SlideShare a Scribd company logo
CORE STABILITY EXERCISE
OLEH
SUDARYANTO, S.ST.Ft, M.Fis
STABILITAS
• Struktur dikatakan stabil jika garis gaya gravitasi jatuh
dari pusat tubuh kedalam dasar tumpuan.
• Stabilitas dapat diperbaiki dengan merendahkan pusat
gravitasi atau meningkatkan dasar tumpuan.
• Dalam posisi tegak, tubuh dikatakan relatif unstabil jika
struktur tubuh berada tinggi dengan dasar tumpuan
yang kecil.
• Ketika pusat gravitasi jatuh diluar dasar tumpuan maka
struktur tubuh akan jatuh atau beberapa gaya harus
bekerja untuk mempertahankan struktur tetap tegak.
• Baik struktur inert (pasif) maupun struktur dinamik
akan menopang tubuh melawan gaya gravitasi dan gaya
eksternal lainnya.
• Struktur osseus dan ligamen yang pasif dapat memberi-
kan passive tension pada saat sendi mencapai akhir
ROM.
• Otot bekerja sebagai tali kabel yang dinamik dan ber-
tanggungjawab terhadap gangguan-gangguan yang
dihasilkan oleh gaya gravitasi atau gaya lainnya serta
memberikan stabilitas didalam ROM sehingga tidak
terjadi stress pada jaringan inert/pasif.
Stabilitas Postural Pada Spine
• Stabilitas spine dapat digambarkan sebagai 3 subsistem
yaitu :
– Struktur pasif (struktur inert ; tulang dan ligamen)
– Struktur aktif (otot)
– Kontrol neural
• Ketiga subsistem tersebut saling berhubungan satu
sama lain dan dapat dianggap sebagai stool 3 kaki ; jika
salah satu kaki tidak memberikan support maka dapat
mempengaruhi stabilitas secara keseluruhan.
• Instabilitas segmen spine seringkali terjadi akibat
kombinasi kerusakan jaringan, kekuatan atau daya tahan
otot yang kurang, dan kontrol neuromuskular yang jelek
Struktur inert/pasif ; pengaruhnya terhadap stabilitas
• Penjabi menjelaskan bahwa ROM pada salah satu
segmen dibagi kedalam 2 zone yaitu elastik zone dan
netral zone.
• Ketika segmen spine dalam posisi netral zone (midrange
/netral range) maka struktur inert (kapsul dan ligamen
sendi) akan memberikan tahanan pasif yang minimal
terhadap gerakan sehingga stabilitas yang dihasilkan
adalah minimal.
• Pada saat segmen spine bergerak kedalam elastik zone
maka struktur inert akan mengontrol sebagai tahanan
pasif terhadap gerakan tersebut  terjadi stabilitas.
• Selain memberikan stabilitas pasif saat membatasi
gerakan, receptor2 sensorik pada kapsul dan ligamen
sendi dapat memberikan rasa posisi dan perubahan
posisi.
• Stimulasi pada receptor2 tersebut dapat memberikan
feedback terhadap SSP sehingga mempengaruhi sistem
kontrol saraf.
Otot ; pengaruhnya terhadap stabilitas
• Peran aktivitas global muscle dan core muscle
– Otot-otot leher dan trunk tidak hanya bekerja sebagai prime-
mover atau sebagai antagonist terhadap gerakan yang diha-
silkan oleh gravitasi selama aktivitas dinamik tetapi otot-otot
tersebut juga penting sebagai stabilisasi spine.
– Tanpa aktivitas stabilisasi dinamik dari otot-otot trunk maka
spine akan kolaps dalam posisi tegak.
– Baik global muscle (otot superfisial) maupun core muscle
(otot deep) berfungsi untuk mempertahankan postur tegak.
– Global muscle merupakan otot multisegmental, sebagai tali
kabel yang besar dan bertanggung jawab terhadap beban
external yg terjadi pada trunk.
– Global muscle tidak mampu menstabilisasi segmen2 spine
secara individual, kecuali terjadi beban kompresi karena otot-
otot tersebut memiliki sedikit perlekatan atau tidak ada pada
vertebra.
– Jika suatu segmen vertebra mengalami unstabil maka beban
kompresi dari global muscle dapat menyebabkan kondisi
nyeri karena adanya stress yang terjadi pada jaringan inert di
akhir lingkup gerak segmen tersebut.
– Core muscle (deep muscle) memiliki perlekatan segmental
yang bertanggung jawab terhadap arah gerakan.
– Core muscle dapat memberikan dynamic support pada setiap
segmen vertebra dan membantu mempertahankan stabilitas
setiap segmen shg jaringan inert tidak mengalami stress
mekanikal.
– Baik global muscle maupun core muscle memiliki peran yang
sangat penting didalam memberikan stabilitas terhadap
multisegmental spine.
• Kontrol otot pada lumbal spine
– Fokus penelitian baru-baru ini telah dilakukan terhadap peran otot
transversus abdominis dan multifidus sebagai core stabilizer.
– Kedua otot deep ini memiliki perlekatan segmental pada lumbal
spine sehingga mampu memberikan kontrol dan kekakuan secara
segmental.
– Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa serabut deep dari
multifidus dan transversus abdominis adalah otot pertama yg
menjadi aktif saat terjadi gangguan postural akibat gerakan
extremitas yang cepat.
Global muscle dan Core muscle
pada cervical
Global muscle dan Core muscle
pada lumbal
Global muscle Core muscle
Karakteristik :
Superfisial ; lebih jauh dari axis gerak
Melewati beberapa segmen vertebra
Menghasilkan gerakan dan memberikan
fungsi tali bubutan yang besar
Menghasilkan beban kompresi dengan
kontraksi yang kuat
Karakteristik :
Deep ; lebih dekat dengan axis gerak
Melekat pada setiap segmen vertebra
Mengontrol gerak segmental ; fungsi
segmental tali bubutan
Memiliki persentase serabut tipe I yang
besar untuk muscle endurance
Regio lumbal :
Rectus abdominis
External dan internal obliques
Quadratus lumborum (bagian lateral)
Erector spine
Iliopsoas
Regio lumbal :
Transversus abdominis
Multifidus
Quadratus lumborum (bagian deep)
Deep rotators
Regio cervical :
Sternocleidomastoid
Scaleni
Levator scapula
Upper trapezius
Erector spine
Regio cervical :
Rectus capitis anterior dan lateralis
Longus colli
– Secara teoritis otot-otot deep lainnya berperan penting dalam
stabilitas segmental meskipun sulit diperiksa karena letaknya
yang sangat dalam seperti otot-otot intersegmental yaitu otot
rotator dan intertransversarii serta serabut deep quadratus
lumborum.
• Otot-otot abdominal :
– Otot rectus abdominis, external oblique, dan internal oblique
adalah otot-otot yang besar atau global muscle yang multi-
segmental dan penting sebagai stabilisasi spine melawan
gangguan postural.
– Otot transversus abdominis adalah otot abdominal yang
paling dalam dan merespon secara khas terhadap gangguan
postural  otot ini melekat kearah posterior pada vert lumbal
melalui lapisan posterior dan middle dari fascia thoracolum-
bal serta aksinya sebagai girdle support disekitar abdomen
dan vert lumbal.
– Hanya otot transversus abdominis yang aktif saat fleksi &
ekstensi trunk secara isometrik, sedangkan otot abdominal
lainnya akan menurun aktivitasnya saat extensi yang ditahan.
Global muscle dan core muscle abdominal
• Otot multifidus dan erector spine :
– Otot erector spine merupakan otot yang panjang, ekstensor
multisegmental, sebagai massa muskulotendinous yang besar
diatas regio lumbal dan sacrum, sebagai tali kabel yang besar
untuk mengontrol trunk melawan gangguan postural.
– Group otot multifidus memiliki distribusi serabut tipe I yang
tinggi dan jaringan kapiler yang besar sehingga menekankan
perannya sebagai tonik stabilizer.
– Perlekatan multifidus yang segmental mampu mengontrol
gerakan pada setiap segmen serta meningkatkan kekakuan
spine.
Aktivasi dan Training Core Muscle (Deep Stabilisasi)
• Otot cervical :
– Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan mengontrol otot-
otot sehingga terjadi kontrol axial extensi (retraksi cervical).
– Latihan ini membutuhkan fleksi kepala, sedikit mendatarkan
lordosis cervical dan mendatarkan kyphosis upper thoracal.
– Aktivasi dan training deep fleksor neck :
• Posisi pasien tidur terlentang.
• Prosedur : untuk gerakan fleksi dan gentle axial extensi pada cranio-
cervical, ajarkan pasien untuk melakukan secara perlahan gerakan
mengangguk kepala yang terkontrol pada upper cervical.
• Untuk mengaktivasi gerakan yang lebih besar dapat digunakan alat
Stabilizer dibawah upper cervical.
• Alat Stabilizer digunakan untuk
memonitor besarnya flattening
cervical dan mengukur daya tahan
otot saat kontraksi dipertahankan.
• Alat tersebut diletakkan dibawah
upper cervical, kemudian dipompa
sampai 20 mmHg.
• Pasien diinstruksikan untuk
melakukan gerakan fleksi upper
cervical sambil menekan cuff dan
dipertahankan kontraksinya.
• Pasien diinstruksikan untuk
melakukan gerakan fleksi upper
cervical sambil mata melihat kedua
kaki, dipertahankan selama 10 detik
dan 3 set.
• Lower cervical dan Upper
Thoracal extensor :
– Posisi pasien : tidur tengkurap
dengan dahi bersandar pada bed &
kedua lengan disisi tubuh.
– Prosedur : instruksikan pasien untuk
mengangkat dahinya dari bed
sambil pertahankan dagu tetap
terlipat masuk dan mata fokus pada
bed sambil pertahankan posisi spine
netral (dapat diperkuat dengan
fleksi craniocervical)
• Otot lumbal :
– Ada 3 teknik untuk aktivasi otot
abdominal dan dapat digunakan di
klinik yaitu drawing-in maneuvre,
abdominal bracing, dan posterior
pelvic tilt.
– Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa setiap teknik akan berbeda
dalam aktivitas stabilitasnya pada
otot abdominal dan multifidus.
– Suatu penelitian menjelaskan
bahwa teknik draw-in maneuvre
adalah lebih selektif dalam meng-
hasilkan ko-aktivasi transversus ab-
dominis dan multifidus daripada
teknik abdominal bracing dan
posterior pelvic tilt
• Drawing-in Maneuvre (abdominal
hollowing exercise) untuk aktivasi
transversus abdominis :
– Posisi pasien tidur terlentang
dengan kedua tungkai fleksi 70o –
90o (posisi hook lying).
– Prosedur : terapis mempalpasi
transversus abdominis tepat pada
distal SIAS dan lateral dari rectus
abdominis, instruksikan pasien un-
tuk inspirasi dan expirasi dgn perla-
han kmd tarik muscle belly kebawah
sampai terjadi cekungan pada
abdominal sambil mendatarkan
lordosis lumbal.
– Usahakan terjadi kontraksi pada
transversus abdominis tanpa
kontraksi internal oblique, hindari
substitusi spt gerakan lower costa,
sangkar thoraks & penonjolan
dinding abdomen.
• Jika pasien mengalami kesulitan
mengaktivasi transversus abdominis
maka dapat dilakukan 2 teknik feed-
back untuk membantu pembelajar-
an :
– Pasien tidur tengkurap, letakkan Stabili-
zer secara horisontal dibawah abdomen
(pusatnya dibawah puser). Pompa cuff
Stabilizer sampai 70 mmHg, kemudian
minta pasien melakukan draw-in
maneuvre sampai terjadi penurunan 6-
10 mmHg selama draw-in tanpa terjadi
substitusi, untuk menghasilkan aktivasi
transversus abdominis yang benar.
– Menggunakan biofeedback dgn surface
elektrode ; surface elektrode diletakkan
diatas rectus abdominis dan external
oblique, kemudian instruksikan pasien
melakukan drawing-in maneuvre . Pastikan
tidak ada kontraksi pada kedua otot
tersebut atau kontraksi minimal.
• Abdominal Bracing :
– Sebaliknya dengan drawing-in maneu-
vre, abdominal bracing terjadi dengan
menggunakan abdominal dan secara
aktif mengembangkan kearah lateral
disekitar pinggang.
– Tidak ada gerakan kepala atau fleksi
trunk, tidak ada elevasi lower costa,
tidak ada protrusi abdomen, & tidak
ada tekanan pada kaki.
– Pasien harus mampu mempertahan-
kan posisi brace sambil bernapas
secara relaks.
– Teknik ini dianggap sebagai metode
stabilisasi spine selama beberapa
tahun tetapi hanya mengaktivasi otot
oblique abdominal secara konsisten.
Lumbal Stabilization
Kombinasi Bridging dan abdominal brace
Lumbal Stabilization
• Posterior pelvic tilt :
– Pelvic tilting exercise secara utama
mengaktivasi otot rectus abdominis,
dan secara utama digunakan untuk
aktivitas fleksi trunk dinamik.
– Latihan ini tidak dianggap sebagai
core stabilisasi exercise karena tidak
menekankan pada training core
muscle.
– Latihan ini lebih banyak digunakan
untuk mengajarkan gerakan pelvis
dan lumbal spine dimana diarahkan
pada perbaikan ROM lumbal disertai
pelvic tilt untuk menghasilkan fung-
sional lingkup gerak spine
• Aktivasi dan training multifidus :
– Posisi pasien tidur tengkurap atau tidur
miring (side lying).
– Letakkan ibu jari dan jari telunjuk tepat
dilateral dari proc spinosus lumbal spine.
– Instruksikan pasien untuk menonjolkan
otot multifidus dengan melawan kedua
jari terapis.
– Terapis mempalpasi setiap segmen
untuk merasakan kontraksi otot multi-
fidus secara konsisten.
– Teknik ini dapat difasilitasi dengan
melakukan drawing-in maneuvre &
secara lembut mengontraksikan pelvic
floor muscle.
– Dalam posisi side lying, dapat difaslitasi
dengan mengaplikasikan manual resis-
tance yang lembut pada thoraks atau
pelvic untuk mengaktivasi fungsi rotasi
multifidus.
Lumbal Stabilization
Lumbal Stabilization
Lumbal Stabilization
• Core stability exercise dapat ditingkatkan secara
progresif dengan mengombinasikan global muscle
stabilisasi exercise.
• Global muscle stabilisasi exercise ditujukan pada otot
erector spine cervical dan lumbal, quadratus
lumborum, rectus abdominis, internal dan external
oblique abdominis serta iliopsoas.
Core Stability Exercise
Core Stability Exercise
Core Stability Exercise
Core Stability Exercise

More Related Content

What's hot

Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by Verar
Verar Oka
 
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiTerapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Juliasti Pasorong
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
Yanto Physio
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulligan
Yanto Physio
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
Yanto Physio
 
Prosedur ROM
Prosedur ROMProsedur ROM
Prosedur ROM
iissugiarty
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
Aisyah NurHasanah
 
Motor relearning program
Motor relearning programMotor relearning program
Motor relearning program
Muhammadiyah University of Surakarta
 
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsypenatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
meilaneki
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Vertilia Desy
 
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
aditya romadhon
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
aditya romadhon
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
ayulesttari
 
Six minute walking test
Six minute walking testSix minute walking test
Six minute walking test
bastianus juatmadja
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
Darwis Yang Terbuang
 
Myologi regio knee joint
Myologi regio knee jointMyologi regio knee joint
Myologi regio knee joint
Idha Aprianowo
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
Yanto Physio
 
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalPemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
 

What's hot (20)

Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by Verar
 
Manifulasi
ManifulasiManifulasi
Manifulasi
 
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiTerapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulligan
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
Prosedur ROM
Prosedur ROMProsedur ROM
Prosedur ROM
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
Motor relearning program
Motor relearning programMotor relearning program
Motor relearning program
 
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsypenatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
 
Six minute walking test
Six minute walking testSix minute walking test
Six minute walking test
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
Myologi regio knee joint
Myologi regio knee jointMyologi regio knee joint
Myologi regio knee joint
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalPemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
 

Similar to Core Stability Exercise

Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Yanto Physio
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
Yanto Physio
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)Yulvi Hasrianti
 
Sistem Otot
Sistem OtotSistem Otot
Sistem Otot
T-ah Atirah
 
Jenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakanJenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakan
Kalam Kitab
 
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
vetinovita
 
Sistem Otot
Sistem OtotSistem Otot
Sistem Otot
syafiqahharris
 
Latihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiLatihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiSaba Alias
 
Kontraksi Otot
Kontraksi OtotKontraksi Otot
Kontraksi Otot
yandikafefrian1
 
BIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptxBIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptx
Nanang638977
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
awaldarmawan3
 
Sistem otot anantha
Sistem otot   ananthaSistem otot   anantha
Sistem otot anantha
Mahes Kumaran
 
Kuliah 3. miologi
Kuliah 3. miologiKuliah 3. miologi
Kuliah 3. miologi
mohamad andre galang
 
Sistemotot 130327030933-phpapp01
Sistemotot 130327030933-phpapp01Sistemotot 130327030933-phpapp01
Sistemotot 130327030933-phpapp01Nik Shafiq
 
SAYANG.pptx
SAYANG.pptxSAYANG.pptx
SAYANG.pptx
HanungFirman
 
Transport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligmentTransport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligment
Cahya
 

Similar to Core Stability Exercise (20)

Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
Sistem Otot
Sistem OtotSistem Otot
Sistem Otot
 
1
11
1
 
Jenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakanJenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakan
 
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
 
Sistem Otot
Sistem OtotSistem Otot
Sistem Otot
 
Latihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiLatihan fleksibiliti
Latihan fleksibiliti
 
Kelenturan
KelenturanKelenturan
Kelenturan
 
Kontraksi Otot
Kontraksi OtotKontraksi Otot
Kontraksi Otot
 
BIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptxBIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
3 sistem-otot-tingkatan-4
3 sistem-otot-tingkatan-43 sistem-otot-tingkatan-4
3 sistem-otot-tingkatan-4
 
3 sistem-otot-tingkatan-4
3 sistem-otot-tingkatan-43 sistem-otot-tingkatan-4
3 sistem-otot-tingkatan-4
 
Sistem otot anantha
Sistem otot   ananthaSistem otot   anantha
Sistem otot anantha
 
Kuliah 3. miologi
Kuliah 3. miologiKuliah 3. miologi
Kuliah 3. miologi
 
Sistemotot 130327030933-phpapp01
Sistemotot 130327030933-phpapp01Sistemotot 130327030933-phpapp01
Sistemotot 130327030933-phpapp01
 
SAYANG.pptx
SAYANG.pptxSAYANG.pptx
SAYANG.pptx
 
Transport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligmentTransport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligment
 

More from Yanto Physio

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
Yanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Yanto Physio
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
Yanto Physio
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
Yanto Physio
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
Yanto Physio
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
Yanto Physio
 

More from Yanto Physio (7)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 

Recently uploaded

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 

Recently uploaded (20)

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 

Core Stability Exercise

  • 2. STABILITAS • Struktur dikatakan stabil jika garis gaya gravitasi jatuh dari pusat tubuh kedalam dasar tumpuan. • Stabilitas dapat diperbaiki dengan merendahkan pusat gravitasi atau meningkatkan dasar tumpuan. • Dalam posisi tegak, tubuh dikatakan relatif unstabil jika struktur tubuh berada tinggi dengan dasar tumpuan yang kecil. • Ketika pusat gravitasi jatuh diluar dasar tumpuan maka struktur tubuh akan jatuh atau beberapa gaya harus bekerja untuk mempertahankan struktur tetap tegak.
  • 3. • Baik struktur inert (pasif) maupun struktur dinamik akan menopang tubuh melawan gaya gravitasi dan gaya eksternal lainnya. • Struktur osseus dan ligamen yang pasif dapat memberi- kan passive tension pada saat sendi mencapai akhir ROM. • Otot bekerja sebagai tali kabel yang dinamik dan ber- tanggungjawab terhadap gangguan-gangguan yang dihasilkan oleh gaya gravitasi atau gaya lainnya serta memberikan stabilitas didalam ROM sehingga tidak terjadi stress pada jaringan inert/pasif.
  • 4. Stabilitas Postural Pada Spine • Stabilitas spine dapat digambarkan sebagai 3 subsistem yaitu : – Struktur pasif (struktur inert ; tulang dan ligamen) – Struktur aktif (otot) – Kontrol neural • Ketiga subsistem tersebut saling berhubungan satu sama lain dan dapat dianggap sebagai stool 3 kaki ; jika salah satu kaki tidak memberikan support maka dapat mempengaruhi stabilitas secara keseluruhan.
  • 5. • Instabilitas segmen spine seringkali terjadi akibat kombinasi kerusakan jaringan, kekuatan atau daya tahan otot yang kurang, dan kontrol neuromuskular yang jelek
  • 6. Struktur inert/pasif ; pengaruhnya terhadap stabilitas • Penjabi menjelaskan bahwa ROM pada salah satu segmen dibagi kedalam 2 zone yaitu elastik zone dan netral zone. • Ketika segmen spine dalam posisi netral zone (midrange /netral range) maka struktur inert (kapsul dan ligamen sendi) akan memberikan tahanan pasif yang minimal terhadap gerakan sehingga stabilitas yang dihasilkan adalah minimal. • Pada saat segmen spine bergerak kedalam elastik zone maka struktur inert akan mengontrol sebagai tahanan pasif terhadap gerakan tersebut  terjadi stabilitas.
  • 7. • Selain memberikan stabilitas pasif saat membatasi gerakan, receptor2 sensorik pada kapsul dan ligamen sendi dapat memberikan rasa posisi dan perubahan posisi. • Stimulasi pada receptor2 tersebut dapat memberikan feedback terhadap SSP sehingga mempengaruhi sistem kontrol saraf.
  • 8. Otot ; pengaruhnya terhadap stabilitas • Peran aktivitas global muscle dan core muscle – Otot-otot leher dan trunk tidak hanya bekerja sebagai prime- mover atau sebagai antagonist terhadap gerakan yang diha- silkan oleh gravitasi selama aktivitas dinamik tetapi otot-otot tersebut juga penting sebagai stabilisasi spine. – Tanpa aktivitas stabilisasi dinamik dari otot-otot trunk maka spine akan kolaps dalam posisi tegak. – Baik global muscle (otot superfisial) maupun core muscle (otot deep) berfungsi untuk mempertahankan postur tegak. – Global muscle merupakan otot multisegmental, sebagai tali kabel yang besar dan bertanggung jawab terhadap beban external yg terjadi pada trunk.
  • 9. – Global muscle tidak mampu menstabilisasi segmen2 spine secara individual, kecuali terjadi beban kompresi karena otot- otot tersebut memiliki sedikit perlekatan atau tidak ada pada vertebra. – Jika suatu segmen vertebra mengalami unstabil maka beban kompresi dari global muscle dapat menyebabkan kondisi nyeri karena adanya stress yang terjadi pada jaringan inert di akhir lingkup gerak segmen tersebut. – Core muscle (deep muscle) memiliki perlekatan segmental yang bertanggung jawab terhadap arah gerakan. – Core muscle dapat memberikan dynamic support pada setiap segmen vertebra dan membantu mempertahankan stabilitas setiap segmen shg jaringan inert tidak mengalami stress mekanikal.
  • 10. – Baik global muscle maupun core muscle memiliki peran yang sangat penting didalam memberikan stabilitas terhadap multisegmental spine. • Kontrol otot pada lumbal spine – Fokus penelitian baru-baru ini telah dilakukan terhadap peran otot transversus abdominis dan multifidus sebagai core stabilizer. – Kedua otot deep ini memiliki perlekatan segmental pada lumbal spine sehingga mampu memberikan kontrol dan kekakuan secara segmental. – Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa serabut deep dari multifidus dan transversus abdominis adalah otot pertama yg menjadi aktif saat terjadi gangguan postural akibat gerakan extremitas yang cepat.
  • 11. Global muscle dan Core muscle pada cervical Global muscle dan Core muscle pada lumbal
  • 12. Global muscle Core muscle Karakteristik : Superfisial ; lebih jauh dari axis gerak Melewati beberapa segmen vertebra Menghasilkan gerakan dan memberikan fungsi tali bubutan yang besar Menghasilkan beban kompresi dengan kontraksi yang kuat Karakteristik : Deep ; lebih dekat dengan axis gerak Melekat pada setiap segmen vertebra Mengontrol gerak segmental ; fungsi segmental tali bubutan Memiliki persentase serabut tipe I yang besar untuk muscle endurance Regio lumbal : Rectus abdominis External dan internal obliques Quadratus lumborum (bagian lateral) Erector spine Iliopsoas Regio lumbal : Transversus abdominis Multifidus Quadratus lumborum (bagian deep) Deep rotators Regio cervical : Sternocleidomastoid Scaleni Levator scapula Upper trapezius Erector spine Regio cervical : Rectus capitis anterior dan lateralis Longus colli
  • 13. – Secara teoritis otot-otot deep lainnya berperan penting dalam stabilitas segmental meskipun sulit diperiksa karena letaknya yang sangat dalam seperti otot-otot intersegmental yaitu otot rotator dan intertransversarii serta serabut deep quadratus lumborum. • Otot-otot abdominal : – Otot rectus abdominis, external oblique, dan internal oblique adalah otot-otot yang besar atau global muscle yang multi- segmental dan penting sebagai stabilisasi spine melawan gangguan postural.
  • 14. – Otot transversus abdominis adalah otot abdominal yang paling dalam dan merespon secara khas terhadap gangguan postural  otot ini melekat kearah posterior pada vert lumbal melalui lapisan posterior dan middle dari fascia thoracolum- bal serta aksinya sebagai girdle support disekitar abdomen dan vert lumbal. – Hanya otot transversus abdominis yang aktif saat fleksi & ekstensi trunk secara isometrik, sedangkan otot abdominal lainnya akan menurun aktivitasnya saat extensi yang ditahan.
  • 15. Global muscle dan core muscle abdominal
  • 16. • Otot multifidus dan erector spine : – Otot erector spine merupakan otot yang panjang, ekstensor multisegmental, sebagai massa muskulotendinous yang besar diatas regio lumbal dan sacrum, sebagai tali kabel yang besar untuk mengontrol trunk melawan gangguan postural. – Group otot multifidus memiliki distribusi serabut tipe I yang tinggi dan jaringan kapiler yang besar sehingga menekankan perannya sebagai tonik stabilizer. – Perlekatan multifidus yang segmental mampu mengontrol gerakan pada setiap segmen serta meningkatkan kekakuan spine.
  • 17. Aktivasi dan Training Core Muscle (Deep Stabilisasi) • Otot cervical : – Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan mengontrol otot- otot sehingga terjadi kontrol axial extensi (retraksi cervical). – Latihan ini membutuhkan fleksi kepala, sedikit mendatarkan lordosis cervical dan mendatarkan kyphosis upper thoracal. – Aktivasi dan training deep fleksor neck : • Posisi pasien tidur terlentang. • Prosedur : untuk gerakan fleksi dan gentle axial extensi pada cranio- cervical, ajarkan pasien untuk melakukan secara perlahan gerakan mengangguk kepala yang terkontrol pada upper cervical. • Untuk mengaktivasi gerakan yang lebih besar dapat digunakan alat Stabilizer dibawah upper cervical.
  • 18. • Alat Stabilizer digunakan untuk memonitor besarnya flattening cervical dan mengukur daya tahan otot saat kontraksi dipertahankan. • Alat tersebut diletakkan dibawah upper cervical, kemudian dipompa sampai 20 mmHg. • Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fleksi upper cervical sambil menekan cuff dan dipertahankan kontraksinya.
  • 19. • Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fleksi upper cervical sambil mata melihat kedua kaki, dipertahankan selama 10 detik dan 3 set.
  • 20. • Lower cervical dan Upper Thoracal extensor : – Posisi pasien : tidur tengkurap dengan dahi bersandar pada bed & kedua lengan disisi tubuh. – Prosedur : instruksikan pasien untuk mengangkat dahinya dari bed sambil pertahankan dagu tetap terlipat masuk dan mata fokus pada bed sambil pertahankan posisi spine netral (dapat diperkuat dengan fleksi craniocervical)
  • 21. • Otot lumbal : – Ada 3 teknik untuk aktivasi otot abdominal dan dapat digunakan di klinik yaitu drawing-in maneuvre, abdominal bracing, dan posterior pelvic tilt. – Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap teknik akan berbeda dalam aktivitas stabilitasnya pada otot abdominal dan multifidus. – Suatu penelitian menjelaskan bahwa teknik draw-in maneuvre adalah lebih selektif dalam meng- hasilkan ko-aktivasi transversus ab- dominis dan multifidus daripada teknik abdominal bracing dan posterior pelvic tilt
  • 22. • Drawing-in Maneuvre (abdominal hollowing exercise) untuk aktivasi transversus abdominis : – Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua tungkai fleksi 70o – 90o (posisi hook lying). – Prosedur : terapis mempalpasi transversus abdominis tepat pada distal SIAS dan lateral dari rectus abdominis, instruksikan pasien un- tuk inspirasi dan expirasi dgn perla- han kmd tarik muscle belly kebawah sampai terjadi cekungan pada abdominal sambil mendatarkan lordosis lumbal. – Usahakan terjadi kontraksi pada transversus abdominis tanpa kontraksi internal oblique, hindari substitusi spt gerakan lower costa, sangkar thoraks & penonjolan dinding abdomen.
  • 23. • Jika pasien mengalami kesulitan mengaktivasi transversus abdominis maka dapat dilakukan 2 teknik feed- back untuk membantu pembelajar- an : – Pasien tidur tengkurap, letakkan Stabili- zer secara horisontal dibawah abdomen (pusatnya dibawah puser). Pompa cuff Stabilizer sampai 70 mmHg, kemudian minta pasien melakukan draw-in maneuvre sampai terjadi penurunan 6- 10 mmHg selama draw-in tanpa terjadi substitusi, untuk menghasilkan aktivasi transversus abdominis yang benar. – Menggunakan biofeedback dgn surface elektrode ; surface elektrode diletakkan diatas rectus abdominis dan external oblique, kemudian instruksikan pasien melakukan drawing-in maneuvre . Pastikan tidak ada kontraksi pada kedua otot tersebut atau kontraksi minimal.
  • 24. • Abdominal Bracing : – Sebaliknya dengan drawing-in maneu- vre, abdominal bracing terjadi dengan menggunakan abdominal dan secara aktif mengembangkan kearah lateral disekitar pinggang. – Tidak ada gerakan kepala atau fleksi trunk, tidak ada elevasi lower costa, tidak ada protrusi abdomen, & tidak ada tekanan pada kaki. – Pasien harus mampu mempertahan- kan posisi brace sambil bernapas secara relaks. – Teknik ini dianggap sebagai metode stabilisasi spine selama beberapa tahun tetapi hanya mengaktivasi otot oblique abdominal secara konsisten.
  • 26.
  • 27. Kombinasi Bridging dan abdominal brace
  • 28.
  • 30. • Posterior pelvic tilt : – Pelvic tilting exercise secara utama mengaktivasi otot rectus abdominis, dan secara utama digunakan untuk aktivitas fleksi trunk dinamik. – Latihan ini tidak dianggap sebagai core stabilisasi exercise karena tidak menekankan pada training core muscle. – Latihan ini lebih banyak digunakan untuk mengajarkan gerakan pelvis dan lumbal spine dimana diarahkan pada perbaikan ROM lumbal disertai pelvic tilt untuk menghasilkan fung- sional lingkup gerak spine
  • 31. • Aktivasi dan training multifidus : – Posisi pasien tidur tengkurap atau tidur miring (side lying). – Letakkan ibu jari dan jari telunjuk tepat dilateral dari proc spinosus lumbal spine. – Instruksikan pasien untuk menonjolkan otot multifidus dengan melawan kedua jari terapis. – Terapis mempalpasi setiap segmen untuk merasakan kontraksi otot multi- fidus secara konsisten. – Teknik ini dapat difasilitasi dengan melakukan drawing-in maneuvre & secara lembut mengontraksikan pelvic floor muscle. – Dalam posisi side lying, dapat difaslitasi dengan mengaplikasikan manual resis- tance yang lembut pada thoraks atau pelvic untuk mengaktivasi fungsi rotasi multifidus.
  • 32.
  • 36. • Core stability exercise dapat ditingkatkan secara progresif dengan mengombinasikan global muscle stabilisasi exercise. • Global muscle stabilisasi exercise ditujukan pada otot erector spine cervical dan lumbal, quadratus lumborum, rectus abdominis, internal dan external oblique abdominis serta iliopsoas.