklah
disimpan
▰ Pemusnahan dilaksanakan
yang akan dimusnahkan (label
penandaan/ rejected)
oleh petugas
dengandisaksikan
petugas QC
▰ Dibuatkan
acara pemusnahan
gudang
oleh
berita
2.
3.
Pindahkan ketempat dimana
pemusnahan akan dilaksanakan
disaksikan oleh kepala gudang
Pemusnahan dilakukan sesuai
dengan SOP dan dibuatkan berita
acara pemusnahan