SlideShare a Scribd company logo
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM KEDWIBAHASAAN
1. PENDAHULUAN
Sebagai seseorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa, dan juga terlibat dengan dua
budaya, seorang dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa
itu. Salah satu akibat dari kedwibahasaan adalah adanya tumpang tindih antara kedua sistem
bahasa yang dipakainya atau digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada penggunaan
bahasa yang lain.
Malmaker (1992: 61-61) membedakan campuran sistem linguistik ini menjadi dua:
a. Alih kode (code switching), yaitu beralih dari satu bahasa ke dalam bahasa lain
dalam satu ujaran atau percakapan; dan
b. Campur kode (code mixing/interference), yaitu penggunaan unsur-unsur bahasa,
dari satu bahasa melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain.
Campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur formal kode bahasa seperti
fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang
lain (Beardsmore, 1982: 40). Alih kode dan campur kode dalam konteks dan situasi berbahasa
dapat dilihat dengan jelas, juga tataran, sifat, dan penyebabnya.
1. LANDASAN TEORITIS
2.1 BATASAN ALIH KODE
Dalam keadaan bilingual, penutur ada kalanya mengganti unsur-unsur bahasa atau tingkat tutur,
hal ini tergantung pada konteks dan situasi berbahasa tersebut. Misalnya, pada waktu berbahasa
X dengan si A, datang si B yang tidak dapat berbahasa Y memasuki situasi berbahasa itu, maka
kita beralih memakai bahasa yang dimengerti oleh si B. Kejadian semacam ini kita sebut alih
kode.
Nababan (1991: 31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada
waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam lain,
misalnya ragam akrab; atau dari dialek satu ke dialek yang lain; atau dari tingkat tutur tinggi,
misalnya kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah, misalnya, bahasa ngoko, dan
sebagainya.
Kridalaksana (1982: 7) menegaskan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan
diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode.
Alih kode dapat terjadi pada masyarakat bahasa bilingual atau multilingual, namun juga terjadi
pada masyarakat bahasa monolingual.
Pada masyarakat bilingual atau multilingual, alih kode dapat terjadi dari varian bahasa yang satu
ke varian bahasa yang lain.
Faktor-faktor penyebab alih kode dapat ditelusuri melalui keterkaitan suatu pembicaraan dengan
konteks dan situasi berbahasa.
Hymes (1964) mengemukakan faktor-faktor dalam suatu interaksi pembicaraan yang dapat
mempengaruhi penetapan makna, yaitu:
 siapa pembicara atau bagaimana pribadi pembicara ?
 di mana atau kapan pembicaraan itu berlangsung ?
 apa modus yang digunakan ?
 apa topik atau subtopik yang dibicarakan ?
 apa fungsi dan tujuan pembicaraan ?
 apa ragam bahasa dan tingkat tutur yang digunakan ?
Dari berbagai sudut pandang tersebut di atas, alih kode dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Jenis alih kode : alih bahasa, alih ragam bahasa, alih tingkat tutur;
2. Tataran alih kode: tataran fonologi, tataran fonem, tataran kata atau frase;
3. Sifat alih kode: alih kode sementara,alih kode tetap atau permanen;
4. Faktor penyebab alih kode: pribadi pembicara, hubungan pembicara dengan mitra
pembicara, topik atau subtopik.
2.2 BATASAN CAMPUR KODE
Kridalaksana (1982; 32) memberikan batasan campur kode atau interferensi sebagai penggunaan
satuan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam
bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.
Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana orang
mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa yang
menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau
kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode. Dalam situasi
berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri yang menonjol dari campur kode ini
adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau terdpat campur kode dalam keadaan demikian, hal
ini disebabkan karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga
perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing).
Sifat campur kode dibedakan antara interferensi dengan kalimat integratif. Interferensi
merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang belum diserap, jadi bersifat
sementara. Kalimat integratif merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain dn
diserap, jadi bersifat tetap atau permanen (Beardsmore,1982: 44)
Hamers dan Blanc (1983: 78) mengemukakan bahwa interferensi dapat terjadi dalam bidang
fonologi, sintaksis dan semantik. Jika interferensi dalam bidang semantik tidak dianggap sebagai
pengaruh asing, maka campur kode ini bersifat permanen dan disebut kalimat integratif.
Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa kebanyakan hasil penelitian
menunjukkan bahwa unsur nomina paling mudah bercampur dari satu bahasa ke dalam bahasa
lain, sedangkan struktur atau fungsi bahasa agak sukar mengalami campur kode. Selanjutnya,
Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa unsur bahasa yang mudah bercampur
setelah nomina adalah verba, adjektiva, adverbial, preposisi dan interjeksi; sedangkan pronomina
dan artikel menunjukkan kekokohan untuk tidak bercampur dengan unsur bahasa lain.
Seperti halnya alih kode, campur kode juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:
1. Jenis campur kode: campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur.
2. Tataran campur kode: tataran fonem, tataran morfem, tataran kata atau frasa, tataran
kalimat.
3. Sifat campur kode: campur kode sementara, campur kode tetap atau permanen.
2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN TUJUAN MELAKUKAN ALIH KODE ATAU
CAMPUR KODE
Beberapa faktor penyebab terjadinya alih kode atau campur kode dipengaruhi oleh konteks dan
situasi berbahasa yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembicara dan Pribadi Pembicara
Pembicara kadang-kadang sengaja beralih kode terhadap mitra bahasa karena dia mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara, ada berbagai maksud dan tujuan
beralih kode antara lain pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal
yang terikat ruang dan waktu ke situasi non-formal yang tidak terikat ruang dan waktu.
Pembicara kadang-kadang melakukan campur kode bahasa satu ke dalam bahasa yang lain
karena kebiasaan.
b. Mitra Bicara
Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual, seorang
pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat beralih kode menggunakan bahasa
lain dengan mitra bicaranya yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang sama. Seorang
bawahan yang berbicara dengan seorang atasan mungkin menggunakan bahasa Indonesia dengan
disisipi kata-kata dalam bahasa daerah yang nilai tingkat tuturnya tinggi dengan maksud untuk
menghormati. Sebaliknya, seorang atasan yang berbicara dengan bawahan mungkin
menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata daerah (Jawa ngoko) yang memiliki
tingkat tutur rendah dengan maksud untuk menjalin keakraban. Pertimbangan mitra bicara
sebagai orang ketiga juga dapat menimbulkan alih kode jika orang ketiga ini diketahui tidak
dapat menggunakan bahasa yang mula-mula digunakan kedua pembicara. Misalnya, pembicara
dan mitra bicara menggunakan bahasa Jawa beralih kode menggunakan bahasa Inggris karena
hadirnya seorang penutur Inggris yang memasuki situasi pembicaraan.
c. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung
Pembicaraan yang terjadi di sebuah terminal bus di Indonesia, misalnya, dilakukan oleh
masyarakat dari berbagai etnis. Dalam masyarakat yang begitu kompleks semacam itu akan
timbul banyak alih kode dan campur kode. Alih bahasa atau campur kode itu dapat terjadi dari
bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dan dari tingkat tutur suatu bahasa ke tingkat tutur
bahasa yang lain. Seorang penjual karcis bus di sebuah terminal yang multilingual pada jam-jam
sibuk beralih kode dengan cepat dari bahasa satu ke dalam bahasa yang lain dan juga melakukan
campur kode atau bahasa.
d. Modus Pembicaraan
Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara. Modus lisan (tatap
muka, melalui telepon,atau melalui audio visual) lebih banyak menggunakan ragam non-formal
dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat kabar, buku ilmiah) yang biasanya
menggunakan ragam formal. Dengan modus lisan lebih sering terjadi alih kode dan campur kode
daripada dengan menggunakan modus tulis.
e. Topik
Dengan menggunakan topik tertentu, suatu interaksi komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Alih kode dan campur kode dapat terjadi karena faktor topik. Topik ilmiah disampaikan dalam
situasi formal dengan menggunakan ragam formal. Topik non-ilmiah disampaikan dalam situasi
“bebas”, “santai” dengan menggunakan ragam non-formal. Dalam ragam non-formal kadang
kadang terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, di samping itu topik pembicaraan non-ilmiah
(percakapan sehari-hari) menciptakan pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang santai juga
dapat menimbulkan campur kode.
f. Fungsi dan Tujuan
Fungsi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan berkomunikasi.
Fungsi bahasa merupakan ungkapan yang berhubungan dengan tujuan tertentu, seperti perintah,
menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan sebagainya. Pembicara menggunakan bahasa
menurut fungsi yang dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi komunikasi. Alih kode
dapat terjadi karena situasi dipandang tidak sesuai atau tidak relevan. Dengan demikian, alih
kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang
relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
g. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa
Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada pertimbangan pada mitra
bicara. Pertimbangan ini menunjukkan suatu pendirian terhadap topik tertentu atau relevansi
dengan situasi tertentu. Alih kode dan campur kode lebih sering timbul pada penggunaan ragam
non-formal dan tutur bahasa rendah dibandingkan dengan penggunaan ragam bahasa tinggi.

More Related Content

What's hot

KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)Lita Tania
 
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa IndonesiaPresentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa Indonesiagoogle
 
Variasi bahasa
Variasi bahasaVariasi bahasa
Variasi bahasaFara Piruz
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyRezqan Farid
 
Sindy zulfa m
Sindy zulfa mSindy zulfa m
Sindy zulfa mtaufiq99
 
konsep dan definisi terjemah dan penterjemah
konsep dan definisi terjemah dan penterjemahkonsep dan definisi terjemah dan penterjemah
konsep dan definisi terjemah dan penterjemahsyatirahyusri
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratWatak Bulat
 
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahAnang Dwi Purwanto
 
Variasi Bahasa STPM Sem3
Variasi Bahasa STPM Sem3Variasi Bahasa STPM Sem3
Variasi Bahasa STPM Sem3Dg Suhaili
 
Konsep variasi bahasa
Konsep variasi bahasaKonsep variasi bahasa
Konsep variasi bahasaArielIfikaT
 

What's hot (19)

KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
 
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasa
 
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa IndonesiaPresentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
 
Variasi bahasa
Variasi bahasaVariasi bahasa
Variasi bahasa
 
Modul 4 ragam bahasa.
Modul 4   ragam bahasa.Modul 4   ragam bahasa.
Modul 4 ragam bahasa.
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Jenis – jenis ragam bahasa
Jenis – jenis ragam bahasaJenis – jenis ragam bahasa
Jenis – jenis ragam bahasa
 
Powerpoint pijin
Powerpoint pijinPowerpoint pijin
Powerpoint pijin
 
Sindy zulfa m
Sindy zulfa mSindy zulfa m
Sindy zulfa m
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
konsep dan definisi terjemah dan penterjemah
konsep dan definisi terjemah dan penterjemahkonsep dan definisi terjemah dan penterjemah
konsep dan definisi terjemah dan penterjemah
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyarat
 
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
Variasi bahasa
Variasi bahasaVariasi bahasa
Variasi bahasa
 
Variasi Bahasa STPM Sem3
Variasi Bahasa STPM Sem3Variasi Bahasa STPM Sem3
Variasi Bahasa STPM Sem3
 
Padanan terjemah
Padanan terjemahPadanan terjemah
Padanan terjemah
 
Konsep variasi bahasa
Konsep variasi bahasaKonsep variasi bahasa
Konsep variasi bahasa
 

Similar to Code switching

Alih Kode & Campur Kode
Alih Kode & Campur KodeAlih Kode & Campur Kode
Alih Kode & Campur KodeIndah Baso
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasalinguistikid
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaSeptiana Farikha
 
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptxRitaRistiana1
 
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Thanushah Soniyasee
 
Keberagaman bahasa indonesia
Keberagaman bahasa indonesiaKeberagaman bahasa indonesia
Keberagaman bahasa indonesiaFakhri Abdullah
 
51648086 pencemaran-bahasa
51648086 pencemaran-bahasa51648086 pencemaran-bahasa
51648086 pencemaran-bahasasyanis_72
 
Intro to sociolinguistics
Intro to sociolinguisticsIntro to sociolinguistics
Intro to sociolinguisticsEngki Sabki
 
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa ProkemJargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa ProkemJenny Givany
 
Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)winnarsih1
 
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Risa Octaviani
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasaardinad
 
Pertemuan ke 1.pptx
Pertemuan ke 1.pptxPertemuan ke 1.pptx
Pertemuan ke 1.pptxFika753292
 

Similar to Code switching (20)

Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kode
 
Alih Kode & Campur Kode
Alih Kode & Campur KodeAlih Kode & Campur Kode
Alih Kode & Campur Kode
 
RAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptxRAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptx
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Materi.docx
Materi.docxMateri.docx
Materi.docx
 
Teks 4 ragam bahasa
Teks  4 ragam bahasaTeks  4 ragam bahasa
Teks 4 ragam bahasa
 
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
 
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
 
Keberagaman bahasa indonesia
Keberagaman bahasa indonesiaKeberagaman bahasa indonesia
Keberagaman bahasa indonesia
 
51648086 pencemaran-bahasa
51648086 pencemaran-bahasa51648086 pencemaran-bahasa
51648086 pencemaran-bahasa
 
Intro to sociolinguistics
Intro to sociolinguisticsIntro to sociolinguistics
Intro to sociolinguistics
 
Ragam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptxRagam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptx
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa ProkemJargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
Jargon, Slang, Kata Percakapan, dan Bahasa Prokem
 
Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)
 
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
Mengetahui pentingnya akurasi pemilihan kata (BAHASA INDONESIA)
 
bahasa baku.pdf
bahasa baku.pdfbahasa baku.pdf
bahasa baku.pdf
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasa
 
Pertemuan ke 1.pptx
Pertemuan ke 1.pptxPertemuan ke 1.pptx
Pertemuan ke 1.pptx
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxkinayaptr30
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfUditGheozi2
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERIPURWANTOSDNWATES2
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfTarkaTarka
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaimuhammadmasyhuri9
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024AndrianiWimarSarasWa1
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxlastri261
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxnawasenamerta
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxAhmadBarkah2
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxKurnia Fajar
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)LabibAqilFawaizElB
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaFathan Emran
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfgloriosaesy
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 

Code switching

  • 1. ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM KEDWIBAHASAAN 1. PENDAHULUAN Sebagai seseorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa, dan juga terlibat dengan dua budaya, seorang dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa itu. Salah satu akibat dari kedwibahasaan adalah adanya tumpang tindih antara kedua sistem bahasa yang dipakainya atau digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada penggunaan bahasa yang lain. Malmaker (1992: 61-61) membedakan campuran sistem linguistik ini menjadi dua: a. Alih kode (code switching), yaitu beralih dari satu bahasa ke dalam bahasa lain dalam satu ujaran atau percakapan; dan b. Campur kode (code mixing/interference), yaitu penggunaan unsur-unsur bahasa, dari satu bahasa melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain. Campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur formal kode bahasa seperti fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain (Beardsmore, 1982: 40). Alih kode dan campur kode dalam konteks dan situasi berbahasa dapat dilihat dengan jelas, juga tataran, sifat, dan penyebabnya. 1. LANDASAN TEORITIS 2.1 BATASAN ALIH KODE Dalam keadaan bilingual, penutur ada kalanya mengganti unsur-unsur bahasa atau tingkat tutur, hal ini tergantung pada konteks dan situasi berbahasa tersebut. Misalnya, pada waktu berbahasa X dengan si A, datang si B yang tidak dapat berbahasa Y memasuki situasi berbahasa itu, maka kita beralih memakai bahasa yang dimengerti oleh si B. Kejadian semacam ini kita sebut alih kode. Nababan (1991: 31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam lain, misalnya ragam akrab; atau dari dialek satu ke dialek yang lain; atau dari tingkat tutur tinggi, misalnya kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah, misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya. Kridalaksana (1982: 7) menegaskan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode.
  • 2. Alih kode dapat terjadi pada masyarakat bahasa bilingual atau multilingual, namun juga terjadi pada masyarakat bahasa monolingual. Pada masyarakat bilingual atau multilingual, alih kode dapat terjadi dari varian bahasa yang satu ke varian bahasa yang lain. Faktor-faktor penyebab alih kode dapat ditelusuri melalui keterkaitan suatu pembicaraan dengan konteks dan situasi berbahasa. Hymes (1964) mengemukakan faktor-faktor dalam suatu interaksi pembicaraan yang dapat mempengaruhi penetapan makna, yaitu:  siapa pembicara atau bagaimana pribadi pembicara ?  di mana atau kapan pembicaraan itu berlangsung ?  apa modus yang digunakan ?  apa topik atau subtopik yang dibicarakan ?  apa fungsi dan tujuan pembicaraan ?  apa ragam bahasa dan tingkat tutur yang digunakan ? Dari berbagai sudut pandang tersebut di atas, alih kode dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Jenis alih kode : alih bahasa, alih ragam bahasa, alih tingkat tutur; 2. Tataran alih kode: tataran fonologi, tataran fonem, tataran kata atau frase; 3. Sifat alih kode: alih kode sementara,alih kode tetap atau permanen; 4. Faktor penyebab alih kode: pribadi pembicara, hubungan pembicara dengan mitra pembicara, topik atau subtopik. 2.2 BATASAN CAMPUR KODE Kridalaksana (1982; 32) memberikan batasan campur kode atau interferensi sebagai penggunaan satuan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri yang menonjol dari campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau terdpat campur kode dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing). Sifat campur kode dibedakan antara interferensi dengan kalimat integratif. Interferensi merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang belum diserap, jadi bersifat sementara. Kalimat integratif merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain dn diserap, jadi bersifat tetap atau permanen (Beardsmore,1982: 44)
  • 3. Hamers dan Blanc (1983: 78) mengemukakan bahwa interferensi dapat terjadi dalam bidang fonologi, sintaksis dan semantik. Jika interferensi dalam bidang semantik tidak dianggap sebagai pengaruh asing, maka campur kode ini bersifat permanen dan disebut kalimat integratif. Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa kebanyakan hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur nomina paling mudah bercampur dari satu bahasa ke dalam bahasa lain, sedangkan struktur atau fungsi bahasa agak sukar mengalami campur kode. Selanjutnya, Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa unsur bahasa yang mudah bercampur setelah nomina adalah verba, adjektiva, adverbial, preposisi dan interjeksi; sedangkan pronomina dan artikel menunjukkan kekokohan untuk tidak bercampur dengan unsur bahasa lain. Seperti halnya alih kode, campur kode juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang: 1. Jenis campur kode: campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur. 2. Tataran campur kode: tataran fonem, tataran morfem, tataran kata atau frasa, tataran kalimat. 3. Sifat campur kode: campur kode sementara, campur kode tetap atau permanen. 2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN TUJUAN MELAKUKAN ALIH KODE ATAU CAMPUR KODE Beberapa faktor penyebab terjadinya alih kode atau campur kode dipengaruhi oleh konteks dan situasi berbahasa yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pembicara dan Pribadi Pembicara Pembicara kadang-kadang sengaja beralih kode terhadap mitra bahasa karena dia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara, ada berbagai maksud dan tujuan beralih kode antara lain pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang terikat ruang dan waktu ke situasi non-formal yang tidak terikat ruang dan waktu. Pembicara kadang-kadang melakukan campur kode bahasa satu ke dalam bahasa yang lain karena kebiasaan. b. Mitra Bicara Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual, seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat beralih kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang sama. Seorang bawahan yang berbicara dengan seorang atasan mungkin menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata dalam bahasa daerah yang nilai tingkat tuturnya tinggi dengan maksud untuk menghormati. Sebaliknya, seorang atasan yang berbicara dengan bawahan mungkin menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata daerah (Jawa ngoko) yang memiliki tingkat tutur rendah dengan maksud untuk menjalin keakraban. Pertimbangan mitra bicara sebagai orang ketiga juga dapat menimbulkan alih kode jika orang ketiga ini diketahui tidak dapat menggunakan bahasa yang mula-mula digunakan kedua pembicara. Misalnya, pembicara dan mitra bicara menggunakan bahasa Jawa beralih kode menggunakan bahasa Inggris karena hadirnya seorang penutur Inggris yang memasuki situasi pembicaraan.
  • 4. c. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung Pembicaraan yang terjadi di sebuah terminal bus di Indonesia, misalnya, dilakukan oleh masyarakat dari berbagai etnis. Dalam masyarakat yang begitu kompleks semacam itu akan timbul banyak alih kode dan campur kode. Alih bahasa atau campur kode itu dapat terjadi dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dan dari tingkat tutur suatu bahasa ke tingkat tutur bahasa yang lain. Seorang penjual karcis bus di sebuah terminal yang multilingual pada jam-jam sibuk beralih kode dengan cepat dari bahasa satu ke dalam bahasa yang lain dan juga melakukan campur kode atau bahasa. d. Modus Pembicaraan Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara. Modus lisan (tatap muka, melalui telepon,atau melalui audio visual) lebih banyak menggunakan ragam non-formal dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat kabar, buku ilmiah) yang biasanya menggunakan ragam formal. Dengan modus lisan lebih sering terjadi alih kode dan campur kode daripada dengan menggunakan modus tulis. e. Topik Dengan menggunakan topik tertentu, suatu interaksi komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Alih kode dan campur kode dapat terjadi karena faktor topik. Topik ilmiah disampaikan dalam situasi formal dengan menggunakan ragam formal. Topik non-ilmiah disampaikan dalam situasi “bebas”, “santai” dengan menggunakan ragam non-formal. Dalam ragam non-formal kadang kadang terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, di samping itu topik pembicaraan non-ilmiah (percakapan sehari-hari) menciptakan pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang santai juga dapat menimbulkan campur kode. f. Fungsi dan Tujuan Fungsi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan berkomunikasi. Fungsi bahasa merupakan ungkapan yang berhubungan dengan tujuan tertentu, seperti perintah, menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan sebagainya. Pembicara menggunakan bahasa menurut fungsi yang dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi komunikasi. Alih kode dapat terjadi karena situasi dipandang tidak sesuai atau tidak relevan. Dengan demikian, alih kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih. g. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada pertimbangan pada mitra bicara. Pertimbangan ini menunjukkan suatu pendirian terhadap topik tertentu atau relevansi dengan situasi tertentu. Alih kode dan campur kode lebih sering timbul pada penggunaan ragam non-formal dan tutur bahasa rendah dibandingkan dengan penggunaan ragam bahasa tinggi.