SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
DONGENG
ASAL MULA RUMAH SIPUT
Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah
ditinggalkan induk burung di atas pohon.
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke
sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang
jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik,
bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku,
gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang
pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan
sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan
memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak
rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!!
siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan
mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput
ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai,
siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di
dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok
untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan
menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi
ASAL MULA GUNTUR
Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie,
seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini
selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah
membedakan mereka.
Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih
cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan
apapun.” Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia
bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras. Mendapatkan secawan air embun tentu tidak
mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman
kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya,
Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala segera menemui Guru Shie dan
memberikan hasil pekerjaannya.
Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun
itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. ” Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan
keningmu. Lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu menyebut
keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-layang seperti Rajawali. Indah sekali.
Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat
Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie. “Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap
mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari perak.
Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.
Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa. Ramasaur
segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan
permatanya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga
saat ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya “guntur”.
HIKAYAT
BURUNG CENDRAWASIH
AL-KISAH maka kata Sahibul Hikayat, adapun burung Cenderawasih itu burung kayangan dipelihara oleh dewa-dewa
kayangan. Amatlah indah rupanya bulunya bekilauan bersinar benar tiada tolok bandingannya. Siapa-siapa tengok burung
Cenderawasih rawanlah hatinya dan perasaannya tiada dapat terkira-kira lagi lakunya. Adapun asal kejadian burung
Cenderawasih amat indah ceritanya. Kerananya tatkala Tuhan menjadikan seekor burung daripada Nur Muhammad duduk di
atas Syajaratul Yaqin menilik akan rupa paras dirinya dihadapan Mir'atul Haya'. Maka tersangat hairanlah ia melihat keelokan
dirinya lalu bersyukurlah ia ke hadrat Allah Ta'ala dengan mengucap Alhamdulillah rabbil'alamin. Maka burung nur
Muhammad itu berpeluhlah ia oleh sangat hairannya akan keelokan rupanya. Lalu bertitikan peluhnya jadilah sekalian alam
ini dan segala isinya serta segala pendeta-pendeta dan sekalian arif-arif. Maka apabila sempurnalah sekalian alam ini Tuhan
pun lalu mengghaibkan burung Nur Muhammad itu. Hingga ghaiblah ia di dalam qindil mu'allaq. Setelah burung nur
Muhammad itu ghaib maka tinggallah bayangannya sahaja seperti terbang keliling 'Arasy; ia berzikir dan berdoa. Syahdan,
maka tersebutlah pula akan peluh yang antara dua pahanya bertitik di atas awan jadilah seekor burung cenderajinta ialah nur
betina yang jadi ini roh cenderawasih maka peluh dagunya bertitik menjadi burung bratacandra bayu yang ditunggang oleh
burung cenderawasih untuk terbang ke sana ke mari di atas kayangan. Maka akan peluh dadanya menjadi burung
cenderakasih ialah yang menjadi inang pengasuh dan menghantarkan makanan. Adapun makanan-makanannya daripada
bulatan awan dan embun jantan akan minumnya. Maka diceritakan orang adalah bulu burung cenderawasih yang hijau jatuh
ke bumi menjadi batu zamrud dan fairuz, yang merah jatuh ke bumi menjadi batu delima dan jika jatuh ke laut menjadi
marjan. Bulu yang putih menjadi intan berlian dab bulu yang hitam menjadi bau 'aiqiq' dan batu-batu permata yang lainnya.
Adapun isi perutnya jatuh ke bumi menjadi belalang dewa bulan buat ubat berbagai-bagai penyakit manusia dan binatang. Ini
dicampur ke dalam minyak kelapa hijau dan dibuat urut badan kita yang sakit. Belalang dewa boleh buat ubat perempuan
lepas bersalin dan melawaskan haidh. Adapun bulunya jika dipakai di atas kepala kita dan dibawa pergi ke mana-mana jadi
pengasih pelaris dan penunduk sekalian manusia. Isinya jika dimakan boleh sembuh penyakit-penyakit dalam badan. Otaknya
jika dimakan jadi cerdik dan bijak berbicara. Bulu ekor yang panjang itu jika dibuat gelang dipakai pada lengen kanan jika laki-
laki dan lengan kiri jika perempuan akan jadi hebat dan kuat badannya serta dikasihi orang. Maka siapa-siapa yang bertaruh
burung cenderawasih dirumahnya amatlah bertuah orang itu seperti mendapat segunung emas, sepadang intan berlian dan
selautan mutiara. Kuasanya bertambah, rezekinya murah hingga menjadi kaya raya dan dipandang mulia.
Telah tersebut cerita seorang tentera Islam masuk ke dalam negeri Rom dan dia takut kena tangkap tentera kafir dan
masuk penjara dia selama dua puluh tahun. Maka amatlah berdukacita kerana tidak dapat bersama anak isterinya. Pada
suatu malam dia sedang duduk berfikir keadaannya dan anak isterinya, tiba-tiba datang seekor burung di atas pagar penjara
dan membaca doa. Maka amatlah terperanjat tentera itu kerana seekor burung boleh baca doa dengan fasihnya.Maka dia
pun turut baca doa itu beberapa kali hinggan hafaz olehnya,Kemudian dia beramal dengan doa burung itu tiga malam
berturut-turut. Pada malam akhir sesudah beramal dengan doa burung itu dia pun tidak berapa lama kemudian ia tiba-tiba
sedar berada di rumahnya, maka sukarialah keluarganya. Wallahu'alam.
ORANG TUA YANG TINGGAL DIRUMAH TUMPANGAN
Mak suka bercerita. Pada pokok, pada bunga, pada kupu-kupu, pada hujan. Mak memang suka kalau ada orang nak dengar
mak bercerita. Macam-macam hikayat mak tahu dan ingat. Tapi hari ni mak nak bercerita Hikayat Rabiah. Mungkin Sop tak
pernah dengar. Sebab mak tak pernah ceritakan Sop. Marilah jumpa mak Sop. Dengar mak bercerita. Tak boleh? Ada banyak
masalah? Tak apalah Sop, mak faham. Berat mata memandang berat lagi bahu memikul. Mak tahu Usop pun susah. Sakit
sakit. Tak ada masa nak tengok mak. Mak faham Usop tak larat nak jumpa mak. Nak bergerak pun kadang payah. Takkanlah
boleh nak jenguk mak kat rumah ni. Mak tahu Usop banyak kerja. Banyak tanggungjawab. Tu semua memang penting Sop. Tu
semua kerja-kerja ada faedah. Jangan abaikan. Jangan sia-siakan. Mak faham sangat dan tak marah. Mak tak kisah Sop.
Kat rumah ni mak taklah sunyi sangat. Kawan-kawan ramai. Semua baik-baik. Tak baik pun mak tak kisah. Sebab mak faham
kenapa ada yang jadi cerewet. Kenapa ada yang selalu marah-marah. Kawan-kawan mak tu mungkin sedih. Rasa kehilangan.
Rasa diketepikan. Rasa tak dipedulikan. Orang yang kesepian memang manusia yang malang Sop. Kawan kat sini memang
ramai. Tapi tak sama dengan kesepian dalam diri. Boleh sakit jiwa tau Sop. Tapi mak faham, kawan-kawan mak tu mungkin
kerinduan. Atau rasa kesal menjadikan mereka manusia yang suka marah-marah. Tapi mak tak kisah Sop. Mak cuma nak hati
mak senang saja. Jadi mak taknak kisahkan tu semua. Kalau tak ada kawan nak bercakap dengan mak, mak boleh bercakap
dengan pokok. Dengan bunga. Dengan kupu-kupu. Dengan hujan. Mereka lebih mengerti Sop. Lebih memahami. Mak tak
kisah.
Lagipun, semenjak beberapa tahun ni, anak-anak sekolah selalu datang tengok mak dan kawan-kawan. Semua nak buat
persembahan. Kadang bagus. Kadang mak tak faham langsung. Tapi tak apalah. Mak layan saja. Diorang datang pun hati mak
dah senang. Ada mata tengok. Ada mata pandang. Ada mulut, mak pula yang bercerita kat diorang lepas tu. Hehehe. Mak
suka Sop. Suka bercerita.
Budak-budak sekolah ni selalu datang nak suap mak dan kawan-kawan makan. Nak hiburkan hati kita. Mak tak kisah. Mak
tahu ada yang suka. Ada yang baik. Ada yang menurut saja. Ada yang kena paksa. Tapi mak memang tak kisah. Mak tetap
suka bercerita kepada mereka. Kadang mak cerita pasal cerita jenaka yang mak selalu ceritakan kat Usop masa USop kecil-
kecil dulu. Cerita pasal Pak Kaduk menang sorak kampung tergadai. Cerita pasal Si Luncai terjun dengan labu-labunya. Cerita
pasal burung dara dengan tikus. Kadang cerita pasal kenapa gagak bulunya hitam. Atau kenapa ayam tak boleh terbang.
Terkekeh-kekeh budak-budak tu ketawa. Tapi ada juga yang bosan. Angkat kaki jalan. Mak memang tak kisah. Dah biasa. Mak
cerita juga. Ada budak-budak tu cakap mak gila. Suka cakap sorang-sorang. Samalah macam dulu di pasar Geylang di blok 2.
Tempat mak selalu lepak dulu. Tunggu Usop jenguk mak. Sementara tunggu Usop, mak suka merayap kat pasar dan bercerita.
Cerita pada tembok, pada bunga, pada semut, pada hujan. Tapi Usop tak sampai-sampai jenguk mak. Sampaikan orang kata
mak gila. Budak-budak ejek mak.Perempuan-perempuan jeling mak. Geli. Mak tak kisah Usop. Biarlah apa orang kata. Mak
tak kisah.
Kalau budak-budak sekolah kata mak gila, selalu cikgu dia marah bisik-bisik. Bagus jugalah Sop. Budak muda mesti nak kena
ajar. Nak lentur buluh dari rebungnya.Kadang diorang tak tahu bila nak bergurau, bila nak hormat orang. Kalau kecil-kecil tak
tahu nak hormat orang, dah besar apatah lagi. Macam mana nak jadi mak bapak? Macam mana nak jadi ketua? Mak harap
Usop ajar anak cucu Usop pandai hormat kat orang. Jadi macam Usop. Pandai hormat orang. Dan dihormati pula. Hormat tu
penting. Bukan pada orang saja. Juga pada pokok, pada bunga, pada semut, pada kupu-kupu, pada hujan. Kita pun kena
hormat pada ini semua Usop. Penting sekali. Nanti kena geruh, susah. Banyak pantang larang nak kena jaga. Kalau kita
hormat kat orang atau apa sahaja, kita akan selamat Sop. Senang cakap Sop, tak orang tak kita. Kalau kita masuk rumah orang
kena bagi salam Sop. Mana kita boleh terus masuk begitu saja. Mesti minta izin. Begitu juga dengan pokok, bunga, kupu-
kupu, semut, hujan. Kita mesti hormat pada alam.
Tapi memang susah budak-budak muda ni nak faham Sop. Bila diorang nampak mak bercerita pada bunga, pada pokok, pada
semut, pada kupu-kupu, pada hujan, mereka selalu ketawa. Selalu ejek mak. Tapi mak tak kisah. Selalu mak panggil budak-
budak tu. Biar diorang ikut dengar mak bercerita. Bila dah banyak cerita kisah jenaka, kisah dulu-dulu kepada budak-budak
sekolah tu, mak selalu tak sengaja bercerita tentang diri mak. Sejarah mak. Tak sangka ada pula Hikayat Rabiah. Memang
seronok cerita pasal Hikayat Rabiah ni. Samalah macam Hikayat Panji Semirang. Panji Semirang kehilangan ibunya sebab kena
racun Paduka Liku. Atau Hikayat Inderaputera yang mempunyai permaisuri yang mandul. Malang sungguh seorang
perempuan kalau menjadi mandul. Mak tahu Sop. Mak sangat memahami kesedihan permaisuri Raja Syahian.
Tapi tu Hikayat lama. Hikayat Rabiah lebih malang. Samalah macam hikayat Si Miskin. Si Miskin suami isteri kena buang dari
kayangan ke dunia oleh Betara Indera. Hidup mereka miskin merempat. Setelah dapat putera Marakarma dan Nila Kesuma, Si
miskin jadi kaya-raya dan berkerajaan. Tapi Si Miskin lupa daratan. Si miskin buang kedua-dua putera kerana hasutan orang.
Si Miskin takut anak-anaknya boleh membawa kebinasaan kerajaannya. Akhirnya Si Miskin jadi miskin semula. Papa kedana.
Haiz.. Hikayat Rabiah lebih malang Sop. Mak asal memang orang miskin. Bapak cuma nelayan. Ibu mak meninggal dunia
kerana busung perut waktu adik-adik mak masih kecil. Kami lapan orang semuanya. Mak sebagai anak perempuan sulung
rasa bertanggung jawab. Mak uruskan makan pakai adik-adik. Mak jaga adik-adik. Sebab tu orang cakap mak garang. Siapa
yang berani ganggu adik-adik mak, mak lawan. Mak sanggup bergaduh. Mak macam Siti Zubaidah pergi berperang. Macam
Srikandi nak mempertahankan keluarganya. Atau macam Bujang Selamat yang mampu menepis sebarang serangan. Mak tak
kisah orang anggap mak kaki gaduh. Asalkan orang tak boleh suka-suka jentik adik-adik mak. Mak juga senang hati adik-adik
lelaki mak pergi sekolah. Jadi orang pandai. Ada ilmu. Adik-adik perempuan tak payah pergi sekolah. Tapi mak ajar diorang
ilmu keluarga. Memasak, mengemas dan menjaga diri. Mak tak kisah kalau orang panggil mak anak dara tua. Kalau mak tak
tahan, mak ganyang saja mulut orang-orang yang ejek mak macam tu. Mak rasa biarlah mak berkorban untuk keluarga. Untuk
adik-adik mak. Memang susah hidup mak sekeluarga Sop. Susah.
Tapi orang kata takdir Tuhan itu tak mampu kita duga. Macam Tuan Puteri China bertemu jodoh dengan anak raja Rom.
Walaupun garuda cuba menghalang, takdir Tuhan adalah segalanya. Sop, masih ada yang sudi melamar mak walaupun mak
digelar anak dara tua. Yang melamar pun bukan calang-calang orang. Orang kaya Sop. Tuan Haji lagi. Punya tanah luas, rumah
besar berhalaman. Semua orang hormatkan Tuan Haji. Walaupun Tuan Haji duda tua, mak terima Sop. Mak tak kisah. Mak
turut cakap bapak. Demi membantu keluarga mak juga Sop. Kalau mak senang, tentu adik-adik mak senang.
Tuan Haji memang baik Sop. Tuan Haji layan mak dengan baik. Tuan Haji ajar mak ilmu agama yang banyak mak tak pasti. Tak
amalkan. Sebab selama ni ibu mak tak ada nak bimbing mak dan adik-adik. Bapak pula selalu ke laut. Mak rasa kesal Sop, tak
dapat ajar adik-adik ilmu agama dengan mendalam. Tapi belum terlambat Sop. Mak rasakan Tuan Haji ni memang
penyelamat. Macam Malim Dewa. Pilih isteri dan menyelamatkan isteri. Sungguh mulia jiwanya. Tuan Haji pimpin mak ke
jalan yang benar. Mak pimpin adik-adik mak ke jalan yang benar juga. Walaupun begitu, takdir masih tak menyebelahi mak.
Kekayaan tak dapat memberi seratus peratus kebahagiaan. Mak tak ada anak Sop. Tak tahulah siapa yang mandul. Tetapi
memang mak tak pernah dapat menjadi ibu. Setiap malam mak menangis. Tuan Haji memang baik. Dia beritahu mak, jangan
putus asa. Kami masih boleh bahagia dengan mengambil anak-anak angkat. Waktu tu mak rasa kalaulah mak dapat anak dari
buluh betung, atau dapat anak dari buih, memang mak nak pelihara baik-baik. Biar jadi orang terkenal dan berjaya. Dan
apabila mak dapat jaga Usop yang yatim piatu, mak bahagia sangat. Rasanya dunia ni memang penuh kebahagiaan. Mak rasa
lengkap sudah diri dan keluarga. Mak ambil lagi beberapa budak-budak anak yatim. Semuanya mak sayang. Semuanya mak
ceritakan kisah-kisah hikayat. Kisah-kisah teladan. Mak rasa banyak sudah nasihat dan panduan hidup mak berikan kepada
anak-anak mak melalui cerita-cerita tu. Cerita–cerita yang mak warisi daripada datuk mak.
Orang kata, dosa-dosa lalu akan selalu menghantui kita. Orang kata, buat baik dibalas baik. Buat jahat dibalas jahat. Memang
mak pernah buat salah. Mak manusia juga Sop. Mak pernah bersalah pada adik ipar mak, Mak Ilah. Mak caci maki dia. Mak
hamun dia. Mak pukul muka dia dengan selipar. Sebab adik ipar mak tu orang kampung miskin dari seberang. Mak sangka dia
jahat. Mak sangka dia sengaja nak gunakan pakcik Hisam. Mak sangka dia bolot duit pakcik Hisam hantar balik kampung.
Susah payah mak besarkan pakcik Hisam, takkan senang-senang saja dia hantar duit pakcik Hisam balik kampung dia? Beli
tanah kat kampung. Beli rumah kat kampung. Waktu adik-adik mak yang lain nak minta tolong pakcik Hisam, Pakcik Hisam tak
ada duit. Pasal apa? Pasal duit semua dah hantar kampung. Marahlah mak. Sebab mak rasa mesti ada sikap tolong-menolong
adik beradik. Tak boleh sombong kalau dah mewah.
Waktu mak marah dan mengamuk tu, mak bukan marah adik ipar mak saja. Mak sumpah seranah anak-anak dia juga. Anak-
anak saudara mak juga. Mak kata anak-anak perempuan dia yang ramai tu akan menyundal. Jual maruah. Sebab mak diorang
tak punya maruah ambil harta pakcik Hisam. Suami dia. Mengalir air mata Mak Ilah. Dia tak melawan Sop. Dia pasrah kena
maki hamun dan kena pukul dengan selipar. Mak rasa diri mak ni macam Sang Boma. Ingat tak Hikayat Sang Boma yang mak
selalu cerita dulu? Sang Boma kejam dan mahu memiliki semuanya. Sang Boma ingat kuasa adalah segala-galanya. Mak
memang tak faham keadaan Mak Ilah waktu tu. Mak tak dapat rasa kesedihan Mak Ilah. Sebab mak tak punya anak Sop. Mak
tak tahu susahnya membesarkan anak-anak perempuan. Mak tak pernah rasa sakit nak bersalin. Mak tak pernah dapat
merasakan naluri keibuan. Mak cemburu pada Mak Ilah yang mampu melahirkan. Mak rasa Tuhan kejam. Zalim. Tapi
sebenarnya Sop, maklah yang lebih zalim. Mak sanggup memfitnah orang yang tak bersalah.
Memang mak silap Sop. Mak sangka mereka mewah. Mak sangka Pakcik Hisam banyak dapat duit pencen. Rupanya mereka
pun susah. Anak-anak banyak nak pakai duit untuk sekolah. Diorang berniaga makanan pun gulung tikar. Selepas tu diorang
laki bini kerja sapu sampah flet HDB. Anak-anak pun ikut sapu sampah, hantar surat khabar. Duit hasil sapu sampahlah
mereka dapat beli tanah dua ekar. Dapat beli rumah teres setingkat. Waktu mak tahu tu semua, mak jadi malu. Sebab mak
tuduh diorang macam-macam. Tapi mak malu nak minta maaf. Sebab mak rasa pangkat mak tinggi. Mak duduk di rumah
besar berhalaman. Semua orang hormat pada mak. Mak tak perlu minta maaf. Mereka mesti faham kan?
Dulu datuk mak selalu kata. Hidup kita macam roda. Sekejap di bawah. Sekejap di atas. Sekejap di bawah balik. Dulu mak tak
faham. Sekarang memang mak benar-benar faham. Orang tua memang banyak makan garam. Nasihat orang tua patut kita
ikut. Buat panduan. Barulah hidup kita selamat Sop. Tapi waktu mak berada di atas tu, mak lupa diri Sop. Mak rasakan mak
dah memiliki segala-galanya. Tapi ingat tak Sop waktu Tuan Haji meninggal dunia? Mak rasa kehilangan sangat. Mak rindukan
seorang teman, penasihat, suami yang penyayang. Mak menangis siang malam. Tapi semua orang kata mak nak bolot harta
Tuan Haji seorang. Padahal diorang yang nak bolot harta Tuan Haji. Tuan Haji memang tak punya anak daripada perkahwinan
pertamanya. Dengan mak pun kami tak ada anak. Mak tak punya anak lelaki untuk menyekat harta Tuan Haji dibahagikan
kepada keluarga Tuan Haji ikut hukum faraid.
Mak pasrah Sop. Usop dan adik-adik pun sudah besar waktu tu. Sudah berpelajaran dan berkeluarga. Walaupun mak seboleh-
boleh cuba nak simpan kenangan terakhir Tuan Haji, mak terpaksa juga jual rumah besar dan tanah itu. Mak jatuh sakit Sop.
Mak kena santau. Tak tahulah buatan siapa. Mungkin ada yang marah mak tak nak jual rumah, tanah dan bahagi-bahagikan
harta tu. Dengan berat hati, mak jual rumah dan tanah. Semuanya dibahagi-bahagikan. Anak-anak angkat mak pun mak
berikan bahagian mak. Biarlah semua orang senang hati. Semua orang bahagia. Mak pun sihat sedikit. Mak tak kisah Sop.
Bukankah mak memang selalu berkongsi kebahagiaan?
Dengan duit yang tinggal sedikit itulah mak beli rumah di blok 2 Geylang Serai. Adik mak yang bongsu, pakcik Halim yang
suruh. Mak tinggal seorang diri di rumah flet 2 bilik tu. Hilang semua rasa gah tinggal di rumah besar berhalaman. Mak rasa
sepi sangat. Terlalu sepi Sop. Masa-masa sendirian itulah yang buat mak ingin bercakap. Bercerita pada apa sahaja. Dan mak
memang selalu ada di pasar Geylang. Di tepi tembok merah. Di tepi jualan longgok. Atau kadang mak jalan-jalan di Joo Chiat.
Tengok kain-kain. Cakap-cakap pada kain. Cakap-cakap pada orang yang lalu lalang. Mak rasa terhibur Sop. Macam Puteri
Bongsu yang sakit hati Malim Deman mengkhianatinya. Puteri Bongsu menyanyi dan menghiburkan hati sendiri lalu merajuk
membawa diri ke kayangan. Tapi mak tak dapat beli kayangan Sop. Mak cuma dapat beli rumah flet dua bilik di Gelang Serai.
Hari yang paling menyakiti perasaan mak adalah hari rumah mak dijual oleh Pakcik Halim. Pakcik Halim jual rumah tanpa
pengetahuan mak. Mak memang bodoh Sop. Mak tak pergi sekolah. Mak tak tahu pun yang nama mak tak ada dalam rumah
flet Geylang ni. Tahu-tahu mak disuruh keluar. Bungkus kain baju. Pakcik Halim halau mak. Adik mak sendiri! Mak nak ke
mana Sop? Mak nak ke mana? Mak tak sangka adik mak sanggup halau kakaknya sendiri. Cuma kerana nak duit. Nakkan hasil
rumah tu, Pakcik Halim sanggup halau kakak yang jaga dia semenjak kecil. Mak rasa diri mak ni macam Lebai Malang. Lepas
satu, satu masalah menimpa. Tapi mak tahu mak masih ada adik-adik yang lain. Mak menumpang rumah adik-adik dari satu
rumah ke satu rumah. Mak dah jadi macam anak raja berkelana. Mengembara tapi tak bertujuan. Kalau anak-anak raja keluar
mengembara pasti ada tujuan dan matlamat. Nak cari isteri, nak cari ubat, nak dapatkan semula istana dan kerajaan.
Semuanya berakhir dengan kebahagiaan. Tapi dalam Hikayat Rabiah, mak tahu mak tak boleh dapatkan semula rumah besar
dan tanah mak. Mak tak boleh dapatkan semula harta Tuan Haji. Mak tak boleh lagi membeli kasih sayang anak-anak angkat
mak. Mak tak punya apa-apa lagi Sop.
Mak sangka masih ada keluarga yang dapat membela mak. Tapi mak silap Sop. Dari satu rumah adik ke satu rumah, mak tak
selesa. Anak-anak saudara mak tak suka mak di situ. Mak pengotor katanya. Kencing bersepah. Main tahi. Mulut tak berhenti
bercakap. Bising. Orang di rumah selalu kecoh. Bergaduh. Mak rasa maklah puncanya. Semua orang melepaskan perasaan
kesal dan marah. Mak pula selalu sakit-sakit. Selalu jatuh pengsan. Pernah, habis 8 batang gigi mak pecah sebab mak jatuh
tersembam. Di rumah Mak Andak, mak jatuh sampai patah tangan. Di rumah Misah, mak jatuh di bilik air sampai terhantuk
kepala pengsan. Mak akhirnya diajak tinggal di rumah Mak Ilah. Mak buang rasa malu. Walaupun mak pernah bergaduh
dengan Mak Ilah, Mak Ilah baik pada mak. Dia tak berdendam. Mak Ilah selalu urut badan mak dan beri mak makan makanan
yang berkhasiat. Mendengar mak bercerita. Mak rasakan Mak Ilah macam Puteri Gonda Gentasari yang menjaga Anggun Che
Tunggal dengan baik. Mak pun memang macam Anggun Che Tunggal, seorang diri. Tak punya suami, tak punya anak. Tapi
mak di rumah Mak Ilah tak lama Sop. Dua tahun sahaja. Adik-adik mak yang lain tak suka mak tinggal di situ. Kata diorang,
Mak Ilah nak rebut harta mak. Sebab tu Mak Ilah buat baik pada mak. Mak tak punya harta sebanyak mana pun Sop. Cuma
tinggal barang kemas sebemban. Cukuplah buat hari tua mak. Adik-adik mak bawa mak tinggal dengan diorang. Sekali lagi,
mak rasa sedih sangat. Dapat rasakan diri mak ni terasing. Tak dipedulikan walaupun tinggal sebumbung.
Hidup mak berubah lagi selepas kemalangan tu Sop. Mak jatuh lagi di bilik air. Masuk hospital. Koma. Perbelanjaan hospital
mak tinggi. Pakcik Hisam dan Mak Ilah yang bantu. Diorang nak ambil mak tetapi tak dapat beri rawatan sempurna pada mak.
Pakcik Hisam dan Mak Ilah nak tinggal di seberang. Anak-anak diorang dah besar dan berkeluarga. Diorang nak jalani usia tua
di seberang. Lebih tenang kata diorang. Apabila mak dah beransur baik, diorang ajak mak ikut sekali. Tapi mak tak mahu. Mak
tak nak ke mana-mana. Mak nak tinggal di sini. Banyak kenangan di sini. Anak-anak Mak Ilah kata, mereka tak boleh bawa
mak. Sebab mak perlukan rawatan doktor. Setelah pakat ramai-ramai, mereka buat keputusan hantar mak ke rumah ni.
Sebab mak perlukan rawatan 24jam. Doktor ada, jururawat pun ada. Kebajikan mak terjaga. Mereka akan bayar kos
penginapan mak di rumah ni. Dan mereka janji akan lawat mak selalu.
Mula-mula mak rasa sedih sangat. Kehidupan memang semacam roda. Tak pernah mak sangka akan berakhir di rumah ni.
Rabiah yang dahulu miskin kemudian kaya menjadi penghuni rumah jagaan warga tua. Rabiah yang dahulu garang dan
melawan, sekarang macam daun layu ditiup angin. Tapi mak masih senang hati Sop. Anak-anak Mak Ilah masih datang
melawat mak. Pakcik Hisam dan Mak Ilah pun datang kalau ada di sini. Mak cuma lebih sedih mengenang Usop dan adik-adik.
Kenapa Usop tak jenguk mak? Mak rindu nak bercerita pada Usop. Mak rindu nak belai rambut Usop. Kenapa Sop tak datang
Sop? Kenapa?
Mak tak kisah. Mak memang tak kisah. Tak apalah kalau Sop tak nak bawa mak. Tak apalah kalau Sop tak mengaku mak. Mak
tahu Sop ada tanggungjawab. Ada anak, ada isteri, ada cucu pun dah. Usop ada kerjaya. Mak dengar nama Usop terkenal.
Cikgu Yusof. Hebat orangnya. Tinggi ilmunya. Banyak sumbangannya. Macam Awang Sulung Merah Muda. Walau anak yatim
piatu, Awang pandai membawa diri. Pandai serba-serbi ilmu. Tapi mak bukan macam Batin Alam yang mendera Awang
Sulung semasa dalam jagaannya. Mak sayangkan Usop macam anak mak sendiri. Macam menatang minyak yang penuh.
Macam Awang, Usop akhirnya terkenal dan berjaya. Lega hati mak. Terasa bangga juga pernah membela Usop sampai jadi
orang. Tak mengapa Usop tak ingat kat mak. Mak ni siapalah Sop. Tapi mak tak kisah Sop. Mak senang Usop bahagia. Mak
suka Usop berjaya. Adik-adik Sop pun berjaya. Alhamdulillah Sop.
Mak tahu mak tak punya siapa-siapa lagi. Siapalah yang nak ambil mak. Mak orang tua. Selalu lupa-lupa. Suka bising-bising.
Kerap sakit sakit. Banyak cakap. Asyik terkencing, terberak. Nak kena jaga selalu. Nak kena bagi ubat selalu. Siapa yang
hendak ambil orang tua macam mak. Sekarang pun, buku lali mak selalu sejuk. Kadang rasa macam ada elektrik.
Srupp...sruppp... naik ke betis, ke peha. Kadang rasa bergetar kaki mak. Tak tahu kenapa. Sekarang dah naik ke perut. Rasa
sakit yang susah nak gambarkan. Dada pun sakit macam ditusuk-tusuk. Agaknya macam inilah rasanya sakit terkena tikaman
lembing Tuan Puteri Dayang Nuramah. Bisa. Orang kata, bisanya akan naik ke leher. Kemudian ke ubun-ubun. Dan pada
waktu tu, mak mungkin dah tiada lagi. Dah di bawa ke alam ghaib. Harap-harap dapat ke kayangan. Ke syurga. Indah belaka.
Cerita-cerita lipur lara dapat mengubat hati yang rawan. Hati yang sedih. Sebab itulah semuanya berakhir dengan
kebahagiaan. Mungkin mak akan berhenti bercerita tak lama lagi. Mungkin Hikayat Rabiah akan berhenti di sini. Namun
alangkah...alangkah baiknya Hikayat Rabiah berakhir dengan kebahagiaan. Usop datanglah Sop. Mak nak rasa belaian Usop
sebagaimana mak belai waktu Usop sakit dulu. Mak nak dengar usop nyanyikan mak lagu yang selalu mak dodoikan Usop
masa kecil. Usop, datanglah Sop. Dodoikan mak. Mak nak tidur Sop. Mak nak tidur dalam pelukan Sop. Hikayat Rabiah akan
berakhir Sop...Datanglah Sop...
.......................................................................
Cikgu Yusuf mematikan kaset radio itu. Matanya bergenang air jernih yang kemudian jatuh berlinangan. Air matanya jatuh
menitis pada kertas tugasan yang dihasilkan pelajarnya. Nota yang terselit pada kaset itu dibacanya.
FABEL
KUCING DAN BERUANG
Pada zaman dahulu kala nenek moyang kucing dan beruang adalah dua sahabat karib yang selalu berbagi, kemana-mana
mereka selalu bersama sampai pada suatu ketika beruang mengutarakan maksudnya untuk belajar memanjat kepada kucing
kucingpun menyanggupi permintaan beruang dan mencari pohon tinggi untuk beruang. wang ini loh pohon yang cocok untuk
kamu belajar memanjat “kata kucing”. sembarang aja cing, yang penting aku bisa memanjat “kata beruang”.
lau kucingpun memberi contoh kepada beruang cara memanjat pohon tersebut, yang penting kuku-kukumu kuat
mencengkeram batang pohon ini kau akan bisa memanjat pohon ini wang “kata kucing”.
cukup teorinya cing sekarang kamu turun biar aku yang memanjat’ kata beruang”. kucingpun segera turun.
beruangpun segera memanjat pohon dan ternyata dengan gampangnya ia dapat mencapai puncak pohon tersebut. tetapi
sesampai diatas ia bingung untuk turun dan berkata “cing gimana cara turunnya “kata beruang”.
belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba terlihat sosok serigala yang siap memangsa kucing dari balik rimbunan semak
belukar, kucingpun segera berlari meninggalkan beruang yang kebingungan.
merasa dikerjai kucing beruang pun marah dan berkata ” awas kamu cing, ngak ku maafkan, kamu akan kukoyak-koyak dan
kotoranmu pun bahkan akan kumakan cing. dan beruang pun turun dengan menjatuh kan dirinya sambil tetap memeluk
pohon.
oleh sebab itu sampai dengan sekarang bila kucing buang kotoran di tanah akan membuat lubang dan menutupnya kembali,
agar tak dimakan beruang.
sedangkan beruang bisa memanjat pohon tetapi ketika turun ia akan memerosotkan badannya kebawah.
LABA-LABA, KELINCI DAN SANG BULAN
Sang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak kejadian di dunia dan juga melihat banyak ketakutan yang
dialami oleh manusia. Untuk membuat manusia menjadi tidak takut, sang bulan berupaya mengirimkan pesan kepada
manusia melalui temannya sang laba-laba yang baik hati.
“Hai sang laba-laba, manusia di bumi sangatlah takut untuk mati dan hal itu membuat mereka menjadi sangat sedih. Cobalah
tenangkan manusia-manusia itu bahwa cepat atau lambat manusia pasti akan mati, sehingga tidak perlu mereka untuk
merasa sedih”, seru sang Bulan kepada temannya sang laba-laba.
Dengan perlahan-lahan sang laba-laba turun kembali ke bumi, dan dengan sangat hati-hati ia meniti jalan turun melalui
untaian sinar bulan dan sinar matahari. Di perjalannnya turun ke bumi, sang laba-laba bertemu dengan si kelinci.
“Hendak kemanakah engkau hai sang laba-laba ?” tanya si kelinci penuh rasa ingin tahu. “Aku sedang menuju bumi untuk
memberitahukan manusia-manusia pesan dari temanku sang Bulan” sahut sang laba-laba menjelaskan. “oohh perjalananmu
sangatlah jauh wahai sang laba-laba. Bagaimana jika kamu memberitahukan pesan sang Bulan kepadaku dan aku akan
membantumu memberitahukan kepada manuisa-manusia itu” seru si kelinci. “hemm.. baiklah, aku akan memberitahukan
pesan dari sang Bulan kepadamu.” jawab sang laba-laba. “Sang Bulan ingin memberitahukan manusia-manusia di bumi
bahwa mereka akan cepat atau lambat mati ………” lanjut sang laba-laba.
Belum habis sang laba-laba menjelaskan, si kelinci sudah meloncat pergi sambil menghapalkan pesan sang laba-laba. ” Yah,
beritahukan manusia bahwa mereka semua akan mati” serunya sambil meloncat-loncat dengan cepatnya. Sang Kelinci
memberitahukan manusia pesan yang diterimanya. Manusia menjadi sangat sedih dan ketakutan.
Sang laba-laba segera kembali kepada sang Bulan dan memberitahukan apa yang terjadi. Sang bulan sangat kecewa dengan si
kelinci, dan ketika si kelinci kembali sang bulan mengutuk si kelinci karena telah lalai mendengarkan pesan sang Bulan dengan
lengkap.
Karena itu sampai saat ini si kelinci tidak dapat bersuara lagi. Bagaimana dengan sang laba-laba? Sang bulan menugaskan
sang laba-laba untuk terus menyampaikan pesan kepada manusia-manusia di bumi tanpa boleh menitipkan pesannya kepada
siapapun yang dijumpainya. Oleh karena itu sampai pada saat ini kita masih dapat melihat sang laba-laba dengan tekunnya
merajut pesan sang bulan di pojok-pojok ruangan. Namun berapa banyakkah dari kita manusia yang telah melihat pesan sang
Bulan tersebut?
MITOS
ALADIN DAN LAMPU AJAIB
Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan ibunya. Mereka hidup dalam
kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia
adalah saudara laki-laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Perjalanan yang mereka tempuh
sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk
berhenti sejenak, pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan. Aladin
lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya
sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak”,
teriak pamannya. Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah menjadi
retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar pamanku? Atau dia hanya
seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?” “Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di
dasar gua itu”, suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah
ini, cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai turun kebawah. Di dasar gua tersebut Aladin
menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin.
Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan menjebaknya. “Cepat
Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya. “Tidak, aku tidak akan memberikan lampu ini, sebelum aku sampai di
atas”,jawab Aladin. Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir itu ingin sekali
memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan
dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah
Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan,
naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan
rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu". Aladin menceritakan semua hal
yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini adalah
lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu
keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak. Taklama kemudian ibunya terkejut,karena hidangan yang
sangat lezat sudah tersedia di depan mata. Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya.
Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri
putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata
kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti
seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di
rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya
menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya".
Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan
anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta
pernikahan.
Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin
dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan
lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu
baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri
Aladin ke rumahnya. Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu teringat
dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin
cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau
begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin. "Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin
lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin.
Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir
itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya
yang penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir terbangun, lalu
menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin
lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia
mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
UCAPAN AJAIB DARI PERI
Dahulu, ada seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Anak yang sulung angkuh dan pemarah seperti ibunya,
sedangkan yang bungsu manis dan lemah lembut. Sang ibu sangat memanjakan anaksulung nya yang memiliki sifat yang
mirip dengannya, dan memperlakukan si bungsu dengan sangat buruk. Si bungsu disuruhnya melakukan hamper semua
pekerjaan di rumah. Salah satu dari tugas si bungsu yang malang adalah berjalan kaki 1 kilometer jauhnya ke sebuah mata air
dan membawa pulang air dalam sebuah ember besar. Pada suatu hari saat si bungsu sedang mengambil air di mata air,
seorang wanita tua datang dan meminta air untuk minum. “Tunggu sebentar, akan kuambilkan air yang bersih untuk Ibu,”
kata si bungsu kepada wanita tua itu. Diambilnya air yang paling jernih dan bersih, lalu diberikannya kepada wanita tua itu
dengan menggunakan teko air agar dapat dengan mudah diminum. Wanita tua yang sebenarnya adalah seorang peri itu
berkata, “Kamu sangat sopan dan suka menolong, jadi akan kuberikan keajaiban untukmu. Setiap kata yang kamu ucapkan
akan mengeluarkan sekuntum bunga, batu permata, dan mutiara dari mulutmu.” Si bungsu tidak mengerti maksud wanita
tua itu. Ia hanya tersenyum lalu berpamitan dan berjalan pulang. Sesampainya di rumah, ibunya memarahinya karena terlalu
lama membawakan air. Si bungsu meminta maaf kepada ibunya dan menceritakan kejadian yang dia alami, bahwa ia
menolong seorang wanita tua yang kemudian memberinya keajaiban. Selama si bungsu bercerita, bunga-bunga, batu
permata dan mutiara terus berjatuhan keluar dari mulutnya. “Kalau begitu, aku harus menyuruh kakakmu pergi kesana.” Kata
sang ibu. Lalu disuruhnya si sulung untuk pergi ke mata air dan apabila bertemu dengan seorang wanita tua, disuruhnya si
sulung untuk bersikap baik dan menolongnya. Si sulung yang malas tidak mau pergi berjalan kaki sejauh itu. Namun dengan
tegas, ibunya menyuruhnya pergi, “Pergi kesana sekarang juga!!!” sambil menyelipkan wadah air dari perak ke dalam tas si
sulung. Sambil menggerutu si sulung berjalan menuju mata air. Saat tiba disana, ia berjumpa dengan wanita tua itu. Tapi kali
ini wanita tua itu berpakaian indah bagaikan seorang ratu. Lalu, wanita tua itu meminta minum kepada si sulung.
“Apa kamu kira aku datang sejauh ini hanya untuk memberimu minum? Dan jangan pikir kamu bisa minum dari wadah air
perakku. Kalau mau minum ambil saja sendiri di mata air itu!” kata si sulung kepada wanita tua itu. Karena sikapnya yang
kasar, wanita tua yang sebenarnya seorang peri itu mengutuknya. “Untuk setiap kata yang kamu ucapkan, seekor katak atau
ular akan berjatuhan keluar dari mulutmu!” Saat tiba di rumah, si sulung menceritakan apa yang dialaminya kepada ibunya.
Saat bercerita, beberapa ekor ular dan katak berjatuhan keluar dari mulutnya. “Astaga!”, teriak ibunya jijik. “Ini semua gara-
gara adikmu. Di mana dia?” Sang ibu lalu pergi mencari si bungsu. Karena ketakutan, si bungsu lalu lari dan bersembunyi di
hutan. Seorang Pangeran yang sedang berburu terkejut melihat seorang gadis yang sedang menangis sendirian di hutan.
Ketika Pangeran itu bertanya, dengan tersedu-sedu si bungsu menceritakan apa yang terjadi. Saat bercerita, bunga-bunga,
mutiara serta batu permata pun berjatuhan dari mulutnya. Pangeran jatuh hati kepada gadis yang baik itu. Dan Pangeran juga
tahu ayahnya tidak akan keberatan mendapatkan seorang menantu yang baik seperti itu, apalagi dengan mutiara serta batu
permata yang terus dihasilkannya. Maka Pangeran pun membawa si bungsu ke istana, lalu mereka menikah dan hidup
berbahagia. Sementara itu di rumah, sikap si sulung menjadi semakin memuakkan, dan ia pun terus menerus mengeluarkan
katak serta ular dari mulutnya, sampai-sampai ibunya pun mengusirnya dari rumah. Karena ia tidak tahu harus kemana dan
tidak ada seorangpun yang mau menampungnya karena sifatnya yang buruk, ditambah dengan katak-katak dan ular-ular
yang terus keluar dari mulutnya, maka akhirnya ia pun tinggal sendirian di tengah hutan.
LEGENDA
BUKIT MERAH
Dulu, Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak
terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu. Raja kemudian memerintahkan
penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan
itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu. Di tengah
kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.
“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”
“Katakanlah!”
“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”
“Apa maksudmu?”
Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan,
kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu
kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk. Raja kemudian memerintahkan
Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam
pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja.
“Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka
kecil,” katanya dalam hati.
Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakan si anak
kecil. Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka
mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam
pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu. Si anak
pun diberi hadiah oleh Raja.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.
Orang-orang bersuka cita.
Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.
“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”
“Maksudmu?”
“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”
Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu. Sang Panglima mendatangi rumah anak
kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh
tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah.
PULAU HANTU
Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang lain. Pada suatu hari, mereka
bertemu di perairan sebelah selatan Singapura.
Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah.
Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.
Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu
mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-
masing, mereka bertarung di atas air.
“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…”
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek
Jin Laut.
Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat
melihat dengan jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari
sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.
Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi
ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar
roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu
menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu.

More Related Content

What's hot

Cerita rakyat legenda aryo menak
Cerita rakyat legenda aryo menakCerita rakyat legenda aryo menak
Cerita rakyat legenda aryo menakResdianto
 
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuh
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuhDongeng kancil, gajah dan langit runtuh
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuhsmustika
 
Anak gajah terjatuh ke dalam lubang
Anak gajah terjatuh ke dalam lubangAnak gajah terjatuh ke dalam lubang
Anak gajah terjatuh ke dalam lubangNor Zura
 
Kumpulan ceritadongenganak2
Kumpulan ceritadongenganak2Kumpulan ceritadongenganak2
Kumpulan ceritadongenganak2Azahra2010
 
Legenda ikan patin
Legenda ikan patinLegenda ikan patin
Legenda ikan patinEvelyn Hong
 
cerita "semut dan belalang"
cerita "semut dan belalang"cerita "semut dan belalang"
cerita "semut dan belalang"Nur Wajdii
 
Dongeng putri salju dan 7 kurcaci
Dongeng putri salju dan 7 kurcaciDongeng putri salju dan 7 kurcaci
Dongeng putri salju dan 7 kurcacimohammad aminuddin
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteFelix net
 
Cerita anak bergambar
Cerita anak bergambarCerita anak bergambar
Cerita anak bergambarYanz Smangat
 
Dongeng sikancil kena batunya
Dongeng sikancil kena batunyaDongeng sikancil kena batunya
Dongeng sikancil kena batunyaHerawati93
 
Cerita pendek kelinci dan kura
Cerita pendek kelinci dan kuraCerita pendek kelinci dan kura
Cerita pendek kelinci dan kuraEffiyaldi Yaldi
 
Cerita rakyat nusantara 1
Cerita rakyat nusantara 1Cerita rakyat nusantara 1
Cerita rakyat nusantara 1Yasir Partomo
 
Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur tammi prastowo
 
Cerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurCerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurEdy Sujiyono
 
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX Contoh Macam-macam Teks Kelas IX
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX Felix net
 

What's hot (20)

Dongeng kisah cinderella
Dongeng kisah cinderellaDongeng kisah cinderella
Dongeng kisah cinderella
 
Cerita rakyat legenda aryo menak
Cerita rakyat legenda aryo menakCerita rakyat legenda aryo menak
Cerita rakyat legenda aryo menak
 
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuh
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuhDongeng kancil, gajah dan langit runtuh
Dongeng kancil, gajah dan langit runtuh
 
Serigala dan monyet
Serigala dan monyetSerigala dan monyet
Serigala dan monyet
 
Anak gajah terjatuh ke dalam lubang
Anak gajah terjatuh ke dalam lubangAnak gajah terjatuh ke dalam lubang
Anak gajah terjatuh ke dalam lubang
 
Kumpulan ceritadongenganak2
Kumpulan ceritadongenganak2Kumpulan ceritadongenganak2
Kumpulan ceritadongenganak2
 
Legenda ikan patin
Legenda ikan patinLegenda ikan patin
Legenda ikan patin
 
cerita "semut dan belalang"
cerita "semut dan belalang"cerita "semut dan belalang"
cerita "semut dan belalang"
 
Dongeng putri salju dan 7 kurcaci
Dongeng putri salju dan 7 kurcaciDongeng putri salju dan 7 kurcaci
Dongeng putri salju dan 7 kurcaci
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, mite
 
Cerita anak bergambar
Cerita anak bergambarCerita anak bergambar
Cerita anak bergambar
 
Dongeng sikancil kena batunya
Dongeng sikancil kena batunyaDongeng sikancil kena batunya
Dongeng sikancil kena batunya
 
Cerita dongeng (sage)
Cerita dongeng (sage)Cerita dongeng (sage)
Cerita dongeng (sage)
 
Cerita pendek kelinci dan kura
Cerita pendek kelinci dan kuraCerita pendek kelinci dan kura
Cerita pendek kelinci dan kura
 
Cerita rakyat nusantara 1
Cerita rakyat nusantara 1Cerita rakyat nusantara 1
Cerita rakyat nusantara 1
 
Bercerita
BerceritaBercerita
Bercerita
 
Dongenganak anak
Dongenganak anakDongenganak anak
Dongenganak anak
 
Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur Dongeng Sebelum Tidur
Dongeng Sebelum Tidur
 
Cerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timurCerita rakyat jawa timur
Cerita rakyat jawa timur
 
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX Contoh Macam-macam Teks Kelas IX
Contoh Macam-macam Teks Kelas IX
 

Similar to ASAL MULA RUMAH SIPUT

Natasya ungu violet
Natasya ungu violetNatasya ungu violet
Natasya ungu violetmrfuji
 
antologi cerita imajinasi
antologi cerita imajinasiantologi cerita imajinasi
antologi cerita imajinasiProjeckHendra
 
Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Wibowo Kusuma
 
Pelangi di Langit Singosari by SH Mintardja
Pelangi di Langit Singosari by SH MintardjaPelangi di Langit Singosari by SH Mintardja
Pelangi di Langit Singosari by SH MintardjaBudhi Emha
 
Copy paste cerita kanak kanak
Copy paste cerita kanak kanakCopy paste cerita kanak kanak
Copy paste cerita kanak kanakMohammad Yaqin
 
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas Novita Widianingsih
 
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik)
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik) Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik)
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik) Thanushah Soniyasee
 
Ahmad hizqil tugasan
Ahmad hizqil   tugasanAhmad hizqil   tugasan
Ahmad hizqil tugasanDAINURI Net
 
Anak itik yang hodoh
Anak itik yang hodohAnak itik yang hodoh
Anak itik yang hodohalifsafia
 
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...Nurulbanjar1996
 
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesiaLebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesiaHarunyahyaBahasaIndonesia
 

Similar to ASAL MULA RUMAH SIPUT (20)

Cerita anak 2
Cerita anak 2 Cerita anak 2
Cerita anak 2
 
Bu Kek Siansu
Bu Kek SiansuBu Kek Siansu
Bu Kek Siansu
 
Keong emas
Keong emasKeong emas
Keong emas
 
01. bukeksiansu
01. bukeksiansu01. bukeksiansu
01. bukeksiansu
 
Natasya ungu violet
Natasya ungu violetNatasya ungu violet
Natasya ungu violet
 
antologi cerita imajinasi
antologi cerita imajinasiantologi cerita imajinasi
antologi cerita imajinasi
 
Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1
 
Pelangi di Langit Singosari by SH Mintardja
Pelangi di Langit Singosari by SH MintardjaPelangi di Langit Singosari by SH Mintardja
Pelangi di Langit Singosari by SH Mintardja
 
Copy paste cerita kanak kanak
Copy paste cerita kanak kanakCopy paste cerita kanak kanak
Copy paste cerita kanak kanak
 
kisah-kisah sufi - idries shah
kisah-kisah sufi - idries shahkisah-kisah sufi - idries shah
kisah-kisah sufi - idries shah
 
12 cerita-rakyat-jepang
12 cerita-rakyat-jepang12 cerita-rakyat-jepang
12 cerita-rakyat-jepang
 
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
 
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik)
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik) Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik)
Aspek-aspek Semantik Deiksis & Kolokasi (Semantik dan Pragmatik)
 
-
  -  -
-
 
Fabel 1
Fabel 1Fabel 1
Fabel 1
 
Ahmad hizqil tugasan
Ahmad hizqil   tugasanAhmad hizqil   tugasan
Ahmad hizqil tugasan
 
Anak itik yang hodoh
Anak itik yang hodohAnak itik yang hodoh
Anak itik yang hodoh
 
Alkisah
AlkisahAlkisah
Alkisah
 
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
 
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesiaLebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
Lebah madu pembuat sarang yang sempurna. indonesian. bahasa indonesia
 

More from Yasirecin Yasir (20)

Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinyaBentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
 
Cara menambah ram pc
Cara menambah ram pcCara menambah ram pc
Cara menambah ram pc
 
Ujian konsep dasar keperawatan
Ujian konsep dasar keperawatanUjian konsep dasar keperawatan
Ujian konsep dasar keperawatan
 
Tugas rpp
Tugas rppTugas rpp
Tugas rpp
 
Tugas ppd
Tugas ppdTugas ppd
Tugas ppd
 
Tugas pp
Tugas ppTugas pp
Tugas pp
 
Tugas pemikiran bung hatta
Tugas pemikiran bung hattaTugas pemikiran bung hatta
Tugas pemikiran bung hatta
 
Tugas jepang
Tugas jepangTugas jepang
Tugas jepang
 
Tugas ekonomi
Tugas ekonomiTugas ekonomi
Tugas ekonomi
 
Tugas biokimia gigi
Tugas biokimia gigiTugas biokimia gigi
Tugas biokimia gigi
 
Tugas biokimia air
Tugas biokimia airTugas biokimia air
Tugas biokimia air
 
Tugas bahasa
Tugas bahasaTugas bahasa
Tugas bahasa
 
Tugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesiaTugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesia
 
Tugas apresiasi prosa dan puisi
Tugas apresiasi prosa dan puisiTugas apresiasi prosa dan puisi
Tugas apresiasi prosa dan puisi
 
Tugas antropologi budaya
Tugas antropologi budayaTugas antropologi budaya
Tugas antropologi budaya
 
Translate medicene
Translate mediceneTranslate medicene
Translate medicene
 
Tanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbhTanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbh
 
Spesies gajah
Spesies gajahSpesies gajah
Spesies gajah
 
Rutinit as
Rutinit asRutinit as
Rutinit as
 
Rrp ng vini
Rrp ng viniRrp ng vini
Rrp ng vini
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

ASAL MULA RUMAH SIPUT

  • 1. DONGENG ASAL MULA RUMAH SIPUT Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon. Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan. Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati. Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur, Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru…. Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini. Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan…. Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya. Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi ASAL MULA GUNTUR Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah membedakan mereka. Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun.” Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras. Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati. Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan. Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya. Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. ” Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-layang seperti Rajawali. Indah sekali. Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie. “Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur. Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya “guntur”.
  • 2. HIKAYAT BURUNG CENDRAWASIH AL-KISAH maka kata Sahibul Hikayat, adapun burung Cenderawasih itu burung kayangan dipelihara oleh dewa-dewa kayangan. Amatlah indah rupanya bulunya bekilauan bersinar benar tiada tolok bandingannya. Siapa-siapa tengok burung Cenderawasih rawanlah hatinya dan perasaannya tiada dapat terkira-kira lagi lakunya. Adapun asal kejadian burung Cenderawasih amat indah ceritanya. Kerananya tatkala Tuhan menjadikan seekor burung daripada Nur Muhammad duduk di atas Syajaratul Yaqin menilik akan rupa paras dirinya dihadapan Mir'atul Haya'. Maka tersangat hairanlah ia melihat keelokan dirinya lalu bersyukurlah ia ke hadrat Allah Ta'ala dengan mengucap Alhamdulillah rabbil'alamin. Maka burung nur Muhammad itu berpeluhlah ia oleh sangat hairannya akan keelokan rupanya. Lalu bertitikan peluhnya jadilah sekalian alam ini dan segala isinya serta segala pendeta-pendeta dan sekalian arif-arif. Maka apabila sempurnalah sekalian alam ini Tuhan pun lalu mengghaibkan burung Nur Muhammad itu. Hingga ghaiblah ia di dalam qindil mu'allaq. Setelah burung nur Muhammad itu ghaib maka tinggallah bayangannya sahaja seperti terbang keliling 'Arasy; ia berzikir dan berdoa. Syahdan, maka tersebutlah pula akan peluh yang antara dua pahanya bertitik di atas awan jadilah seekor burung cenderajinta ialah nur betina yang jadi ini roh cenderawasih maka peluh dagunya bertitik menjadi burung bratacandra bayu yang ditunggang oleh burung cenderawasih untuk terbang ke sana ke mari di atas kayangan. Maka akan peluh dadanya menjadi burung cenderakasih ialah yang menjadi inang pengasuh dan menghantarkan makanan. Adapun makanan-makanannya daripada bulatan awan dan embun jantan akan minumnya. Maka diceritakan orang adalah bulu burung cenderawasih yang hijau jatuh ke bumi menjadi batu zamrud dan fairuz, yang merah jatuh ke bumi menjadi batu delima dan jika jatuh ke laut menjadi marjan. Bulu yang putih menjadi intan berlian dab bulu yang hitam menjadi bau 'aiqiq' dan batu-batu permata yang lainnya. Adapun isi perutnya jatuh ke bumi menjadi belalang dewa bulan buat ubat berbagai-bagai penyakit manusia dan binatang. Ini dicampur ke dalam minyak kelapa hijau dan dibuat urut badan kita yang sakit. Belalang dewa boleh buat ubat perempuan lepas bersalin dan melawaskan haidh. Adapun bulunya jika dipakai di atas kepala kita dan dibawa pergi ke mana-mana jadi pengasih pelaris dan penunduk sekalian manusia. Isinya jika dimakan boleh sembuh penyakit-penyakit dalam badan. Otaknya jika dimakan jadi cerdik dan bijak berbicara. Bulu ekor yang panjang itu jika dibuat gelang dipakai pada lengen kanan jika laki- laki dan lengan kiri jika perempuan akan jadi hebat dan kuat badannya serta dikasihi orang. Maka siapa-siapa yang bertaruh burung cenderawasih dirumahnya amatlah bertuah orang itu seperti mendapat segunung emas, sepadang intan berlian dan selautan mutiara. Kuasanya bertambah, rezekinya murah hingga menjadi kaya raya dan dipandang mulia. Telah tersebut cerita seorang tentera Islam masuk ke dalam negeri Rom dan dia takut kena tangkap tentera kafir dan masuk penjara dia selama dua puluh tahun. Maka amatlah berdukacita kerana tidak dapat bersama anak isterinya. Pada suatu malam dia sedang duduk berfikir keadaannya dan anak isterinya, tiba-tiba datang seekor burung di atas pagar penjara dan membaca doa. Maka amatlah terperanjat tentera itu kerana seekor burung boleh baca doa dengan fasihnya.Maka dia pun turut baca doa itu beberapa kali hinggan hafaz olehnya,Kemudian dia beramal dengan doa burung itu tiga malam berturut-turut. Pada malam akhir sesudah beramal dengan doa burung itu dia pun tidak berapa lama kemudian ia tiba-tiba sedar berada di rumahnya, maka sukarialah keluarganya. Wallahu'alam. ORANG TUA YANG TINGGAL DIRUMAH TUMPANGAN Mak suka bercerita. Pada pokok, pada bunga, pada kupu-kupu, pada hujan. Mak memang suka kalau ada orang nak dengar mak bercerita. Macam-macam hikayat mak tahu dan ingat. Tapi hari ni mak nak bercerita Hikayat Rabiah. Mungkin Sop tak pernah dengar. Sebab mak tak pernah ceritakan Sop. Marilah jumpa mak Sop. Dengar mak bercerita. Tak boleh? Ada banyak masalah? Tak apalah Sop, mak faham. Berat mata memandang berat lagi bahu memikul. Mak tahu Usop pun susah. Sakit sakit. Tak ada masa nak tengok mak. Mak faham Usop tak larat nak jumpa mak. Nak bergerak pun kadang payah. Takkanlah boleh nak jenguk mak kat rumah ni. Mak tahu Usop banyak kerja. Banyak tanggungjawab. Tu semua memang penting Sop. Tu semua kerja-kerja ada faedah. Jangan abaikan. Jangan sia-siakan. Mak faham sangat dan tak marah. Mak tak kisah Sop. Kat rumah ni mak taklah sunyi sangat. Kawan-kawan ramai. Semua baik-baik. Tak baik pun mak tak kisah. Sebab mak faham kenapa ada yang jadi cerewet. Kenapa ada yang selalu marah-marah. Kawan-kawan mak tu mungkin sedih. Rasa kehilangan. Rasa diketepikan. Rasa tak dipedulikan. Orang yang kesepian memang manusia yang malang Sop. Kawan kat sini memang ramai. Tapi tak sama dengan kesepian dalam diri. Boleh sakit jiwa tau Sop. Tapi mak faham, kawan-kawan mak tu mungkin kerinduan. Atau rasa kesal menjadikan mereka manusia yang suka marah-marah. Tapi mak tak kisah Sop. Mak cuma nak hati mak senang saja. Jadi mak taknak kisahkan tu semua. Kalau tak ada kawan nak bercakap dengan mak, mak boleh bercakap dengan pokok. Dengan bunga. Dengan kupu-kupu. Dengan hujan. Mereka lebih mengerti Sop. Lebih memahami. Mak tak kisah. Lagipun, semenjak beberapa tahun ni, anak-anak sekolah selalu datang tengok mak dan kawan-kawan. Semua nak buat persembahan. Kadang bagus. Kadang mak tak faham langsung. Tapi tak apalah. Mak layan saja. Diorang datang pun hati mak dah senang. Ada mata tengok. Ada mata pandang. Ada mulut, mak pula yang bercerita kat diorang lepas tu. Hehehe. Mak suka Sop. Suka bercerita.
  • 3. Budak-budak sekolah ni selalu datang nak suap mak dan kawan-kawan makan. Nak hiburkan hati kita. Mak tak kisah. Mak tahu ada yang suka. Ada yang baik. Ada yang menurut saja. Ada yang kena paksa. Tapi mak memang tak kisah. Mak tetap suka bercerita kepada mereka. Kadang mak cerita pasal cerita jenaka yang mak selalu ceritakan kat Usop masa USop kecil- kecil dulu. Cerita pasal Pak Kaduk menang sorak kampung tergadai. Cerita pasal Si Luncai terjun dengan labu-labunya. Cerita pasal burung dara dengan tikus. Kadang cerita pasal kenapa gagak bulunya hitam. Atau kenapa ayam tak boleh terbang. Terkekeh-kekeh budak-budak tu ketawa. Tapi ada juga yang bosan. Angkat kaki jalan. Mak memang tak kisah. Dah biasa. Mak cerita juga. Ada budak-budak tu cakap mak gila. Suka cakap sorang-sorang. Samalah macam dulu di pasar Geylang di blok 2. Tempat mak selalu lepak dulu. Tunggu Usop jenguk mak. Sementara tunggu Usop, mak suka merayap kat pasar dan bercerita. Cerita pada tembok, pada bunga, pada semut, pada hujan. Tapi Usop tak sampai-sampai jenguk mak. Sampaikan orang kata mak gila. Budak-budak ejek mak.Perempuan-perempuan jeling mak. Geli. Mak tak kisah Usop. Biarlah apa orang kata. Mak tak kisah. Kalau budak-budak sekolah kata mak gila, selalu cikgu dia marah bisik-bisik. Bagus jugalah Sop. Budak muda mesti nak kena ajar. Nak lentur buluh dari rebungnya.Kadang diorang tak tahu bila nak bergurau, bila nak hormat orang. Kalau kecil-kecil tak tahu nak hormat orang, dah besar apatah lagi. Macam mana nak jadi mak bapak? Macam mana nak jadi ketua? Mak harap Usop ajar anak cucu Usop pandai hormat kat orang. Jadi macam Usop. Pandai hormat orang. Dan dihormati pula. Hormat tu penting. Bukan pada orang saja. Juga pada pokok, pada bunga, pada semut, pada kupu-kupu, pada hujan. Kita pun kena hormat pada ini semua Usop. Penting sekali. Nanti kena geruh, susah. Banyak pantang larang nak kena jaga. Kalau kita hormat kat orang atau apa sahaja, kita akan selamat Sop. Senang cakap Sop, tak orang tak kita. Kalau kita masuk rumah orang kena bagi salam Sop. Mana kita boleh terus masuk begitu saja. Mesti minta izin. Begitu juga dengan pokok, bunga, kupu- kupu, semut, hujan. Kita mesti hormat pada alam. Tapi memang susah budak-budak muda ni nak faham Sop. Bila diorang nampak mak bercerita pada bunga, pada pokok, pada semut, pada kupu-kupu, pada hujan, mereka selalu ketawa. Selalu ejek mak. Tapi mak tak kisah. Selalu mak panggil budak- budak tu. Biar diorang ikut dengar mak bercerita. Bila dah banyak cerita kisah jenaka, kisah dulu-dulu kepada budak-budak sekolah tu, mak selalu tak sengaja bercerita tentang diri mak. Sejarah mak. Tak sangka ada pula Hikayat Rabiah. Memang seronok cerita pasal Hikayat Rabiah ni. Samalah macam Hikayat Panji Semirang. Panji Semirang kehilangan ibunya sebab kena racun Paduka Liku. Atau Hikayat Inderaputera yang mempunyai permaisuri yang mandul. Malang sungguh seorang perempuan kalau menjadi mandul. Mak tahu Sop. Mak sangat memahami kesedihan permaisuri Raja Syahian. Tapi tu Hikayat lama. Hikayat Rabiah lebih malang. Samalah macam hikayat Si Miskin. Si Miskin suami isteri kena buang dari kayangan ke dunia oleh Betara Indera. Hidup mereka miskin merempat. Setelah dapat putera Marakarma dan Nila Kesuma, Si miskin jadi kaya-raya dan berkerajaan. Tapi Si Miskin lupa daratan. Si miskin buang kedua-dua putera kerana hasutan orang. Si Miskin takut anak-anaknya boleh membawa kebinasaan kerajaannya. Akhirnya Si Miskin jadi miskin semula. Papa kedana. Haiz.. Hikayat Rabiah lebih malang Sop. Mak asal memang orang miskin. Bapak cuma nelayan. Ibu mak meninggal dunia kerana busung perut waktu adik-adik mak masih kecil. Kami lapan orang semuanya. Mak sebagai anak perempuan sulung rasa bertanggung jawab. Mak uruskan makan pakai adik-adik. Mak jaga adik-adik. Sebab tu orang cakap mak garang. Siapa yang berani ganggu adik-adik mak, mak lawan. Mak sanggup bergaduh. Mak macam Siti Zubaidah pergi berperang. Macam Srikandi nak mempertahankan keluarganya. Atau macam Bujang Selamat yang mampu menepis sebarang serangan. Mak tak kisah orang anggap mak kaki gaduh. Asalkan orang tak boleh suka-suka jentik adik-adik mak. Mak juga senang hati adik-adik lelaki mak pergi sekolah. Jadi orang pandai. Ada ilmu. Adik-adik perempuan tak payah pergi sekolah. Tapi mak ajar diorang ilmu keluarga. Memasak, mengemas dan menjaga diri. Mak tak kisah kalau orang panggil mak anak dara tua. Kalau mak tak tahan, mak ganyang saja mulut orang-orang yang ejek mak macam tu. Mak rasa biarlah mak berkorban untuk keluarga. Untuk adik-adik mak. Memang susah hidup mak sekeluarga Sop. Susah. Tapi orang kata takdir Tuhan itu tak mampu kita duga. Macam Tuan Puteri China bertemu jodoh dengan anak raja Rom. Walaupun garuda cuba menghalang, takdir Tuhan adalah segalanya. Sop, masih ada yang sudi melamar mak walaupun mak digelar anak dara tua. Yang melamar pun bukan calang-calang orang. Orang kaya Sop. Tuan Haji lagi. Punya tanah luas, rumah besar berhalaman. Semua orang hormatkan Tuan Haji. Walaupun Tuan Haji duda tua, mak terima Sop. Mak tak kisah. Mak turut cakap bapak. Demi membantu keluarga mak juga Sop. Kalau mak senang, tentu adik-adik mak senang. Tuan Haji memang baik Sop. Tuan Haji layan mak dengan baik. Tuan Haji ajar mak ilmu agama yang banyak mak tak pasti. Tak amalkan. Sebab selama ni ibu mak tak ada nak bimbing mak dan adik-adik. Bapak pula selalu ke laut. Mak rasa kesal Sop, tak dapat ajar adik-adik ilmu agama dengan mendalam. Tapi belum terlambat Sop. Mak rasakan Tuan Haji ni memang penyelamat. Macam Malim Dewa. Pilih isteri dan menyelamatkan isteri. Sungguh mulia jiwanya. Tuan Haji pimpin mak ke jalan yang benar. Mak pimpin adik-adik mak ke jalan yang benar juga. Walaupun begitu, takdir masih tak menyebelahi mak. Kekayaan tak dapat memberi seratus peratus kebahagiaan. Mak tak ada anak Sop. Tak tahulah siapa yang mandul. Tetapi memang mak tak pernah dapat menjadi ibu. Setiap malam mak menangis. Tuan Haji memang baik. Dia beritahu mak, jangan putus asa. Kami masih boleh bahagia dengan mengambil anak-anak angkat. Waktu tu mak rasa kalaulah mak dapat anak dari buluh betung, atau dapat anak dari buih, memang mak nak pelihara baik-baik. Biar jadi orang terkenal dan berjaya. Dan apabila mak dapat jaga Usop yang yatim piatu, mak bahagia sangat. Rasanya dunia ni memang penuh kebahagiaan. Mak rasa
  • 4. lengkap sudah diri dan keluarga. Mak ambil lagi beberapa budak-budak anak yatim. Semuanya mak sayang. Semuanya mak ceritakan kisah-kisah hikayat. Kisah-kisah teladan. Mak rasa banyak sudah nasihat dan panduan hidup mak berikan kepada anak-anak mak melalui cerita-cerita tu. Cerita–cerita yang mak warisi daripada datuk mak. Orang kata, dosa-dosa lalu akan selalu menghantui kita. Orang kata, buat baik dibalas baik. Buat jahat dibalas jahat. Memang mak pernah buat salah. Mak manusia juga Sop. Mak pernah bersalah pada adik ipar mak, Mak Ilah. Mak caci maki dia. Mak hamun dia. Mak pukul muka dia dengan selipar. Sebab adik ipar mak tu orang kampung miskin dari seberang. Mak sangka dia jahat. Mak sangka dia sengaja nak gunakan pakcik Hisam. Mak sangka dia bolot duit pakcik Hisam hantar balik kampung. Susah payah mak besarkan pakcik Hisam, takkan senang-senang saja dia hantar duit pakcik Hisam balik kampung dia? Beli tanah kat kampung. Beli rumah kat kampung. Waktu adik-adik mak yang lain nak minta tolong pakcik Hisam, Pakcik Hisam tak ada duit. Pasal apa? Pasal duit semua dah hantar kampung. Marahlah mak. Sebab mak rasa mesti ada sikap tolong-menolong adik beradik. Tak boleh sombong kalau dah mewah. Waktu mak marah dan mengamuk tu, mak bukan marah adik ipar mak saja. Mak sumpah seranah anak-anak dia juga. Anak- anak saudara mak juga. Mak kata anak-anak perempuan dia yang ramai tu akan menyundal. Jual maruah. Sebab mak diorang tak punya maruah ambil harta pakcik Hisam. Suami dia. Mengalir air mata Mak Ilah. Dia tak melawan Sop. Dia pasrah kena maki hamun dan kena pukul dengan selipar. Mak rasa diri mak ni macam Sang Boma. Ingat tak Hikayat Sang Boma yang mak selalu cerita dulu? Sang Boma kejam dan mahu memiliki semuanya. Sang Boma ingat kuasa adalah segala-galanya. Mak memang tak faham keadaan Mak Ilah waktu tu. Mak tak dapat rasa kesedihan Mak Ilah. Sebab mak tak punya anak Sop. Mak tak tahu susahnya membesarkan anak-anak perempuan. Mak tak pernah rasa sakit nak bersalin. Mak tak pernah dapat merasakan naluri keibuan. Mak cemburu pada Mak Ilah yang mampu melahirkan. Mak rasa Tuhan kejam. Zalim. Tapi sebenarnya Sop, maklah yang lebih zalim. Mak sanggup memfitnah orang yang tak bersalah. Memang mak silap Sop. Mak sangka mereka mewah. Mak sangka Pakcik Hisam banyak dapat duit pencen. Rupanya mereka pun susah. Anak-anak banyak nak pakai duit untuk sekolah. Diorang berniaga makanan pun gulung tikar. Selepas tu diorang laki bini kerja sapu sampah flet HDB. Anak-anak pun ikut sapu sampah, hantar surat khabar. Duit hasil sapu sampahlah mereka dapat beli tanah dua ekar. Dapat beli rumah teres setingkat. Waktu mak tahu tu semua, mak jadi malu. Sebab mak tuduh diorang macam-macam. Tapi mak malu nak minta maaf. Sebab mak rasa pangkat mak tinggi. Mak duduk di rumah besar berhalaman. Semua orang hormat pada mak. Mak tak perlu minta maaf. Mereka mesti faham kan? Dulu datuk mak selalu kata. Hidup kita macam roda. Sekejap di bawah. Sekejap di atas. Sekejap di bawah balik. Dulu mak tak faham. Sekarang memang mak benar-benar faham. Orang tua memang banyak makan garam. Nasihat orang tua patut kita ikut. Buat panduan. Barulah hidup kita selamat Sop. Tapi waktu mak berada di atas tu, mak lupa diri Sop. Mak rasakan mak dah memiliki segala-galanya. Tapi ingat tak Sop waktu Tuan Haji meninggal dunia? Mak rasa kehilangan sangat. Mak rindukan seorang teman, penasihat, suami yang penyayang. Mak menangis siang malam. Tapi semua orang kata mak nak bolot harta Tuan Haji seorang. Padahal diorang yang nak bolot harta Tuan Haji. Tuan Haji memang tak punya anak daripada perkahwinan pertamanya. Dengan mak pun kami tak ada anak. Mak tak punya anak lelaki untuk menyekat harta Tuan Haji dibahagikan kepada keluarga Tuan Haji ikut hukum faraid. Mak pasrah Sop. Usop dan adik-adik pun sudah besar waktu tu. Sudah berpelajaran dan berkeluarga. Walaupun mak seboleh- boleh cuba nak simpan kenangan terakhir Tuan Haji, mak terpaksa juga jual rumah besar dan tanah itu. Mak jatuh sakit Sop. Mak kena santau. Tak tahulah buatan siapa. Mungkin ada yang marah mak tak nak jual rumah, tanah dan bahagi-bahagikan harta tu. Dengan berat hati, mak jual rumah dan tanah. Semuanya dibahagi-bahagikan. Anak-anak angkat mak pun mak berikan bahagian mak. Biarlah semua orang senang hati. Semua orang bahagia. Mak pun sihat sedikit. Mak tak kisah Sop. Bukankah mak memang selalu berkongsi kebahagiaan? Dengan duit yang tinggal sedikit itulah mak beli rumah di blok 2 Geylang Serai. Adik mak yang bongsu, pakcik Halim yang suruh. Mak tinggal seorang diri di rumah flet 2 bilik tu. Hilang semua rasa gah tinggal di rumah besar berhalaman. Mak rasa sepi sangat. Terlalu sepi Sop. Masa-masa sendirian itulah yang buat mak ingin bercakap. Bercerita pada apa sahaja. Dan mak memang selalu ada di pasar Geylang. Di tepi tembok merah. Di tepi jualan longgok. Atau kadang mak jalan-jalan di Joo Chiat. Tengok kain-kain. Cakap-cakap pada kain. Cakap-cakap pada orang yang lalu lalang. Mak rasa terhibur Sop. Macam Puteri Bongsu yang sakit hati Malim Deman mengkhianatinya. Puteri Bongsu menyanyi dan menghiburkan hati sendiri lalu merajuk membawa diri ke kayangan. Tapi mak tak dapat beli kayangan Sop. Mak cuma dapat beli rumah flet dua bilik di Gelang Serai. Hari yang paling menyakiti perasaan mak adalah hari rumah mak dijual oleh Pakcik Halim. Pakcik Halim jual rumah tanpa pengetahuan mak. Mak memang bodoh Sop. Mak tak pergi sekolah. Mak tak tahu pun yang nama mak tak ada dalam rumah flet Geylang ni. Tahu-tahu mak disuruh keluar. Bungkus kain baju. Pakcik Halim halau mak. Adik mak sendiri! Mak nak ke mana Sop? Mak nak ke mana? Mak tak sangka adik mak sanggup halau kakaknya sendiri. Cuma kerana nak duit. Nakkan hasil rumah tu, Pakcik Halim sanggup halau kakak yang jaga dia semenjak kecil. Mak rasa diri mak ni macam Lebai Malang. Lepas satu, satu masalah menimpa. Tapi mak tahu mak masih ada adik-adik yang lain. Mak menumpang rumah adik-adik dari satu rumah ke satu rumah. Mak dah jadi macam anak raja berkelana. Mengembara tapi tak bertujuan. Kalau anak-anak raja keluar mengembara pasti ada tujuan dan matlamat. Nak cari isteri, nak cari ubat, nak dapatkan semula istana dan kerajaan. Semuanya berakhir dengan kebahagiaan. Tapi dalam Hikayat Rabiah, mak tahu mak tak boleh dapatkan semula rumah besar
  • 5. dan tanah mak. Mak tak boleh dapatkan semula harta Tuan Haji. Mak tak boleh lagi membeli kasih sayang anak-anak angkat mak. Mak tak punya apa-apa lagi Sop. Mak sangka masih ada keluarga yang dapat membela mak. Tapi mak silap Sop. Dari satu rumah adik ke satu rumah, mak tak selesa. Anak-anak saudara mak tak suka mak di situ. Mak pengotor katanya. Kencing bersepah. Main tahi. Mulut tak berhenti bercakap. Bising. Orang di rumah selalu kecoh. Bergaduh. Mak rasa maklah puncanya. Semua orang melepaskan perasaan kesal dan marah. Mak pula selalu sakit-sakit. Selalu jatuh pengsan. Pernah, habis 8 batang gigi mak pecah sebab mak jatuh tersembam. Di rumah Mak Andak, mak jatuh sampai patah tangan. Di rumah Misah, mak jatuh di bilik air sampai terhantuk kepala pengsan. Mak akhirnya diajak tinggal di rumah Mak Ilah. Mak buang rasa malu. Walaupun mak pernah bergaduh dengan Mak Ilah, Mak Ilah baik pada mak. Dia tak berdendam. Mak Ilah selalu urut badan mak dan beri mak makan makanan yang berkhasiat. Mendengar mak bercerita. Mak rasakan Mak Ilah macam Puteri Gonda Gentasari yang menjaga Anggun Che Tunggal dengan baik. Mak pun memang macam Anggun Che Tunggal, seorang diri. Tak punya suami, tak punya anak. Tapi mak di rumah Mak Ilah tak lama Sop. Dua tahun sahaja. Adik-adik mak yang lain tak suka mak tinggal di situ. Kata diorang, Mak Ilah nak rebut harta mak. Sebab tu Mak Ilah buat baik pada mak. Mak tak punya harta sebanyak mana pun Sop. Cuma tinggal barang kemas sebemban. Cukuplah buat hari tua mak. Adik-adik mak bawa mak tinggal dengan diorang. Sekali lagi, mak rasa sedih sangat. Dapat rasakan diri mak ni terasing. Tak dipedulikan walaupun tinggal sebumbung. Hidup mak berubah lagi selepas kemalangan tu Sop. Mak jatuh lagi di bilik air. Masuk hospital. Koma. Perbelanjaan hospital mak tinggi. Pakcik Hisam dan Mak Ilah yang bantu. Diorang nak ambil mak tetapi tak dapat beri rawatan sempurna pada mak. Pakcik Hisam dan Mak Ilah nak tinggal di seberang. Anak-anak diorang dah besar dan berkeluarga. Diorang nak jalani usia tua di seberang. Lebih tenang kata diorang. Apabila mak dah beransur baik, diorang ajak mak ikut sekali. Tapi mak tak mahu. Mak tak nak ke mana-mana. Mak nak tinggal di sini. Banyak kenangan di sini. Anak-anak Mak Ilah kata, mereka tak boleh bawa mak. Sebab mak perlukan rawatan doktor. Setelah pakat ramai-ramai, mereka buat keputusan hantar mak ke rumah ni. Sebab mak perlukan rawatan 24jam. Doktor ada, jururawat pun ada. Kebajikan mak terjaga. Mereka akan bayar kos penginapan mak di rumah ni. Dan mereka janji akan lawat mak selalu. Mula-mula mak rasa sedih sangat. Kehidupan memang semacam roda. Tak pernah mak sangka akan berakhir di rumah ni. Rabiah yang dahulu miskin kemudian kaya menjadi penghuni rumah jagaan warga tua. Rabiah yang dahulu garang dan melawan, sekarang macam daun layu ditiup angin. Tapi mak masih senang hati Sop. Anak-anak Mak Ilah masih datang melawat mak. Pakcik Hisam dan Mak Ilah pun datang kalau ada di sini. Mak cuma lebih sedih mengenang Usop dan adik-adik. Kenapa Usop tak jenguk mak? Mak rindu nak bercerita pada Usop. Mak rindu nak belai rambut Usop. Kenapa Sop tak datang Sop? Kenapa? Mak tak kisah. Mak memang tak kisah. Tak apalah kalau Sop tak nak bawa mak. Tak apalah kalau Sop tak mengaku mak. Mak tahu Sop ada tanggungjawab. Ada anak, ada isteri, ada cucu pun dah. Usop ada kerjaya. Mak dengar nama Usop terkenal. Cikgu Yusof. Hebat orangnya. Tinggi ilmunya. Banyak sumbangannya. Macam Awang Sulung Merah Muda. Walau anak yatim piatu, Awang pandai membawa diri. Pandai serba-serbi ilmu. Tapi mak bukan macam Batin Alam yang mendera Awang Sulung semasa dalam jagaannya. Mak sayangkan Usop macam anak mak sendiri. Macam menatang minyak yang penuh. Macam Awang, Usop akhirnya terkenal dan berjaya. Lega hati mak. Terasa bangga juga pernah membela Usop sampai jadi orang. Tak mengapa Usop tak ingat kat mak. Mak ni siapalah Sop. Tapi mak tak kisah Sop. Mak senang Usop bahagia. Mak suka Usop berjaya. Adik-adik Sop pun berjaya. Alhamdulillah Sop. Mak tahu mak tak punya siapa-siapa lagi. Siapalah yang nak ambil mak. Mak orang tua. Selalu lupa-lupa. Suka bising-bising. Kerap sakit sakit. Banyak cakap. Asyik terkencing, terberak. Nak kena jaga selalu. Nak kena bagi ubat selalu. Siapa yang hendak ambil orang tua macam mak. Sekarang pun, buku lali mak selalu sejuk. Kadang rasa macam ada elektrik. Srupp...sruppp... naik ke betis, ke peha. Kadang rasa bergetar kaki mak. Tak tahu kenapa. Sekarang dah naik ke perut. Rasa sakit yang susah nak gambarkan. Dada pun sakit macam ditusuk-tusuk. Agaknya macam inilah rasanya sakit terkena tikaman lembing Tuan Puteri Dayang Nuramah. Bisa. Orang kata, bisanya akan naik ke leher. Kemudian ke ubun-ubun. Dan pada waktu tu, mak mungkin dah tiada lagi. Dah di bawa ke alam ghaib. Harap-harap dapat ke kayangan. Ke syurga. Indah belaka. Cerita-cerita lipur lara dapat mengubat hati yang rawan. Hati yang sedih. Sebab itulah semuanya berakhir dengan kebahagiaan. Mungkin mak akan berhenti bercerita tak lama lagi. Mungkin Hikayat Rabiah akan berhenti di sini. Namun alangkah...alangkah baiknya Hikayat Rabiah berakhir dengan kebahagiaan. Usop datanglah Sop. Mak nak rasa belaian Usop sebagaimana mak belai waktu Usop sakit dulu. Mak nak dengar usop nyanyikan mak lagu yang selalu mak dodoikan Usop masa kecil. Usop, datanglah Sop. Dodoikan mak. Mak nak tidur Sop. Mak nak tidur dalam pelukan Sop. Hikayat Rabiah akan berakhir Sop...Datanglah Sop... ....................................................................... Cikgu Yusuf mematikan kaset radio itu. Matanya bergenang air jernih yang kemudian jatuh berlinangan. Air matanya jatuh menitis pada kertas tugasan yang dihasilkan pelajarnya. Nota yang terselit pada kaset itu dibacanya.
  • 6. FABEL KUCING DAN BERUANG Pada zaman dahulu kala nenek moyang kucing dan beruang adalah dua sahabat karib yang selalu berbagi, kemana-mana mereka selalu bersama sampai pada suatu ketika beruang mengutarakan maksudnya untuk belajar memanjat kepada kucing kucingpun menyanggupi permintaan beruang dan mencari pohon tinggi untuk beruang. wang ini loh pohon yang cocok untuk kamu belajar memanjat “kata kucing”. sembarang aja cing, yang penting aku bisa memanjat “kata beruang”. lau kucingpun memberi contoh kepada beruang cara memanjat pohon tersebut, yang penting kuku-kukumu kuat mencengkeram batang pohon ini kau akan bisa memanjat pohon ini wang “kata kucing”. cukup teorinya cing sekarang kamu turun biar aku yang memanjat’ kata beruang”. kucingpun segera turun. beruangpun segera memanjat pohon dan ternyata dengan gampangnya ia dapat mencapai puncak pohon tersebut. tetapi sesampai diatas ia bingung untuk turun dan berkata “cing gimana cara turunnya “kata beruang”. belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba terlihat sosok serigala yang siap memangsa kucing dari balik rimbunan semak belukar, kucingpun segera berlari meninggalkan beruang yang kebingungan. merasa dikerjai kucing beruang pun marah dan berkata ” awas kamu cing, ngak ku maafkan, kamu akan kukoyak-koyak dan kotoranmu pun bahkan akan kumakan cing. dan beruang pun turun dengan menjatuh kan dirinya sambil tetap memeluk pohon. oleh sebab itu sampai dengan sekarang bila kucing buang kotoran di tanah akan membuat lubang dan menutupnya kembali, agar tak dimakan beruang. sedangkan beruang bisa memanjat pohon tetapi ketika turun ia akan memerosotkan badannya kebawah. LABA-LABA, KELINCI DAN SANG BULAN Sang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak kejadian di dunia dan juga melihat banyak ketakutan yang dialami oleh manusia. Untuk membuat manusia menjadi tidak takut, sang bulan berupaya mengirimkan pesan kepada manusia melalui temannya sang laba-laba yang baik hati. “Hai sang laba-laba, manusia di bumi sangatlah takut untuk mati dan hal itu membuat mereka menjadi sangat sedih. Cobalah tenangkan manusia-manusia itu bahwa cepat atau lambat manusia pasti akan mati, sehingga tidak perlu mereka untuk merasa sedih”, seru sang Bulan kepada temannya sang laba-laba. Dengan perlahan-lahan sang laba-laba turun kembali ke bumi, dan dengan sangat hati-hati ia meniti jalan turun melalui untaian sinar bulan dan sinar matahari. Di perjalannnya turun ke bumi, sang laba-laba bertemu dengan si kelinci. “Hendak kemanakah engkau hai sang laba-laba ?” tanya si kelinci penuh rasa ingin tahu. “Aku sedang menuju bumi untuk memberitahukan manusia-manusia pesan dari temanku sang Bulan” sahut sang laba-laba menjelaskan. “oohh perjalananmu sangatlah jauh wahai sang laba-laba. Bagaimana jika kamu memberitahukan pesan sang Bulan kepadaku dan aku akan membantumu memberitahukan kepada manuisa-manusia itu” seru si kelinci. “hemm.. baiklah, aku akan memberitahukan pesan dari sang Bulan kepadamu.” jawab sang laba-laba. “Sang Bulan ingin memberitahukan manusia-manusia di bumi bahwa mereka akan cepat atau lambat mati ………” lanjut sang laba-laba. Belum habis sang laba-laba menjelaskan, si kelinci sudah meloncat pergi sambil menghapalkan pesan sang laba-laba. ” Yah, beritahukan manusia bahwa mereka semua akan mati” serunya sambil meloncat-loncat dengan cepatnya. Sang Kelinci memberitahukan manusia pesan yang diterimanya. Manusia menjadi sangat sedih dan ketakutan. Sang laba-laba segera kembali kepada sang Bulan dan memberitahukan apa yang terjadi. Sang bulan sangat kecewa dengan si kelinci, dan ketika si kelinci kembali sang bulan mengutuk si kelinci karena telah lalai mendengarkan pesan sang Bulan dengan lengkap. Karena itu sampai saat ini si kelinci tidak dapat bersuara lagi. Bagaimana dengan sang laba-laba? Sang bulan menugaskan sang laba-laba untuk terus menyampaikan pesan kepada manusia-manusia di bumi tanpa boleh menitipkan pesannya kepada siapapun yang dijumpainya. Oleh karena itu sampai pada saat ini kita masih dapat melihat sang laba-laba dengan tekunnya merajut pesan sang bulan di pojok-pojok ruangan. Namun berapa banyakkah dari kita manusia yang telah melihat pesan sang Bulan tersebut?
  • 7. MITOS ALADIN DAN LAMPU AJAIB Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan. Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak”, teriak pamannya. Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?” “Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu”, suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai turun kebawah. Di dasar gua tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya. “Tidak, aku tidak akan memberikan lampu ini, sebelum aku sampai di atas”,jawab Aladin. Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir itu ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu". Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini adalah lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak. Taklama kemudian ibunya terkejut,karena hidangan yang sangat lezat sudah tersedia di depan mata. Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan. Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya. Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin. "Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan. UCAPAN AJAIB DARI PERI Dahulu, ada seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Anak yang sulung angkuh dan pemarah seperti ibunya, sedangkan yang bungsu manis dan lemah lembut. Sang ibu sangat memanjakan anaksulung nya yang memiliki sifat yang mirip dengannya, dan memperlakukan si bungsu dengan sangat buruk. Si bungsu disuruhnya melakukan hamper semua
  • 8. pekerjaan di rumah. Salah satu dari tugas si bungsu yang malang adalah berjalan kaki 1 kilometer jauhnya ke sebuah mata air dan membawa pulang air dalam sebuah ember besar. Pada suatu hari saat si bungsu sedang mengambil air di mata air, seorang wanita tua datang dan meminta air untuk minum. “Tunggu sebentar, akan kuambilkan air yang bersih untuk Ibu,” kata si bungsu kepada wanita tua itu. Diambilnya air yang paling jernih dan bersih, lalu diberikannya kepada wanita tua itu dengan menggunakan teko air agar dapat dengan mudah diminum. Wanita tua yang sebenarnya adalah seorang peri itu berkata, “Kamu sangat sopan dan suka menolong, jadi akan kuberikan keajaiban untukmu. Setiap kata yang kamu ucapkan akan mengeluarkan sekuntum bunga, batu permata, dan mutiara dari mulutmu.” Si bungsu tidak mengerti maksud wanita tua itu. Ia hanya tersenyum lalu berpamitan dan berjalan pulang. Sesampainya di rumah, ibunya memarahinya karena terlalu lama membawakan air. Si bungsu meminta maaf kepada ibunya dan menceritakan kejadian yang dia alami, bahwa ia menolong seorang wanita tua yang kemudian memberinya keajaiban. Selama si bungsu bercerita, bunga-bunga, batu permata dan mutiara terus berjatuhan keluar dari mulutnya. “Kalau begitu, aku harus menyuruh kakakmu pergi kesana.” Kata sang ibu. Lalu disuruhnya si sulung untuk pergi ke mata air dan apabila bertemu dengan seorang wanita tua, disuruhnya si sulung untuk bersikap baik dan menolongnya. Si sulung yang malas tidak mau pergi berjalan kaki sejauh itu. Namun dengan tegas, ibunya menyuruhnya pergi, “Pergi kesana sekarang juga!!!” sambil menyelipkan wadah air dari perak ke dalam tas si sulung. Sambil menggerutu si sulung berjalan menuju mata air. Saat tiba disana, ia berjumpa dengan wanita tua itu. Tapi kali ini wanita tua itu berpakaian indah bagaikan seorang ratu. Lalu, wanita tua itu meminta minum kepada si sulung. “Apa kamu kira aku datang sejauh ini hanya untuk memberimu minum? Dan jangan pikir kamu bisa minum dari wadah air perakku. Kalau mau minum ambil saja sendiri di mata air itu!” kata si sulung kepada wanita tua itu. Karena sikapnya yang kasar, wanita tua yang sebenarnya seorang peri itu mengutuknya. “Untuk setiap kata yang kamu ucapkan, seekor katak atau ular akan berjatuhan keluar dari mulutmu!” Saat tiba di rumah, si sulung menceritakan apa yang dialaminya kepada ibunya. Saat bercerita, beberapa ekor ular dan katak berjatuhan keluar dari mulutnya. “Astaga!”, teriak ibunya jijik. “Ini semua gara- gara adikmu. Di mana dia?” Sang ibu lalu pergi mencari si bungsu. Karena ketakutan, si bungsu lalu lari dan bersembunyi di hutan. Seorang Pangeran yang sedang berburu terkejut melihat seorang gadis yang sedang menangis sendirian di hutan. Ketika Pangeran itu bertanya, dengan tersedu-sedu si bungsu menceritakan apa yang terjadi. Saat bercerita, bunga-bunga, mutiara serta batu permata pun berjatuhan dari mulutnya. Pangeran jatuh hati kepada gadis yang baik itu. Dan Pangeran juga tahu ayahnya tidak akan keberatan mendapatkan seorang menantu yang baik seperti itu, apalagi dengan mutiara serta batu permata yang terus dihasilkannya. Maka Pangeran pun membawa si bungsu ke istana, lalu mereka menikah dan hidup berbahagia. Sementara itu di rumah, sikap si sulung menjadi semakin memuakkan, dan ia pun terus menerus mengeluarkan katak serta ular dari mulutnya, sampai-sampai ibunya pun mengusirnya dari rumah. Karena ia tidak tahu harus kemana dan tidak ada seorangpun yang mau menampungnya karena sifatnya yang buruk, ditambah dengan katak-katak dan ular-ular yang terus keluar dari mulutnya, maka akhirnya ia pun tinggal sendirian di tengah hutan.
  • 9. LEGENDA BUKIT MERAH Dulu, Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu. Raja kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu. Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil. “Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?” “Katakanlah!” “Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.” “Apa maksudmu?” Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk. Raja kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja. “Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati. Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakan si anak kecil. Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu. Si anak pun diberi hadiah oleh Raja. “Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja. Orang-orang bersuka cita. Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja. “Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.” “Maksudmu?” “Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.” Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu. Sang Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah. PULAU HANTU Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura. Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah. Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing- masing, mereka bertarung di atas air. “Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…” Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut. Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya. Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu.