1. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Kebisingan
2.1.1. Pengertian Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada
gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan medium perantaranya.
Gelombang dapat dibagi menjadi 2 macam gelombang yaitu :
- Gelombang transversal
adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya.
Gelombang transversal ini terdiri atas satu lembah dan satu bukit. Contoh :
Gelombang tali.
- Gelombang longitudinal
adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran
pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan.
Contoh : pegas. (Giancoli, Douglas D., 2001)
Gelombang longitudinal merupakan gelombang yang terdengar sebagai bunyi bila
masuk ke telinga. Gelombang longitudinal yang masuk dan terdengar sebagai bunyi pada
telinga manusia pada frekuensi 20 – 20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat
didengar (addible sound). Bunyi-bunyi yang muncul pada frekuensi di bawah 20 Hz disebut
infrasonik, sedangkan yang muncul di atas 20.000 Hz disebut bunyi ultrasonik. Dalam
Universitas Sumatera Utara
2. rentang 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz tersebut, bunyi masih dibedakan menjadi bunyi-
bunyi dengan frekuensi rendah (dibawah 1000 Hz), frekuensi sedang (1000 Hz sampai
4000 Hz) dan frekuensi tinggi (di atas 4000 Hz). (Mediastika, Christina, 2005).
2.1.2. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi dapat diukur dalam satuan panjang gelombang, frekuensi dan kecepatan
rambat. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara dua titik pada posisi yang sama yang
saling berurutan. Misalnya jarak antara dua puncak gunung atau jarak antara dua lembah.
Panjang gelombang diukur dalam satuan meter (m) dan merupakan elemen yang
menunjukkan kekuatan bunyi. Semakin panjang gelombangnya, semakin kuat pula bunyi
tersebut.
Selain panjang gelombang, elemen bunyi yang lain adalah frekuensi. Frekuensi (ƒ)
adalah jumlah atau banyaknya getaran yang terjadi dalam setiap detik. Frekuensi dihitung
dalam satuan Hertz (Hz). Jumlah getaran yang terjadi setiap detik tersebut sangat
tergantung pada jenis objek yang bergetar. Oleh karena itu, setiap benda akan memiliki
frekuensi tersendiri yang berbeda dari benda lainnya. Tanpa melihat, hanya dengan
mendengar saja, kita dapat membedakan apakah suatu benda yang jatuh terbuat dari
logam, kaca atau kayu.
Elemen lain dari bunyi adalah kecepatan rambat bunyi dalam medium tertentu.
Kecepatan rambat yang dilambangkan dengan notasi (ν) adalah jarak yang mampu
ditempuh oleh gelombang bunyi pada arah tertentu dalam waktu satu setik. Dan satuannya
adalah meter-per-detik (m/det). Setiap kali gelombang bergetar, gelombangnya bergerak
menjauh sejarak satu gelombang sinus. Oleh karena itu, banyaknyagetaran tiap detik
Universitas Sumatera Utara
3. menunjukkan total panjang yang berpindah dalam satu detik. Kejadian perpindahan atau
perambatan gelombang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
ν = ƒλ ............................................................. (2.1)
dengan :
ν = Kecepatan rambat (m/det)
λ = Panjang gelombang (m)
ƒ = Frekuensi (Hz)
(Mediastika, Christina, 2005).
1. Terjadinya Bunyi
Bunyi terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat
disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang bergerak dan dapat juga berupa
udara yang bergerak. Untuk objek udara yang bergerak terjadi pada terompet yang di tiup.
Getaran tersebut kemudian menyentuh partikel zat yang ada di dekatnya. Zat ini dapat
berupa gas, cairan atau padatan. Partikel zat yang pertama kali tersentuh (yang paling dekat
dengan objek) akan meneruskan energi yang diterimanya ke partikel disebelahnya.
Demikian seterusnya partikel-partikel zat akan saling bersentuhan sehingga membentuk
rapatan dan renggangan yang dapat digambarkan sebagai gelombang yang merambat.
Oleh karena itu, keberadaan zat disekitar objek yang bergetar sering kali disebut
juga medium perambat gelombang bunyi. Meski objek yang bergetar, yang disebut sebagai
sumber bunyi, telah berhenti bergetar, pada keadaan tertentu perambatan gelombangnya
masih terus berjalan sampai pada jarak tertentu dari objek tersebut. Rambatan gelombang
tersebut ditangkap oleh daun telinga. (Mediastika, Christina, 2005).
Universitas Sumatera Utara
4. 2. Keras Bunyi
Keras bunyi (loudness) adalah kekuatan bunyi yang dirasakan oleh telinga manusia, diukur
dengan phon atau dBA (weighted deciBel). (Satwiko, Prasasto, 2009)
Keras Bunyi (loudness) sangat dipengaruhi oleh sensasi yang ditimbulkan pada
pendengaran seseorang. Jadi, bersifat subjektif, berbeda pada tiap-tiap orang dan tidak
dapat diukur secara langsung dengan suatu alat, berbeda dengan intensitas bunyi yang yang
objektif, dapat langsung diukur dengan suatu alat. Keras bunyi bertambah, jika intensitas
bertambah, akan tetapi pertambahan ini tidak terjadi secara linier. Nada bunyi yang
intensitasnya sama, tetapi berbeda frekuensinya belum tentu menimbulkan sensasi keras
bunyi yang sama pada tiap-tiap orang. (Sears & Zemansky, 1962)
2.1.3. Tingkat Bunyi
Tingkat Bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis antara satu sumber bunyi
dengan sumber bunyi acuan, diukur dalam dB. Sedangkan intensitas bunyi (sound intensity)
adalah banyaknya energi bunyi per unit luasan, diukur dengan ( 2
m
watt ).
Tingkat intensitas suara (L) dinyatakan dalam satuan bel atau decibel (dB). Hubungan
intensitas (I) dengan tingkat intensitas suara (L), dinyatakan dengan :
L = 10 Log10
oI
I
....................................................... (2.2)
dengan :
L = Tingkat Intensitas Bunyi (sound pressure level) (dB)
I = Intensitas bunyi (W/m2
)
Io = Intensitas bunyi acuan, diambil (10-12
W/m2
)
Universitas Sumatera Utara
5. 2.1.4. Decibell (dB)
Beberapa model pengukuran tingkat kekuatan bunyi yang telah dibahas pada bagian
sebelum menunjukkan bahwa pada beberapa hal, pengukuran menjadi tidak nyaman dan
sulit dilakukan karena menggunakan angka-angka yang terlalu kecil, demikian pula
pengukuran tingkat kekuatan bunyi dengan bantuan ambang bawah dan ambang atas
telinga tidak selalu mudah dilakukan karena terlalu jauh selisihnya, yaitu dari 2 x 10-5
Pa
sampai 200 Pa.
Oleh karen itu, digunakan model pengukuran sistem rasio atau perbandingan di
antara dua nilai, dapat berupa antara dua nilai intensitas maupun antara dua nilai tekanan.
Perbandingan ini dilakukan dengan sistem logaritmik dan selanjutnya dihitung dalam
satuan decibell (dB). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
IL = 10 log10
1
2
I
I
= 10 log10
2
1
2
p
p
................................. (2.4)
dengan :
IL = Intensitas bunyi (dB)
2I dan 1I = Intensitas akhir dan awal bunyi yang diperbandingkan
2p dan 1p = Tekanan akhir dan awal yang diperbandingkan
Terlepas dari adanya faktor yang menurunkan tingkat kebenaran pengukuran bunyi
dalam dB, pengukuran kekuatan bunyi dengan satuan dB memudahkan manusia untuk
mengetahui ambang batas bawah dan atas dari kekuatan bunyi yang mampu didengar,
sebagaimana digambarkan pada tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
6. Tabel 2.1. Ambang batas pendengaran manusia (dalam dB)
Sound Pressure (Pa) Sound Level (dB) Contoh Keadaan
200 140 Ambang batas atas pendengaran
130 Pesawat terbang tinggal landas
20 120 Diskotik yang amat gaduh
110 Diskotik yang gaduh
2 100 Pabrik yang gaduh
90 Kereta api berjalan
0,2 80 Pojok perempatan jalan
70 Mesin penyedot debu umumnya
0,02 60 Percakapan dengan berteriak
0,002 30 s.d. 50 Percakapan normal
0,0002 20 Desa yang tenang, angin berdesir
0,00002 0 s.d. 10 Ambang batas bawah pendengaran
2.1.5. Sound Level Meter
Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter
(SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting networt dan layar display dalam
satuan dB. SLM sederhana hanya dapat mengukur tingkat kekerasan bunyi dalam satuan
dB, sedangkan SLM yang canggih sekaligus mampu menunjukkan frekuensi bunyi yang
diukur. Proses kerja SLM sederhana diilustrasikan dalam Gambar 2.2.
Skala dB
atau
Monitor hasil
Filter oktaf-band
mikrofon
Amplifier
Gambar 2.1. Sistem kerja SLM
Universitas Sumatera Utara
7. SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot pengukuran A
(dBA) dengan sistem pengukuran seketika (tidak dapat menyimpan data dan mengelolah
data), sedangkan yang sedikit lebih baik, dilengkapi dengan skala pengukuran B dan C.
Beberapa SLM yang lebih canggih dapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat
kekerasan dan frekuensi bunyi yang muncul selama rentang waktu tertentu dan mampu
menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa produsen menamakannya Hand Held
Analyser (HHA), ada pula dalam model Desk Analyser (DA).
Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk
mengukur tingkat kekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang penting adalah menaatin pedoman
atau standar yang telah ditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi benar. Adapun
persyaratan tersebut adalah :
1. Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripot. Setiap SLM,
bahkan yang paling sederhana, idealnya dilengkapi dengan lubang untuk
mendudukkannya pada tripot. SLM yang diletakkan pada tripot lebih stabil
posisinya dibandingkan yang dipegang oleh tangan operator (manusia yang
mengoperasikannya). Posisi operator yang terlalu dekat dengan SLM juga dapat
mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusia mampu
memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja atau kursi, juga dapat
mengurangi kebenaran hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantukan
bunyi yang diterima.
2. Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efek
pemantulan.
3. Untuk menghindari terjadinya pantulan dari elemen-elemen permukaan
disekitarnya, SLM sebaiknya ditempatkan pada posisi 1,2 m dari atas permukaan
lantai; 3,5 m dari permukaan dinding atau objek lain yang memantulkan bunyi.
Universitas Sumatera Utara
8. 4. Untuk pengukuran didalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m
dari dinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan dihadapan jendela maka
jaraknya 1,5 m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih benar, karena adanya
kemungkinan pemantulan oleh elemen pembentuk ruang, pengukuran SLM dalam
ruang sebaiknya dilakukan pada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih
kurang 0,5 m.
5. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar dan mampu mencatat semua
fluktuasi bunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse.
(Mediastika, Christina, 2005)
2.2. Polusi Suara atau Kebisingan
Polusi suara atau Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau
menggangu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun
saraf dapat terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi yang
sangat lemah yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10 12−
weiber/m2
.
Ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit (thereshold of
pain) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1
W/m2
. (Satwiko, Prasasto, 2009)
Noise latar belakang adalah bunyi disekitar kita yang muncul secara tetap dan stabil
pada tingkat tertentu. Noise latar belakang yang nyaman berada pada tingkat kekerasan
tidak melebihi 40 dB. Jenis-jenis noise latar belakang, yaitu :
1. Kebisingan akibat jalan raya
Kebisingan jalan raya disebabkan oleh pemakaian kendaraa bermotor, baik yang
beroda empat, maupun yang beroda lebih dari empat. Dengan begitu banyaknya
sumber kebisingan di atas permukaan jalan, maka jalan raya pun ditetapkan sebagai
sumber kebisingan utama. (Mediastika, Christina, 2005)
Universitas Sumatera Utara
9. 2. Kebisingan akibat industri
Sumber kebisingan di lingkungan industri, yaitu : Peralatan pemakai energi pada
industri (furnace dan heater), Sistem kontrol benda cair (pompa air dan generator),
Proses industri (mesin dan segala sistemnya), Menara pendingin (cooling tower),
Cerobong pembakaran (flare stack), Alat/mesin bertekanan tinggi, Kendaraan
bermotor (Mukono, H.J., 2006)
2.2.1. Efek Kebisingan Terhadap Manusia
Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indera pendengaran dan akibat ini
telah diketahui dan diterima umum. (Gabriel,dr J.F. 1988)
Tabel 2.2 Jenis-jenis dari akibat-akibat kebisingan
Tipe Uraian
Kehilangan Pendengaran
Perubahan ambang batas sementara
akibat kebisingan,
Perubahan ambang batas permanent
akibat kebisingan
Akibat – akibat badaniah
Akibat – akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress
meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering.
Gangguan emosional
Kejengkelan, kebingungan
Akibat – akibat Psikologis
Gangguan gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
konsentrasi waktu bekerja,
memmbaca, dsb
Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan
mendengarkan TV, radio, percakapan,
telepon, dsb
Universitas Sumatera Utara
10. Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang menggangu (Irritating noise).
Intenstas tidak terlalu keras. Misalnya : mendengkur
2. Bising yang menutupi (Masking noise).
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung
biunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (daming/injurious noise).
Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak
atau menurunkan fungsi pendengaran.
Tabel 2.3 Tingkat Bising Rata-Rata yang Biasa (Typical)
(Beberapa Diukur pada Jarak Tertentu dari Sumber)
Sumber bising Tingkat bising (dB)
Detik arloji 20
Halaman tenang 30
Rumah tenang pada umumnya 42
Jalan pemukiman yang tenang 48
Kantor bisnis pribadi 50
Kantor lansekap 53
Kantor besar yang konvensional 60
Pembicaraan normal, 3 ft (90 cm) 62
Mobil penumpang di lalu-lintas kota, 20 ft (6 m) 70
Pabrik tenang 70
Mobil penumpang di jalan raya, 20 ft (6 m) 76
Pembicaraan keras, 3 ft (90 cm) 78
Pabrik yang bising 80
Mesin kantor, 3 ft (90 cm) 80
Ruang teletype surat kabar 80
Motor tempel 10-hp, 50 ft (15 m) 88
Lalu-lintas kota pada jam sibuk, 10 ft (3 m) 90
Jet besar lepas landas, 3.300 ft (1.000 m) 90
Motor sport atau truk, 30 ft (90 m) 94
Bedil riveting, 3 ft (90 cm) 100
Universitas Sumatera Utara
11. Mesin potong rumput berdaya, 10 ft (3 m) 105
Band music rock 113
Jet besar lepas landas, 500 ft (150 m) 115
Sirene 50-hp, 100 ft (30 m) 138
Roket ruang angkasa 175
(Sumber : Dolle, Leslie, 1993)
Tabel 2.4. Baku Mutu Kebisingan Peruntukan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-48/MENLH/11/1996
Peruntukan kawasan/lingkungan kegiatan Tingkat Kebisingan dB
a. Peruntukkan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang hijau terbuka 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar Udara*
- Stasiun kereta api*
- Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya 60
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Sumber : MenLH (2004)
Keterangan :
* disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Universitas Sumatera Utara
12. 2.2.2. Telinga Manusia
Fungsi telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari gelombang menjadi
sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Gambar 2.2 adalah diagram telinga
manusia. Telinga dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Di telinga luar, gelombang bunyi dari luar melambat sepanjang saluran
telinga ke gendang telinga (timpani), yang bergetar sebagai tanggapan terhadap gelombang
menimpanya. Telinga tengah terdiri dari tiga tulang kecil yang dikenal dengan nama martil,
landasan (incus), dan sanggurdi (stapes), yang memindahkan getaran gendang telinga
ketelinga dalam jendela oval. Telinga dalam terdiri dari saluran-saluran setengah lingkaran,
yang penting untuk mengendalikan keseimbangan, rumah siput yang berisi cairan, dimana
energi getaran dari gelombang bunyi diubah menjadi energi listrik dan dikirim ke otak.
(Giancoli, Douglas C., 2001)
Gambar 2.2. Diagram telinga manusia
Universitas Sumatera Utara
13. Pada manusia dewasa, rata-rata bervolume 1,04 ml dan panjangnya sekitar 2,7 cm.
Selaput timpani manusia berbentuk lonjong, dengan luas sekitar 66 mm2
, dan tebalnya 0,1
mm. Selaput ini meneruskan getaran molekul udara yang terdapat di dalam telinga luar ke
tulang-tulang kecil yang terdapat ditelinga tengah. Selaput timpani merupakan batas luar
telinga tengah. Telinga tengah terdiri dari ruangan yang disebut rongga timpani. Rongga ini
bervolume 1 ml dan bentuknya tidak teratur. Tulang-tulang kecil ditelinga tengah ini
memiliki fungsi yaitu untuk mengurangi jumlah energi yang diberikan ke dalam telinga
dalam pada tingkat bunyi tinggi. (Ackerman, Eugene, 1988)
2.2.3. Pengaruh Kebisingan pada Pendengaran Manusia
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi,
intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :
1. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh
kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi
karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
2. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan
kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang
pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila
pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara
akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu
pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap
individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing
individu.
Universitas Sumatera Utara
14. 3. Peningkatan ambang dengar menetap
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi
pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat
permanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetap
dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan
baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak
menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah
dilakukan pemeriksaan audiogram.
Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh
setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu
yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti
sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin
karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan
perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur
sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen.
Umumnya frekwensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara
3000 – 6000 Hz dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada
frekwensi 4000 Hz. Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada
tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar
ke frekuensi percakapan ( 500 – 2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian
karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
15. Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran manusia dapat dibagi atas 2 kategori
yaitu :
1. NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS )
NITTS terjadi pada pertama kali terpapar suara bising, yang akan mengalami berbagai
perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada
frekwensi tinggi (frekwensi 4000 Hz).
2. NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS )
Sekarang ini, sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat suara bising, dan
hal ini disebut dengan “ occupational hearing loss “ atau kehilangan pendengaran
karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri. Dikatakan bahwa
untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising
selama 10 – 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :
1. tingkat suara bising
2. kepekaan seseorang terhadap suara bising
NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat
dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila
sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah ( 2000 dan 3000 Hz ) keluhan akan
timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan
di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke frekuensi yang lebih rendah maka
akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang sangat lemah. Notch bermula pada
frekwensi 3000 – 6000 Hz, dan setelah beberapa waktu gambaran audiogram menjadi datar
pada frekwensi yang lebih tinggi. Kehilangan pendengaran pada frekwensi 4000 Hz akan
terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya menjadi
lebih lambat.
(Rambe, Dr. Andrina Yunita Murni. 2003)
Universitas Sumatera Utara
16. 2.3. Pesawat Terbang
Pesawat terbang atau pesawat udara adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfer
atau udara.
2.3.1. Bising Pesawat Terbang
Kebisingan atau suara-suara yang tidak diinginkan, dihasilkan dari lintasan pesawat terbang
yang melintasi udara diatas yang akan mengakibatkan gangguan perubahan tekanan pada
seorang pengamat yang ada di dalam pesawat atau pengamat yang ada dibawah. Sehingga
kondisi penerbangan tidak dapat dijaga kecuali jika udara dan aliran gas dapat dikendalikan
secara efisien. Ada banyak cara untuk menghasilkan kebisingan. Gangguan perubahan
tekanan yang merupakan hasil dari ketidakefisienan dalam keseluruhan sistem dan terjadi
sewaktu-waktu karena ada ketidaksinambungan dalam proses penanganan airflow, terutama
pada mesin, dimana sumber kekuatan meliputi perubahan yang besar terhadap tekanan dan
tempetatur. Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa airframe itu sendiri dapat juga menjadi
penghasil kebisingan, dimana susunannya akan digunakan pada saat akan terbang dan
mendarat, seperti pengereman saat mendarat dan perlengkapan untuk mengangkat pesawat
saat akan lepas landas (seperti pergerakan membentangkan dan mengatupkan sayap
pesawat) dimana keduanya akan menghasikan kekacauan yang besar.
Bagi komunitas yang ada dibawah landasan pesawat terbang, sumber kebisingan
dari airframe cukup normal pada fase mendarat, dimana sumber-sumbernya dapat dilihat
pada gambar 2.3. Untuk alasan ini, kebisingan airframe dianggap sebagai gangguan utama
pada kebisingan yang terjadi di pesawat terbang.
Universitas Sumatera Utara
17. Gambar 2.3. Masalah kebisingan Pesawat Terbang
Penyebaran kebisingan dari masing-masing bagian pesawat seperti mengembang,
mengatupnya sayap pesawat serta pengereman saat mendarat juga dirasakan dari dalam
pesawat. Peningkatan yang besar pada kebisingan dalam kabin akan dialami pada saat
pesawat akan melakukan pendaratan akhir. Hasil ini secara langsung berasal dari reaksi
airframe sehingga terjadi kekacauan yang dilakukan pada pengereman saat pendaratan dan
pengatupan sayap. Pada saat penerbangan dalam kondisi normal, dengan bagian bawah,
tidak melebarkan atau mengatupkan sayap pesawat, kebisingan dari airframe yang ‘bersih’
dipercayai akan didominasi oleh bagian sayap pesawat. Walaupun badan pesawat pada saat
melakukan daya angkat pada badan, hampir semua daya angkat (dan tarikan) akan
menyebakan kekacauan dan kebisingan) merupakan hasil dari struktur sayap dan ekor
pesawat.
Universitas Sumatera Utara
18. Sebaliknya, saat pesawat menanjak keatas, kebisingan yang dihasilkan pada batasan
lapisan badan pesawat menjadi semakin meningkat tajam pada bagian kabin penumpang.
Pada pesawat yang menggunakan kekuatan baling-baling turbo, biasanya sumber utama
dari kebisingan berasal dari bagian kabin, walaupun desain kabin yang kurang
manguntungkan dengan tekanan udara (pressurization/sistem pendingin udara) bisa
menjadi hal yang penting, sebagaimana kebisingan pada mesin yang juga terkena radiasi
melalui udara ke dinding kabin atau pengiriman getaran yang berasal dari struktur pesawat.
Bagi pengamat yang ada dibawah (daratan), kebisingan airframe mencapai tingkat tertinggi
selama proses pendaratan, dimana bagian yang terpenting adalah pada saat menambah daya
angkat dan menyebarkan proses pengereman pada kecepatan rendah saat melakukan
pendaratan dan pada saat menyentuh daratan akan meningkatkan kebisingan yang utama.
2.3.2. Sumber Bising Pesawat Terbang
Sumber bising utama pada pesawat terbang adalah:
a. Turbojet Engine Noise, yaitu kebisingan yang dikeluarkan dari pergerakan mesin
dan berakselerasi dengan udara luar melalui nozel.
b. Turbofan Engine Noise, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh kompresor dan
turbin,
c. Aerodynamic Noise, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh aliran udara di bawah
badan pesawat terbang, rongga-rongga pesawat, roda gigi pendaratan dan bagian
permukaan pesawat.
d. Propeller Aircraft Noise, yaitu kebisingan yang berasal dari kekuatan gas di turbin
atau dari kerja piston mesin pesawat.. (Smith, Michael J.T., 2004)
Universitas Sumatera Utara