SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat,
semakin tinggi pula kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.
Dewasa ini kesehatan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok individu yang
dinilai sangat berpengaruh pada kualitas diri dalam rangka mencari kualitas.
Kesehatan berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang
berusaha mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Hal ini dikarenakan
derajat kesehatan masyarakat menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan
suatu bangsa, maka sangat diperlukan adanya upaya dan usaha yang lebih
memadai bagi peningkatan derajat kesehatan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
di mana layanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan melalui industri
farmasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
memacu industri farmasi untuk meningkatkan kualitas produksi obatnya. Tuntutan
akan adanya obat-obatan yang bermutu, aman, dan efektif semakin meningkat
dengan membaiknya taraf hidup dan pendidikan masyarakat. Oleh karena itu,
pada proses pembuatan obat diperlukan pengawasan yang menyeluruh agar
dihasilkan obat yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau.
Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai kewajiban memproduksi dan menyalurkan obat-obatan maupun
perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam
memproduksi sediaan obat, industri farmasi dituntut untuk dapat menghasilkan
obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan
mutu (quality) dalam dosis terapeutik.
Pemerintah menerapkan guideline untuk industri farmasi yang mengacu
pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pedoman CPOB yang mengacu
pada Good Manufacturing Practice (GMP) dibuat untuk memberikan jaminan
bahwa obat yang diproduksi secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya yang mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu. Selain itu, industri farmasi dipersyaratkan
untuk mengikuti guideline dan panduan internasional misalnya ISO 9000 series,
c-GMP, PIC/S, dan lain-lain, agar produk farmasi yang dihasilkan dapat diterima
secara global ataupun internasional.
Proses pembuatan obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut. Industri farmasi dapat memenuhi ketersediaan obat yang
berkualitas, aman, dan berkhasiat dengan cara mengikuti serta menerapkan
ketentuan yang berlaku yaitu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam keputusan menteri kesehatan RI No.43/MENKES/SK/ II/1988,
kemudian diterbitkan juga CPOB 2001 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia No.
05410/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk operasional penerapan CPOB yang
menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan
menjamin bahwa produk obat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat ditentukan dari
proses pembuatan obat, mulai dari pemilihan bahan awal sampai perlakuannya
terhadap produk jadi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengawasan mutu yang dilakukan pada sediaan tablet oral
2. Menambah pengetahuan dan wawasan.
3. Memenuhi tugas mata kuliah produksi dan kendali mutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang
penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaan.
Sertifikat CPOB merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memenuhi
persyaratan CPOB dalam memproduksi suatu sediaan farmasi, dimana sertifikat
ini diterbitkan oleh Kepala BPOM yang berlaku selama 5 tahun selama yang
bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. CPOB
adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar
dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
2.2 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai
tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu
yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Area laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi.
Selain itu bagi suatu laboratorium untuk pengawasan selama proses mungkin
lebih memudahkan apabila letaknya di daerah tempat pembuatan atau pengemasan
dimana dilakukan pengujian fisik seperti penimbangan dan uji monitoring lainnya
secara periodik. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian
pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah
dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui
sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke
area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.
Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa: Sarana dan
prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang
disetujuitersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila
perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB. Pengambilan
sempel bahan awal, bahan pengemasan, produk antara produk ruahan dan produk
jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang di setujui oleh Pengawas
Mutu. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila Perlu). Produk jadi berisi
zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang
disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan
serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar.
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga memunyai tugas lain, antara lain
menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan baku pembandingan, memastikan
kebenaraan label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi keluhan yang berkaitan
dengan produk dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua
kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika
perlu dicatat. Mutu suatu produk tergantung pada :
 Bahan awal
 Proses pembuatan
 Pengawasan mutu
 Bangunan
 Peralatan yang digunakan
 Personalia
2.3 Aspek Produksi Secara Umum
 Produksi dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
 Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai prosedur atau instruksi
tertulis.
 Seluruh bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanannya.
 Kerusakan wadah dan masalah lain yang merugikan mutu bahan harus
diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada bagian pengawasan mutu.
 Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secaa fisik atau
administrative.
 Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
 Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi
yang disarankan dan diatur agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan
rotasi stok.
 Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya dilakukan sedemikian
untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.
 Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan bersamaan atau
bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadinya
campur baur ataupun kontaminasi silang.
 Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain.
 Bila bekerja dengan bahan atau produk kering hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya.
 Selama pengolahan semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan ruang kerja hendaklah diberi label atau penandaan dari produ atau
bahan yang sedang diolah.
 Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan.
 Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memestikan pipa penyalur dan alat lain.
 Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
 Akses kebangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.
 Pada umumnya pembuatan produk no-obat hendaklah dihindarkan dibuat di
area dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat.
2.4 Monografi Meloxicam
PARAMETER KETERANGAN
Struktur
4-Hidroksi-2-Metil-N-(5-metil-2-tiazolil)-2H-
1,2-benzotiazin-3-karboksamida 1,1-dioksida.
Rumus molekul C14H13N3O4S2
Bobot Molekul 351,40
Pemerian Serbuk, kuning pucat
Kelarutan Larut dalam dimetilformamida, sukar larut
dalam aseton, sangat sukar larut dalam
methanol dan dalam etanol, praktis tidak larut
dalam air.
Susut Pengeringan Tidak lebih dari 0,5% dilakukan pada suhu
105℃ selama 4 jam.
Sisa Pemijaran Tidak lebih dari 0,1%.
Logam Berat Tidak lebih dari 10 bpj.
Kandungan bahan baku Meloxicam mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C14H13N3O4S2 dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
Kandungan tablet Tablet meloxicam mengandung
C14H13N3O4S2 tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera dietiket.
Wadah dan penyimpanan bahan baku Dalam wadah tertutup baik, pada suhu ruang.
Wadah dan penyimpanan tablet Dalam wadahtertutup baik. Simpan pada suhu
250, masih diperbolehkan pada suhu 150 dan
300.
 Farmakope indonesia edisi V tahun 2014 halaman 822 - 829
2.5 Pengawasan Mutu Terhadap Bahan Awal, Produk Setengah Jadi dan
Produk Jadi Tablet Meloxicam
a) Bahan Baku Meloxicam
Industri farmasi sebagai sebagai unit usaha yang menunjang kesehatan
masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memproduksi obat
yang bermutu tinggi, berkhasiat dan terjamin keamanannya. Karenanya
pemerintah membuat kebijakan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
No.43/MenKes/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB).
Sesuai dengan ketentuan CPOB bahwa dalam pelaksanaan produksi
haruslah berdasarkan pada prosedur tertulis yang dapat menjamin kebenaran
bahan yang digunakan, keandalan peralatan, sistem kerja serta kemampuan
petugas pelaksanaan untuk memastikan obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.
Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB, yaitu suatu tindakan
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini berguna
untuk menjamin bahwa produk Indonesia adalah produk unggul.
Selama memproduksi obat perlu dan harus dilakukan dokumentasi yang
baik, karena pelulusan untuk diedarkan setiap bets sediaan farmasi antara lain
berdasarkan data yang dicatat dan sesuai ketentuan yang ada. Selain itu bahan
baku yang digunakan dalam produksi haruslah senantiasa divalidasi oleh bagian
pengawasan mutu. Oleh karena itu, bagian pengawasan mutu harus dilengkapi
dengan laboratorium pengujian untuk validasi bahan baku agar sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam CPOB.
Perlu diingat bahwa kualitas sediaan farmasi sangat ditentikan oleh kualitas
bahan baku dan dari bahan baku yang tidak memenuhi syarat spesifikasi yang
telah ditetapkan untuk obat. Bahan baku sediaan farmasi dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu bahan aktif, bahan tambahan (eksipien), dan
bahan pembantu proses.
Sebelum dilakukan pemesan bahan awal, dilakukan lah terlebih dahulu
perencanaan. Dasar perencanaannya adalah pemesanan pemasaran yang berasal
dari direktorat pemasaran di Jakarta per triwulan. Dari jumlah pesanan tersebut
dikonversikan per batch karena tiap produk memiliki ukuran batch yang berbeda.
Untuk pemesanan bahan, PPPI (Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Inventori) memperhatikan stok bahan baku yang ada digudang, stok produk
ruahan atau setengah jadi dari stok produk jadi di gudang, sehingga dapat
diketahui beberapa bahan yang akan dipesan.
Setelah semua jumlah bahan yang diperlukan untuk produksi dihitung, maka
PPPI mengeluarkan Surat Permintaan Pembelian Bahan (SPPB) ditujukan kepada
bagian pembelian. Bagian pembelian ini akan memilih pemasok yang paling
murah tetapi memenuhi spesifikasi bahan yang diminta, kemudian bagian
pembelian menerbitkan surat pesanan dan ditandatangani oleh pimpinan. Dibuat
tembusan satu lembar arsip pesanan kebagian gudang agar disiapkan tempatnya.
Bahan pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang dimana bagian
gudang akan memeriksa kecocokan nomor pesanan, jumlah, spesifikasi bahan
yang diminta pada arsip pesanan dengan bahan yang akan diantarkan. Bahan
tersebut akan dikarantina dan diberi label kuning sementara bagian gudang
membuat surat permohonan periksa ke bagian pengawasan mutu untuk melakukan
sampling dan pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Bila bahan memenuhi syarat
akan diberi label hijau disertai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL), jika tidak
memenuhi syarat akan diberi label merah dan HPL serta dikembalikan ke
pemasok.
Bahan aktif (bahan berkhasiat) adalah semua komponen formulasi yang
akan menimbulkan efek farmakologi dari sediaan, sedangkan eksipien adalah
komponen yang merupakan dasar atau pembawa untuk bahan aktif seperti air,
polietilenglikol, pengisi minyak lemak dan sebagainya. Komponen seperti
pewarna, flavour, pengawet, dapar, dan sebagainya merupakan komponen
eksipien yang ditambahkan dalam formulasi dengan tujuan untuk meningkatkan
sifat fisik dan stabilitas dari sediaan. Termasuk dalam kelompok zat pembantu
proses adalah bahan pembantu yang digunakan selama proses manufaktur produk
yang pada tahap akhir dihilangkan dari produk yang diproses, seperti zat
pembantu untuk proses penyaringan (filter aids), pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi, dan sebagainya.
 Sifat Fisika dan Kimia bahan
Sifat fisika dan kimia suatu bahan padat, cair atau gas merupakan hal
penting yang perlu diketahui dari suatu bahan baku, karena dengan sifat fisika dan
kimia tersebut dapat diketahui cara penyimpanannya, bahan yang tidak
tercampurkan dengan bahan baku yang digunakan, dan sebagainya yang berkaitan
dengan sifat fisik a dan kimia itu.
Pengetahuan tentang bentuk fisika dan kimia dari serbuk merupakan hal
utama yang penting diketahui untuk pengembangan sediaan farmasi. Selain itu
distribusi dan ukuran partikel merupakan faktor penting yang perlu diketahui jika
akan mengembangkan sediaan berbentuk suspensi, tablet, kapsul, dan sebagainya,
di mana karakteristik tersebut pada umumnya tergantung pada cara kristalisasi
dari serbuk padat tersebut dan daya kohesi intramolekuler dalam molekul. Bentuk
partikel akan sangat mempengaruhi sifat aliran pada saat pemampatan dan pada
permukaan.
Bentuk kristal (polimorfisme) dari suatu bahan padat perlu diketahui
karena zat dapat berada dalam bentuk amorf dan berbagai bentuk kristal, dalam
hal ini perbedaan disebabkan perbedaan kisi kristal dari zat. Walaupun secara
kimia tidak terlihat perbedaan pada bentuk polimorfisme, akan tetapi perbedaan
bentuk akan terlihat pada karakteristik fisik seperti bobot jenis, temperatur, leleh,
kelarutan dan kecepatan disolusi.
Untuk bahan baku yang monografinya tidak terdapat dalam kompendium
maka persyaratan harus dikembangkan oleh industri dengan merujuk
kompendium yang berlaku. Bagian QC harus mampu memberikan penilaian untuk
menetapkan persyaratan bahan baku tersebut berdasarkan hal berikut :
a. Mengikuti spesifikasi yang sudah ada untuk zat yang hampir sama
b. Menetapkan parameter uji berdasarkan pengetahuan tentang bahan secara
kimiawi.
 Spesifikasi Bahan Baku dalam Kerangka CPOB
Suatu bahan baku tertentu yang sama akan dapat berbeda dari suatu
“suplier” dan “suplier” lainnya ataupun dari suatu lot dengan lot lain dari suplier
yang sama bahkan mungkin dari suatu wadah dengan wadah lain dari lot yang
sama dan tidak jarang terjadi ketidakhomogenan yang cukup bermakna (non
homogen) dalam suatu wadah, misalnya dari bagian atas , tengah, dan bawah.
Untuk komponen yang monografinya terdapat dalam kompendium resmi
(USP, Farmakope Eropa, dan sebagainya) spesifikasi produk yang akan
digunakan di industru farmasi dapat dikembangkan dari rujukan tersebut dengan
catatan untuk Indonesia menggunakan Farmakope Indonesia yang sah berlaku
menurut ketentuan perundang-undangan sebagai rujukan utama.
Jika bahan baku tersebut diuraikan dalam kompendium resmi seperti
Farmakope biasanya perbedaan relatif kecil atau bahkan hampir tidak ada sama
sekali karena produsen bahan baku dan obat jadi akan selalu merujuk persyaratan
dalam monografi farmakope, di mana kedua pihak akan melakukan pengujian
sesuai dengan ketentuan dan cara uji farmakope, serta menetapkan apakah bahan
memenuhi persyaratan spesifikasi atau tidak.
Akan tetapi jika komponen tersebut tidak diuraikan dalam kompendium
resmi, maka industri farmasi dapat menggunakan kompendium sebagai rujuka
dan acuan degan mengikuti spesifikasi komponen yang hampir bersamaan.
Kemudian industri (bagian pengawasan mutu) mengembangkan penilaian dan
menetapkan parameter untuk pengujian bahan tersebut berdasarkan pengetahuan
tentang ilmu kimia komponen tersebut. Tahap selanjutnya adalah
mengembangkan metoda untuk menurunkan metoda pengujian yang
memungkinkan untuk mengukur setiap parameter. Dengan melakukan pengujian
beberapa lot komponen industri farmasi dapat menetapkan spesifikasi untuk
kriteria penerimaan dan atau penolakan.
Spesifikasi merupakan alat penting dalam melakukan validasi bahan baku
dan proses karena tanpa spesifikasi tidak dapat dilakukan validasi. Spesifikasi
harus dibuat dalam bentuk tertulis dan diikuti. Bila spesifikasi bahan baku telah
ditetapkan untuk pembuatan obat, maka hal ini merupakan sarana untuk
menyaring dan menetapkan untuk tidak menggunakan komponen yang tidak
memenuhi syarat dalam memproduksi obat.
Masalah bahan baku merupakan masalah utama industri farmasi disebabkan
oleh:
1. Industri bahan baku farmasi masih belum begitu berkembang dan bagian
terbesar bahan baku terutama bahan berkhasiat berasal dari berbagai negara.
2. Kebanyakan industri farmasi menerima bahan baku dari penyalur dan bukan
dari produsen di mana jarang sekali penyalur tersebut yang mempunyai
laboratorium pengujian untuk menjamin bahwa komponen yang
diperdagangkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
3. Penyalur sering mengimpor bahan baku dengan harga yang paling murah agar
supaya lebih mudah dipasarkan di pasaran Indonesia, karena sering
pertimbangan utama adalah pertimbangan harga dan negara asal bahan baku
bagi industri farmasi di Indonesia untuk selalu mendapatkan bahan baku dari
industri negara yang sama.
Walupun demikian pada umumnya bahan baku yang diimpor tersebut
dinyatakan pada etiketnya memenuhi persyaratan kompendium tertentu (misal
USP, BP, Farmakope Jepang, dan sebagainya), sehingga hal tersebut sangat
membantu industri farmasi dalam menetapkan spesifikasi dan melakukan cara
pengujian.
Oleh sebab itu dalam menetapkan spesifikasi bahan baku industri farmasi
harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan variasi dan
masalah, dan andaikata karena keadaan terpaksa dilakukan penggantian bahan
baku dari bahan baku yang sudah lazim digunakan harus dilakukan validasi
setidak-tidaknya secar parsial, yaitu pada masalah penyebab timbulnya variasi.
 Validasi Bahan Baku
Validasi proses akan lebih bermakna dan lebih murah jika kita dapat menilai
secara tepat bagaimana melakukan operasi yang diperlukan. Semua pertimbangan
evaluasi dan keputusan yang diambil harus didokumentasikan, sehingga jika
timbul masalah yang sama kelak di kemudian hari maka dapat dengan mudah
menelusuri langkah dalam pemecahan masalah secara mudah dan cepat.
Langkah-langkah berikut dibutuhkan secara bertahap dan sistematis dalam
melakukan validasi bahan baku :
Tahap pertama : “Membuat daftar semua bahan baku yang dibutuhkan
untuk membuat suatu bentuk produk”.
Dalam daftar ini termasuk semua bahan aktif eksipien dan bahan-bahan
pembantu proses yang digunakan dalam produksi dan semua bahan kimia standar
yang telah ditetapkan dan bahan-bahan laboratorium yang digunakan untuk
pengujian.
Tahap Kedua : “Mencari sekurang-kurangnya 2 supplier untuk setiap bahan
baku”.
Sesudah menyusun daftar lengkap bahan baku yang dibutuhkan, industri
harus mencari sumber bahan baku tersebut. Untuk mencegah seminimal mungkin
ketergantungan dari satu sumber perlu diupayakan sekurang-kurangnya ada 2
sumber dan produk dari kedua sumber tersebut.
Beberapa pertimbangan harus dievaluasi untuk menetapkan supplier:
a. Pertama ialah mereka sanggup menyediakan bahan yang dibutuhkan.
b. Kedua, jika lebih dari satu kualitas bahan baku yang dibutuhkan.
c. Ketiga, supplier harus mampu menyediakan kualitas yang dibutuhkan agar
supaya rencana produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
d. Keempat, suplier harus dievaluasi kemampuan supplier jika permintaan
meningkat dengan cepat sesuai dengan perkembangan produksi.
e. Kelima, industri harus tahu secara pasti apakah supplier tersebut produsen atau
distributor. Akan lebih baik jika suplier adalah produsen karena industri dapat
dengan cepat dan langsung berhubungan dengan bagian QC daripada harus
melalui pihak ketiga. Jika supplier hanya merupakan penyalur saja
kemungkinan tidak melakukan kontrol kualitas atau hanya empunyai waktu
yang sangat sedikit untuk melakukan kontrol.
f. Keenam, pertimbangan harga bahan baku.
g. Ketujuh, reputasi dan keandalan supplier berdasarkan pengalaman lalu.
Tahap ketiga : “Jika supplier baru kunjungi fasilitas industri tersebut”.
Hal ini baik sekali dilakukan untuk membina hubungan pribadi dengan
personalia di industri komponen tersebut, sehingga banyak masalah dapat
diselesaikan dengan cara mudah melalui hubungan pribadi.
Tahap keempat : “Memperoleh cuplikan dan sertifikat analisis dari
supplier”.
Setelah industri farmasi mempunyai gambaran tentang suplier yang akan
dipilih untuk menyediakan bahan baku, maka tahap selanjutnya ialah
memperoleh cuplikan dengan sertifikat analisis dari masing-masing cuplikan
tersebut. Sebaiknya dipilih 2 atau lebih suplier untuk setiap komponen yang akan
digunakan dalam formulasi dan cuplikan yang diminta berasal dari 2 atau 3 lot
yang berbeda dari masing-masing cuplikan tersebut.
Cuplikan dan sertifikat analisis (Gambar 1) akan dapat menunjukkan
adanya variasi antara lot pada pengujian spesifik. Penting sekali artinya untuk
mengetahui dan mengukur variasi dari suplier yang sama antara supplier yang
berbeda. Makin kecil perbedaan tersebut makin seragam dan reprodusibel lot dari
bahan baku tersebut.
Tahap kelima : “Menetapkan spesifikasi untuk setiap bahan”.
Jika monografi bahan baku terdapat dalam kompendium maka dengan
sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh industri dapat dibuat spesifikasi bahan
baku. Kecuali kalau ada informasi yang bertentangan maka ketentuan dalam
monografi resmi harus diikuti. Untuk beberapa alasan kadang-kadang spesifikasi
dibuat lebih ketat. Apabila bahan baku tidak diuraikan dalam kompendium maka
tugas industri menetapkan spesifikasi jadi lebih sulit.
Semua parameter pengujian yang ditetapkan harus dapat diukur dan
ditetapkan pula tentang variasi yang dapat diterima, dan setiap industri harus
mengerti dan dapat menginterprestasikan secara benar apa yag ditulis dalam
spesifikasi.
Hal yang penting diperhatikan ialah rentang yang dapat diterima (atau tidak
dapat diterima) harus ditetapkan dan divalidasi berdasarkan persyaratan produk
dan kemampuan supplier.
Spesifikasi bila sudah ditetapkan untuk bahan baku harus dipertahankan
sebagaimana seharusnya, akan tetapi hal tertentu harus pula ada flesibilitas untuk
menerima perubahan spesifikasi, misalnya karena alasan perkembangan teknologi
mutakhir. Sebagai contoh misalnya dengan menggunakan cara penentuan bahan
baku dengan teknik kromatografi kinerja tinggi yang akan memberikan hasil lebih
teliti dibandingkan cara tradisional titrasi.
Tahap keenam : “Menetapkan prosedur pengujian”
Sesuai dengan pengembangan spesifikasi harus pula ditetapkan metoda
pengujian untuk masing-masing spesifikasi tersebut. Untuk bahan baku yang
terdapat dalam kompendium prosedur pengujian disesuaikan dengan metoda uji
dalam monografi yang sesuai.
Tahap ketujuh : “Menetapkan prosedur pengambilan cuplikan jika
dibutuhkan persyaratan khusus”.
Cara pengambilan cuplikan secara umum harus diuraikan pada ketentuan
CPOB seperti persyaratan umum penerimaan bahan baku di industri jumlah
wadah yang harus diambil contohnya persyaratan penandaan bahan baku dalam
bentuk bulk dan wadah untuk cuplikan, wadah cuplikan dan penutup yang akan
digunakan , ukuran cuplikan dan metoda pengambilan cuplikan. Akan tetapi untuk
bahan baku tertentu diperlukan persyaratan khusus dalam pengambilan contoh
berdasarkan pertimbangan stabilitas dan atau tujuan penggunaan.
Sebelum prosedur pengambilan cuplikan secara individu tersebut
diresmikan dalam praktek secara rutin, cara tersebut harus dievaluasi dan
merupakan bagian dari validasi proses. Semua cara pengambilan cuplikan secara
khusus harus dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk prosedur tertulis.
Tahap kedelapan : “Menetapkan kondisi penyimpanan optimum”
Wadah bahan baku harus ditangani dan disimpan sesuai dengan persyaratan
kondisi yang sudah ditetapkan untuk melindungi stabilitas selama periode
penyimpanan yang sudah dinyatakan. Karakteristik kritik bahan baku dan faktor
yang lebih mempengaruhi telah diidentifikasi selama waktu menetapkan
spesifikasi.
Kimiawi dari setiap bahan harus ditinjau ulang yang menyangkut
higroskopisitas, kepekaan terhadap cahaya, kepekaan terhadap suhu, kemampuan
menunjang pertumbuhan mikroba, reaktivitas, dengan kemasan atau penutup
wadah dan kapasitas oksidasi. Begitu faktor kritik yang mempengaruhi bahan
baku sudah diketahui baru dapat dilakukan penelitian stabilitas, sehingga dapat
dirumuskan kondisi penyimpanan optimum dan menetapkan usia simpan bahan
baku.
Tahap kesembilan : “Menetapkan usia simpan”
Berkaitan dengan defenisi kondisi penyimpanan bahan baku adalah
menetapkan usia simpan. Batas daluwarsa atau usia simpan dari bahan baku
merupakan perioda dalam waktu mana bahan baku harus digunakan. Sering
ditetapkan masa daluwarsa lebih singkat dari data stabilitas yang tersedia,
sehingga akan selalu digunakan bahan baku yang segar/baru.
Usia simpan bahan baku harus didasarkan pada pengujian selama waktu
tertentu dalam wadah dan penutup yang digunakan disimpan sesuai dengan
kondisi optimum yang diperkirakan dan juga pada kondisi dipercepat. Jika kondisi
penyimpanan yang diharapkan adalah 2 – 8 oC dengan kelembaban relatif 75 –
80% maka penyimpanan bahan baku dilakukan pada kondisi tersebut dan juga
pada kondisi yang dipercepat sebagai berikut :
 45 oC dan kelembaban relatif 80%
 37 oC dan kelembaban relatif 80%
 25 oC dan kelembaban relatif 80%
 5 oC dan kelembaban relatif 80%
 0 oC dan kelembaban relatif 80%
Sesudah disimpan dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan, bahan baku harus diuji ulang untuk mengkonfirmasikan bahwa bahan
baku tersebut masih memenuhi persyaratan spesifikasi di samping harus pula
menentukan kadar hasil uraian produk tersebut.
Tahap kesepuluh : “Tantangan terhadap bahan baku”
Tahap terakhir yang dibutuhkan ialah melakukan uji tantangan terhadap
bahan baku agar supaya dapat terjamin bahwa bahan baku yang digunakan akan
memenuhi syarat spesifikasi produk.
Validasi memerlukan suatu (uji) tantangan terhadap proses dan cara uji yang
secara sengaja menggunakan bahan baku yang memenuhi syarat dan prosedur
untuk menghasilkan bets produk yang dapat dan tidak dapat diterima.
2.6 Certificate Of Analysis Meloxicam
Gambar 1. COA Meloxicam
2.7 Pengujian Meloxicam
2.7.1 Uji Bahan Baku berdasarkan Certificate Of Analysis Meloxicam
1. Rumus molekul : C14H13N3O4S2
2. Bobot molekul : 351,40
3. Pemerian (Visual Tes) : Serbuk, kuning pucat
4. Kelarutan (Visual tes)
Dalam air : tidak larut
Dalam metanol dan etanol : sangat sukar larut
Pengerjaannya :
Masukkan sejumlah zat seperti tertera dalam masing-masing
monografi kedalam gelas ukur bersumbat kaca 10 ml dengan ukuran lebih
kurang 125 mm x 13 mm dan telah dibersihkan dengan cermat. Dengan
menggunakan pelarut seperti tertera dalam masing-masing monografi atau
pada etiket, isi gelas ukur hingga hampir keleher gelas. Kocok hati-hati
hingga larut; larutan harus sama jernihnya dengan sejumlah volume sama
dari pelarut yang sama, dalam wadah yang serupa dan diperlakukan
dengan cara yang sama.
Zat Larut Dalam Air
Gunakan Metode I kecuali dinyatakan lain pada monografi
Metode I Didihkan 7 g zat dengan 700 ml air selama 30 menit sambil
sering diaduk dan tambahkan air yang hilang karena penguapan. Enap
tuangkan cairan kedalam gelas piala, tekan hati-hati sisa air yang tertinggal
pada bahan dengan batang pengaduk, campur larutan dan saring ekstrak
selagi panas. Uapkan 400 ml dan keringkan residu sampai bobot tetap pada
suhu 100°- 105°.
Kelarutan Dalam Etanol
Timbang 1 ml minyak dalam gelas ukur bersumbat kaca 25 ml atau
30 ml dan masukkan kedalam slat yang mempunyai suhu tetap yang
dipertahankan pada suhu 19,8°-20,2°. Dengan menggunakan buret
berkapasitas tidak kunang dari 20 ml tambahkan etanol dengan kadar
seperti dinyatakan pada monografi, tiap kali dengan 0,1 ml sampai larut
sempuma kemudian tiap kali dengan 0,5 ml sampai jumlah 20 ml dan
sening dikocok kuat. Catat volume etanol yang diperlukan untuk
mendapatkan larutan jernih. Lanjutkan penambahan jumlah etanol dengan
cara yang sama. Jika larutan menjadi berkabut atau keruh sebelum
penambahan 20 ml etanol, catat volume pada saat terjadi kabut atau
kekeruhan, dan juga volume pada saat kabut atau kekeruhan hilang. Jika
tidak diperoleh larutan jemih dengan penambahan 20 ml etanol, ulangi
pengujian dengan kadar etanol yang lebih tinggi.
Ketentuan yang digunakan
Larut dalam n bagian volume etanol (a%) atau lebih; jika larutan
jemih dalam n bagian volume etanol, setelah penambahan selanjutnya
dengan etanol berkekuatan sama hingga berjumlah 20 bagian volume,
tetap jemih dibandingkan terhadap minyak yang tidak diencerkan.
Larut dalam n bagian volume etanol (a%), menjadi berkabut jika
diencerkan; jika larutan jemih dalam n bagian volume manjadi berkabut
dalam n1 bagian volume (n1 kurang dari 20) dan tetap berkabut setelah
penambahan bertahap berjumlah 20 bagian volume etanol.
Larut dalam n bagian volume etanol (a%), menjadi berkabut dalam n
bagian volume (kurang dan 20); jika larutan jemih dalam n bagian volume
menjadi berkabut dan tetap berkabut setelah penambahan bertahap hingga
jumlah n2 bagian volume (n2 kurang dan 20), kemudian menjadi jernih.
Maka kelarutan minyak menguap dalam etanol (a%) adalah 1 bagian
volume dalamn bagian volume dan berkabut antara n1 dan n2 bagian
volume.
Larut dengan kekeruhan; jika larutan etanol berwarna sedikit kebiruan
sama dengan yang ditimbulkan dengan penambahan 0,5 ml perak nitrat
0,1 N dan 0,1 ml asam nitrat P pada 50 ml larutan natrium kiorida P
0,0012%,campur, biarkan selama 5 menit.
5. Assay
Agar tidak terjadi kepanasan saat titrasi, aduk hingga tercampur rata dan
hentikan titrasi segera setelah titik akhir tercapai. Larutkan 0,250 g dalam
campuran 5 ml asam format anhidrat R dan 50 ml asam asetat anhidrat R.
Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 M. tentukan titik akhir secara potensial. 1
ml 0,1 M asam perklorat setara dengan 35,14 mg meloxicam.
 Titrasi Potentiometrik
Dalam titrasi potensiometri titik akhir titrasi ditentukan dengan
mengikuti variasi perbedaan potensial antara 2 elektroda (satu elektroda
indikator dan satu elektroda referensi atau 2 elektroda indikator) yang
direndam dalam larutan untuk diperiksa sebagai fungsi. dari jumlah titran
yang ditambahkan. Potensi biasanya diukur pada nol atau praktis nol saat
ini.
Alat : Peralatan yang digunakan (potensiometer sederhana atau perangkat
elektronik) terdiri dari voltmeter yang memungkinkan pembacaan ke millivolt
terdekat. Indikator elektroda yang akan digunakan tergantung pada bahan
yang akan ditentukan dan mungkin elektroda gelas atau logam (misalnya,
platinum, emas, perak atau merkuri). Elektroda referensi umumnya adalah
elektroda kalomel atau perak-perak klorida. Untuk titrasi asam-basa dan
kecuali ditentukan lain, digunakan kombinasi elektroda gelas-kalomel atau
kaca-perak-perak klorida.
Metode : Dalam titrasi potensiometri dari asam atau basa lemah
menggunakan pelarut tidak berair, baik melakukan penentuan kosong atau
pra-menetralkan campuran pelarut, jika perlu, sebelum pembubaran zat yang
akan diperiksa Jika tidak mungkin untuk menggunakan deteksi potensiometri
untuk ini, campuran pelarut dapat dinetralkan dengan tujuan, titrasi
menggunakan indikator yang sesuai. Beberapa contoh diberikan di bawah
ini:
Plot grafik variasi perbedaan potensial sebagai fungsi dari kuantitas titran
yang ditambahkan, melanjutkan penambahan titran di luar titik ekuivalen
yang diduga. Titik akhir berhubungan dengan variasi tajam perbedaan
potensial.
6. Susut pengeringan (LOD) (tidak lebih dari 1%, lakukan pengeringan
pada suhu 105° selama 4 jam)
Prosedur ini digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang
mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan
mengandung air sebagai satu-satunya bahan mudah menguap, cara yang terdapat
pada Penetapan Kadar Air sudah memadai dan dicantumkan dalam masing-
masing monografi.
Campur dan timbang seksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, lakukan penetapan menggunakan 1-2 gr. Apabila zat
uji berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2
mm. Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama
30 menit pada kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan
zat uji kedalam botol timbang tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya.
Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji sampai setinggi lebih kurang
5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan kedalam oven,
buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu
dan waktu tertentu seperti tertera pada monografi.
[Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi haruslah dianggap dalam
rentang ±2° dari angka yang tertulis.] Pada waktu oven dibuka, botol segera
ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar
sebelum ditimbang.
Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk
penetapan susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1-2 jam pada
suhu 5°-10° di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang telah
ditetapkan.
Jika contoh yang diuji berupa kapsul, gunakan sejumlah campuran isi tidak
kurang dari 4 kapsul. Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan sejumlah
serbuk tablet tidak kurang dari 4 tablet yang diserbuk haluskan. Jika dalam
monografi susut pengeringan ditetapkan dengan analisis termogravimetri,
gunakan timbangan analitik yang peka.
Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam hampa udara di atas zat
pengering, gunakan sebuah desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat
pengering vakum lain yang sesuai.
Jika pengeringan dilakukan dalam desikator, lakukan penanganan khusus
untuk menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantinya sesering
mungkin. Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam botol bersumbat
kapiler dalam hampa udara, gunakan botol atau tabung dengan sumbat kapiler
berdiameter 225±25 µm dan atur bejana pemanas pada tekanan 5 mmHg atau
kurang. Pada akhir pemanasan, biarkan udara kering mengalir kedalam bejana
pemanas, angkat botol bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator sebelum
ditimbang.
Menurut Europe Pharmacopoeia Kehilangan pengeringan adalah hilangnya
massa yang dinyatakan dalam persen m/m.
Metode : Tempatkan jumlah yang ditentukan dari zat yang akan diperiksa
dalam botol penimbangan yang sebelumnya dikeringkan di bawah kondisi yang
ditentukan untuk zat yang akan diperiksa. Keringkan bahan ke massa konstan
atau untuk waktu yang ditentukan oleh salah satu dari prosedur berikut. Jika suhu
pengeringan ditunjukkan oleh nilai tunggal dan bukan kisaran, pengeringan
dilakukan pada suhu yang ditentukan t 2 ° C.
a. "dalam desikator": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R pada
tekanan atmosfer dan pada suhu kamar.
b. "in vacuo": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R, pada tekanan
1,5 kPa sampai 2,5 kPa pada suhu kamar.
c. "dalam vakum dalam kisaran suhu yang ditentukan": pengeringan dilakukan di
atas difosfor pentoksida R, pada tekanan 1,5 kPa hingga 2,5 kPa dalam kisaran
suhu yang ditentukan dalam monograf.
d. "dalam oven dalam kisaran suhu tertentu": pengeringan dilakukan dalam oven
dalam kisaran suhu yang ditentukan dalam monograf.
e. "dalam vakum tinggi": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R
pada tekanan tidak melebihi 0,1 kPa, pada suhu yang ditentukan dalam
monograf. Jika kondisi lain ditentukan, prosedur yang akan digunakan
dijelaskan secara lengkap dalam monograf.
7. Logam berat dengan penyerapan atom
Logam berat total
Metode-metode yang diuraikan di bawah ini membutuhkan penggunaan
reagen tioasetamida. sebagai alternatif, larutan natrium sulfida (0,1 mL)
biasanya cocok. Sejak tes yang ditetapkan dalam monografi telah
dikembangkan menggunakan reagen tioasetamida. Jika natrium sulfida
larutan RI digunakan sebagai gantinya, itu Diperlukan juga untuk metode
A, B dan H larutan pengamatan, yang disiapkan dari jumlah zat yang akan
diperiksa sesuai untuk uji, yang telah ditambahkan volume larutan standar
timah yang ditentukan untuk larutan standar. Uji tidak valid jika larutan
pengamatan tidak sekuat larutan standar.
Metoda A
Larutan uji. 12 mL larutan encer tertentu dari zat yang akan diuji.
Larutan standar. Camouran 10 mL larutan standar baku (1 ppm Pb) atau
larutan standar baku (2 ppm Pb), sebagaimana ditentukan, dan 2 mL
larutan encer ditentukan dari zat yang aan diuji.
Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan encer ditentukan
dari zat yang akan diuji. Untuk masing-masing larutan, tambahkan 1,2 mL
reagen tioasetamida ph 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen
tioasetamida. Campur segera. Periksa larutan setelah 2 menit.
Kecocokan sistem: Larutan standar menunjukkan warna yang agak sedikit
coklat dibandingkan dengan larutan blanko.
Hasil: Warna coklat dalam uji larutan tidak lebih kuat dari larutan standar.
Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran
penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada
pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan
yang berbeda.
Metoda B
Larutan uji. 12 ml larutan yang ditentukan dari zat yang diperiksa
dipersiapkan dengan menggunakan pelarut organik yang mengandung
persentase air minimum (contoh dioksan mengandung 15 persen air atau
aseton mengandung 15 persen air).
Larutan Standar. Campuran 10 ml larutan standar baku (1 atau 2 ppm Pb)
sebagai penetapan dan 2 ml larutan penetapan dari substansi yang harus
ditetapkan dalam pelarutorganik. Mepersiapkan larutan standar 1 atau 2
ppm timbal) yang dilarutkan dengan larutan standar baku (100 ppm Pb) R
dengan larutan digunakan untuk zat yang akan diuji.
Larutan blanko. Campuran 10 mL larutan digunakan untuk zat yang akan
diuji dan 2 mL larutan ditentukan dari zat yang akan diuji dalam pelarut
organik.
Untuk masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5.
Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamida. Campur segera.
Periksa larutan setelah 2 menit.
Kecocokan sistem: Larutan standar menunjukkan warna yang agak sedikit
coklat dibandingkan dengan larutan blanko.
Hasil: Warna coklat dalam uji larutan tidak lebih kuat dari larutan standar.
Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran
penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada
pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan
yang berbeda.
Metoda C
Larutan Uji. Tempatkan jumlah yang ditentukan (tidak kurang dari 2
gram) dari zat yang akan di uji didalam sebuah wadah silica dengan 4 mL
dari 250 g/L larutan magnesium sulfat R didalam larutan asam sulfurat R.
Campurkan menggunakan batang kaca yang bagus. Panaskan dengan hati-
hati. Apabila Campuran adalah cairan, uapkan dengan berlahan hingga
kering di waterbath. Semakin panas untuk pembakaran dan lanjutkan
pemanasan hingga hampir putih atau diperoleh residu keabu-abuan.
Lakukan pembakaran pada suhu tidak melibihi 800oC. Biarkan hingga
dingin. Basahkan residu dengan beberapa tetes larutan asam sulfur R.
Uapkan, bakar lagi dan biarkan hingga dingin. Jumlah periode pembakaran
harus tidak melebihi 2 jam. Ambil residu dalam 2 bagian, masing-masing
5 mL dari larutan asam hidroklorat R. Tambahkan 0, 1 mL larutan
fenolftalein R, kemudian amonia pekat R hingga diperoleh warna metah
muda. Dingin, tambahkan asam asetat glasial R hingga larutan tak
berwarna dan tambahkan 0, 5 mL dalam julah yang berlebih. Saring jika
perlu dan cuci saringan. Larutkan pada 20 mL air R.
Larutan standart. Persiapkan seperti yang dijelaskan pada larutan uji,
gunakan volume tertentu (10 ppm timbal) R daripada zat yang akan diuji.
Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji.
Larutan pengamatan. persipakan seperti yang dijelaskan pada larutan uji,
tambahkan pada zat yang akan diuji volume larutan standar (10 ppm
timbal) R tertentu untuk persiapan larutan standar. Untuk memperoleh 10
mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji.
Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan uji.
Untuk 12 mL masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH
3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamide R. Campur
segera. Periksa larutan setelah 2 menit.
Kecocokan sitem:
- larutan standar menunjukkan warna agak sedikit kecoklatan
dibandingkan larutan blanko.
- larutan pengamatan setidaknya sama kuatnya dengan larutan standar.
Hasil: Warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari larutan standar.
Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran
penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada
pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan
yang berbeda.
Metoda D
Larutan uji. Dalam wadah silika, campur secara sesama sejumlah tertentu
zat yang akan diuji dengan 0,5 g magnesium oksida R1. Bakar terus
hingga masa putih atau putih keabu-abuan diperoleh. Jika setelah 30 menit
pembakaran campuran sisa warna, biarkan dingin, campur menggunakan
pengaduk kaca dan ulangi pembakaran. Jika perlu ulangi pengerjaan.
Paaskan pada suhu 800oC selama 1 jam. Ambil residu dalam 2 bagian,
masing-masing 5 mL dari larutan asam hidroklorat R1 dan air.
Tambahkan 0,1 mL larutan fenolftalein dan kemudian amonia pekat R
hingga diperoleh warna metah muda. Dingin, tambahkan asam asetat
glasial R hingga larutan tak berwarna dan tambahkan 0, 5 mL dalam julah
yang berlebih. Saring jika perlu dan cuci saringan. Larutkan pada 20 mL
air R.
Larutan standart. Persiapkan seperti yang dijelaskan pada larutan uji,
gunakan volume tertentu (10 ppm timbal) R daripada zat yang akan diuji
dan keringkan dalam oven pada suhu 100-105 oC. Untuk memperoleh 10
mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji.
Larutan pengamatan. persipakan seperti yang dijelaskan pada larutan uji,
tambahkan pada zat yang akan diuji volume larutan standar (10 ppm
timbal) R tertentu untuk persiapan larutan standar dan keringkan dalam
oven pada suhu 100-105 oC. Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan
2 mL larutan uji.
Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan uji.
Untuk 12 mL masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH
3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamide R. Campur
segera. Periksa larutan setelah 2 menit.
Kecocokan sitem:
- larutan standar menunjukkan warna agak sedikit kecoklatan
dibandingkan larutan blanko.
- larutan pengamatan setidaknya sama kuatnya dengan larutan standar.
Hasil: warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari larutan standar.
Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran
penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada
pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan
yang berbeda.
Metode E
Solusi uji. Larutkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa dalam 30
mL air R atau volume yang ditentukan.
Solusi referensi (standar). Kecuali ditentukan lain, encerkan volume
larutan standar timbal yang ditentukan (1 ppm Pb) R ke volume yang sama
dengan larutan uji.
Siapkan peralatan penyaringan dengan mengadaptasi laras dari jarum
suntik 50 mL tanpa pistonnya ke penyangga yang mengandung, pada pelat,
sebuah filter membran (ukuran pori nominal 3 um) dan di atasnya prefilter.
Pindahkan larutan uji ke dalam tabung suntik, taruh piston pada tempatnya
dan kemudian berikan tekanan merata sampai seluruh cairan telah disaring.
Dalam membuka penyangga dan melepaskan prefilter, periksa apakah
filter membran tetap tidak tercemar dengan kotoran. Jika tidak, gantilah
dengan filter membran lain dan ulangi operasi dalam kondisi yang sama.
Ke prefiltrate atau volume yang ditentukan dari prefiltrate tambahkan 2
mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen
thioacetamide R. Campur segera dan biarkan selama 10 menit dan saring
lagi seperti dijelaskan di atas, tetapi membalikkan urutan filter, cairan
yang melewati filter membran terlebih dahulu sebelum melewati prefilter.
Filtrasi harus dilakukan perlahan dan merata dengan memberikan tekanan
sedang dan konstan ke piston jarum suntik. Setelah penyaringan
sempurna, buka penopang, lepaskan filter membran, dan keringkan
menggunakan kertas saring.
Secara paralel, perlakukan solusi referensi dengan cara yang sama seperti
solusi pengujian. Hasil: warna titik yang diperoleh dengan larutan uji tidak
lebih intens dari yang diperoleh dengan larutan referensi.
Metode F
Solusi uji. Tempatkan jumlah yang ditentukan atau zat kimia untuk
diperiksa dalam labu pembakaran berleher panjang yang bersih, kering,
100 mL (labu 300 mL dapat digunakan jika reaksinya berbusa secara
berlebihan). Jepit labu pada sudut 45°. Jika zat yang akan diperiksa adalah
padatan, tambahkan volume campuran 8 mL asam sulfat R dan 10 mL
asam nitrat R yang cukup untuk melembabkan zat tersebut secara
menyeluruh. jika zat yang akan diperiksa adalah cairan, tambahkan
beberapa mililiter campuran 8 mL asam sulfat R dan 10 mL asam nitrat R.
Hangatkan dengan lembut sampai reaksi dimulai, biarkan reaksi mereda
dan tambahkan bagian tambahan dari campuran asam yang sama,
panaskan setelah setiap penambahan, sampai total 18 mL campuran asam
telah ditambahkan. Tambahkan jumlah panas dan didihkan perlahan
sampai larutan menjadi gelap. Dinginkan, tambahkan 2 mL asam nitrat R
dan panaskan lagi sampai larutan menjadi gelap. Lanjutkan pemanasan,
diikuti dengan penambahan asam itrik R sampai tidak terjadi penggelapan
lebih lanjut, kemudian panaskan sampai padat, dihasilkan uap putih.
Dinginkan, tambahkan 5 mL air R dengan hati-hati, didihkan perlahan
sampai dihasilkan asap putih yang pekat dan lanjutkan pemanasan hingga
berkurang menjadi 2-3 mL. Dinginkan, tambahkan 5 mL air R dengan
hati-hati dan periksa warna larutannya. Jika warnanya kuning, hati-hati
tambahkan 1 mL larutan hidrogen peroksida R yang kuat dan kembali
menguap hingga padat, dihasilkan uap putih dan kurangi hingga volume 2-
3 mL. Jika larutan masih berwarna kuning, ulangi penambahan 5 mL air R
dan 1 mL larutan hidrogen peroksida kuat R sampai larutan tidak
berwarna. Dingin, encerkan dengan hati-hati dengan air Rdan bilas ke
dalam tabung pembanding warna 50 mL, memastikan bahwa volume total
tidak melebihi 25 mL. Sesuaikan larutan ke pH 3.0-4.0, menggunakan
kertas indikator pH jarak pendek sebagai indikator eksternal, dengan
amonia pekat R1 (encer amonia R1 dapat digunakan, jika diinginkan,
ketika rentang yang ditentukan didekati), encerkan dengan air R hingga 40
mL dan campuran. Tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur
dan tambahkan 1,2 mL reagen thioacetamide R. Campur segera. Encerkan
hingga 50 mL dengan air R dan campur.
Solusi referensi (standar). Persiapkan pada waktu yang sama dan dengan
cara yang sama dengan larutan uji, menggunakan volume yang ditentukan
dari larutan standar timah (10 ppm Pb) R.
Solusi monitor. Siapkan seperti yang dijelaskan untuk larutan uji,
tambahkan substansi yang akan diperiksa volume larutan baku timbal (10
ppm Pb) R yang ditentukan untuk larutan referensi.
Solusi kosong. Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk solusi pengujian,
hilangkan zat yang akan diperiksa.
Periksa solusi secara vertikal dengan latar belakang putih setelah 2 menit.
Kesesuaian sistem:
- solusi referensimenunjukkan warna cokelat dibandingkan dengan solusi
kosong,
- solusi monitor setidaknya sama kuatnya dengan solusi referensi.
Hasil: setiap warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari pada
larutan referensi. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan melalui
filter membran yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 um). Lakukan
penyaringan secara perlahan dan seragam, berikan tekanan sedang dan
konstan ke piston. Bandingkan tempat pada filter yang diperoleh dengan
solusi berbeda.
Metode G
HATI-HATI: ketika menggunakan bejana pencernaan bertekanan tinggi,
tindakan pencegahan dan instruksi pengoperasian yang diberikan oleh
pabrikan harus diikuti. Siklus pencernaan harus dijabarkan tergantung
pada jenis oven microwave yang akan digunakan (misalnya, oven
microwave yang dikendalikan energi, oven microwave yang dikontrol
suhu, atau oven tekanan tinggi). Siklus harus sesuai dengan instruksi
pabrik. Siklus pencernaan cocok jika solusi yang jelas diperoleh.
Solusi uji. Tempatkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa (tidak
lebih dari 0,5 g) dalam gelas kimia yang bersih dan sesuai. Tambahkan
berturut-turut 2,7 mL asam sulfat R, 3,3 mL asam nitrat R dan 2,0 mL
larutan hidrogen peroksida R kuat menggunakan pengaduk magnet.
Biarkan zat bereaksi dengan pereaksi sebelum menambahkan yang
berikutnya. Pindahkan campuran ke wadah pencernaan tahan tekanan
tinggi kering (fluoropolymer atau gelas kuarsa).
Solusi referensi (standar). Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk
larutan uji, menggunakan volume larutan standar timbal yang ditentukan
(10 ppm Pb) R sebagai pengganti zat yang akan diperiksa.
Monitor solusi. Bersiap sesuai dengan yang ditentukan untuk larutan uji,
tambahkan substansi yang akan diperiksa volume larutan baku timbal (10
ppm Pb) R yang ditentukan untuk larutan referensi.
Solusi kosong. Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk solusi pengujian,
hilangkan zat yang akan diperiksa.
Tutup bejana dan letakkan di oven microwave laboratorium. Intisari
menggunakan 2 program terpisah yang sesuai. Rancang program dalam
beberapa langkah untuk mengontrol reaksi, tekanan pemantauan, suhu atau
energi tergantung pada jenis oven microwave yang tersedia. Setelah
program pertama biarkan pembuluh pencernaan mendingin sebelum
dibuka. Tambahkan ke setiap bejana 2,0 mL larutan hidrogen peroksida R
yang kuat dan dicerna menggunakan program kedua. Setelah program
kedua biarkan pembuluh pencernaan mendingin sebelum dibuka. Jika
perlu untuk mendapatkan larutan bening, ulangi penambahan larutan
hidrogen peroksida R yang kuat dan program pencernaan kedua.
Dinginkan, encerkan dengan hati-hati dengan air R dan bilas ke dalam
labu, memastikan bahwa volume total tidak melebihi 25 ml.
Dengan menggunakan kertas indikator pH jarak pendek sebagai indikator
eksternal, sesuaikan solusi ke pH 3.0-4.0 dengan amonia pekat R1 (amonia
encer R1 dapat digunakan ketika kisaran yang ditentukan didekati). Untuk
menghindari pemanasan solusi gunakan penangas es dan pengaduk
magnetik. Encerkan hingga 40 mL dengan air R dan campur. Tambahkan
2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen
thioacetamide R. Campur segera. Encerkan hingga 50 mL dengan air R,
campur dan diamkan selama 2 menit. Saring solusi melalui filter membran
yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 um). Lakukan penyaringan secara
perlahan dan seragam, berikan tekanan sedang dan konstan ke piston.
Bandingkan tempat pada filter yang diperoleh dengan solusi berbeda.
Kesesuaian sistem:
- tempat yang diperoleh dengan larutan referensimenunjukkan warna coklat
dibandingkan dengan tempat yang diperoleh dengan solusi kosong,
- bercak yang diperoleh dengan larutan monitor setidaknya sama kuatnya
dengan bercak yang diperolah dengan larutan referensi.
Hasil: warna coklat dari tempat yang diperoleh dengan larutan uji tidak
lebih intens dari tempat yang diperoleh dengan larutan referensi.
Metode H
Solusi uji. Larutkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa dalam 20
mL pelarut atau campuran pelarut yang ditentukan.
Solusi referensi. Encerkan volume larutan standar timbal yang ditentukan
(10 ppm Pb) R hingga 20 mL dengan campuran pelarut atau campuran
yang ditentukan.
Solusi kosong. 20 mL campuran pelarut atau campuran yang diresepkan.
Untuk setiap larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur.
(Dalam beberapa kasus terjadi presipitasi, dalam hal ini monograf spesifik
akan menggambarkan pelarutan kembali dalam volume yang ditentukan
dari pelarut yang diberikan.) Tambahkan ke 1,2 mL reagen thioacetamide
R. Campur segera dan biarkan selama 2 menit. saring solusi melalui filter
membran yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 μm). Bandingkan tempat
pada filter yang diperoleh dengan solusi berbeda.
Kesesuaian sistem: tempat yang diperoleh dengan solusi referensi
menunjukkan warna hitam kecoklatan dibandingkan dengan tempat yang
diperoleh dengan solusi kosong.
Hasil: warna kecoklatan-hitam dari titik yang diperoleh dengan larutan uji
tidak lebih intens dari pada titik yang diperoleh dengan larutan referensi.
Arsenic (As)
Uji Batas Arsen
Prosedur ini disusun untuk mendeteksi adanya cemaran arsenic dengan
mengubah senyawa arsenic dalam suatu senyawa pada uji terhadap arsen,
kemudian dilewatkan melalui larutan perak dietil ditiokarbamat untuk
membentuk komplek berwarna merah. Warna merah yang terbentuk
dibandingkan, baik secara visual atau secara spektrofotometri terhadap
warna yang dihasilkan dari cara yang sama menggunakan kontrol yang
mengandung sejumlah arsen setara dengan batasan yang diberikan dalam
masing-masing monografi. Batas dinyatakan sebagai arsen (As), kadar
arsenic tidak melebihi batas yang tertera dalam masing-masing monografi.
Kedua metode yang diberikan, berbeda hanya dalam perlakuan awal
terhadap zat uji dan standar. Pada umumnya digunakan Metode I untuk
bahan anorganik, Metode II untuk bahan organik.
Peralatan terdiri dari sebuah arsen generator (a), dilengkapi dengan
unit pembersih (c) dan tabung penyerap (e) dengan sambungan terasa atau
dengan dasar bola gelas dan soket penyambung (b dan d) diantara unit-
unit. Walaupun demikian, alat lain yang sesuai, menggunakan prinsip alat
yang disebutkan dan diilustrasikan dapat digunakan.
Larutan persediaan arsen trioksida Timbang seksamam132,0 mg
arsen trioksida P, yang sebelumnya sudah dikeringkan pada 105° selama 1
jam, masukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan larutkan kedalam 5 ml
larutan natrium hidroksida P (1 dalam 5) Netralkan larutan dengan asam
sulfat 2 N, tambahkan kembali 10 ml asam sulfat 2 N kemudian
tambahkan air yang baru dididihkan dan didinginkan sampai tanda,
campur.
Larutan baku arsen Pipet 10 ml Larutan persediaan arsen trioksida
kedalam labu tentukur 1000 ml, tambahkan 10 ml warn sulfat 2 N,
kemudian tambahkan air yang baru dididihkan kemudian didinginkan
sampai batas dan campur. Setiap ml Larutan baku arsen mengandung
setara dengan1 µg Arsen (As). Simpan larutan ke dalam wadah kaca dan
gunakan dalamwaktu 3 hari.
Metode I
Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen kedalam labu generator
dan encerkan dengan air sampai 35 ml.
Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
pindahkan kedalam labu generator sejumlah zat uji, dalam g, dihitung
dengan rumus:
3,0
L
dimana L adalah batas arsen dalam ppm. Larutkan dalam air dan
encerkan dengan air sampai 35 ml.
Prosedur Perlakukan sama Larutan baku dan Larutan uji seperti berikut:
tambahkan 20 ml asam sulfat 7 N,2 ml kalium iodida LP, 0,5 ml tirnah(II)
klorida pekat LP dan 1 ml isopropanol P dan campur. Diamkan pada suhu
kamar selama 30 menit. Tambahkan tabung slaber (c) dengan 2 gumpal
kapas yang sudah dicelupkan kedalam larutan timba l(II) asetat P.
Hilangkan kelebihan larutan dengan diperas dan keringkan dengan vakum
pada suhu kamar. Buat jarak 2 mm diantara kedua gumpalan. Lumas
kedua sambungan b dan d dengan pelumas yang sesuai diperuntukkan
untuk pelarut organik, dan sambung unit pembersih kedalam tabung
penyenap (e). Pindahkan 3,0 ml perak dietil ditiokarbarnat LP kedalam
tabung penyerap. Tambahkan 3,0 g seng granul (20 mesh) kedalam
campuran di dalam labu, segera sambung unit pembensih dan biarkan
pelepasan hidrogen dan pengembangan warna terjadi pada suhu ruang
selama45 menit. Putar labu secara perlahan dengan antara 10 menit.
Lepaskan tabung penyenap dari generator dan unit pembersih dan
pindahkan larutan absonpsi kedalam sel absorpsi 1 cm. Warna merah yang
dihasilkan oleh Larutanu Ji tidak lebih intensif dari yang dihasilkan
Larutan baku. Bila diperlukan atau diinginkan, ukur absorpsi pada Panjang
gelombang serapan maksimum antara 535-540 rim menggunakan
spektrofotometer yang sesuai atau kolorimeter, menggunakan perak dietil
ditiokarbarnat LP sebagai blangko.
Timbal (Pb)
Uji Batas Timbal
Ketatnya batas jumlah timbal yang diperbolehkan dalam sediaan
farmasi mengakibatkan penggunaan dua metode yang salah satunya adalah
metode berikut ini yang bergantung pada ekstraksi timbale dengan larutan
ditizon. Untuk penetapan kadar logam berat secara umum, dihitung
sebagai timbal, dapat dilihat pada Uji Batas Logam Berat.
Untuk uji berikut ini, gunakan pereaksi yang mempunyai kandungan
timbale serendah mungkin dan simpan semua pereaksi dalam wadah kaca
borosilikat. Bilas semua alat kaca dengan larutan asam nitrat P (1 dalam
2) hangat, kemudian bilas dengan air.
Pereaksi khusus
Larutan ammonia sianida Larutkan 2 g kalium sianida P dalam 15 ml
ammonium hidroksida P dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
Larutan ammonium sitrat Larutkan 40 g asam sitrat P dalam 90 ml air.
Tambahkan 2 tetes atau 3 tetes merah fenol LP dan secara hati-hati
tambahkan ammonium hidroksida P hingga berwarna kemerahan.
Hilangkan timbal yang masih ada dengan cara mengekstraksi larutan
beberapa kali, tiap kali dengan 20 ml Larutan pengestraksi ditizon, hingga
tinggal larutan ditizon yang berwarna jingga-hijau.
Enceran larutan baku timbale Encerkan sejumlah volume Larutan baku
timbale yang diukur seksama seperti tertera pada Uji Batas LogamBerat
(mengandung 10 µg Pb per ml), dengan 9 bagian volume larutan asam
nitrat P (1 dalam 100) hingga kadar timbal 1 µg per ml.
Larutan pengekstraksi ditizon Larutkan 30 mg ditizon P dalam 1000 ml
kloroform P dan tambahkan 5 ml etanol P. Simpan larutan dalam lemari
pendingin.
Sebelum digunakan, kocok sejumlah volume Larutan pengekstraksi
ditizon dengan lebih kurang setengah volume larutan asam nitrat P (1
dalam 100), buang bagian asam nitrat.
Larutan hidroksil amina hidrokiorida Larutkan 20 g hidroksil amina
hidroklorida P dalam air secukupnya hingga lebih kurang 65 ml,
pindahkan kedalam corong pisah, tambahkan 5 tetes biru timol LP
kemudian tambahkan ammonium hidroksida P hingga terjadi warna
kuning. Tambahkan 10 ml larutan natrium dietil ditiokarbamat P (1 dalam
25), campur dan didiamkan selama 5 menit. Ekstraksi larutan beberapa
kali, tiap kali dengan 10 - 15 ml kloroform P hingga 5 ml ekstrak
kloroform tidak menghasilkan wama kuning apabila dikocok dengan
tembaga(II) sulfat LP. Tambahkan asam klorida 3 N sampai larutan
berwarna merah muda (jika perlu, tambahkan lagi 1 tetes atau 2 tetes biru
timol LP) dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
Larutan kalium sianida Larutkan 50 g kalium sianida P dalam air
secukupnya hingga 100 ml. Hilang kan timbale dengan cara mengekstraksi
larutan beberapa kali, tiap kali menggunakan Larutan pengekstraksi
ditizon seperti tertera pada Larutan ammonium sitrat di atas, kemudian
ekstraksi sisa ditizon dengan kloroform P. Encerkan Larutan sianida
dengan air secukupnya hingga kadar 10 g kalium sianida per 100 ml.
Larutan baku ditizon Larutkan 10 mg ditizon P dalam 1000 ml
kloroform P. Simpan larutan dalam botol bebas timbale bersumbat kaca,
lindungi terhadap cahaya menggunakan pelindung yang sesuai, simpan
dalam lemari pendingin.
Larutan uji [Catatan Apabila dalam pembuatan larutan uji berikut mi,
zat uji sangat cepat bereaksi dan mulai mengarang dengan 5 ml asam
sulfat P sebelum dipanaskan, gunakan 10 ml larutan asam sulfat sulfat P
(1 dalam 2) dingin dan tambahkan beberapa tetes hydrogen peroksida P
sebelum dipanaskan.] Apabila dalam monografi tidak dicantumkan
pembuatan larutan uji secara khusus, buat Larutan uji sebagai benilcut.
[Perhatian Lakukan prosedur mi dengan hati-hati, sebab beberapa zat
mudah meledak apabila bereaksi dengan hydrogen peroksida.] Masukkan
1,0 g zat uji kedalam tabung yang sesuai, tambahkan 5 ml asam sulfat P
dan beberapa manic kaca, dan ekstraksi di atas lempeng pemanas dalam
lemari asam hingga mulai mengarang. Pemanasan dapat dilakukan dengan.
cara lain yang sesuai (jika perlu tambahkan asam sulfat P lagi, agar basah
sempuma, tetapi penambahan jangan lebih dari 10 ml).
Tambahkan hydrogen peroksida P 30% tetes demi tetes dengan hati-
hati, biarkan reaksi mereda dan panaskan lagi diantara penetesan.
Tambahkan beberapa tetes pertama secara sangat pelan, campur hati-hati
supaya reaksi tidak terlalu cepat, dan hentikan reaksi jika terbentuk busa
berlebih. Goyang larutan dalam labu untuk mencegah zatyang tidak
bereaksi menempel pada dinding labu [Catatan tambahkan peroksida jika
campuran menjadi cokelat atau menjadi gelap.] Lanjutkan ekstraksi
hingga zat terurai sempuma, timbul asap belerang trioksida dan larutan
menjadi tidak berwama. Dinginkan, tambahkan hati-hati 10 ml air,
panaskan hingga belerang trioksida timbul lagi, dan dinginkan. Ulangi
prosedur ini menggunakan 10 ml air lagi untuk menghilangkan sisa
hydrogen peroksida, encerkan hati-hati dengan 10 ml air dan dinginkan.
Prosedur Pindahkan Larutan uji, bilas dengan 10 ml air, atau sejumlah
volume larutan uji khusus seperti tertera pada monografi, kedalam corong
pisah, dan apabila tidak dinyatakan lain dalam monografi, tambahkan 6 ml
Larutan ammonium sitrat dan 2 ml Larutan hidroksil amina hidrokiorida.
(Untuk penetapan timbale dalam garam besi gunakan 10 ml Larutan
ammonium sitrat). Tambahkan 2 tetes merah fenol LP dan basakan dengan
ammonium hidroksida P, hingga berwarna merah. Dinginkan larutan jika
perlu, tambahkan 2 ml Larutan kalium sianida. Ekstraksi segera larutan
beberapa kali, tiap kali dengan 5 ml Larutan pengekstraksi ditizon, alirkan
tiap ekstrak kedalam corong pisah lain hingga larutan ditizon tetap
berwarna hijau. Kocok kumpulan larutan ditizon selama 30 detik dengan
20 ml larutan asam nitrat P (1 dalam 100) dan buang lapisan kloroform.
Kedalam larutan asam, tambabkan 5,0 ml Larutan baku ditizon dan 4 ml
Larutan amonia-sianida dan kocok selama 30 detik: warna lembayung
lapisan kloroform tidak lebih tua dari pada larutan pembanding yang
dibuat dari sejumlah volume Enceran larutan baku timbale yang setara
dengan batas timbale zat uji, menggunakan pereaksi yang sama dan
diperlakukan sama seperti zat uji.
Mercury/ Raksa (hg)
Uji Batas Raksa
Metode I
[Catatan Raksa (II) ditizonat peka terhadap cahaya. Lakukan
pengujian dalam cahaya lemah.]
Pereaksi Larutan persediaan ditizon Larutkan 40 mgditizon P dalam 1000
ml kloroform P.Titran ditizon Encerkan 30,0 ml Larutan persediaan
ditizon dengan kloroform P hingga 100,0 ml. Larutan ini mengandung
lebih kurang 12 mg ditizon P per liter.
Larutan persediaan raksa Masukkan 135,4 mg raksa (II) klorida P
kedalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan asam sulfat I N sampai
tanda. Larutan ini mengandung setara dengan 100 mmHg per 100 ml.
Larutan raksa untuk pembakuan titran ditizon Masukkan 2,0 ml
Larutan persediaan raksa kedalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan
asam sulfat 1 N sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung setara dengan
20 µg Hg.
Larutan-larutan berikut digunakan untuk uji batas raksa yang tertera
pada monografi: Besi (II) Fumarat dan Besi (II) Sulfat.
Larutan hidroksil amina hidroklorida Buat seperti tertera pada Uji
Batas Timbal.
Larutan baku raksa Buat larutan segar dengan mengencerkan secara
kuantitatif 1,0 ml Larutan
Persediaan raksa dengan asam sulfat I N sampai 1000 ml. Tiap ml
larutan ini setara dengan 1 µgHg.
Larutan pengekstraksi ditizon Buat seperti tertera pada Uji Batas
Timbal.
Larutan pengekstraksi ditizon encer Buat larutan segar, encerkan 5 ml
Larutan pengekstraksi ditizon dengan 25 ml klorofrom P.
Pembakuan titranditizon Masukkan 1,0 ml Larutan raksa untuk
pembaku anti tranditizon kedalam corong pisah 250 ml, tambahkan 100 ml
asam sulfat 1 N, 90 nilair, 1 ml asam asetat glasial P dan 10 ml larutan
hidroksil amina hidrokiorida P (1 dalam 5).
Titrasi larutan dengan Titran ditizon menggunakan buret mikro 10 ml,
kocok campuran 20 kali setiap penetesan dan biarkan lapisan kloroform
memisah, kemudian buang lapisan kloroform. Lanjutkan sampai
penambahan Titran ditizon terakhir berwarna hijau setelah dikocok.
Hitung jumlah dalam µg kesetaraan Hg untuk tiap ml Titranditizon dengan
rumus:
20
V
V adalah volume, dalam ml Titran ditizon yang ditambahkan.
Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 2 g, masukkan kedalam
labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran
asam nitrat P dan asam sulfat P volume sama, hubungkan dengan
pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam, dinginkan,
encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai uap asam nitrit habis.
Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan kedalam labu
tentukur 200 ml, encerkan dengan air sampai tanda, campur dan saring.
Prosedur Masukkan 50,0 ml Larutan uji kedalam corong pisah 250 ml,
ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform F, sampai ekstrak
kloroform terakhir tidak berwarna. Buang ekstrak kloroform dan pada
larutan tarnbahkan 50 ml warn sulfat 1 N, 90 ml air, 1 ml asam asetat
glasiat P dan 10 ml larutan hidroksil amina hidrokiorida P (1 dalam 5).
Lakukan seperti pada Pembaku anti tranditizon, mulai dengan "Titrasi
larutan dengan Titranditizon". Hitung jumlah raksa.
8. Zat kimia penganggu
Logam atau garam logam seperti kromium, kobalt, tembaga, raksa,
molibdenum, nikel, valadium dan perak dapat mengganggu pelepasan arsen.
Antimon dalam bentuk stibin menghasilkan pengganggu positif pada
pengembangan warna menggunakan perak dietilditiokarbamat LP. Bila
diperkirakan terdapat antimon, warna merah yang dihasilkan dalam 2 larutan
perak dietil ditiokarbamat dapat dibandingkan pada panjang gelombang
serapan maksimum antara 535 nm dan 540 nm menggunakan kolorimeter yang
sesuai, dimana pada panjang gelombang ini gangguan yang disebabkan oleh
stibin dapat diabaikan.
Metode I
Catatan:
(1) Perhatian Lakukan dengan hati-hati. Beberapa zat dapat bereaksi dengan
ledakan yang membahayakan bila dicampur dengan hydrogen perokida.
(2) Apabila terdapat campuran mengandung halogen gunakan suhu lebih
rendah pada saat memanaskan zat uji dengan asam sulfat F, hindari
mendidihnya campuran dan tambahkan hydrogen peroksida dengan hati-hati
sebelum terjadi pengarangan, untuk mencegah hilangnya arsentrivalen.
(3) Apabila zat uji bereaksi dengan asam sulfat 5 ml sangat cepat, dan sudah
terjadi pengarangan pada penambahan 5 ml asam sulfat P sebelum
pemanasan, sebagai pengganti gunakan 10 ml asam sulfat encer dingin (1
dalam 2) dan tambahkan beberapa tetes hydrogen perokrida P sebelum
pemanasan.
Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen kedalam labu generator,
tambah 2 ml asam sulfat, campur dan tambahkan sejumlah 30% hydrogen
peroksida P yang digunakan dalam pembuatan Larutan uji. Panaskan
campuran hingga terjadi asap putih tebal, dinginkan tambahkan perlahan-lahan
10 ml air, dan panaskan lagi sampai terjadi asap putih tebal. Ulangi prosedur
dengan menggunakan 10 ml air untuk menghilangkan sisa hydrogen peroksida.
Dinginkan dan encerkan dengan air sampai 35 ml.
Larutan uji Jika tidak dinyatakan lain dalam masing-masing monografi
masukkan kedalam labu generator sejumlah zat uji, dalam µg, dihitung
menggunakan rumus:
3,0
L
dimana L adalah batasan arsen dalam ppm. Tambahkan 5 ml asam sulfat P
dan beberapa manic kaca, ekstraksi dalam lemari asam, lebih baik
menggunakan lempeng pemanas dan pada suhu tidak lebih dari 120° hingga
terjadi pengarangan. (Mungkin diperlukan asam sulfat berlebih untuk
membasahkan zat uji secara sempurna, tetapi jumlah volume yang
ditambahkan tidak lebih 10 ml). Tambahkan hati-hati tetes demi tetes 30%
hydrogen peroksida P biarkan reaksi terjadi dan panaskan kembali diantara
penetesan. (Tambahkan dengan sangat hati-hati beberapa tetes pertama dengan
mencampur secukupnya, untuk menghindari reaksi cepat). Hentikan
pemanasan bila terbentuk busa berlebih. Bila reaksi berkurang, panaskan hati-
hati, goyangkan labu sesekali untuk mencegah zat melekat pada dinding labu
yang kontak dengan pemanasan. Pertahankan kondisi oksidasi setiap saat
selama ekstraksi dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan hydrogen
peroksida P, jika campuran menjadi cokelat atau gelap. Lanjutkan ekstraksi
hingga zat organic terurai, naikkan suhu lempeng pemanas secara bertahap
hingga asap dari belerang dietiloksida dibebaskan dan larutan menjadi tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat. Dinginkan, tambahkan hati-hati 10 ml
air, campur dan uapkan sekali lagi hingga terjadi asap tebal. Ulangi prosedur
mi untuk menghilangkan sisa hydrogen peroksida. Dinginkan, tambahkan hati-
hati 10 ml air, bilas dinding labu dengan beberapa ml air, dan encerkan dengan
air hingga 30 ml.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode I
Zat Kimia Pengganggu Lakukan seperti tertera pada Metode I.
9. Tes mikroba
Pengujian kuantitatif untuk bakteri mesofil dan kapang yang dapat tumbuh
pada kondisi aerob. Pengujian mi dirancang untuk menentukan suatu bahan
atau sediaan memenuhi spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah
ditetapkan, termasuk jumlah sampel yang akan digunakan dan interpretasi
basil uji.
Metode ini tidak dapat diaplikasikan untuk produk yang mengandung
mikroba viabel sebagai bahan aktif. Prosedur mikrobiologi lain termasuk
metode otomatisasi dapat digunakan setelah dibuktikan kesetaraannya dengan
metode farmakope.
Prosedur Umum : Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik sebagai
tindakan pencegahan untuk menghindari kontaminasi mikroba dari luar
produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba yang diuji. Jika produk
mempunyai aktifitas antimilcroba sebelum diuji lakukan netralisasi
menggunakan inaktivator yang telah dibuktikan tidak toksik terhadap
mikroba yang diuji.
Metode Penghitungan: Pengujian dilakukan dengan metode Penyaringan
Membran atau salah satu Metode Angka Lempeng yang sesuai. Metode lain
adalah Angka Paling Mungkin (APM) yang umum digunakan untuk produk
dengan tingkat kontaminasi rendah.
Pemilihan metode pengujian berdasarkan beberapa faktor antara lain jenis
produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan dan ukuran sampel yang
memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik. Kesesuaian
metode yang dipilih harus ditetapkan.
Ketentuan Umum
Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba pada produk harus
ditetapkan. Jika terjadi perubahan kinerja pengujian pada produk yang
mempengaruhi hasil uji, maka harus dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian
metode.
Penyiapan Galur Mikroba Uji
Gunakan suspensi mikroba uji terstandar yang stabil.Galur mikroba uji
dipelihara dengan Teknik Biakan Lot Benih tidak lebih dari 5 pasase dari master
lot benih asli. Biakkan tiap galur bakteri dan kapang uji secara terpisah seperti
tertera pada Tabel 1.
Untuk membuat suspensi mikroba uji gunakan Dapar Natrium Kiorida-
Pepton pH 7,0 atau Dapar fosfat pH 7,2; untuk memisahkan spora Aspergillus
brasiliensis tambahkan polisorbat 80 P 0,05% pada dapar. Gunakan dapar dalam
waktu 2 jam atau dalam 24 jam jika disimpan pada 2° - 8°. Setelah dipilih untuk
menyiapkan suspensi segar sel vegetatif A.brasiliensis atau B.subtilis, siapkan
suspensi spora yang stabil dan gunakan untuk inokulum dalam pengujian dengan
volume yang sesuai. Suspensi spora yang stabil dipelihara pada 2° - 8° untuk
jangka waktu yang tervalidasi.
Kontrol Negatif
Untuk membuktikan kesesuaian kondisi pengujian, kontrol negatif
dilakukan menggunakan pengencer yang sesuai seperti pada penyiapan larutan uji.
Tidak boleh terjadi pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif dilakukan pada saat
pengujian seperti tertera pada Pengujian Sediaan. Kegagalan kontrol negatif
memerlukan investigasi.
Fertilitas Media
Uji setiap bets media jadi dan setiap bets media yang dibuat dari media
kering atau dari bahan yang tertera pada formula.
Inokulasi sejumlah kecil mikroba (tidak Iebih dan 100 koloni per plate) ke
dalam Soybean-Casein Digest Broth, Soybean-Casein Digest Agar dan Sabouraud
Dextrose Agar seperti tertera pada Tabel 1. Inkubasi sesuai dengan kondisi yang
tertera pada Tabel 1. Untuk media padat, pertumbuhan yang diperoleh tidak boleh
berbeda dua kali dari nilai hitung inoculum standar. Pertumbuhan mikroba dan
hasil uji fertilitas pada inokulum yang dibuat segar harus sebanding dengan bets
sebelumnya. Media cair dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji terlihat
jelas dan sebanding dengan inokulum yang telah sesuai dengan hasil uji fertilitas
bets media sebelumnya.
PENYIAPAN SAMPEL
Metode penyiapan sampel disesuaikan dengan sifat fisik sediaan yang
diuji. Jika dengan prosedur yang diuraikan di bawah ini tidak ada yang
memuaskan maka harus dikembangkan prosedur lain yang sesuai.
Sediaan Larut Air Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji (biasanya 1
dalam 10) dalam Larutan Dapar Natrium Kiorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan
Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest Broth bila perlu atur pH hingga
6 - 8. Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama.
Sediaan Bukan Lemak yang Tidak Larut dalam Air Suspensikan atau
encerkan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar
Natrium Klorida-Pepton pH 7, 0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau
Soybean-Casein Digest Broth. Dapat ditambahkan surfaktan seperti Polisorbat 80
1 g per L untuk membantu mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi, jika perlu
atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama.
Sediaan Berlemak Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji dalam
isopropil miristat steril yang disterilkan dengan cara penyaringan atau campurkan
sediaan yang akan diuji dengan sesedikit mungkin surfaktan Polisorbat 80 steril
atau surfaktan noninhibitor lain steril, jika perlu hangatkan dalam tangas air pada
suhu tidak lebih dan 400 atau pada kasus tertentu tidak lebih dan 450 Aduk
perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu dalam tangas air.
Tambahkan secukupnya pengencer yang telah dihangatkan hingga diperoleh
pengenceran 1 dalam 10. Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu
dengan waktu sesingkat mungkin untuk pembentukan emulsi. Lakukan
pengenceran bertingkat dengan pengencer yang sesuai mengandung surfaktan
Polisorbat 80 P dengan kadar sesuai atau surfaktan non-inhibitor lain steril.
Cairan atau Padatan dalam bentuk Aerosol Pindahkan seluruh isi sediaan
dengan cara aseptic dalam penyaning membrane atau wadah steril yang sesuai
untuk pengambilan sampel. Gunakan seluruh isi atau sejumlah tertentu sediaan
dari tiap wadah yang diuji.
"Transdermal Patches" Lepaskan lapisan, letakkan bagian berperekat
menghadap ke atas pada lempeng kaca steril atau baki plastik. Agar tidak saling
menempel tutup permukaan berperekat dengan bahan berpori steril yang sesuai
(misal kasa steril), kemudian pindahkan lembaran transdermal dalam wadah berisi
pengencer yang mengandung polisorbat 80 P atau lesitin dengan volume yang
sesuai. Kocok kuat selama tidak kurang dari 30 menit.
INOKULASI DAN PENGENCERAN
Tambabkan suspensi mikroba uji pada sampel dan suspensi kontrol
(pengencer tanpa sampel) seperti tertera di atas, untuk mendapatkan inokulum
dengan jumlah tidak lebih dan 100 koloni. Volume suspensi inoculum tidak lebih
dan 1% dari volume sediaan yang diencerkan.
Untuk menunjukkan perolehan kembali mikroba uji yang dapat ditenima
dari sediaan, faktor pengenceran terendah dari sampel yang disiapkan hanus
digunakan untuk pengujian. Jika hal tersebut tidak memungkinkan karena adanya
aktifitas antimikroba atau kelanutan
NETRALISASLI/PENGHILANGAN AKTIFITAS ANTIMIKROBA
Jumlah perolehan kembali mikroba uji dari sampel yang disuspensikan seperti
tertera pada Inokulasi dan Pengenceran, diinkubasi mengikuti prosedur yang
tertera pada Perolehan kembali mikroba uji dalam sediaan, dibandingkan dengan
jumlah mikroba uji yang diperoleh kembali dari suspensi kontrol.
Jika pertumbuhan terhambat (dengan faktor reduksi lebih besar dan 2), maka
lakukan perubahan prosedur untuk penghitungan khusus untuk meyakinkan
validitas hasil. Beberapa contoh perubahan prosedur yaitu dengan: (1)
Penambahan jumlah volume pengencer atau media biakan; (2) Penambahan
larutan penetral khusus atau umum path pengencer; (3) Penyaningan membran;
atau (4) Kombinasi perubhan di atas.
Zat Penetral Zat penetral digunakan untuk menetralkan aktifitas senyawa
antimikroba. (seperti tertera pada Tabel 2). Zat tersebut dapat ditambahkan path
pengencer atau media yang sesuai sebelum disterilkan. Jika digunakan metode
tersebut, efikasi dan hilangnya toksisitas terhadap mikroba harus dibuktikan
dengan melakukan penambahan zat penetral pada blangko tanpa sediaan.
PEROLEHAN KEMBALI MIKROBA UJI DALAM SEDIAAN
Untuk tiap mikroba yang terdaftar, lakukan uji terpisah. Hanya mikroba yang
ditambahkan yang dihitung.
Penyaringan Membran Gunakan penyaring membran dengan porositas tidak
lebih dari 0,45 µm. Jenis bahan penyaning dipilih sedemikian rupa sehingga
kemampuan menahan bakteri tidak dipengaruhi oleh kandungan sampel uji.
Gunakan satu jenis membrane penyaring untuk tiap mikroba uji.
Pindahkan sejumlah suspensi sampel yang disiapkan seperti tertera path
Penyiapan Sampel, Inoiwlasi dan Pengenceran serta Netralisasi/ Penghilangan
AktifItas Antimikroba (minimal mengandung 1 g sediaan, atau kurang jika
diperkirakan jumlah koloni besar) saning segera dan bilas penyaning membran
dengan sejumlah tertentu volume pengencer. Untuk menentukan angka lempeng
total mikroba aerob (ALT), pindahkan penyaning membran ke permukaan
lempeng media Soybean-Casein Digest Agar (SCDA). Untuk menentukan Angka
Kapang Khamir (AKK), pindahkan membran ke penmukaan lempeng media
Sabouraud Dextrose Agar. Inkubasi cawan. Lakukan pengamatan dan
penghitungan.
Metode Angka Lempeng Total Metode angka lempeng total dilakukan
setidaknya duplo untuk tiap media, dan hasil merupakan rata-rata hitung jumlah
koloni.
Metode Tuang Gunakan cawan Petri berdiameter 9 cm, inokulasikan 1 ml
suspensi sampel seperti tertera pada Preparasi Penyiapan Sampel, Inokulasi dan
Pengenceran senta Netralisasi/Penghilangan AktifItas Antimikroba ke dalam tiap
cawan dan kemudian tambahkan 15 - 20 ml Soybean-Casein Digest Agar atau
Sabouraud Dextrose Agar pada suhu tidak lebih dan 450 Jika digunakan cawan
Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Lakukan duplo untuk tiap
miknoba uji yang tercantum pada Tabel 1. Inkubasi cawan seperti tertera pada
Tabel 1. Hitung jumlah koloni rata-rata dan tiap cawan media dan jumlah koloni
inokulum awal.
Metode Sebar Untuk lempeng media gunakan cawan Petri diameter 9 cm, diisi
15-10 ml Soybean-Casein Digest Agar atau Sabounaud Dextrose Agar pada suhu
lebih kurang 45° path tiap cawan Petri, dan biarkan memadat. Jika digunakan
cawan Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Keringkan permukaan
lempeng media dalam lemani laminar-airflow atau dalam inkubator. Lakukan
duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera pada Tabel 1. Inokulasikan 0,1 ml
suspense sampel yang disiapkan seperti pada Penyiapan Sampel, Inokulasi dan
Pengenceran serta Netralisasil Penghilangan Akt/Itas Antimikroba dengan
menyebarkan pada permukaan lempeng media. Inkubasi dan hitung jumlah koloni
seperti telah dijelaskan pada Metode Tuang.
HASIL DAN INTERPRETASI
Jika ada kesesuaian antara Metode Penyaringan Membran atau Metode
Angka Lempeng, hitung jumlah rata-rata mikroba uji dengan nilai penerimaan
tidak lebih dari faktor 2 suspensi kontrol tanpa sediaan seperti tertera pada
Inokulasi dan Pengenceran.
Jika kriteria tersebut di atas tidak dapat dipenuhi untuk satu atau Iebih
mikroba yang diuji dengan metode tersebut di atas, maka metode dan kondisi uji
harus mendekati kriteria yang digunakan untuk menguji sediaan.
PENGUJIAN SEDIAAN
Jumlah Sediaan yang Digunakan untuk Pengujian
Jika tidak dinyatakan lain gunakan 10 g atau 10 ml sediaan uji yang
diambil dengan cara seperti di atas. Untuk sediaan cairan atau padatan dalam
aerosol gunakan 10 wadah sampel, demikian juga untuk sampel "transdermal
patches ".
Jumlah yang diuji dapat dikurangi untuk sediaan dengan bahan aktif yang
dibuat dalam tiap unit dosis (contoh tablet, kapsul, injeksi) kurang dari atau sama
dengan 1 mg, atau jumlah per g atau ml (untuk penyiapan sampel tidak dalam unit
dosis) kurang dari 1 mg. Dalam hal ini jumlah sampel yang diuji tidak kurang dari
10 unit dosis atau 10 g atau 10 ml sediaan. Untuk bahan aktif dengan jumlah
sampel terbatas atau ukuran bets sangat kecil (misalnya kurang dan 1000 ml atau
1000 g) jumlah sampel yang diuji harus 1% dari bets kecuali jumlah yang lebih
kecil ditentukan atau dinyatakan dan disetujui.
Untuk sediaan dengan total keseluruhan bets kurang dari 200 unit (misal
sampel untuk uji klinis), ukuran sampel dapat dikurangi menjadi dua unit atau
satu unit jika kurang dari 100 unit.
Ambil sampel secara acak dari ruahan sediaan atau dari wadah yang
tersedia pada saat pengerjaan. Untuk mendapatkan jumlah yang diperlukan,
campurkan sejumlah isi wadah hingga mencapai jumlah sampel yang cukup.
Pemeriksaan Sediaan
PENYARINGAN MEMBRAN
Gunakan alat penyaring yang dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pemindahan membrane penyaring ke media. Siapkan sampel
menggunakan metode yang tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode
Penghitungan, pindahkan sejumlah yang sesuai pada dua penyaring membran,
saring segera. Bilas tiap penyaringan sesuai dengan prosedur.
Untuk menentukan ALT, pindahkan satu penyaring membran ke
permukaan Soybean-Casein Digestic Agar. Untuk menentukan AKK, pindahkan
satu penyaring membran yang lain ke permukaan Sabouraud Dextrose Agar.
Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 300— 350 selama 3 - 5
hari dan cawan Sabouraud Dextrose Agar path suhu 20° - 25° selama 5 - 7 han.
Hitung jumlah koloni per g atau per ml sediaan.
Untuk pengujian sampel "transdermal patches secara terpisah saning 10%
dari volume larutan seperti tertera pada Penyiapan Sampel, gunakan dua
penyaring membran steril. Pindahkan sam membran pada Soybean- Casein Digest
Agar untuk ALT dan membran lainnya pada Sabouraud Dextrose Agar untuk
AKK.
METODE ANGKA LEMPENG TOTAL
Metode Tuang Siapkan sampel menggunakan metode yang sesuai seperti
tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan untuk
masing-masing media sekurang-kurangnya dua cawan Petri untuk tiap tingkat
pengenceran. Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 30° - 35°
selama 3-5 hari dan cawan Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 20° - 25° selama
5-7 han. Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi
yang kurang dari 250 untuk ALT dan 50 koloni untuk AKK. Hitung jumlah rata-
rata koloni dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau per ml sediaan.
Metode Sebar Siapkan sampel dengan metode yang sesuai sepenti tertera
path Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan sekurang-
kurangnya duacawan Petri untuk tiap media dan tiap tingkat pengenceran. Untuk
inkubasi dan penghitungan jumlah koloni, lakukan seperti tertera pada Metode
Tuang.
Interpretasi Hasil
Angka Lempeng Total (ALT) dianggap sama dengan angka koloni yang
ditemukan pada Soybean-Casein Digest Agar; jika koloni jamun ditemukan pada
media ini, dihitung sebagai bagian dari jumlah ALT. Total jumlah kapang dan
khamir (AKK) dianggap sama dengan jumlah koloni yang ditemukan pada
Sabouraud Dextrose Agar; jika koloni bakteri ditemukan pada media ini, maka
dihitung sebagai bagian dari AKK. Jika AKK diperkinakan melebihi kriteria
penerimaan berdasarkan pertumbuhan bakteni, dapat digunakan Sabouraud
Dextrose Agar yang mengandung antibiotik. Jika penghitungan dilakukan
menggunakan metode APM, maka nilai penghitungan yang diperoleh merupakan
angka total mikroba aerobik (ALT).
Jika telah ditetapkan kriteria penerimaan untuk mutu mikrobiologi, maka di-
interpretasikan sebagai berikut:
- 10' koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 20;
- 102 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 200;
- 103 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 2000; dan seterusnya.
Larutan dan media yang disarankan tertera pada Uji Mikroba Khusus.
MIKROBA AEROB
Biakkan masing-masing galur bakteri di bawah mi, pisahkan masing-masing
dalam wadah berisi media Soybean-Casein Digest Broth atau Soybean-Casein
Digest Agar, path suhu 300 - 350 selama 18 - 24 jam. Biakkan galur uji Candida
albicans dalam Sabouraud Dextrose Agar atau Sabouraud Dextrose Broth, pada
suhu 20° - 250 selama 2 - 3 han. Gunakan Dapar Natrium Klorida—Pepton pH 7
atau Dapar Fosfat pH 7,2 untuk membuat suspensi uji. Gunakan suspensi tersebut
dalam waktu 2 jam atau jika digunakan sampai 24 jam harus disimpan pada suhu
2° - 8°
Kontrol Negatif
Untuk verifikasi kesesuaian kondisi pengujian, kontrol negatif dilakukan
menggunakan pelarut yang sesuai menggantikan sediaan uji. Tidak boleh terjadi
pertumbuhan mikroba. Konirol negatifjuga dilakukan pada saat dilakukan uji
terhadap sediaan seperti tertera pada Pengujian Sediaan. Apabila terjadi
kegagalan pada kontrol negatif diperlukan investigasi.
Escherichia coli
Penyiapan sampel dan pra inkubasi Siapkan sampel menggunakan 1 dalam 10
volume pengencer dimana tidak kurang dan 1 g sediaan diuji. Gunakan 10 ml atau
sejumlah sesuai sampai 1 g atau 1 ml, inokulasi ke dalam media Soybean- Casein
Digest Broth, dengan jumlah seperti tertera dalam Kesesuaian Metode Uji,
campur dan inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18- 24 jam.
Seleksi dan Subkultur Kocok wadah, pindahkan 1 ml biakan Soybean-Casein
Digest Broth ke dalam 100 ml MacConkey Broth, inkubasi pada suhu 42° - 44°
selama 24 - 48 jam. Inokulasi biakan MacConkey Broth pada cawan media Mac
Conkey Agar, suhu 30° - 35° selama 18- 72 jam.
Interpretasi Pertumbuhan koloni menunjukkan adanya E.Coli yang dikonfirmasi
dengan uji identifikasi. Sediaan memenuhi syarat uji jika tidak ada kolom yang
tumbuh atau jika hasil uji konfirmasi identifikasinegatif.
Salmonella
Penyiapan sampel dan Pra-inkubasi Siapkan sediaan uji, gunakan jumlah yang
sesuai, tidak kurang dari 10 g atau 10 ml, inokulasi ke dalain sejumlah volume
Soybean-Casein Digest Broth yang sesuai (seperti tertera pada Kesesuaian
Metode Uji), campur dan inkubasi pada suhu 301 - 35° selama 18 -24 jam.
Seleksi dan Subkultur Pindahkan 0,1 ml biakan Soybean-Casein Digest Broth ke
dalam 10 ml media Rappaport Vasiliadis Salmonella Enrichment Broth, inkubasi
pada suhu 30° - 35° selama 18 - 24 jam. Subkultun pada cawan Xylose Lysine
Deoxycholate Agar, inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18 - 48 jam.
Interpretasi Pertumbuhan koloni berwarna merah, dengan atau tanpa titik hitam
di bagian tengah menunjukkan karaktenistik Salmonella yang dikonfirmasi
dengan uji identifikasi. Sediaan memenuhi syarat jika koloni yang tumbuh tidak
seperti diuraikan di atas atau jika hasil uji konfirmasi identifikasi negatif.
Staphylococcus aureus
Penyiapan Sampel dan Pra-Inkubasi Siapkan sampel menggunakan 1 dalam 10
volume pengencer dimana tidak kurang dari 1 g sediaan diuji. Gunakan 10 ml atau
junilah yang sesuai dengan 1 g atau 1 ml, inokulasi ke dalam media Soybean-
Casein Digest Broth, dengan jumlah yang sesuai (seperti tertera pada Kesesuaian
Metode Uji) campur dan inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18- 24 jam.
Seleksi dan Subkultur Lakukan subkultur pada cawan media Mannitol Salt Agar
dan inkubasi pada suhu 30° -35° selama 18- 72 jam.
Interpretasi Pertumbuhan koloni berwarna kuning atau putih dike lilingi zona
kuning menunjukkan adanya S.aureus yang di konfirmasi dengan uji identifikasi.
Sediaan memenuhi syarat uji jika pertumbuhan koloni tidak seperti diuraikan atau
jika hasil uji konfirmasi identifikasi negatif.
2.7.2 Uji Bahan Setengah Jadi (Granul)
1. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
Ditimbang 50,0 g granul, dimasukkan kedalam corong dengan dasar lubang
ditutup, waktu pengukuran dilakukan pada saat dibukanya lubang corong sampai
semua serbuk mengalir (gram/setik) (Cartensen, 1977). Pengukuran sudut istirahat
dilakukan dengan cara mengukur tinggi dan jari-jari lingkaran kerucut granul
yang terbentuk setelah pengaliran.
Rumus Perhitungan Sudut Istirahat : tan α =
ℎ
𝑟
α = 𝑡𝑎𝑛−1
Keterangan :
α = Sudut Istirahat
h = Tinggi dari kerucut granul
r = Jari-Jari permukaan dasar kerucut
Sudut istirahat adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 300
biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, apabila sudutnya lebih
besar atau sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik. Cara menghitung
pada sudut diam alan Tan Q = h/r , dengan h adalah tinggi kerucut dan r adalah
jari-jari bidang dasar kerucut. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk,
(Aulton, 2002).
Sudut Istirahat Kecepatan Alir g/s Kriteria
<25 >10 Sangat Baik
25-30 4-10 Baik
30-40 1-4 Cukup
>40 <1 Sangat Sukar
Gambar 2. Flow Tester
2. Kompresibilitas
Ditimbang granul sebanyak 25 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
dan dicatat volume awalnya. Kemudian dimampatkan dengan alat joulting
volumemeter sebanyak 500 kali. Dicatat volumenya dan dihitung indeks
kompresibilitasnya (I) dengan rumus (USP, 2007: 1174) :
I =
𝑉0−𝑉
𝑉
𝑥 100%
Keterangan :
I = Indeks Kompresibilitas (%)
Vo = Volume awal granul sebelum dimampatkan (mL)
V = Volume akhir granul setelah dimampatkan (mL)
Gambar 3. Tap Density Tester
3. Pengujian Distribusi Partikel
Pertama, kertas perkamen diletakkan pada timbangan digital, kemudian
sejumlah serbuk ditimbang dengan menggunakan timbangan digital sebanyak 15
gram. Lalu klep penutup alat Sieve Shaker diputar dan dibuka penutup bagian
atasnya. Selanjutnya, seluruh serbuk dimasukkan ke dalam saringan paling atas.
Lalu alat ditutup pada bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Setelah itu, alat di
nyalakan dengan menekan tombol ON. Waktu pengayakan dihitung dari awal alat
dinyalakan selama 5 menit. Setelah 5 menit ditekan tombol OFF. Klep diputar dan
penutup bagian atas alat dibuka. Selanjutnya setiap serbuk pada masing-masing
saringan yang berbeda ukuran mesh nya ditempatkan pada kertas perkamen dan
ditimbang bobot masing-masing serbuk. Alat ini terdiri dari susunan ayakan dari
atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar atau vibrator.
Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar diatas dan ayakan berlubang kecil
dibawah secara berurutan.
Gambar 4. Sieve Shake
4. Kelembapan
Granul dan kandungan lembab cara ini dilakukan berdasarkan atas
perbedaan berat zat sebelum dan sesudah pengeringan air (Voight,1994).
Ditimbang seksama 2 gram dimasukkan dalam alat yang bernama moizture
balance, ditunggu sampai bobot konstan yang ditandai dengan bunyi. Hasil uji
susut pengeringan granul harus memenuhi persyaratan granul yang baik pada
rentang 2 % - 5 % (Saifullah, 2007). Susut saat pengeringan disebut juga LOD
(Lost On Drying), yaitu persyaratan kadar kelembaban berdasarkan berat basah,
yaitu dihitung sebagai berikut:
Susut pengeringan =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
Gambar 5. Moizture Balance
5. Homogenitas
Menetapkan homogenitas asam mefenamat dalam campuran, sejumlah
sampel diambil dari dalam mikser dan kemudian ditetapkan kadar asam
mefenamatnya. Campuran dinyatakan homogen apabila nilai CV kadar asam
mefenamat dalam campuran tersebut < 5%.
6. Uji Penetapan Bobot Jenis Sejati
Ditimbang granul sebanyak 1 g dan juga ditimbang piknometer kosong
ukuran 25 ml. Piknometer yang kosong diisi dengan granul lalu ditimbang.
Setelah itu dibersihkan piknometer dan dimasukkan paraffin lalu ditimbang
kembali. Kemudian piknometer yang berisi paraffin dimasukkan granul lalu
ditimbang kembali. Dicatat hasilnya. Berat jenis paraffin dapat dihitung dengan
rumus (Voight, 1994).
Bj Parafin =
𝑏−𝑎 (𝑔)
25 𝑚𝑙
Sedangkan untuk menghitung berat jenis sejati dengan rumus :
Bj Sejati =
( 𝑐−𝑎) 𝑥 𝐵𝑗 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
( 𝑐+𝑏)− (𝑎+𝑑)
Perhitungan BJ sejati dilakukan untuk mengetahui granul mengapung,
melayang atau tenggelam dalam air. Granul yang tenggelam menandakan bahwa
tablet yang dihasilkan mudah terbasahkan dan terdesintegrasi di dalam lambung,
dibanding tablet yang mengapung karena susah terbasahkan Bj sejati dari air yaitu
1 g/ml.
7. Uji Berat Jenis Nyata, Berat jenis Mampat dan Porositas
Ditimbang granul sebanyak 25 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
dan dicatat volume awalnya (Bj Nyata). Dilakukan pengetukan dengan alat
joulting volumemeter. Kemudian dicatat volume ketukan ke 10, 30 dan 500 (Bj
Mampat). Kemudian dihitung dengan rumus:
Bj Nyata =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑚𝑙)
Bj Mampat =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎 𝑡 (𝑚𝑙)
Porositas = ( 1 -
𝐵𝑗 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
𝐵𝑗 𝑆𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖
) x 100%
2.7.3 Uji Bahan Jadi (Tablet)
1. Uji Organoleptis
Uji organolepstis meliputi bau, rasa dan warna :
 Warna dari suatu produk harus seragam dan merata dalam satu tablet, dari
satu tablet dengan yang lainnya.
 Bau dari suatu batch tablet dapat menunjukkan adanya masalah kestabilan,
misalnya ada bau cuka pada tablet aspirin yang rusak, tetapi bau juga dapat
merupakan ciri khas pada produk tertentu, pada bahan penambah lain atau
pada bentuk sediaan tertentu.
 Rasa sangat penting bagi penerimaan konsumen, rasa dapat sebagai
pengontrol ada atau tidaknya rasa yang dimaksudkan.
2. Keseragaman Sediaan Tablet
Uji ini menggambarkan keseragaman bobot tablet yang pada Farmakope
Indonesia Edisi III dan IV disebut keseragaman bobot tablet. Pada Farmakope
Indonesia Edisi V dinyatakan bahwa keragaman sediaan menggambarkan
keragaman jumlah zat aktif tiap tabletnya. Tablet asam mefenamat memiliki dosis
250 mg (≥ 25 mg) maka menurut ketentuan harus dilakukan uji keragaman bobot.
Pada uji tersebut maka dilakukan penimbangan seksama untuk 10 tablet satu per
satu. Setelah itu dilakuka penetapan persen kadarnya dari jumlah yang tertera
pada etiket untuk setiap tablet. Selanjutnya dihitung penerimaan berdasarkan tabel
yang ada di kompendia. Penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet dilakukan
dengan metode titrasi yaitu dengnan menimbang tidak kurang dari 20 tablet
kemudian di serbuk, menimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan
0,5 g asam mefenamat. Kemudian dilarutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol
mutlak P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P. Dilakukan
pemanasan atau sonikasi untuk membantu pelarutan, dinginkan lalu tambahkan
etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 ml. Kemudian
titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan larutan merah fenol P
sebagai indikator. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M setara dengan 24,13 mg
C15H15NO2 (FI ed IV).
3. Keseragaman ukuran
Jumlah sampel : 20 tablet
Nama alat : jangka sorrong dan mikrometer sekrup
Gambar 6. Jangka Sorong
Gambar 7. Mikrometer Sekrup
Prosedur kerja : diukur tebal dan diameter masing – masing tablet
menggunakan alat ukur. Hitung rata – rata dan SD nya.
Persyaratan : kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari
8 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. (FI ed. III
hal. 3).
4. Kekerasan
Jumlah sampel : 20 tablet
Nama alat : Hardness tester (ada yang manual dandigital)
Gambar 8. Hardness Tester
Prosedur kerja :
 Diambil 1 tablet dan diletakkan secara vertikal pada alat hardness tester.
 Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai
keadaan awal dengan skala nol (0).
 Diputar sekrup pada ujung yang lain sehingga tablet tertekan yang
dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0).
 Diamati skala yang ditunjukkan oleh alat hardness tester sebagai nilai
kekerasan dari tablet.
 Dihentikan pemutaran sampai tablet pecah.
 Dilakukan untuk masing – masing 20 tablet dan dihitung rata – ratanya.
Persyaratan : Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg
daya (Lachman et al, 2008).
5. Keseragaman bobot
Jumlah sampel : 20 tablet
Nama alat : Analytical Balance
Gambar 9. Analytical Balance
Prosedur kerja : Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dari 2
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata harga yang
ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata harga dalam
kolom B. jika tidak mencukupi 20 tablet dapat digunakan
10 tablet. (FI ed. III hal.7).
Persyaratan : umumnya farmakope mensyaratkan bahwa tablet bersalut
dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang,
dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan,
harus memenuhi syarat uji keseragaman sediaan yang
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. (FI ed. V hal 54).
Bobot rata – rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 mg – 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(Sumber : FI ed. III hal. 7).
6. Friabilitas
Jumlah sampel : 10 tablet
Nama alat : Friabilator
Gambar 10. Friabilator
Prosedur kerja : Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah
tablet hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet
dengan bobot >650 mg, timbang tablet sebanyak 10 tablet.
Masukkan seluruh tablet yang telah ditimbang ke dalam
friabilator. Alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per
menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada
100 putaran. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat,
bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Hitung
persentase bobot yang hilang selama pengujian.
Perhitungan : 𝐹 =
𝑊0−𝑊1
𝑊0
𝑋 100%
Ket. F : Persen friabilitas
W0 : Bobot awal
W1 : Bobot setelah pengujian
Persyaratan : Tidak boleh lebih dari 1% bila lebih dapat diperbaiki
dengan meningkatkan kekerasannya atau menambahkan
pengikat (Anwar, 2010).
7. Disolusi
Jumlah sampel : 6 – 24 tablet
Nama alat : Dissolution Tester
Gambar 11. Dissolution Tester
Prosedur kerja : Ditimbang bobot tablet satu persatu sebanyak 6 tablet,
dicatat bobotnya. Diisi tabung disolusi dengan media
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi
cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi

More Related Content

What's hot

VISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELD
SofiaNofianti
 
Reaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
Reaksi Kimia dalam Metabolisme ObatReaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
Reaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
salmarubiani
 
Plugin likuida%20 suspensi
Plugin likuida%20 suspensiPlugin likuida%20 suspensi
Plugin likuida%20 suspensidukuhwaru
 
Laporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitasLaporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitas
Mina Audina
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
Citra pharmacist
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
Hafni Zuhroh
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
Indra Gunawan
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Mina Audina
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Elvarinna Permata
 
Gel
GelGel
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calamin
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion CalaminRancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calamin
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calaminzipiklan
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 

What's hot (20)

Bab vi spektrofotometri
Bab vi spektrofotometriBab vi spektrofotometri
Bab vi spektrofotometri
 
VISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELD
 
Reaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
Reaksi Kimia dalam Metabolisme ObatReaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
Reaksi Kimia dalam Metabolisme Obat
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Plugin likuida%20 suspensi
Plugin likuida%20 suspensiPlugin likuida%20 suspensi
Plugin likuida%20 suspensi
 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
 
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaanEvaluasi sediaan
Evaluasi sediaan
 
Laporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitasLaporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitas
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Gel
GelGel
Gel
 
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calamin
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion CalaminRancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calamin
Rancangan Evaluasi Sediaan Lotion Calamin
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Ppt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotikPpt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotik
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 

Similar to cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi

Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
eko2379
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
eko2379
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
eko2379
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
eko2379
 
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdfBab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
Sinta Lestari
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Apa itu cpkb
Apa itu cpkbApa itu cpkb
TUGAS OT PPT.pptx
TUGAS OT PPT.pptxTUGAS OT PPT.pptx
TUGAS OT PPT.pptx
LindaIndriani6
 
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices IndustriPenerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
MeilanyAstining
 
CPOB
CPOBCPOB
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdfBAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
Sinta Lestari
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
AhmadPurnawarmanFais
 
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdfBab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
Sinta Lestari
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
Herlindamn
 
HACCP,ISO.pdf
HACCP,ISO.pdfHACCP,ISO.pdf
HACCP,ISO.pdf
IkaWahyuni43
 
9. C P K B Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
9. C P K B  Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx9. C P K B  Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
9. C P K B Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
sitiquraniati1
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
arinririn
 
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
apoteker Muhammad erwin yamashita ,SSi
 

Similar to cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi (20)

Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdfBab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
Bab 1 Sistem Mutu CPOB .pdf
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Apa itu cpkb
Apa itu cpkbApa itu cpkb
Apa itu cpkb
 
TUGAS OT PPT.pptx
TUGAS OT PPT.pptxTUGAS OT PPT.pptx
TUGAS OT PPT.pptx
 
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices IndustriPenerapan Good Manufacturing Practices Industri
Penerapan Good Manufacturing Practices Industri
 
CPOB
CPOBCPOB
CPOB
 
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdfBAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
BAB 1 Sistem Mutu Industri Farmasi dalam Peraturan BPOM No 34 Tahun 2018.pdf
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
 
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdfBab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
Bab 2 Personalia CPOB di Industri Farmasi .pdf
 
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhxPPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
PPT ke-1 Keamanan Pangan.ppthrhrhdhhhdhdhrhdhddhduuddudhdhdhdhdhdhx
 
HACCP,ISO.pdf
HACCP,ISO.pdfHACCP,ISO.pdf
HACCP,ISO.pdf
 
9. C P K B Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
9. C P K B  Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx9. C P K B  Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
9. C P K B Harmonisasi ASEAN (wecompress.com).pptx
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
CPKB petunjuk dalam Industri Kosmetik
 

Recently uploaded

PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 

Recently uploaded (20)

PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 

cara produksi Tablet meloxicam dan evaluasi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat, semakin tinggi pula kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Dewasa ini kesehatan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok individu yang dinilai sangat berpengaruh pada kualitas diri dalam rangka mencari kualitas. Kesehatan berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berusaha mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Hal ini dikarenakan derajat kesehatan masyarakat menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu bangsa, maka sangat diperlukan adanya upaya dan usaha yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di mana layanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan melalui industri farmasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, memacu industri farmasi untuk meningkatkan kualitas produksi obatnya. Tuntutan akan adanya obat-obatan yang bermutu, aman, dan efektif semakin meningkat dengan membaiknya taraf hidup dan pendidikan masyarakat. Oleh karena itu, pada proses pembuatan obat diperlukan pengawasan yang menyeluruh agar dihasilkan obat yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau. Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai kewajiban memproduksi dan menyalurkan obat-obatan maupun perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam memproduksi sediaan obat, industri farmasi dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis terapeutik. Pemerintah menerapkan guideline untuk industri farmasi yang mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pedoman CPOB yang mengacu pada Good Manufacturing Practice (GMP) dibuat untuk memberikan jaminan bahwa obat yang diproduksi secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya yang mencakup seluruh
  • 2. aspek produksi dan pengendalian mutu. Selain itu, industri farmasi dipersyaratkan untuk mengikuti guideline dan panduan internasional misalnya ISO 9000 series, c-GMP, PIC/S, dan lain-lain, agar produk farmasi yang dihasilkan dapat diterima secara global ataupun internasional. Proses pembuatan obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Industri farmasi dapat memenuhi ketersediaan obat yang berkualitas, aman, dan berkhasiat dengan cara mengikuti serta menerapkan ketentuan yang berlaku yaitu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam keputusan menteri kesehatan RI No.43/MENKES/SK/ II/1988, kemudian diterbitkan juga CPOB 2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 05410/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk operasional penerapan CPOB yang menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan menjamin bahwa produk obat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat ditentukan dari proses pembuatan obat, mulai dari pemilihan bahan awal sampai perlakuannya terhadap produk jadi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengetahui pengawasan mutu yang dilakukan pada sediaan tablet oral 2. Menambah pengetahuan dan wawasan. 3. Memenuhi tugas mata kuliah produksi dan kendali mutu.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Sertifikat CPOB merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memenuhi persyaratan CPOB dalam memproduksi suatu sediaan farmasi, dimana sertifikat ini diterbitkan oleh Kepala BPOM yang berlaku selama 5 tahun selama yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. 2.2 Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Area laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Selain itu bagi suatu laboratorium untuk pengawasan selama proses mungkin lebih memudahkan apabila letaknya di daerah tempat pembuatan atau pengemasan dimana dilakukan pengujian fisik seperti penimbangan dan uji monitoring lainnya secara periodik. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah
  • 4. dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa: Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang disetujuitersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB. Pengambilan sempel bahan awal, bahan pengemasan, produk antara produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang di setujui oleh Pengawas Mutu. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila Perlu). Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar. Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga memunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan baku pembandingan, memastikan kebenaraan label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi keluhan yang berkaitan dengan produk dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat. Mutu suatu produk tergantung pada :  Bahan awal  Proses pembuatan  Pengawasan mutu  Bangunan  Peralatan yang digunakan  Personalia
  • 5. 2.3 Aspek Produksi Secara Umum  Produksi dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.  Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis.  Seluruh bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanannya.  Kerusakan wadah dan masalah lain yang merugikan mutu bahan harus diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada bagian pengawasan mutu.  Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secaa fisik atau administrative.  Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan awal.  Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi yang disarankan dan diatur agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.  Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.  Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.  Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain.  Bila bekerja dengan bahan atau produk kering hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya.  Selama pengolahan semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan ruang kerja hendaklah diberi label atau penandaan dari produ atau bahan yang sedang diolah.  Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan.  Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memestikan pipa penyalur dan alat lain.  Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
  • 6.  Akses kebangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.  Pada umumnya pembuatan produk no-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat. 2.4 Monografi Meloxicam PARAMETER KETERANGAN Struktur 4-Hidroksi-2-Metil-N-(5-metil-2-tiazolil)-2H- 1,2-benzotiazin-3-karboksamida 1,1-dioksida. Rumus molekul C14H13N3O4S2 Bobot Molekul 351,40 Pemerian Serbuk, kuning pucat Kelarutan Larut dalam dimetilformamida, sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam methanol dan dalam etanol, praktis tidak larut dalam air. Susut Pengeringan Tidak lebih dari 0,5% dilakukan pada suhu 105℃ selama 4 jam. Sisa Pemijaran Tidak lebih dari 0,1%. Logam Berat Tidak lebih dari 10 bpj. Kandungan bahan baku Meloxicam mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C14H13N3O4S2 dihitung terhadap zat yang
  • 7. telah dikeringkan. Kandungan tablet Tablet meloxicam mengandung C14H13N3O4S2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera dietiket. Wadah dan penyimpanan bahan baku Dalam wadah tertutup baik, pada suhu ruang. Wadah dan penyimpanan tablet Dalam wadahtertutup baik. Simpan pada suhu 250, masih diperbolehkan pada suhu 150 dan 300.  Farmakope indonesia edisi V tahun 2014 halaman 822 - 829 2.5 Pengawasan Mutu Terhadap Bahan Awal, Produk Setengah Jadi dan Produk Jadi Tablet Meloxicam a) Bahan Baku Meloxicam Industri farmasi sebagai sebagai unit usaha yang menunjang kesehatan masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memproduksi obat yang bermutu tinggi, berkhasiat dan terjamin keamanannya. Karenanya pemerintah membuat kebijakan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.43/MenKes/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Sesuai dengan ketentuan CPOB bahwa dalam pelaksanaan produksi haruslah berdasarkan pada prosedur tertulis yang dapat menjamin kebenaran bahan yang digunakan, keandalan peralatan, sistem kerja serta kemampuan petugas pelaksanaan untuk memastikan obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB, yaitu suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini berguna untuk menjamin bahwa produk Indonesia adalah produk unggul.
  • 8. Selama memproduksi obat perlu dan harus dilakukan dokumentasi yang baik, karena pelulusan untuk diedarkan setiap bets sediaan farmasi antara lain berdasarkan data yang dicatat dan sesuai ketentuan yang ada. Selain itu bahan baku yang digunakan dalam produksi haruslah senantiasa divalidasi oleh bagian pengawasan mutu. Oleh karena itu, bagian pengawasan mutu harus dilengkapi dengan laboratorium pengujian untuk validasi bahan baku agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam CPOB. Perlu diingat bahwa kualitas sediaan farmasi sangat ditentikan oleh kualitas bahan baku dan dari bahan baku yang tidak memenuhi syarat spesifikasi yang telah ditetapkan untuk obat. Bahan baku sediaan farmasi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu bahan aktif, bahan tambahan (eksipien), dan bahan pembantu proses. Sebelum dilakukan pemesan bahan awal, dilakukan lah terlebih dahulu perencanaan. Dasar perencanaannya adalah pemesanan pemasaran yang berasal dari direktorat pemasaran di Jakarta per triwulan. Dari jumlah pesanan tersebut dikonversikan per batch karena tiap produk memiliki ukuran batch yang berbeda. Untuk pemesanan bahan, PPPI (Perencanaan Produksi dan Pengendalian Inventori) memperhatikan stok bahan baku yang ada digudang, stok produk ruahan atau setengah jadi dari stok produk jadi di gudang, sehingga dapat diketahui beberapa bahan yang akan dipesan. Setelah semua jumlah bahan yang diperlukan untuk produksi dihitung, maka PPPI mengeluarkan Surat Permintaan Pembelian Bahan (SPPB) ditujukan kepada bagian pembelian. Bagian pembelian ini akan memilih pemasok yang paling murah tetapi memenuhi spesifikasi bahan yang diminta, kemudian bagian pembelian menerbitkan surat pesanan dan ditandatangani oleh pimpinan. Dibuat tembusan satu lembar arsip pesanan kebagian gudang agar disiapkan tempatnya. Bahan pesanan yang datang diterima oleh bagian gudang dimana bagian gudang akan memeriksa kecocokan nomor pesanan, jumlah, spesifikasi bahan yang diminta pada arsip pesanan dengan bahan yang akan diantarkan. Bahan tersebut akan dikarantina dan diberi label kuning sementara bagian gudang membuat surat permohonan periksa ke bagian pengawasan mutu untuk melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Bila bahan memenuhi syarat
  • 9. akan diberi label hijau disertai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (HPL), jika tidak memenuhi syarat akan diberi label merah dan HPL serta dikembalikan ke pemasok. Bahan aktif (bahan berkhasiat) adalah semua komponen formulasi yang akan menimbulkan efek farmakologi dari sediaan, sedangkan eksipien adalah komponen yang merupakan dasar atau pembawa untuk bahan aktif seperti air, polietilenglikol, pengisi minyak lemak dan sebagainya. Komponen seperti pewarna, flavour, pengawet, dapar, dan sebagainya merupakan komponen eksipien yang ditambahkan dalam formulasi dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan stabilitas dari sediaan. Termasuk dalam kelompok zat pembantu proses adalah bahan pembantu yang digunakan selama proses manufaktur produk yang pada tahap akhir dihilangkan dari produk yang diproses, seperti zat pembantu untuk proses penyaringan (filter aids), pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan sebagainya.  Sifat Fisika dan Kimia bahan Sifat fisika dan kimia suatu bahan padat, cair atau gas merupakan hal penting yang perlu diketahui dari suatu bahan baku, karena dengan sifat fisika dan kimia tersebut dapat diketahui cara penyimpanannya, bahan yang tidak tercampurkan dengan bahan baku yang digunakan, dan sebagainya yang berkaitan dengan sifat fisik a dan kimia itu. Pengetahuan tentang bentuk fisika dan kimia dari serbuk merupakan hal utama yang penting diketahui untuk pengembangan sediaan farmasi. Selain itu distribusi dan ukuran partikel merupakan faktor penting yang perlu diketahui jika akan mengembangkan sediaan berbentuk suspensi, tablet, kapsul, dan sebagainya, di mana karakteristik tersebut pada umumnya tergantung pada cara kristalisasi dari serbuk padat tersebut dan daya kohesi intramolekuler dalam molekul. Bentuk partikel akan sangat mempengaruhi sifat aliran pada saat pemampatan dan pada permukaan. Bentuk kristal (polimorfisme) dari suatu bahan padat perlu diketahui karena zat dapat berada dalam bentuk amorf dan berbagai bentuk kristal, dalam hal ini perbedaan disebabkan perbedaan kisi kristal dari zat. Walaupun secara kimia tidak terlihat perbedaan pada bentuk polimorfisme, akan tetapi perbedaan
  • 10. bentuk akan terlihat pada karakteristik fisik seperti bobot jenis, temperatur, leleh, kelarutan dan kecepatan disolusi. Untuk bahan baku yang monografinya tidak terdapat dalam kompendium maka persyaratan harus dikembangkan oleh industri dengan merujuk kompendium yang berlaku. Bagian QC harus mampu memberikan penilaian untuk menetapkan persyaratan bahan baku tersebut berdasarkan hal berikut : a. Mengikuti spesifikasi yang sudah ada untuk zat yang hampir sama b. Menetapkan parameter uji berdasarkan pengetahuan tentang bahan secara kimiawi.  Spesifikasi Bahan Baku dalam Kerangka CPOB Suatu bahan baku tertentu yang sama akan dapat berbeda dari suatu “suplier” dan “suplier” lainnya ataupun dari suatu lot dengan lot lain dari suplier yang sama bahkan mungkin dari suatu wadah dengan wadah lain dari lot yang sama dan tidak jarang terjadi ketidakhomogenan yang cukup bermakna (non homogen) dalam suatu wadah, misalnya dari bagian atas , tengah, dan bawah. Untuk komponen yang monografinya terdapat dalam kompendium resmi (USP, Farmakope Eropa, dan sebagainya) spesifikasi produk yang akan digunakan di industru farmasi dapat dikembangkan dari rujukan tersebut dengan catatan untuk Indonesia menggunakan Farmakope Indonesia yang sah berlaku menurut ketentuan perundang-undangan sebagai rujukan utama. Jika bahan baku tersebut diuraikan dalam kompendium resmi seperti Farmakope biasanya perbedaan relatif kecil atau bahkan hampir tidak ada sama sekali karena produsen bahan baku dan obat jadi akan selalu merujuk persyaratan dalam monografi farmakope, di mana kedua pihak akan melakukan pengujian sesuai dengan ketentuan dan cara uji farmakope, serta menetapkan apakah bahan memenuhi persyaratan spesifikasi atau tidak. Akan tetapi jika komponen tersebut tidak diuraikan dalam kompendium resmi, maka industri farmasi dapat menggunakan kompendium sebagai rujuka dan acuan degan mengikuti spesifikasi komponen yang hampir bersamaan. Kemudian industri (bagian pengawasan mutu) mengembangkan penilaian dan menetapkan parameter untuk pengujian bahan tersebut berdasarkan pengetahuan tentang ilmu kimia komponen tersebut. Tahap selanjutnya adalah
  • 11. mengembangkan metoda untuk menurunkan metoda pengujian yang memungkinkan untuk mengukur setiap parameter. Dengan melakukan pengujian beberapa lot komponen industri farmasi dapat menetapkan spesifikasi untuk kriteria penerimaan dan atau penolakan. Spesifikasi merupakan alat penting dalam melakukan validasi bahan baku dan proses karena tanpa spesifikasi tidak dapat dilakukan validasi. Spesifikasi harus dibuat dalam bentuk tertulis dan diikuti. Bila spesifikasi bahan baku telah ditetapkan untuk pembuatan obat, maka hal ini merupakan sarana untuk menyaring dan menetapkan untuk tidak menggunakan komponen yang tidak memenuhi syarat dalam memproduksi obat. Masalah bahan baku merupakan masalah utama industri farmasi disebabkan oleh: 1. Industri bahan baku farmasi masih belum begitu berkembang dan bagian terbesar bahan baku terutama bahan berkhasiat berasal dari berbagai negara. 2. Kebanyakan industri farmasi menerima bahan baku dari penyalur dan bukan dari produsen di mana jarang sekali penyalur tersebut yang mempunyai laboratorium pengujian untuk menjamin bahwa komponen yang diperdagangkan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. 3. Penyalur sering mengimpor bahan baku dengan harga yang paling murah agar supaya lebih mudah dipasarkan di pasaran Indonesia, karena sering pertimbangan utama adalah pertimbangan harga dan negara asal bahan baku bagi industri farmasi di Indonesia untuk selalu mendapatkan bahan baku dari industri negara yang sama. Walupun demikian pada umumnya bahan baku yang diimpor tersebut dinyatakan pada etiketnya memenuhi persyaratan kompendium tertentu (misal USP, BP, Farmakope Jepang, dan sebagainya), sehingga hal tersebut sangat membantu industri farmasi dalam menetapkan spesifikasi dan melakukan cara pengujian. Oleh sebab itu dalam menetapkan spesifikasi bahan baku industri farmasi harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan variasi dan masalah, dan andaikata karena keadaan terpaksa dilakukan penggantian bahan
  • 12. baku dari bahan baku yang sudah lazim digunakan harus dilakukan validasi setidak-tidaknya secar parsial, yaitu pada masalah penyebab timbulnya variasi.  Validasi Bahan Baku Validasi proses akan lebih bermakna dan lebih murah jika kita dapat menilai secara tepat bagaimana melakukan operasi yang diperlukan. Semua pertimbangan evaluasi dan keputusan yang diambil harus didokumentasikan, sehingga jika timbul masalah yang sama kelak di kemudian hari maka dapat dengan mudah menelusuri langkah dalam pemecahan masalah secara mudah dan cepat. Langkah-langkah berikut dibutuhkan secara bertahap dan sistematis dalam melakukan validasi bahan baku : Tahap pertama : “Membuat daftar semua bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat suatu bentuk produk”. Dalam daftar ini termasuk semua bahan aktif eksipien dan bahan-bahan pembantu proses yang digunakan dalam produksi dan semua bahan kimia standar yang telah ditetapkan dan bahan-bahan laboratorium yang digunakan untuk pengujian. Tahap Kedua : “Mencari sekurang-kurangnya 2 supplier untuk setiap bahan baku”. Sesudah menyusun daftar lengkap bahan baku yang dibutuhkan, industri harus mencari sumber bahan baku tersebut. Untuk mencegah seminimal mungkin ketergantungan dari satu sumber perlu diupayakan sekurang-kurangnya ada 2 sumber dan produk dari kedua sumber tersebut. Beberapa pertimbangan harus dievaluasi untuk menetapkan supplier: a. Pertama ialah mereka sanggup menyediakan bahan yang dibutuhkan. b. Kedua, jika lebih dari satu kualitas bahan baku yang dibutuhkan. c. Ketiga, supplier harus mampu menyediakan kualitas yang dibutuhkan agar supaya rencana produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
  • 13. d. Keempat, suplier harus dievaluasi kemampuan supplier jika permintaan meningkat dengan cepat sesuai dengan perkembangan produksi. e. Kelima, industri harus tahu secara pasti apakah supplier tersebut produsen atau distributor. Akan lebih baik jika suplier adalah produsen karena industri dapat dengan cepat dan langsung berhubungan dengan bagian QC daripada harus melalui pihak ketiga. Jika supplier hanya merupakan penyalur saja kemungkinan tidak melakukan kontrol kualitas atau hanya empunyai waktu yang sangat sedikit untuk melakukan kontrol. f. Keenam, pertimbangan harga bahan baku. g. Ketujuh, reputasi dan keandalan supplier berdasarkan pengalaman lalu. Tahap ketiga : “Jika supplier baru kunjungi fasilitas industri tersebut”. Hal ini baik sekali dilakukan untuk membina hubungan pribadi dengan personalia di industri komponen tersebut, sehingga banyak masalah dapat diselesaikan dengan cara mudah melalui hubungan pribadi. Tahap keempat : “Memperoleh cuplikan dan sertifikat analisis dari supplier”. Setelah industri farmasi mempunyai gambaran tentang suplier yang akan dipilih untuk menyediakan bahan baku, maka tahap selanjutnya ialah memperoleh cuplikan dengan sertifikat analisis dari masing-masing cuplikan tersebut. Sebaiknya dipilih 2 atau lebih suplier untuk setiap komponen yang akan digunakan dalam formulasi dan cuplikan yang diminta berasal dari 2 atau 3 lot yang berbeda dari masing-masing cuplikan tersebut. Cuplikan dan sertifikat analisis (Gambar 1) akan dapat menunjukkan adanya variasi antara lot pada pengujian spesifik. Penting sekali artinya untuk mengetahui dan mengukur variasi dari suplier yang sama antara supplier yang berbeda. Makin kecil perbedaan tersebut makin seragam dan reprodusibel lot dari bahan baku tersebut. Tahap kelima : “Menetapkan spesifikasi untuk setiap bahan”. Jika monografi bahan baku terdapat dalam kompendium maka dengan sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh industri dapat dibuat spesifikasi bahan baku. Kecuali kalau ada informasi yang bertentangan maka ketentuan dalam
  • 14. monografi resmi harus diikuti. Untuk beberapa alasan kadang-kadang spesifikasi dibuat lebih ketat. Apabila bahan baku tidak diuraikan dalam kompendium maka tugas industri menetapkan spesifikasi jadi lebih sulit. Semua parameter pengujian yang ditetapkan harus dapat diukur dan ditetapkan pula tentang variasi yang dapat diterima, dan setiap industri harus mengerti dan dapat menginterprestasikan secara benar apa yag ditulis dalam spesifikasi. Hal yang penting diperhatikan ialah rentang yang dapat diterima (atau tidak dapat diterima) harus ditetapkan dan divalidasi berdasarkan persyaratan produk dan kemampuan supplier. Spesifikasi bila sudah ditetapkan untuk bahan baku harus dipertahankan sebagaimana seharusnya, akan tetapi hal tertentu harus pula ada flesibilitas untuk menerima perubahan spesifikasi, misalnya karena alasan perkembangan teknologi mutakhir. Sebagai contoh misalnya dengan menggunakan cara penentuan bahan baku dengan teknik kromatografi kinerja tinggi yang akan memberikan hasil lebih teliti dibandingkan cara tradisional titrasi. Tahap keenam : “Menetapkan prosedur pengujian” Sesuai dengan pengembangan spesifikasi harus pula ditetapkan metoda pengujian untuk masing-masing spesifikasi tersebut. Untuk bahan baku yang terdapat dalam kompendium prosedur pengujian disesuaikan dengan metoda uji dalam monografi yang sesuai. Tahap ketujuh : “Menetapkan prosedur pengambilan cuplikan jika dibutuhkan persyaratan khusus”. Cara pengambilan cuplikan secara umum harus diuraikan pada ketentuan CPOB seperti persyaratan umum penerimaan bahan baku di industri jumlah wadah yang harus diambil contohnya persyaratan penandaan bahan baku dalam bentuk bulk dan wadah untuk cuplikan, wadah cuplikan dan penutup yang akan digunakan , ukuran cuplikan dan metoda pengambilan cuplikan. Akan tetapi untuk bahan baku tertentu diperlukan persyaratan khusus dalam pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan stabilitas dan atau tujuan penggunaan. Sebelum prosedur pengambilan cuplikan secara individu tersebut diresmikan dalam praktek secara rutin, cara tersebut harus dievaluasi dan
  • 15. merupakan bagian dari validasi proses. Semua cara pengambilan cuplikan secara khusus harus dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk prosedur tertulis. Tahap kedelapan : “Menetapkan kondisi penyimpanan optimum” Wadah bahan baku harus ditangani dan disimpan sesuai dengan persyaratan kondisi yang sudah ditetapkan untuk melindungi stabilitas selama periode penyimpanan yang sudah dinyatakan. Karakteristik kritik bahan baku dan faktor yang lebih mempengaruhi telah diidentifikasi selama waktu menetapkan spesifikasi. Kimiawi dari setiap bahan harus ditinjau ulang yang menyangkut higroskopisitas, kepekaan terhadap cahaya, kepekaan terhadap suhu, kemampuan menunjang pertumbuhan mikroba, reaktivitas, dengan kemasan atau penutup wadah dan kapasitas oksidasi. Begitu faktor kritik yang mempengaruhi bahan baku sudah diketahui baru dapat dilakukan penelitian stabilitas, sehingga dapat dirumuskan kondisi penyimpanan optimum dan menetapkan usia simpan bahan baku. Tahap kesembilan : “Menetapkan usia simpan” Berkaitan dengan defenisi kondisi penyimpanan bahan baku adalah menetapkan usia simpan. Batas daluwarsa atau usia simpan dari bahan baku merupakan perioda dalam waktu mana bahan baku harus digunakan. Sering ditetapkan masa daluwarsa lebih singkat dari data stabilitas yang tersedia, sehingga akan selalu digunakan bahan baku yang segar/baru. Usia simpan bahan baku harus didasarkan pada pengujian selama waktu tertentu dalam wadah dan penutup yang digunakan disimpan sesuai dengan kondisi optimum yang diperkirakan dan juga pada kondisi dipercepat. Jika kondisi penyimpanan yang diharapkan adalah 2 – 8 oC dengan kelembaban relatif 75 – 80% maka penyimpanan bahan baku dilakukan pada kondisi tersebut dan juga pada kondisi yang dipercepat sebagai berikut :  45 oC dan kelembaban relatif 80%  37 oC dan kelembaban relatif 80%  25 oC dan kelembaban relatif 80%  5 oC dan kelembaban relatif 80%  0 oC dan kelembaban relatif 80%
  • 16. Sesudah disimpan dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan, bahan baku harus diuji ulang untuk mengkonfirmasikan bahwa bahan baku tersebut masih memenuhi persyaratan spesifikasi di samping harus pula menentukan kadar hasil uraian produk tersebut. Tahap kesepuluh : “Tantangan terhadap bahan baku” Tahap terakhir yang dibutuhkan ialah melakukan uji tantangan terhadap bahan baku agar supaya dapat terjamin bahwa bahan baku yang digunakan akan memenuhi syarat spesifikasi produk. Validasi memerlukan suatu (uji) tantangan terhadap proses dan cara uji yang secara sengaja menggunakan bahan baku yang memenuhi syarat dan prosedur untuk menghasilkan bets produk yang dapat dan tidak dapat diterima.
  • 17. 2.6 Certificate Of Analysis Meloxicam Gambar 1. COA Meloxicam 2.7 Pengujian Meloxicam 2.7.1 Uji Bahan Baku berdasarkan Certificate Of Analysis Meloxicam 1. Rumus molekul : C14H13N3O4S2 2. Bobot molekul : 351,40 3. Pemerian (Visual Tes) : Serbuk, kuning pucat
  • 18. 4. Kelarutan (Visual tes) Dalam air : tidak larut Dalam metanol dan etanol : sangat sukar larut Pengerjaannya : Masukkan sejumlah zat seperti tertera dalam masing-masing monografi kedalam gelas ukur bersumbat kaca 10 ml dengan ukuran lebih kurang 125 mm x 13 mm dan telah dibersihkan dengan cermat. Dengan menggunakan pelarut seperti tertera dalam masing-masing monografi atau pada etiket, isi gelas ukur hingga hampir keleher gelas. Kocok hati-hati hingga larut; larutan harus sama jernihnya dengan sejumlah volume sama dari pelarut yang sama, dalam wadah yang serupa dan diperlakukan dengan cara yang sama. Zat Larut Dalam Air Gunakan Metode I kecuali dinyatakan lain pada monografi Metode I Didihkan 7 g zat dengan 700 ml air selama 30 menit sambil sering diaduk dan tambahkan air yang hilang karena penguapan. Enap tuangkan cairan kedalam gelas piala, tekan hati-hati sisa air yang tertinggal pada bahan dengan batang pengaduk, campur larutan dan saring ekstrak selagi panas. Uapkan 400 ml dan keringkan residu sampai bobot tetap pada suhu 100°- 105°. Kelarutan Dalam Etanol Timbang 1 ml minyak dalam gelas ukur bersumbat kaca 25 ml atau 30 ml dan masukkan kedalam slat yang mempunyai suhu tetap yang dipertahankan pada suhu 19,8°-20,2°. Dengan menggunakan buret berkapasitas tidak kunang dari 20 ml tambahkan etanol dengan kadar seperti dinyatakan pada monografi, tiap kali dengan 0,1 ml sampai larut sempuma kemudian tiap kali dengan 0,5 ml sampai jumlah 20 ml dan sening dikocok kuat. Catat volume etanol yang diperlukan untuk mendapatkan larutan jernih. Lanjutkan penambahan jumlah etanol dengan cara yang sama. Jika larutan menjadi berkabut atau keruh sebelum penambahan 20 ml etanol, catat volume pada saat terjadi kabut atau kekeruhan, dan juga volume pada saat kabut atau kekeruhan hilang. Jika
  • 19. tidak diperoleh larutan jemih dengan penambahan 20 ml etanol, ulangi pengujian dengan kadar etanol yang lebih tinggi. Ketentuan yang digunakan Larut dalam n bagian volume etanol (a%) atau lebih; jika larutan jemih dalam n bagian volume etanol, setelah penambahan selanjutnya dengan etanol berkekuatan sama hingga berjumlah 20 bagian volume, tetap jemih dibandingkan terhadap minyak yang tidak diencerkan. Larut dalam n bagian volume etanol (a%), menjadi berkabut jika diencerkan; jika larutan jemih dalam n bagian volume manjadi berkabut dalam n1 bagian volume (n1 kurang dari 20) dan tetap berkabut setelah penambahan bertahap berjumlah 20 bagian volume etanol. Larut dalam n bagian volume etanol (a%), menjadi berkabut dalam n bagian volume (kurang dan 20); jika larutan jemih dalam n bagian volume menjadi berkabut dan tetap berkabut setelah penambahan bertahap hingga jumlah n2 bagian volume (n2 kurang dan 20), kemudian menjadi jernih. Maka kelarutan minyak menguap dalam etanol (a%) adalah 1 bagian volume dalamn bagian volume dan berkabut antara n1 dan n2 bagian volume. Larut dengan kekeruhan; jika larutan etanol berwarna sedikit kebiruan sama dengan yang ditimbulkan dengan penambahan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N dan 0,1 ml asam nitrat P pada 50 ml larutan natrium kiorida P 0,0012%,campur, biarkan selama 5 menit. 5. Assay Agar tidak terjadi kepanasan saat titrasi, aduk hingga tercampur rata dan hentikan titrasi segera setelah titik akhir tercapai. Larutkan 0,250 g dalam campuran 5 ml asam format anhidrat R dan 50 ml asam asetat anhidrat R. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 M. tentukan titik akhir secara potensial. 1 ml 0,1 M asam perklorat setara dengan 35,14 mg meloxicam.  Titrasi Potentiometrik Dalam titrasi potensiometri titik akhir titrasi ditentukan dengan mengikuti variasi perbedaan potensial antara 2 elektroda (satu elektroda indikator dan satu elektroda referensi atau 2 elektroda indikator) yang
  • 20. direndam dalam larutan untuk diperiksa sebagai fungsi. dari jumlah titran yang ditambahkan. Potensi biasanya diukur pada nol atau praktis nol saat ini. Alat : Peralatan yang digunakan (potensiometer sederhana atau perangkat elektronik) terdiri dari voltmeter yang memungkinkan pembacaan ke millivolt terdekat. Indikator elektroda yang akan digunakan tergantung pada bahan yang akan ditentukan dan mungkin elektroda gelas atau logam (misalnya, platinum, emas, perak atau merkuri). Elektroda referensi umumnya adalah elektroda kalomel atau perak-perak klorida. Untuk titrasi asam-basa dan kecuali ditentukan lain, digunakan kombinasi elektroda gelas-kalomel atau kaca-perak-perak klorida. Metode : Dalam titrasi potensiometri dari asam atau basa lemah menggunakan pelarut tidak berair, baik melakukan penentuan kosong atau pra-menetralkan campuran pelarut, jika perlu, sebelum pembubaran zat yang akan diperiksa Jika tidak mungkin untuk menggunakan deteksi potensiometri untuk ini, campuran pelarut dapat dinetralkan dengan tujuan, titrasi menggunakan indikator yang sesuai. Beberapa contoh diberikan di bawah ini: Plot grafik variasi perbedaan potensial sebagai fungsi dari kuantitas titran yang ditambahkan, melanjutkan penambahan titran di luar titik ekuivalen yang diduga. Titik akhir berhubungan dengan variasi tajam perbedaan potensial. 6. Susut pengeringan (LOD) (tidak lebih dari 1%, lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam) Prosedur ini digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan
  • 21. mengandung air sebagai satu-satunya bahan mudah menguap, cara yang terdapat pada Penetapan Kadar Air sudah memadai dan dicantumkan dalam masing- masing monografi. Campur dan timbang seksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan menggunakan 1-2 gr. Apabila zat uji berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji kedalam botol timbang tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan kedalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti tertera pada monografi. [Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi haruslah dianggap dalam rentang ±2° dari angka yang tertulis.] Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang. Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk penetapan susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1-2 jam pada suhu 5°-10° di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang telah ditetapkan. Jika contoh yang diuji berupa kapsul, gunakan sejumlah campuran isi tidak kurang dari 4 kapsul. Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan sejumlah serbuk tablet tidak kurang dari 4 tablet yang diserbuk haluskan. Jika dalam monografi susut pengeringan ditetapkan dengan analisis termogravimetri, gunakan timbangan analitik yang peka. Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam hampa udara di atas zat pengering, gunakan sebuah desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat pengering vakum lain yang sesuai. Jika pengeringan dilakukan dalam desikator, lakukan penanganan khusus untuk menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin. Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam botol bersumbat
  • 22. kapiler dalam hampa udara, gunakan botol atau tabung dengan sumbat kapiler berdiameter 225±25 µm dan atur bejana pemanas pada tekanan 5 mmHg atau kurang. Pada akhir pemanasan, biarkan udara kering mengalir kedalam bejana pemanas, angkat botol bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator sebelum ditimbang. Menurut Europe Pharmacopoeia Kehilangan pengeringan adalah hilangnya massa yang dinyatakan dalam persen m/m. Metode : Tempatkan jumlah yang ditentukan dari zat yang akan diperiksa dalam botol penimbangan yang sebelumnya dikeringkan di bawah kondisi yang ditentukan untuk zat yang akan diperiksa. Keringkan bahan ke massa konstan atau untuk waktu yang ditentukan oleh salah satu dari prosedur berikut. Jika suhu pengeringan ditunjukkan oleh nilai tunggal dan bukan kisaran, pengeringan dilakukan pada suhu yang ditentukan t 2 ° C. a. "dalam desikator": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R pada tekanan atmosfer dan pada suhu kamar. b. "in vacuo": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R, pada tekanan 1,5 kPa sampai 2,5 kPa pada suhu kamar. c. "dalam vakum dalam kisaran suhu yang ditentukan": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R, pada tekanan 1,5 kPa hingga 2,5 kPa dalam kisaran suhu yang ditentukan dalam monograf. d. "dalam oven dalam kisaran suhu tertentu": pengeringan dilakukan dalam oven dalam kisaran suhu yang ditentukan dalam monograf. e. "dalam vakum tinggi": pengeringan dilakukan di atas difosfor pentoksida R pada tekanan tidak melebihi 0,1 kPa, pada suhu yang ditentukan dalam monograf. Jika kondisi lain ditentukan, prosedur yang akan digunakan dijelaskan secara lengkap dalam monograf.
  • 23. 7. Logam berat dengan penyerapan atom Logam berat total Metode-metode yang diuraikan di bawah ini membutuhkan penggunaan reagen tioasetamida. sebagai alternatif, larutan natrium sulfida (0,1 mL) biasanya cocok. Sejak tes yang ditetapkan dalam monografi telah dikembangkan menggunakan reagen tioasetamida. Jika natrium sulfida larutan RI digunakan sebagai gantinya, itu Diperlukan juga untuk metode A, B dan H larutan pengamatan, yang disiapkan dari jumlah zat yang akan diperiksa sesuai untuk uji, yang telah ditambahkan volume larutan standar timah yang ditentukan untuk larutan standar. Uji tidak valid jika larutan pengamatan tidak sekuat larutan standar. Metoda A Larutan uji. 12 mL larutan encer tertentu dari zat yang akan diuji. Larutan standar. Camouran 10 mL larutan standar baku (1 ppm Pb) atau larutan standar baku (2 ppm Pb), sebagaimana ditentukan, dan 2 mL larutan encer ditentukan dari zat yang aan diuji. Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan encer ditentukan dari zat yang akan diuji. Untuk masing-masing larutan, tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamida ph 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamida. Campur segera. Periksa larutan setelah 2 menit. Kecocokan sistem: Larutan standar menunjukkan warna yang agak sedikit coklat dibandingkan dengan larutan blanko. Hasil: Warna coklat dalam uji larutan tidak lebih kuat dari larutan standar. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
  • 24. dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan yang berbeda. Metoda B Larutan uji. 12 ml larutan yang ditentukan dari zat yang diperiksa dipersiapkan dengan menggunakan pelarut organik yang mengandung persentase air minimum (contoh dioksan mengandung 15 persen air atau aseton mengandung 15 persen air). Larutan Standar. Campuran 10 ml larutan standar baku (1 atau 2 ppm Pb) sebagai penetapan dan 2 ml larutan penetapan dari substansi yang harus ditetapkan dalam pelarutorganik. Mepersiapkan larutan standar 1 atau 2 ppm timbal) yang dilarutkan dengan larutan standar baku (100 ppm Pb) R dengan larutan digunakan untuk zat yang akan diuji. Larutan blanko. Campuran 10 mL larutan digunakan untuk zat yang akan diuji dan 2 mL larutan ditentukan dari zat yang akan diuji dalam pelarut organik. Untuk masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamida. Campur segera. Periksa larutan setelah 2 menit. Kecocokan sistem: Larutan standar menunjukkan warna yang agak sedikit coklat dibandingkan dengan larutan blanko. Hasil: Warna coklat dalam uji larutan tidak lebih kuat dari larutan standar. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan
  • 25. dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan yang berbeda. Metoda C Larutan Uji. Tempatkan jumlah yang ditentukan (tidak kurang dari 2 gram) dari zat yang akan di uji didalam sebuah wadah silica dengan 4 mL dari 250 g/L larutan magnesium sulfat R didalam larutan asam sulfurat R. Campurkan menggunakan batang kaca yang bagus. Panaskan dengan hati- hati. Apabila Campuran adalah cairan, uapkan dengan berlahan hingga kering di waterbath. Semakin panas untuk pembakaran dan lanjutkan pemanasan hingga hampir putih atau diperoleh residu keabu-abuan. Lakukan pembakaran pada suhu tidak melibihi 800oC. Biarkan hingga dingin. Basahkan residu dengan beberapa tetes larutan asam sulfur R. Uapkan, bakar lagi dan biarkan hingga dingin. Jumlah periode pembakaran harus tidak melebihi 2 jam. Ambil residu dalam 2 bagian, masing-masing 5 mL dari larutan asam hidroklorat R. Tambahkan 0, 1 mL larutan fenolftalein R, kemudian amonia pekat R hingga diperoleh warna metah muda. Dingin, tambahkan asam asetat glasial R hingga larutan tak berwarna dan tambahkan 0, 5 mL dalam julah yang berlebih. Saring jika perlu dan cuci saringan. Larutkan pada 20 mL air R. Larutan standart. Persiapkan seperti yang dijelaskan pada larutan uji, gunakan volume tertentu (10 ppm timbal) R daripada zat yang akan diuji. Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji.
  • 26. Larutan pengamatan. persipakan seperti yang dijelaskan pada larutan uji, tambahkan pada zat yang akan diuji volume larutan standar (10 ppm timbal) R tertentu untuk persiapan larutan standar. Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji. Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan uji. Untuk 12 mL masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamide R. Campur segera. Periksa larutan setelah 2 menit. Kecocokan sitem: - larutan standar menunjukkan warna agak sedikit kecoklatan dibandingkan larutan blanko. - larutan pengamatan setidaknya sama kuatnya dengan larutan standar. Hasil: Warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari larutan standar. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan yang berbeda. Metoda D Larutan uji. Dalam wadah silika, campur secara sesama sejumlah tertentu zat yang akan diuji dengan 0,5 g magnesium oksida R1. Bakar terus hingga masa putih atau putih keabu-abuan diperoleh. Jika setelah 30 menit pembakaran campuran sisa warna, biarkan dingin, campur menggunakan pengaduk kaca dan ulangi pembakaran. Jika perlu ulangi pengerjaan.
  • 27. Paaskan pada suhu 800oC selama 1 jam. Ambil residu dalam 2 bagian, masing-masing 5 mL dari larutan asam hidroklorat R1 dan air. Tambahkan 0,1 mL larutan fenolftalein dan kemudian amonia pekat R hingga diperoleh warna metah muda. Dingin, tambahkan asam asetat glasial R hingga larutan tak berwarna dan tambahkan 0, 5 mL dalam julah yang berlebih. Saring jika perlu dan cuci saringan. Larutkan pada 20 mL air R. Larutan standart. Persiapkan seperti yang dijelaskan pada larutan uji, gunakan volume tertentu (10 ppm timbal) R daripada zat yang akan diuji dan keringkan dalam oven pada suhu 100-105 oC. Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji. Larutan pengamatan. persipakan seperti yang dijelaskan pada larutan uji, tambahkan pada zat yang akan diuji volume larutan standar (10 ppm timbal) R tertentu untuk persiapan larutan standar dan keringkan dalam oven pada suhu 100-105 oC. Untuk memperoleh 10 mL larutan tambahkan 2 mL larutan uji. Larutan blanko. Campuran 10 mL air dan 2 mL larutan uji. Untuk 12 mL masing-masing larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen tioasetamide R. Campur segera. Periksa larutan setelah 2 menit. Kecocokan sitem: - larutan standar menunjukkan warna agak sedikit kecoklatan dibandingkan larutan blanko. - larutan pengamatan setidaknya sama kuatnya dengan larutan standar.
  • 28. Hasil: warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari larutan standar. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan membran penyaring yang cocok (Ukuran porinya 0,45 𝝻m). Lakukan penyaringan dengan berlahan, aplikasikan secukupnya dan tekanan konstan pada pengisap. Bandingkan titik pada penyaring yang diperoleh dengan larutan yang berbeda. Metode E Solusi uji. Larutkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa dalam 30 mL air R atau volume yang ditentukan. Solusi referensi (standar). Kecuali ditentukan lain, encerkan volume larutan standar timbal yang ditentukan (1 ppm Pb) R ke volume yang sama dengan larutan uji. Siapkan peralatan penyaringan dengan mengadaptasi laras dari jarum suntik 50 mL tanpa pistonnya ke penyangga yang mengandung, pada pelat, sebuah filter membran (ukuran pori nominal 3 um) dan di atasnya prefilter. Pindahkan larutan uji ke dalam tabung suntik, taruh piston pada tempatnya dan kemudian berikan tekanan merata sampai seluruh cairan telah disaring. Dalam membuka penyangga dan melepaskan prefilter, periksa apakah filter membran tetap tidak tercemar dengan kotoran. Jika tidak, gantilah dengan filter membran lain dan ulangi operasi dalam kondisi yang sama. Ke prefiltrate atau volume yang ditentukan dari prefiltrate tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen thioacetamide R. Campur segera dan biarkan selama 10 menit dan saring lagi seperti dijelaskan di atas, tetapi membalikkan urutan filter, cairan
  • 29. yang melewati filter membran terlebih dahulu sebelum melewati prefilter. Filtrasi harus dilakukan perlahan dan merata dengan memberikan tekanan sedang dan konstan ke piston jarum suntik. Setelah penyaringan sempurna, buka penopang, lepaskan filter membran, dan keringkan menggunakan kertas saring. Secara paralel, perlakukan solusi referensi dengan cara yang sama seperti solusi pengujian. Hasil: warna titik yang diperoleh dengan larutan uji tidak lebih intens dari yang diperoleh dengan larutan referensi. Metode F Solusi uji. Tempatkan jumlah yang ditentukan atau zat kimia untuk diperiksa dalam labu pembakaran berleher panjang yang bersih, kering, 100 mL (labu 300 mL dapat digunakan jika reaksinya berbusa secara berlebihan). Jepit labu pada sudut 45°. Jika zat yang akan diperiksa adalah padatan, tambahkan volume campuran 8 mL asam sulfat R dan 10 mL asam nitrat R yang cukup untuk melembabkan zat tersebut secara menyeluruh. jika zat yang akan diperiksa adalah cairan, tambahkan beberapa mililiter campuran 8 mL asam sulfat R dan 10 mL asam nitrat R. Hangatkan dengan lembut sampai reaksi dimulai, biarkan reaksi mereda dan tambahkan bagian tambahan dari campuran asam yang sama, panaskan setelah setiap penambahan, sampai total 18 mL campuran asam telah ditambahkan. Tambahkan jumlah panas dan didihkan perlahan sampai larutan menjadi gelap. Dinginkan, tambahkan 2 mL asam nitrat R dan panaskan lagi sampai larutan menjadi gelap. Lanjutkan pemanasan, diikuti dengan penambahan asam itrik R sampai tidak terjadi penggelapan
  • 30. lebih lanjut, kemudian panaskan sampai padat, dihasilkan uap putih. Dinginkan, tambahkan 5 mL air R dengan hati-hati, didihkan perlahan sampai dihasilkan asap putih yang pekat dan lanjutkan pemanasan hingga berkurang menjadi 2-3 mL. Dinginkan, tambahkan 5 mL air R dengan hati-hati dan periksa warna larutannya. Jika warnanya kuning, hati-hati tambahkan 1 mL larutan hidrogen peroksida R yang kuat dan kembali menguap hingga padat, dihasilkan uap putih dan kurangi hingga volume 2- 3 mL. Jika larutan masih berwarna kuning, ulangi penambahan 5 mL air R dan 1 mL larutan hidrogen peroksida kuat R sampai larutan tidak berwarna. Dingin, encerkan dengan hati-hati dengan air Rdan bilas ke dalam tabung pembanding warna 50 mL, memastikan bahwa volume total tidak melebihi 25 mL. Sesuaikan larutan ke pH 3.0-4.0, menggunakan kertas indikator pH jarak pendek sebagai indikator eksternal, dengan amonia pekat R1 (encer amonia R1 dapat digunakan, jika diinginkan, ketika rentang yang ditentukan didekati), encerkan dengan air R hingga 40 mL dan campuran. Tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen thioacetamide R. Campur segera. Encerkan hingga 50 mL dengan air R dan campur. Solusi referensi (standar). Persiapkan pada waktu yang sama dan dengan cara yang sama dengan larutan uji, menggunakan volume yang ditentukan dari larutan standar timah (10 ppm Pb) R. Solusi monitor. Siapkan seperti yang dijelaskan untuk larutan uji, tambahkan substansi yang akan diperiksa volume larutan baku timbal (10 ppm Pb) R yang ditentukan untuk larutan referensi.
  • 31. Solusi kosong. Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk solusi pengujian, hilangkan zat yang akan diperiksa. Periksa solusi secara vertikal dengan latar belakang putih setelah 2 menit. Kesesuaian sistem: - solusi referensimenunjukkan warna cokelat dibandingkan dengan solusi kosong, - solusi monitor setidaknya sama kuatnya dengan solusi referensi. Hasil: setiap warna coklat dalam larutan uji tidak lebih kuat dari pada larutan referensi. Jika hasilnya sulit untuk dinilai, saring larutan melalui filter membran yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 um). Lakukan penyaringan secara perlahan dan seragam, berikan tekanan sedang dan konstan ke piston. Bandingkan tempat pada filter yang diperoleh dengan solusi berbeda. Metode G HATI-HATI: ketika menggunakan bejana pencernaan bertekanan tinggi, tindakan pencegahan dan instruksi pengoperasian yang diberikan oleh pabrikan harus diikuti. Siklus pencernaan harus dijabarkan tergantung pada jenis oven microwave yang akan digunakan (misalnya, oven microwave yang dikendalikan energi, oven microwave yang dikontrol suhu, atau oven tekanan tinggi). Siklus harus sesuai dengan instruksi pabrik. Siklus pencernaan cocok jika solusi yang jelas diperoleh. Solusi uji. Tempatkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa (tidak lebih dari 0,5 g) dalam gelas kimia yang bersih dan sesuai. Tambahkan berturut-turut 2,7 mL asam sulfat R, 3,3 mL asam nitrat R dan 2,0 mL larutan hidrogen peroksida R kuat menggunakan pengaduk magnet.
  • 32. Biarkan zat bereaksi dengan pereaksi sebelum menambahkan yang berikutnya. Pindahkan campuran ke wadah pencernaan tahan tekanan tinggi kering (fluoropolymer atau gelas kuarsa). Solusi referensi (standar). Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk larutan uji, menggunakan volume larutan standar timbal yang ditentukan (10 ppm Pb) R sebagai pengganti zat yang akan diperiksa. Monitor solusi. Bersiap sesuai dengan yang ditentukan untuk larutan uji, tambahkan substansi yang akan diperiksa volume larutan baku timbal (10 ppm Pb) R yang ditentukan untuk larutan referensi. Solusi kosong. Persiapkan seperti yang dijelaskan untuk solusi pengujian, hilangkan zat yang akan diperiksa. Tutup bejana dan letakkan di oven microwave laboratorium. Intisari menggunakan 2 program terpisah yang sesuai. Rancang program dalam beberapa langkah untuk mengontrol reaksi, tekanan pemantauan, suhu atau energi tergantung pada jenis oven microwave yang tersedia. Setelah program pertama biarkan pembuluh pencernaan mendingin sebelum dibuka. Tambahkan ke setiap bejana 2,0 mL larutan hidrogen peroksida R yang kuat dan dicerna menggunakan program kedua. Setelah program kedua biarkan pembuluh pencernaan mendingin sebelum dibuka. Jika perlu untuk mendapatkan larutan bening, ulangi penambahan larutan hidrogen peroksida R yang kuat dan program pencernaan kedua. Dinginkan, encerkan dengan hati-hati dengan air R dan bilas ke dalam labu, memastikan bahwa volume total tidak melebihi 25 ml.
  • 33. Dengan menggunakan kertas indikator pH jarak pendek sebagai indikator eksternal, sesuaikan solusi ke pH 3.0-4.0 dengan amonia pekat R1 (amonia encer R1 dapat digunakan ketika kisaran yang ditentukan didekati). Untuk menghindari pemanasan solusi gunakan penangas es dan pengaduk magnetik. Encerkan hingga 40 mL dengan air R dan campur. Tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur dan tambahkan 1,2 mL reagen thioacetamide R. Campur segera. Encerkan hingga 50 mL dengan air R, campur dan diamkan selama 2 menit. Saring solusi melalui filter membran yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 um). Lakukan penyaringan secara perlahan dan seragam, berikan tekanan sedang dan konstan ke piston. Bandingkan tempat pada filter yang diperoleh dengan solusi berbeda. Kesesuaian sistem: - tempat yang diperoleh dengan larutan referensimenunjukkan warna coklat dibandingkan dengan tempat yang diperoleh dengan solusi kosong, - bercak yang diperoleh dengan larutan monitor setidaknya sama kuatnya dengan bercak yang diperolah dengan larutan referensi. Hasil: warna coklat dari tempat yang diperoleh dengan larutan uji tidak lebih intens dari tempat yang diperoleh dengan larutan referensi. Metode H Solusi uji. Larutkan jumlah zat yang ditentukan untuk diperiksa dalam 20 mL pelarut atau campuran pelarut yang ditentukan. Solusi referensi. Encerkan volume larutan standar timbal yang ditentukan (10 ppm Pb) R hingga 20 mL dengan campuran pelarut atau campuran yang ditentukan. Solusi kosong. 20 mL campuran pelarut atau campuran yang diresepkan.
  • 34. Untuk setiap larutan, tambahkan 2 mL larutan buffer pH 3,5 R. Campur. (Dalam beberapa kasus terjadi presipitasi, dalam hal ini monograf spesifik akan menggambarkan pelarutan kembali dalam volume yang ditentukan dari pelarut yang diberikan.) Tambahkan ke 1,2 mL reagen thioacetamide R. Campur segera dan biarkan selama 2 menit. saring solusi melalui filter membran yang sesuai (ukuran pori nominal 0,45 μm). Bandingkan tempat pada filter yang diperoleh dengan solusi berbeda. Kesesuaian sistem: tempat yang diperoleh dengan solusi referensi menunjukkan warna hitam kecoklatan dibandingkan dengan tempat yang diperoleh dengan solusi kosong. Hasil: warna kecoklatan-hitam dari titik yang diperoleh dengan larutan uji tidak lebih intens dari pada titik yang diperoleh dengan larutan referensi. Arsenic (As) Uji Batas Arsen Prosedur ini disusun untuk mendeteksi adanya cemaran arsenic dengan mengubah senyawa arsenic dalam suatu senyawa pada uji terhadap arsen, kemudian dilewatkan melalui larutan perak dietil ditiokarbamat untuk membentuk komplek berwarna merah. Warna merah yang terbentuk dibandingkan, baik secara visual atau secara spektrofotometri terhadap warna yang dihasilkan dari cara yang sama menggunakan kontrol yang mengandung sejumlah arsen setara dengan batasan yang diberikan dalam masing-masing monografi. Batas dinyatakan sebagai arsen (As), kadar arsenic tidak melebihi batas yang tertera dalam masing-masing monografi. Kedua metode yang diberikan, berbeda hanya dalam perlakuan awal terhadap zat uji dan standar. Pada umumnya digunakan Metode I untuk bahan anorganik, Metode II untuk bahan organik. Peralatan terdiri dari sebuah arsen generator (a), dilengkapi dengan unit pembersih (c) dan tabung penyerap (e) dengan sambungan terasa atau
  • 35. dengan dasar bola gelas dan soket penyambung (b dan d) diantara unit- unit. Walaupun demikian, alat lain yang sesuai, menggunakan prinsip alat yang disebutkan dan diilustrasikan dapat digunakan. Larutan persediaan arsen trioksida Timbang seksamam132,0 mg arsen trioksida P, yang sebelumnya sudah dikeringkan pada 105° selama 1 jam, masukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan larutkan kedalam 5 ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 5) Netralkan larutan dengan asam sulfat 2 N, tambahkan kembali 10 ml asam sulfat 2 N kemudian tambahkan air yang baru dididihkan dan didinginkan sampai tanda, campur. Larutan baku arsen Pipet 10 ml Larutan persediaan arsen trioksida kedalam labu tentukur 1000 ml, tambahkan 10 ml warn sulfat 2 N, kemudian tambahkan air yang baru dididihkan kemudian didinginkan sampai batas dan campur. Setiap ml Larutan baku arsen mengandung setara dengan1 µg Arsen (As). Simpan larutan ke dalam wadah kaca dan gunakan dalamwaktu 3 hari. Metode I Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen kedalam labu generator dan encerkan dengan air sampai 35 ml. Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, pindahkan kedalam labu generator sejumlah zat uji, dalam g, dihitung dengan rumus: 3,0 L dimana L adalah batas arsen dalam ppm. Larutkan dalam air dan encerkan dengan air sampai 35 ml. Prosedur Perlakukan sama Larutan baku dan Larutan uji seperti berikut: tambahkan 20 ml asam sulfat 7 N,2 ml kalium iodida LP, 0,5 ml tirnah(II) klorida pekat LP dan 1 ml isopropanol P dan campur. Diamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Tambahkan tabung slaber (c) dengan 2 gumpal kapas yang sudah dicelupkan kedalam larutan timba l(II) asetat P. Hilangkan kelebihan larutan dengan diperas dan keringkan dengan vakum
  • 36. pada suhu kamar. Buat jarak 2 mm diantara kedua gumpalan. Lumas kedua sambungan b dan d dengan pelumas yang sesuai diperuntukkan untuk pelarut organik, dan sambung unit pembersih kedalam tabung penyenap (e). Pindahkan 3,0 ml perak dietil ditiokarbarnat LP kedalam tabung penyerap. Tambahkan 3,0 g seng granul (20 mesh) kedalam campuran di dalam labu, segera sambung unit pembensih dan biarkan pelepasan hidrogen dan pengembangan warna terjadi pada suhu ruang selama45 menit. Putar labu secara perlahan dengan antara 10 menit. Lepaskan tabung penyenap dari generator dan unit pembersih dan pindahkan larutan absonpsi kedalam sel absorpsi 1 cm. Warna merah yang dihasilkan oleh Larutanu Ji tidak lebih intensif dari yang dihasilkan Larutan baku. Bila diperlukan atau diinginkan, ukur absorpsi pada Panjang gelombang serapan maksimum antara 535-540 rim menggunakan spektrofotometer yang sesuai atau kolorimeter, menggunakan perak dietil ditiokarbarnat LP sebagai blangko. Timbal (Pb) Uji Batas Timbal Ketatnya batas jumlah timbal yang diperbolehkan dalam sediaan farmasi mengakibatkan penggunaan dua metode yang salah satunya adalah metode berikut ini yang bergantung pada ekstraksi timbale dengan larutan ditizon. Untuk penetapan kadar logam berat secara umum, dihitung sebagai timbal, dapat dilihat pada Uji Batas Logam Berat. Untuk uji berikut ini, gunakan pereaksi yang mempunyai kandungan timbale serendah mungkin dan simpan semua pereaksi dalam wadah kaca borosilikat. Bilas semua alat kaca dengan larutan asam nitrat P (1 dalam 2) hangat, kemudian bilas dengan air. Pereaksi khusus Larutan ammonia sianida Larutkan 2 g kalium sianida P dalam 15 ml ammonium hidroksida P dan encerkan dengan air hingga 100 ml. Larutan ammonium sitrat Larutkan 40 g asam sitrat P dalam 90 ml air. Tambahkan 2 tetes atau 3 tetes merah fenol LP dan secara hati-hati
  • 37. tambahkan ammonium hidroksida P hingga berwarna kemerahan. Hilangkan timbal yang masih ada dengan cara mengekstraksi larutan beberapa kali, tiap kali dengan 20 ml Larutan pengestraksi ditizon, hingga tinggal larutan ditizon yang berwarna jingga-hijau. Enceran larutan baku timbale Encerkan sejumlah volume Larutan baku timbale yang diukur seksama seperti tertera pada Uji Batas LogamBerat (mengandung 10 µg Pb per ml), dengan 9 bagian volume larutan asam nitrat P (1 dalam 100) hingga kadar timbal 1 µg per ml. Larutan pengekstraksi ditizon Larutkan 30 mg ditizon P dalam 1000 ml kloroform P dan tambahkan 5 ml etanol P. Simpan larutan dalam lemari pendingin. Sebelum digunakan, kocok sejumlah volume Larutan pengekstraksi ditizon dengan lebih kurang setengah volume larutan asam nitrat P (1 dalam 100), buang bagian asam nitrat. Larutan hidroksil amina hidrokiorida Larutkan 20 g hidroksil amina hidroklorida P dalam air secukupnya hingga lebih kurang 65 ml, pindahkan kedalam corong pisah, tambahkan 5 tetes biru timol LP kemudian tambahkan ammonium hidroksida P hingga terjadi warna kuning. Tambahkan 10 ml larutan natrium dietil ditiokarbamat P (1 dalam 25), campur dan didiamkan selama 5 menit. Ekstraksi larutan beberapa kali, tiap kali dengan 10 - 15 ml kloroform P hingga 5 ml ekstrak kloroform tidak menghasilkan wama kuning apabila dikocok dengan tembaga(II) sulfat LP. Tambahkan asam klorida 3 N sampai larutan berwarna merah muda (jika perlu, tambahkan lagi 1 tetes atau 2 tetes biru timol LP) dan encerkan dengan air hingga 100 ml. Larutan kalium sianida Larutkan 50 g kalium sianida P dalam air secukupnya hingga 100 ml. Hilang kan timbale dengan cara mengekstraksi larutan beberapa kali, tiap kali menggunakan Larutan pengekstraksi ditizon seperti tertera pada Larutan ammonium sitrat di atas, kemudian ekstraksi sisa ditizon dengan kloroform P. Encerkan Larutan sianida dengan air secukupnya hingga kadar 10 g kalium sianida per 100 ml.
  • 38. Larutan baku ditizon Larutkan 10 mg ditizon P dalam 1000 ml kloroform P. Simpan larutan dalam botol bebas timbale bersumbat kaca, lindungi terhadap cahaya menggunakan pelindung yang sesuai, simpan dalam lemari pendingin. Larutan uji [Catatan Apabila dalam pembuatan larutan uji berikut mi, zat uji sangat cepat bereaksi dan mulai mengarang dengan 5 ml asam sulfat P sebelum dipanaskan, gunakan 10 ml larutan asam sulfat sulfat P (1 dalam 2) dingin dan tambahkan beberapa tetes hydrogen peroksida P sebelum dipanaskan.] Apabila dalam monografi tidak dicantumkan pembuatan larutan uji secara khusus, buat Larutan uji sebagai benilcut. [Perhatian Lakukan prosedur mi dengan hati-hati, sebab beberapa zat mudah meledak apabila bereaksi dengan hydrogen peroksida.] Masukkan 1,0 g zat uji kedalam tabung yang sesuai, tambahkan 5 ml asam sulfat P dan beberapa manic kaca, dan ekstraksi di atas lempeng pemanas dalam lemari asam hingga mulai mengarang. Pemanasan dapat dilakukan dengan. cara lain yang sesuai (jika perlu tambahkan asam sulfat P lagi, agar basah sempuma, tetapi penambahan jangan lebih dari 10 ml). Tambahkan hydrogen peroksida P 30% tetes demi tetes dengan hati- hati, biarkan reaksi mereda dan panaskan lagi diantara penetesan. Tambahkan beberapa tetes pertama secara sangat pelan, campur hati-hati supaya reaksi tidak terlalu cepat, dan hentikan reaksi jika terbentuk busa berlebih. Goyang larutan dalam labu untuk mencegah zatyang tidak bereaksi menempel pada dinding labu [Catatan tambahkan peroksida jika campuran menjadi cokelat atau menjadi gelap.] Lanjutkan ekstraksi hingga zat terurai sempuma, timbul asap belerang trioksida dan larutan menjadi tidak berwama. Dinginkan, tambahkan hati-hati 10 ml air, panaskan hingga belerang trioksida timbul lagi, dan dinginkan. Ulangi prosedur ini menggunakan 10 ml air lagi untuk menghilangkan sisa hydrogen peroksida, encerkan hati-hati dengan 10 ml air dan dinginkan. Prosedur Pindahkan Larutan uji, bilas dengan 10 ml air, atau sejumlah volume larutan uji khusus seperti tertera pada monografi, kedalam corong pisah, dan apabila tidak dinyatakan lain dalam monografi, tambahkan 6 ml
  • 39. Larutan ammonium sitrat dan 2 ml Larutan hidroksil amina hidrokiorida. (Untuk penetapan timbale dalam garam besi gunakan 10 ml Larutan ammonium sitrat). Tambahkan 2 tetes merah fenol LP dan basakan dengan ammonium hidroksida P, hingga berwarna merah. Dinginkan larutan jika perlu, tambahkan 2 ml Larutan kalium sianida. Ekstraksi segera larutan beberapa kali, tiap kali dengan 5 ml Larutan pengekstraksi ditizon, alirkan tiap ekstrak kedalam corong pisah lain hingga larutan ditizon tetap berwarna hijau. Kocok kumpulan larutan ditizon selama 30 detik dengan 20 ml larutan asam nitrat P (1 dalam 100) dan buang lapisan kloroform. Kedalam larutan asam, tambabkan 5,0 ml Larutan baku ditizon dan 4 ml Larutan amonia-sianida dan kocok selama 30 detik: warna lembayung lapisan kloroform tidak lebih tua dari pada larutan pembanding yang dibuat dari sejumlah volume Enceran larutan baku timbale yang setara dengan batas timbale zat uji, menggunakan pereaksi yang sama dan diperlakukan sama seperti zat uji. Mercury/ Raksa (hg) Uji Batas Raksa Metode I [Catatan Raksa (II) ditizonat peka terhadap cahaya. Lakukan pengujian dalam cahaya lemah.] Pereaksi Larutan persediaan ditizon Larutkan 40 mgditizon P dalam 1000 ml kloroform P.Titran ditizon Encerkan 30,0 ml Larutan persediaan ditizon dengan kloroform P hingga 100,0 ml. Larutan ini mengandung lebih kurang 12 mg ditizon P per liter. Larutan persediaan raksa Masukkan 135,4 mg raksa (II) klorida P kedalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan asam sulfat I N sampai tanda. Larutan ini mengandung setara dengan 100 mmHg per 100 ml. Larutan raksa untuk pembakuan titran ditizon Masukkan 2,0 ml Larutan persediaan raksa kedalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan asam sulfat 1 N sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung setara dengan 20 µg Hg.
  • 40. Larutan-larutan berikut digunakan untuk uji batas raksa yang tertera pada monografi: Besi (II) Fumarat dan Besi (II) Sulfat. Larutan hidroksil amina hidroklorida Buat seperti tertera pada Uji Batas Timbal. Larutan baku raksa Buat larutan segar dengan mengencerkan secara kuantitatif 1,0 ml Larutan Persediaan raksa dengan asam sulfat I N sampai 1000 ml. Tiap ml larutan ini setara dengan 1 µgHg. Larutan pengekstraksi ditizon Buat seperti tertera pada Uji Batas Timbal. Larutan pengekstraksi ditizon encer Buat larutan segar, encerkan 5 ml Larutan pengekstraksi ditizon dengan 25 ml klorofrom P. Pembakuan titranditizon Masukkan 1,0 ml Larutan raksa untuk pembaku anti tranditizon kedalam corong pisah 250 ml, tambahkan 100 ml asam sulfat 1 N, 90 nilair, 1 ml asam asetat glasial P dan 10 ml larutan hidroksil amina hidrokiorida P (1 dalam 5). Titrasi larutan dengan Titran ditizon menggunakan buret mikro 10 ml, kocok campuran 20 kali setiap penetesan dan biarkan lapisan kloroform memisah, kemudian buang lapisan kloroform. Lanjutkan sampai penambahan Titran ditizon terakhir berwarna hijau setelah dikocok. Hitung jumlah dalam µg kesetaraan Hg untuk tiap ml Titranditizon dengan rumus: 20 V V adalah volume, dalam ml Titran ditizon yang ditambahkan. Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 2 g, masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran asam nitrat P dan asam sulfat P volume sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai uap asam nitrit habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan kedalam labu tentukur 200 ml, encerkan dengan air sampai tanda, campur dan saring.
  • 41. Prosedur Masukkan 50,0 ml Larutan uji kedalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform F, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak berwarna. Buang ekstrak kloroform dan pada larutan tarnbahkan 50 ml warn sulfat 1 N, 90 ml air, 1 ml asam asetat glasiat P dan 10 ml larutan hidroksil amina hidrokiorida P (1 dalam 5). Lakukan seperti pada Pembaku anti tranditizon, mulai dengan "Titrasi larutan dengan Titranditizon". Hitung jumlah raksa. 8. Zat kimia penganggu Logam atau garam logam seperti kromium, kobalt, tembaga, raksa, molibdenum, nikel, valadium dan perak dapat mengganggu pelepasan arsen. Antimon dalam bentuk stibin menghasilkan pengganggu positif pada pengembangan warna menggunakan perak dietilditiokarbamat LP. Bila diperkirakan terdapat antimon, warna merah yang dihasilkan dalam 2 larutan perak dietil ditiokarbamat dapat dibandingkan pada panjang gelombang serapan maksimum antara 535 nm dan 540 nm menggunakan kolorimeter yang sesuai, dimana pada panjang gelombang ini gangguan yang disebabkan oleh stibin dapat diabaikan. Metode I Catatan: (1) Perhatian Lakukan dengan hati-hati. Beberapa zat dapat bereaksi dengan ledakan yang membahayakan bila dicampur dengan hydrogen perokida. (2) Apabila terdapat campuran mengandung halogen gunakan suhu lebih rendah pada saat memanaskan zat uji dengan asam sulfat F, hindari mendidihnya campuran dan tambahkan hydrogen peroksida dengan hati-hati sebelum terjadi pengarangan, untuk mencegah hilangnya arsentrivalen. (3) Apabila zat uji bereaksi dengan asam sulfat 5 ml sangat cepat, dan sudah terjadi pengarangan pada penambahan 5 ml asam sulfat P sebelum pemanasan, sebagai pengganti gunakan 10 ml asam sulfat encer dingin (1 dalam 2) dan tambahkan beberapa tetes hydrogen perokrida P sebelum pemanasan. Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen kedalam labu generator, tambah 2 ml asam sulfat, campur dan tambahkan sejumlah 30% hydrogen
  • 42. peroksida P yang digunakan dalam pembuatan Larutan uji. Panaskan campuran hingga terjadi asap putih tebal, dinginkan tambahkan perlahan-lahan 10 ml air, dan panaskan lagi sampai terjadi asap putih tebal. Ulangi prosedur dengan menggunakan 10 ml air untuk menghilangkan sisa hydrogen peroksida. Dinginkan dan encerkan dengan air sampai 35 ml. Larutan uji Jika tidak dinyatakan lain dalam masing-masing monografi masukkan kedalam labu generator sejumlah zat uji, dalam µg, dihitung menggunakan rumus: 3,0 L dimana L adalah batasan arsen dalam ppm. Tambahkan 5 ml asam sulfat P dan beberapa manic kaca, ekstraksi dalam lemari asam, lebih baik menggunakan lempeng pemanas dan pada suhu tidak lebih dari 120° hingga terjadi pengarangan. (Mungkin diperlukan asam sulfat berlebih untuk membasahkan zat uji secara sempurna, tetapi jumlah volume yang ditambahkan tidak lebih 10 ml). Tambahkan hati-hati tetes demi tetes 30% hydrogen peroksida P biarkan reaksi terjadi dan panaskan kembali diantara penetesan. (Tambahkan dengan sangat hati-hati beberapa tetes pertama dengan mencampur secukupnya, untuk menghindari reaksi cepat). Hentikan pemanasan bila terbentuk busa berlebih. Bila reaksi berkurang, panaskan hati- hati, goyangkan labu sesekali untuk mencegah zat melekat pada dinding labu yang kontak dengan pemanasan. Pertahankan kondisi oksidasi setiap saat selama ekstraksi dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan hydrogen peroksida P, jika campuran menjadi cokelat atau gelap. Lanjutkan ekstraksi hingga zat organic terurai, naikkan suhu lempeng pemanas secara bertahap hingga asap dari belerang dietiloksida dibebaskan dan larutan menjadi tidak berwarna atau berwarna kuning pucat. Dinginkan, tambahkan hati-hati 10 ml air, campur dan uapkan sekali lagi hingga terjadi asap tebal. Ulangi prosedur mi untuk menghilangkan sisa hydrogen peroksida. Dinginkan, tambahkan hati- hati 10 ml air, bilas dinding labu dengan beberapa ml air, dan encerkan dengan air hingga 30 ml. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode I
  • 43. Zat Kimia Pengganggu Lakukan seperti tertera pada Metode I. 9. Tes mikroba Pengujian kuantitatif untuk bakteri mesofil dan kapang yang dapat tumbuh pada kondisi aerob. Pengujian mi dirancang untuk menentukan suatu bahan atau sediaan memenuhi spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah ditetapkan, termasuk jumlah sampel yang akan digunakan dan interpretasi basil uji. Metode ini tidak dapat diaplikasikan untuk produk yang mengandung mikroba viabel sebagai bahan aktif. Prosedur mikrobiologi lain termasuk metode otomatisasi dapat digunakan setelah dibuktikan kesetaraannya dengan metode farmakope. Prosedur Umum : Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari kontaminasi mikroba dari luar produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba yang diuji. Jika produk mempunyai aktifitas antimilcroba sebelum diuji lakukan netralisasi menggunakan inaktivator yang telah dibuktikan tidak toksik terhadap mikroba yang diuji. Metode Penghitungan: Pengujian dilakukan dengan metode Penyaringan Membran atau salah satu Metode Angka Lempeng yang sesuai. Metode lain adalah Angka Paling Mungkin (APM) yang umum digunakan untuk produk dengan tingkat kontaminasi rendah. Pemilihan metode pengujian berdasarkan beberapa faktor antara lain jenis produk yang diuji, persyaratan yang ditentukan dan ukuran sampel yang memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara spesifik. Kesesuaian metode yang dipilih harus ditetapkan. Ketentuan Umum Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba pada produk harus ditetapkan. Jika terjadi perubahan kinerja pengujian pada produk yang mempengaruhi hasil uji, maka harus dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian metode. Penyiapan Galur Mikroba Uji Gunakan suspensi mikroba uji terstandar yang stabil.Galur mikroba uji dipelihara dengan Teknik Biakan Lot Benih tidak lebih dari 5 pasase dari master
  • 44. lot benih asli. Biakkan tiap galur bakteri dan kapang uji secara terpisah seperti tertera pada Tabel 1. Untuk membuat suspensi mikroba uji gunakan Dapar Natrium Kiorida- Pepton pH 7,0 atau Dapar fosfat pH 7,2; untuk memisahkan spora Aspergillus brasiliensis tambahkan polisorbat 80 P 0,05% pada dapar. Gunakan dapar dalam waktu 2 jam atau dalam 24 jam jika disimpan pada 2° - 8°. Setelah dipilih untuk menyiapkan suspensi segar sel vegetatif A.brasiliensis atau B.subtilis, siapkan suspensi spora yang stabil dan gunakan untuk inokulum dalam pengujian dengan volume yang sesuai. Suspensi spora yang stabil dipelihara pada 2° - 8° untuk jangka waktu yang tervalidasi. Kontrol Negatif Untuk membuktikan kesesuaian kondisi pengujian, kontrol negatif dilakukan menggunakan pengencer yang sesuai seperti pada penyiapan larutan uji. Tidak boleh terjadi pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada Pengujian Sediaan. Kegagalan kontrol negatif memerlukan investigasi. Fertilitas Media Uji setiap bets media jadi dan setiap bets media yang dibuat dari media kering atau dari bahan yang tertera pada formula. Inokulasi sejumlah kecil mikroba (tidak Iebih dan 100 koloni per plate) ke dalam Soybean-Casein Digest Broth, Soybean-Casein Digest Agar dan Sabouraud Dextrose Agar seperti tertera pada Tabel 1. Inkubasi sesuai dengan kondisi yang tertera pada Tabel 1. Untuk media padat, pertumbuhan yang diperoleh tidak boleh berbeda dua kali dari nilai hitung inoculum standar. Pertumbuhan mikroba dan hasil uji fertilitas pada inokulum yang dibuat segar harus sebanding dengan bets sebelumnya. Media cair dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji terlihat jelas dan sebanding dengan inokulum yang telah sesuai dengan hasil uji fertilitas bets media sebelumnya. PENYIAPAN SAMPEL Metode penyiapan sampel disesuaikan dengan sifat fisik sediaan yang diuji. Jika dengan prosedur yang diuraikan di bawah ini tidak ada yang memuaskan maka harus dikembangkan prosedur lain yang sesuai.
  • 45. Sediaan Larut Air Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar Natrium Kiorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest Broth bila perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama. Sediaan Bukan Lemak yang Tidak Larut dalam Air Suspensikan atau encerkan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH 7, 0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest Broth. Dapat ditambahkan surfaktan seperti Polisorbat 80 1 g per L untuk membantu mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi, jika perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan dengan pelarut yang sama. Sediaan Berlemak Larutkan atau encerkan sediaan yang akan diuji dalam isopropil miristat steril yang disterilkan dengan cara penyaringan atau campurkan sediaan yang akan diuji dengan sesedikit mungkin surfaktan Polisorbat 80 steril atau surfaktan noninhibitor lain steril, jika perlu hangatkan dalam tangas air pada suhu tidak lebih dan 400 atau pada kasus tertentu tidak lebih dan 450 Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu dalam tangas air. Tambahkan secukupnya pengencer yang telah dihangatkan hingga diperoleh pengenceran 1 dalam 10. Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan suhu dengan waktu sesingkat mungkin untuk pembentukan emulsi. Lakukan pengenceran bertingkat dengan pengencer yang sesuai mengandung surfaktan Polisorbat 80 P dengan kadar sesuai atau surfaktan non-inhibitor lain steril. Cairan atau Padatan dalam bentuk Aerosol Pindahkan seluruh isi sediaan dengan cara aseptic dalam penyaning membrane atau wadah steril yang sesuai untuk pengambilan sampel. Gunakan seluruh isi atau sejumlah tertentu sediaan dari tiap wadah yang diuji. "Transdermal Patches" Lepaskan lapisan, letakkan bagian berperekat menghadap ke atas pada lempeng kaca steril atau baki plastik. Agar tidak saling menempel tutup permukaan berperekat dengan bahan berpori steril yang sesuai (misal kasa steril), kemudian pindahkan lembaran transdermal dalam wadah berisi pengencer yang mengandung polisorbat 80 P atau lesitin dengan volume yang sesuai. Kocok kuat selama tidak kurang dari 30 menit.
  • 46. INOKULASI DAN PENGENCERAN Tambabkan suspensi mikroba uji pada sampel dan suspensi kontrol (pengencer tanpa sampel) seperti tertera di atas, untuk mendapatkan inokulum dengan jumlah tidak lebih dan 100 koloni. Volume suspensi inoculum tidak lebih dan 1% dari volume sediaan yang diencerkan. Untuk menunjukkan perolehan kembali mikroba uji yang dapat ditenima dari sediaan, faktor pengenceran terendah dari sampel yang disiapkan hanus digunakan untuk pengujian. Jika hal tersebut tidak memungkinkan karena adanya aktifitas antimikroba atau kelanutan NETRALISASLI/PENGHILANGAN AKTIFITAS ANTIMIKROBA Jumlah perolehan kembali mikroba uji dari sampel yang disuspensikan seperti tertera pada Inokulasi dan Pengenceran, diinkubasi mengikuti prosedur yang tertera pada Perolehan kembali mikroba uji dalam sediaan, dibandingkan dengan jumlah mikroba uji yang diperoleh kembali dari suspensi kontrol. Jika pertumbuhan terhambat (dengan faktor reduksi lebih besar dan 2), maka lakukan perubahan prosedur untuk penghitungan khusus untuk meyakinkan validitas hasil. Beberapa contoh perubahan prosedur yaitu dengan: (1) Penambahan jumlah volume pengencer atau media biakan; (2) Penambahan larutan penetral khusus atau umum path pengencer; (3) Penyaningan membran; atau (4) Kombinasi perubhan di atas. Zat Penetral Zat penetral digunakan untuk menetralkan aktifitas senyawa antimikroba. (seperti tertera pada Tabel 2). Zat tersebut dapat ditambahkan path pengencer atau media yang sesuai sebelum disterilkan. Jika digunakan metode tersebut, efikasi dan hilangnya toksisitas terhadap mikroba harus dibuktikan dengan melakukan penambahan zat penetral pada blangko tanpa sediaan. PEROLEHAN KEMBALI MIKROBA UJI DALAM SEDIAAN Untuk tiap mikroba yang terdaftar, lakukan uji terpisah. Hanya mikroba yang ditambahkan yang dihitung. Penyaringan Membran Gunakan penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Jenis bahan penyaning dipilih sedemikian rupa sehingga kemampuan menahan bakteri tidak dipengaruhi oleh kandungan sampel uji. Gunakan satu jenis membrane penyaring untuk tiap mikroba uji.
  • 47. Pindahkan sejumlah suspensi sampel yang disiapkan seperti tertera path Penyiapan Sampel, Inoiwlasi dan Pengenceran serta Netralisasi/ Penghilangan AktifItas Antimikroba (minimal mengandung 1 g sediaan, atau kurang jika diperkirakan jumlah koloni besar) saning segera dan bilas penyaning membran dengan sejumlah tertentu volume pengencer. Untuk menentukan angka lempeng total mikroba aerob (ALT), pindahkan penyaning membran ke permukaan lempeng media Soybean-Casein Digest Agar (SCDA). Untuk menentukan Angka Kapang Khamir (AKK), pindahkan membran ke penmukaan lempeng media Sabouraud Dextrose Agar. Inkubasi cawan. Lakukan pengamatan dan penghitungan. Metode Angka Lempeng Total Metode angka lempeng total dilakukan setidaknya duplo untuk tiap media, dan hasil merupakan rata-rata hitung jumlah koloni. Metode Tuang Gunakan cawan Petri berdiameter 9 cm, inokulasikan 1 ml suspensi sampel seperti tertera pada Preparasi Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Pengenceran senta Netralisasi/Penghilangan AktifItas Antimikroba ke dalam tiap cawan dan kemudian tambahkan 15 - 20 ml Soybean-Casein Digest Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada suhu tidak lebih dan 450 Jika digunakan cawan Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Lakukan duplo untuk tiap miknoba uji yang tercantum pada Tabel 1. Inkubasi cawan seperti tertera pada Tabel 1. Hitung jumlah koloni rata-rata dan tiap cawan media dan jumlah koloni inokulum awal. Metode Sebar Untuk lempeng media gunakan cawan Petri diameter 9 cm, diisi 15-10 ml Soybean-Casein Digest Agar atau Sabounaud Dextrose Agar pada suhu lebih kurang 45° path tiap cawan Petri, dan biarkan memadat. Jika digunakan cawan Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Keringkan permukaan lempeng media dalam lemani laminar-airflow atau dalam inkubator. Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera pada Tabel 1. Inokulasikan 0,1 ml suspense sampel yang disiapkan seperti pada Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Pengenceran serta Netralisasil Penghilangan Akt/Itas Antimikroba dengan menyebarkan pada permukaan lempeng media. Inkubasi dan hitung jumlah koloni seperti telah dijelaskan pada Metode Tuang.
  • 48. HASIL DAN INTERPRETASI Jika ada kesesuaian antara Metode Penyaringan Membran atau Metode Angka Lempeng, hitung jumlah rata-rata mikroba uji dengan nilai penerimaan tidak lebih dari faktor 2 suspensi kontrol tanpa sediaan seperti tertera pada Inokulasi dan Pengenceran. Jika kriteria tersebut di atas tidak dapat dipenuhi untuk satu atau Iebih mikroba yang diuji dengan metode tersebut di atas, maka metode dan kondisi uji harus mendekati kriteria yang digunakan untuk menguji sediaan. PENGUJIAN SEDIAAN Jumlah Sediaan yang Digunakan untuk Pengujian Jika tidak dinyatakan lain gunakan 10 g atau 10 ml sediaan uji yang diambil dengan cara seperti di atas. Untuk sediaan cairan atau padatan dalam aerosol gunakan 10 wadah sampel, demikian juga untuk sampel "transdermal patches ". Jumlah yang diuji dapat dikurangi untuk sediaan dengan bahan aktif yang dibuat dalam tiap unit dosis (contoh tablet, kapsul, injeksi) kurang dari atau sama dengan 1 mg, atau jumlah per g atau ml (untuk penyiapan sampel tidak dalam unit dosis) kurang dari 1 mg. Dalam hal ini jumlah sampel yang diuji tidak kurang dari 10 unit dosis atau 10 g atau 10 ml sediaan. Untuk bahan aktif dengan jumlah sampel terbatas atau ukuran bets sangat kecil (misalnya kurang dan 1000 ml atau 1000 g) jumlah sampel yang diuji harus 1% dari bets kecuali jumlah yang lebih kecil ditentukan atau dinyatakan dan disetujui. Untuk sediaan dengan total keseluruhan bets kurang dari 200 unit (misal sampel untuk uji klinis), ukuran sampel dapat dikurangi menjadi dua unit atau satu unit jika kurang dari 100 unit. Ambil sampel secara acak dari ruahan sediaan atau dari wadah yang tersedia pada saat pengerjaan. Untuk mendapatkan jumlah yang diperlukan, campurkan sejumlah isi wadah hingga mencapai jumlah sampel yang cukup. Pemeriksaan Sediaan PENYARINGAN MEMBRAN Gunakan alat penyaring yang dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemindahan membrane penyaring ke media. Siapkan sampel
  • 49. menggunakan metode yang tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan, pindahkan sejumlah yang sesuai pada dua penyaring membran, saring segera. Bilas tiap penyaringan sesuai dengan prosedur. Untuk menentukan ALT, pindahkan satu penyaring membran ke permukaan Soybean-Casein Digestic Agar. Untuk menentukan AKK, pindahkan satu penyaring membran yang lain ke permukaan Sabouraud Dextrose Agar. Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 300— 350 selama 3 - 5 hari dan cawan Sabouraud Dextrose Agar path suhu 20° - 25° selama 5 - 7 han. Hitung jumlah koloni per g atau per ml sediaan. Untuk pengujian sampel "transdermal patches secara terpisah saning 10% dari volume larutan seperti tertera pada Penyiapan Sampel, gunakan dua penyaring membran steril. Pindahkan sam membran pada Soybean- Casein Digest Agar untuk ALT dan membran lainnya pada Sabouraud Dextrose Agar untuk AKK. METODE ANGKA LEMPENG TOTAL Metode Tuang Siapkan sampel menggunakan metode yang sesuai seperti tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan untuk masing-masing media sekurang-kurangnya dua cawan Petri untuk tiap tingkat pengenceran. Inkubasi cawan Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 30° - 35° selama 3-5 hari dan cawan Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 20° - 25° selama 5-7 han. Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi yang kurang dari 250 untuk ALT dan 50 koloni untuk AKK. Hitung jumlah rata- rata koloni dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau per ml sediaan. Metode Sebar Siapkan sampel dengan metode yang sesuai sepenti tertera path Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan sekurang- kurangnya duacawan Petri untuk tiap media dan tiap tingkat pengenceran. Untuk inkubasi dan penghitungan jumlah koloni, lakukan seperti tertera pada Metode Tuang. Interpretasi Hasil Angka Lempeng Total (ALT) dianggap sama dengan angka koloni yang ditemukan pada Soybean-Casein Digest Agar; jika koloni jamun ditemukan pada media ini, dihitung sebagai bagian dari jumlah ALT. Total jumlah kapang dan
  • 50. khamir (AKK) dianggap sama dengan jumlah koloni yang ditemukan pada Sabouraud Dextrose Agar; jika koloni bakteri ditemukan pada media ini, maka dihitung sebagai bagian dari AKK. Jika AKK diperkinakan melebihi kriteria penerimaan berdasarkan pertumbuhan bakteni, dapat digunakan Sabouraud Dextrose Agar yang mengandung antibiotik. Jika penghitungan dilakukan menggunakan metode APM, maka nilai penghitungan yang diperoleh merupakan angka total mikroba aerobik (ALT). Jika telah ditetapkan kriteria penerimaan untuk mutu mikrobiologi, maka di- interpretasikan sebagai berikut: - 10' koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 20; - 102 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 200; - 103 koloni: maksimal penghitungan yang dapat diterima = 2000; dan seterusnya. Larutan dan media yang disarankan tertera pada Uji Mikroba Khusus. MIKROBA AEROB Biakkan masing-masing galur bakteri di bawah mi, pisahkan masing-masing dalam wadah berisi media Soybean-Casein Digest Broth atau Soybean-Casein Digest Agar, path suhu 300 - 350 selama 18 - 24 jam. Biakkan galur uji Candida albicans dalam Sabouraud Dextrose Agar atau Sabouraud Dextrose Broth, pada suhu 20° - 250 selama 2 - 3 han. Gunakan Dapar Natrium Klorida—Pepton pH 7 atau Dapar Fosfat pH 7,2 untuk membuat suspensi uji. Gunakan suspensi tersebut dalam waktu 2 jam atau jika digunakan sampai 24 jam harus disimpan pada suhu 2° - 8°
  • 51. Kontrol Negatif Untuk verifikasi kesesuaian kondisi pengujian, kontrol negatif dilakukan menggunakan pelarut yang sesuai menggantikan sediaan uji. Tidak boleh terjadi pertumbuhan mikroba. Konirol negatifjuga dilakukan pada saat dilakukan uji terhadap sediaan seperti tertera pada Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada kontrol negatif diperlukan investigasi. Escherichia coli Penyiapan sampel dan pra inkubasi Siapkan sampel menggunakan 1 dalam 10 volume pengencer dimana tidak kurang dan 1 g sediaan diuji. Gunakan 10 ml atau sejumlah sesuai sampai 1 g atau 1 ml, inokulasi ke dalam media Soybean- Casein Digest Broth, dengan jumlah seperti tertera dalam Kesesuaian Metode Uji, campur dan inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18- 24 jam. Seleksi dan Subkultur Kocok wadah, pindahkan 1 ml biakan Soybean-Casein Digest Broth ke dalam 100 ml MacConkey Broth, inkubasi pada suhu 42° - 44° selama 24 - 48 jam. Inokulasi biakan MacConkey Broth pada cawan media Mac Conkey Agar, suhu 30° - 35° selama 18- 72 jam. Interpretasi Pertumbuhan koloni menunjukkan adanya E.Coli yang dikonfirmasi dengan uji identifikasi. Sediaan memenuhi syarat uji jika tidak ada kolom yang tumbuh atau jika hasil uji konfirmasi identifikasinegatif. Salmonella Penyiapan sampel dan Pra-inkubasi Siapkan sediaan uji, gunakan jumlah yang sesuai, tidak kurang dari 10 g atau 10 ml, inokulasi ke dalain sejumlah volume Soybean-Casein Digest Broth yang sesuai (seperti tertera pada Kesesuaian Metode Uji), campur dan inkubasi pada suhu 301 - 35° selama 18 -24 jam. Seleksi dan Subkultur Pindahkan 0,1 ml biakan Soybean-Casein Digest Broth ke dalam 10 ml media Rappaport Vasiliadis Salmonella Enrichment Broth, inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18 - 24 jam. Subkultun pada cawan Xylose Lysine Deoxycholate Agar, inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18 - 48 jam. Interpretasi Pertumbuhan koloni berwarna merah, dengan atau tanpa titik hitam di bagian tengah menunjukkan karaktenistik Salmonella yang dikonfirmasi dengan uji identifikasi. Sediaan memenuhi syarat jika koloni yang tumbuh tidak seperti diuraikan di atas atau jika hasil uji konfirmasi identifikasi negatif.
  • 52. Staphylococcus aureus Penyiapan Sampel dan Pra-Inkubasi Siapkan sampel menggunakan 1 dalam 10 volume pengencer dimana tidak kurang dari 1 g sediaan diuji. Gunakan 10 ml atau junilah yang sesuai dengan 1 g atau 1 ml, inokulasi ke dalam media Soybean- Casein Digest Broth, dengan jumlah yang sesuai (seperti tertera pada Kesesuaian Metode Uji) campur dan inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 18- 24 jam. Seleksi dan Subkultur Lakukan subkultur pada cawan media Mannitol Salt Agar dan inkubasi pada suhu 30° -35° selama 18- 72 jam. Interpretasi Pertumbuhan koloni berwarna kuning atau putih dike lilingi zona kuning menunjukkan adanya S.aureus yang di konfirmasi dengan uji identifikasi. Sediaan memenuhi syarat uji jika pertumbuhan koloni tidak seperti diuraikan atau jika hasil uji konfirmasi identifikasi negatif. 2.7.2 Uji Bahan Setengah Jadi (Granul) 1. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Ditimbang 50,0 g granul, dimasukkan kedalam corong dengan dasar lubang ditutup, waktu pengukuran dilakukan pada saat dibukanya lubang corong sampai semua serbuk mengalir (gram/setik) (Cartensen, 1977). Pengukuran sudut istirahat dilakukan dengan cara mengukur tinggi dan jari-jari lingkaran kerucut granul yang terbentuk setelah pengaliran. Rumus Perhitungan Sudut Istirahat : tan α = ℎ 𝑟 α = 𝑡𝑎𝑛−1 Keterangan : α = Sudut Istirahat h = Tinggi dari kerucut granul r = Jari-Jari permukaan dasar kerucut Sudut istirahat adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 300 biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, apabila sudutnya lebih besar atau sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik. Cara menghitung pada sudut diam alan Tan Q = h/r , dengan h adalah tinggi kerucut dan r adalah jari-jari bidang dasar kerucut. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, (Aulton, 2002).
  • 53. Sudut Istirahat Kecepatan Alir g/s Kriteria <25 >10 Sangat Baik 25-30 4-10 Baik 30-40 1-4 Cukup >40 <1 Sangat Sukar Gambar 2. Flow Tester 2. Kompresibilitas Ditimbang granul sebanyak 25 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volume awalnya. Kemudian dimampatkan dengan alat joulting volumemeter sebanyak 500 kali. Dicatat volumenya dan dihitung indeks kompresibilitasnya (I) dengan rumus (USP, 2007: 1174) : I = 𝑉0−𝑉 𝑉 𝑥 100% Keterangan : I = Indeks Kompresibilitas (%) Vo = Volume awal granul sebelum dimampatkan (mL) V = Volume akhir granul setelah dimampatkan (mL)
  • 54. Gambar 3. Tap Density Tester 3. Pengujian Distribusi Partikel Pertama, kertas perkamen diletakkan pada timbangan digital, kemudian sejumlah serbuk ditimbang dengan menggunakan timbangan digital sebanyak 15 gram. Lalu klep penutup alat Sieve Shaker diputar dan dibuka penutup bagian atasnya. Selanjutnya, seluruh serbuk dimasukkan ke dalam saringan paling atas. Lalu alat ditutup pada bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Setelah itu, alat di nyalakan dengan menekan tombol ON. Waktu pengayakan dihitung dari awal alat dinyalakan selama 5 menit. Setelah 5 menit ditekan tombol OFF. Klep diputar dan penutup bagian atas alat dibuka. Selanjutnya setiap serbuk pada masing-masing saringan yang berbeda ukuran mesh nya ditempatkan pada kertas perkamen dan ditimbang bobot masing-masing serbuk. Alat ini terdiri dari susunan ayakan dari atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar diatas dan ayakan berlubang kecil dibawah secara berurutan. Gambar 4. Sieve Shake 4. Kelembapan Granul dan kandungan lembab cara ini dilakukan berdasarkan atas perbedaan berat zat sebelum dan sesudah pengeringan air (Voight,1994). Ditimbang seksama 2 gram dimasukkan dalam alat yang bernama moizture balance, ditunggu sampai bobot konstan yang ditandai dengan bunyi. Hasil uji susut pengeringan granul harus memenuhi persyaratan granul yang baik pada rentang 2 % - 5 % (Saifullah, 2007). Susut saat pengeringan disebut juga LOD (Lost On Drying), yaitu persyaratan kadar kelembaban berdasarkan berat basah, yaitu dihitung sebagai berikut:
  • 55. Susut pengeringan = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% Gambar 5. Moizture Balance 5. Homogenitas Menetapkan homogenitas asam mefenamat dalam campuran, sejumlah sampel diambil dari dalam mikser dan kemudian ditetapkan kadar asam mefenamatnya. Campuran dinyatakan homogen apabila nilai CV kadar asam mefenamat dalam campuran tersebut < 5%. 6. Uji Penetapan Bobot Jenis Sejati Ditimbang granul sebanyak 1 g dan juga ditimbang piknometer kosong ukuran 25 ml. Piknometer yang kosong diisi dengan granul lalu ditimbang. Setelah itu dibersihkan piknometer dan dimasukkan paraffin lalu ditimbang kembali. Kemudian piknometer yang berisi paraffin dimasukkan granul lalu ditimbang kembali. Dicatat hasilnya. Berat jenis paraffin dapat dihitung dengan rumus (Voight, 1994). Bj Parafin = 𝑏−𝑎 (𝑔) 25 𝑚𝑙 Sedangkan untuk menghitung berat jenis sejati dengan rumus : Bj Sejati = ( 𝑐−𝑎) 𝑥 𝐵𝑗 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 ( 𝑐+𝑏)− (𝑎+𝑑) Perhitungan BJ sejati dilakukan untuk mengetahui granul mengapung, melayang atau tenggelam dalam air. Granul yang tenggelam menandakan bahwa tablet yang dihasilkan mudah terbasahkan dan terdesintegrasi di dalam lambung, dibanding tablet yang mengapung karena susah terbasahkan Bj sejati dari air yaitu 1 g/ml. 7. Uji Berat Jenis Nyata, Berat jenis Mampat dan Porositas
  • 56. Ditimbang granul sebanyak 25 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volume awalnya (Bj Nyata). Dilakukan pengetukan dengan alat joulting volumemeter. Kemudian dicatat volume ketukan ke 10, 30 dan 500 (Bj Mampat). Kemudian dihitung dengan rumus: Bj Nyata = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑚𝑙) Bj Mampat = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎 𝑡 (𝑚𝑙) Porositas = ( 1 - 𝐵𝑗 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 𝐵𝑗 𝑆𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 ) x 100% 2.7.3 Uji Bahan Jadi (Tablet) 1. Uji Organoleptis Uji organolepstis meliputi bau, rasa dan warna :  Warna dari suatu produk harus seragam dan merata dalam satu tablet, dari satu tablet dengan yang lainnya.  Bau dari suatu batch tablet dapat menunjukkan adanya masalah kestabilan, misalnya ada bau cuka pada tablet aspirin yang rusak, tetapi bau juga dapat merupakan ciri khas pada produk tertentu, pada bahan penambah lain atau pada bentuk sediaan tertentu.  Rasa sangat penting bagi penerimaan konsumen, rasa dapat sebagai pengontrol ada atau tidaknya rasa yang dimaksudkan. 2. Keseragaman Sediaan Tablet Uji ini menggambarkan keseragaman bobot tablet yang pada Farmakope Indonesia Edisi III dan IV disebut keseragaman bobot tablet. Pada Farmakope Indonesia Edisi V dinyatakan bahwa keragaman sediaan menggambarkan keragaman jumlah zat aktif tiap tabletnya. Tablet asam mefenamat memiliki dosis 250 mg (≥ 25 mg) maka menurut ketentuan harus dilakukan uji keragaman bobot. Pada uji tersebut maka dilakukan penimbangan seksama untuk 10 tablet satu per satu. Setelah itu dilakuka penetapan persen kadarnya dari jumlah yang tertera pada etiket untuk setiap tablet. Selanjutnya dihitung penerimaan berdasarkan tabel yang ada di kompendia. Penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet dilakukan dengan metode titrasi yaitu dengnan menimbang tidak kurang dari 20 tablet
  • 57. kemudian di serbuk, menimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 0,5 g asam mefenamat. Kemudian dilarutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk membantu pelarutan, dinginkan lalu tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 ml. Kemudian titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan larutan merah fenol P sebagai indikator. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M setara dengan 24,13 mg C15H15NO2 (FI ed IV). 3. Keseragaman ukuran Jumlah sampel : 20 tablet Nama alat : jangka sorrong dan mikrometer sekrup Gambar 6. Jangka Sorong Gambar 7. Mikrometer Sekrup Prosedur kerja : diukur tebal dan diameter masing – masing tablet menggunakan alat ukur. Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan : kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 8 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. (FI ed. III hal. 3). 4. Kekerasan Jumlah sampel : 20 tablet Nama alat : Hardness tester (ada yang manual dandigital)
  • 58. Gambar 8. Hardness Tester Prosedur kerja :  Diambil 1 tablet dan diletakkan secara vertikal pada alat hardness tester.  Ditekan tombol start sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala nol (0).  Diputar sekrup pada ujung yang lain sehingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0).  Diamati skala yang ditunjukkan oleh alat hardness tester sebagai nilai kekerasan dari tablet.  Dihentikan pemutaran sampai tablet pecah.  Dilakukan untuk masing – masing 20 tablet dan dihitung rata – ratanya. Persyaratan : Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg daya (Lachman et al, 2008). 5. Keseragaman bobot Jumlah sampel : 20 tablet Nama alat : Analytical Balance Gambar 9. Analytical Balance Prosedur kerja : Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata harga yang
  • 59. ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata harga dalam kolom B. jika tidak mencukupi 20 tablet dapat digunakan 10 tablet. (FI ed. III hal.7). Persyaratan : umumnya farmakope mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman sediaan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. (FI ed. V hal 54). Bobot rata – rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg – 150 mg 10% 20% 151 mg – 300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% (Sumber : FI ed. III hal. 7). 6. Friabilitas Jumlah sampel : 10 tablet Nama alat : Friabilator Gambar 10. Friabilator Prosedur kerja : Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya mendekati 6,5 g. Untuk tablet
  • 60. dengan bobot >650 mg, timbang tablet sebanyak 10 tablet. Masukkan seluruh tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama pengujian. Perhitungan : 𝐹 = 𝑊0−𝑊1 𝑊0 𝑋 100% Ket. F : Persen friabilitas W0 : Bobot awal W1 : Bobot setelah pengujian Persyaratan : Tidak boleh lebih dari 1% bila lebih dapat diperbaiki dengan meningkatkan kekerasannya atau menambahkan pengikat (Anwar, 2010). 7. Disolusi Jumlah sampel : 6 – 24 tablet Nama alat : Dissolution Tester Gambar 11. Dissolution Tester Prosedur kerja : Ditimbang bobot tablet satu persatu sebanyak 6 tablet, dicatat bobotnya. Diisi tabung disolusi dengan media