ppt melawan bullying ini membantu kita dalam lebih merngkas dari isi materi yang mungin sangat banyak untuk kita pelajari. sehingga akan lebih praktis dalam mempelajarinya.
Disampaikan oleh Dr Teti Rahmawati,S.Pd.,M.Si. dan Indah Budiati,M.Il dan Nurul Fajri,M.Pd.
Pada kegiatan Workshop Pembinaan Kerohanian Dalam Rangka Pencegahan Intoleransi di Satuan Pendidikan
ppt melawan bullying ini membantu kita dalam lebih merngkas dari isi materi yang mungin sangat banyak untuk kita pelajari. sehingga akan lebih praktis dalam mempelajarinya.
Disampaikan oleh Dr Teti Rahmawati,S.Pd.,M.Si. dan Indah Budiati,M.Il dan Nurul Fajri,M.Pd.
Pada kegiatan Workshop Pembinaan Kerohanian Dalam Rangka Pencegahan Intoleransi di Satuan Pendidikan
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
Â
ANAK adalah seseorang yang berusia di bawah 18 (delapan belas tahun) termasuk yang masih dalam kandungan (CRC dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
Â
ANAK adalah seseorang yang berusia di bawah 18 (delapan belas tahun) termasuk yang masih dalam kandungan (CRC dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
Â
ANAK adalah seseorang yang berusia di bawah 18 (delapan belas tahun) termasuk yang masih dalam kandungan (CRC dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
Â
Budaya Sekolah dan Pencegahan Tindak Kekerasan
1. Budaya Sekolah dan Pencegahan
Tindak Kekerasan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan SMP
2015
2. TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta
diharapkan dapat:
1.Menjelaskan arti penting budaya positif sekolah
bagi proses pendidikan di sekolah.
2.Menjelaskan penyebab dan dampak tindak
kekerasan yang mungkin terjadi di sekolah.
3.Menyebutkan dan memberikan contoh bentuk-
bentuk tindak kekerasan yang mungkin terjadi di
sekolah.
4.Menjelaskan langkah-langkah yang harus
ditempuh sekolah untuk membangun budaya
positif sekolah.
5.Menjelaskan langkah-langkah yang harus
ditempuh sekolah untuk mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan di sekolah.
3. CAKUPAN MATERI
Materi sesi ini mencakup:
1.Pengertian budaya sekolah.
2.Arti penting budaya sekolah yang positif bagi
proses pendidikan di sekolah.
3.Bentuk-bentuk tindak kekerasan yang terjadi
di sekolah.
4.Membangun kultur sekolah yang positif.
5.Mencegah dan mengatasi tindak kekerasan
di sekolah.
4. AKTIVITAS PENDAMPINGAN
Untuk mencapai tujuan-tujuan sesi ini, Anda
akan:
1. Mencermati paparan dan aktif mencatat butir-
butir penting mengenai pengertian dan arti
penting budaya sekolah, membangun budaya
positif sekolah, dan men-cegah serta
mengatasi tindakan kekerasan di sekolah.
2. Mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
kejelasan/ informasi lebih lanjut,
mengklarifikasi pemahaman, dan mengajukan
pendapat terkait dengan pengertian dan arti
penting budaya sekolah, membangun budaya
positif sekolah, dan mencegah serta mengatasi
tindakan kekerasan di sekolah.
3. Berbagi pengalaman tentang best practic
pengem-bangan budaya positif sekolah dan
8. DASAR HUKUM
âĸ Peraturan Menteri PendidikanPeraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang StandarNasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan olehPengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:
ââsekolah wajib menyusun dan melaksanakansekolah wajib menyusun dan melaksanakan
RKS/RKJM dan RKT/RKAS yang memuat tentangRKS/RKJM dan RKT/RKAS yang memuat tentang
PENGEMBANGAN BUDAYA DAN LINGKUNGANPENGEMBANGAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN
SEKOLAH....khususnya melalui penyusunanSEKOLAH....khususnya melalui penyusunan
pedoman akademik, tata tertib, dan kode etikpedoman akademik, tata tertib, dan kode etik
sekolahâsekolahâ
9. Pengertian:
âĸ Budaya Sekolah: adalah (standar)
perilaku profesional (akademik
dan administratif/manajerial) dan
sosial yang mapan di sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah
yang didasarkan pada
kesepakatan atas nilai-nilai dan
keyakinan bersama yang positif.
10. Pengertian:
âĸ Budaya Sekolah: berkaitan dengan
asumsi-asumsi, nilai-nilai, norma,
perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan
(positif) di sekolah.
âĸ Iklim sekolah: mengacu kepada
suasana lingkungan internal
sekolah, baik dari segi fisik
maupun sosial (yang kondusif).
12. Jika Budaya Positif dan
Iklim Kondusif:
1. Kepuasan kerja meningkat
2. Pergaulan lebih akrab
3. Disiplin meningkat
4. Pengawasan fungsional
berkurang
5. Keinginan selalu berbuat
positif tumbuh
13. Jika Budaya Positif dan
Iklim Kondusif:
4. Efektivitas belajar dan berprestasi
berkembang.
5. Keinginan warga sekolah memberikan
yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri
meningkat.
6. Kepercayaan diri meningkat, baik
sebagai individu, sebagai warga
sekolah maupun sebagai orang
Indonesia.
14. Bagaimana Caranya?
1. Tetapkan nilai-nilai dan
keyakinan bersama yang positif
sebagai standar perilaku.
2. Sosialisasikan standar perilaku
3. Lalakukan habituasi
(pembiasaan).
15. Bagaimana Caranya?
4. Ubahlah kebiasaan menjadi sistem.
5. Libatkan dan ajaklah semua pihak
atau pemangku kepentingan untuk
bersama-sama memberikan
komitmen secara terus-menerus.
6. Tanamkan rasa tidak cepat puas
dengan capaian hasil yang bersifat
sementara.
17. Pengertian:
Tindak kekerasan (Bullying)::
didefinisikan sebagai perilaku
verbal atau fisik yang
sengaja dilakukan secara
terencana oleh seseorang
atau kelompok orang yang
merasa lebih âberkuasaâ
terhadap seseorang
ataupun sekelompok
orang yang âmerasaâ
tidak berdaya melawan
perlakuan tersebut
18. Bentuk-bentuk:
īBullying secara verbal biasanya
dilakukan dengan:
ī Memanggil nama dengan nama jelek
ī Mengolok-olok ras / etnis / agama
ī Mengolok-olok bentuk fisik
ī Mengejek kemampuan
ī Mengumpat
ī Membentak
ī dan perilaku verbal lainnya yang
disengaja untuk mengganggu
19. Bentuk-bentuk:
īBullying secara fisik biasanya
dilakukan dengan:
ī Menendang
ī Mendorong (kasar)
ī Menghukum push up/berlari,
ī Memukul
ī Menjegal/menginjak kaki,
ī Menjambak
ī Menampar
ī Melempar dengan barang
ī Meludahi, Memalak dan lain-lain
20. Kapan dan dimana
terjadi:
īBullying di sekolah bisa terjadi:
īDi kelas saat proses pembelajaran,
atau saat jam pelajaran kosong, atau
saat pergantian antar jam
pembelajaran
īDi luar kelas saat istirahat, saat
datang sebelum masuk, atau saat
menjelang pulang.
īDi jalan menuju atau dari sekolah
21. Dengan cara apa
dilakukan:
īBullying dapat
dilakukan:
īSecara langsung (face to
face) baik individual
ataupun secara kelompok.
īMelalui media (media sosial
seperti facebook, whatpp,
sms, email, dll)
23. Karakteristik Individu yang
Potensial menjadi Korban
Bullying:
īŋ sulit bergaul/canggung
īŋ kurang percaya diri
īŋ siswa pandai /kurang pandai
īŋ cantik/ganteng atau sebaliknya
īŋ siswa yang dianggap âpelitâ tidak mau
memberikan contekan
īŋ siswa yang berpenampilan lain (kuper)
īŋ mempunyai logat bicara tertentu, gagap
īŋ siswa dengan ekonomi yang baik/tidak
baik
24. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua
Anak-anak korban bullying
adalah anak-anak dari orang
tua yang cenderung terlalu
melindungi (over protective)
dan selalu mengkhawatirkan
atau terlalu mencemaskan anak
(Santrock, 2004 : 354)
25. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua:
Anak-anak pelaku bullying
adalah anak-anak dari orang
tua yang cenderung otoriter,
berperilaku kasar, menolak
kehadiran anak, atau terlalu
permisif terhadap perilaku
agresi anak (Santrock, 2004 :
354)
26. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua:
Anak-anak pelaku bullying (sangat
agresif) cenderung akan menjadi
pelaku kenakalan remaja, dan
pelaku tindakan kekerasan serta
terjebak dalam tindakan kriminal.
27. Dampak Perilaku Bullying
ī Dampak Fisik
īSakit kepala, sakit dada, luka
memar, luka tergores benda tajam,
dan sakit fisik lain. Pada beberapa
kasus dampak fisik akibat bullying
mengakibatkan kematian.
ī Dampak Fisik
īSakit kepala, sakit dada, luka
memar, luka tergores benda tajam,
dan sakit fisik lain. Pada beberapa
kasus dampak fisik akibat bullying
mengakibatkan kematian.
28. Dampak Perilaku Bullying
ī Dampak Psikologis
īKesejahteraan psikologis menurun
īAdaptasi sosial menjadi semakin
buruk
īMengalami emosi negatif seperti
marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam, cemas) namun merasa
tidak berdaya menghadapinya.
ī Dampak Psikologis
īKesejahteraan psikologis menurun
īAdaptasi sosial menjadi semakin
buruk
īMengalami emosi negatif seperti
marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam, cemas) namun merasa
tidak berdaya menghadapinya.
29. Dampak Perilaku Bullying
ī Dampak Psikologis (lanjutan.....)
īTidak kerasan di sekolah (ingin
pindah atau keluar dari sekolah,
sering tidak masuk sekolah)
īPerasaan rendah diri bertambah
īPrestasi akademik terganggu
ī Dampak Psikologis (lanjutan.....)
īTidak kerasan di sekolah (ingin
pindah atau keluar dari sekolah,
sering tidak masuk sekolah)
īPerasaan rendah diri bertambah
īPrestasi akademik terganggu
30. Usaha Sekolah
Intervensi:
âĸ Pendekatan direct vs indirect, âpendekatan tanpa
menyalahkan (no blame approach)â.
Contoh pada kasus seorang peserta didik sering
berkata/bertutur tidak santun tidaklah baik jika guru
langsung menyalahkan peserta didik, tetapi semua
warga belajar harus instropeksi.
âĸ Harus sistemik:
Pihak Siswa ī¨ pelaku, korban, pembantu pelaku,
pembela korban & siswa bystander;
Pihak sekolah ī¨ pihak orang tua maupun
masyarakat sekitar.
31. âĸ Foot in the door strategy: Prosedur
untuk menciptakan kepatuhan dimana
peminta memulai dari sebuah
permintaan kecil, apabila permintan itu
dipenuhi kemudian meminta lain yang
lebih besar dan seterusnya hingga
tujuan tercapai. Pendekatan ini
memerlukan intervensi Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah adalah kunci utama
dari intervensi.
Usaha Sekolah
32. Usaha Sekolah
lanjutan ...
âĸ Buat âdiagnosaâ masalah bullying secara
obyektif (penelitian & di cross check dengan
data sekolah, guru BP): Clique Bullying
atau Group Bullying.
âĸ Intervensi dirancang bersama pihak
sekolah, sebaiknya menggunakan no blame
approach dan bersifat jangka panjang.
33. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
ī Kembangkan suasana sekolah yang
humanis
ī Kembangkan budaya peer yang positif
ī Kembangkan dan tegakkan aturan
sekolah
ī Kembangkan hubungan positif antar
warga sekolah (kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, siswa), dan juga
dengan masyarakat sekitar.
ī Kembangkan suasana sekolah yang
humanis
ī Kembangkan budaya peer yang positif
ī Kembangkan dan tegakkan aturan
sekolah
ī Kembangkan hubungan positif antar
warga sekolah (kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, siswa), dan juga
dengan masyarakat sekitar.
34. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
ī Orang dewasa (guru, orang tua, dan
masyarakat dewasa) perlu memberi
tauladan dengan tidak
menampakkan perilaku kekerasan
(modelling)
ī Sertakan program anti bullying di
sekolah, lembaga peribadatan, dan
kegiatan kemasyarakatan
dimanaremaja terlibat.
ī Orang dewasa (guru, orang tua, dan
masyarakat dewasa) perlu memberi
tauladan dengan tidak
menampakkan perilaku kekerasan
(modelling)
ī Sertakan program anti bullying di
sekolah, lembaga peribadatan, dan
kegiatan kemasyarakatan
dimanaremaja terlibat.
35. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
īGuru dan orang tua perlu waspada jika:
īŋpakaian seragam sekolah robek atau rusak;
īŋpulang sekolah kelaparan meskipun telah
dibawakan bekal makanan atau uang
(mungkin bekal dan uang jajan dirampas);
īŋbersedih, menangis, marah-marah/uring-
uringan;
īŋprestasi belajar menurun dan sulit
berkonsentrasi
īGuru dan orang tua perlu waspada jika:
īŋpakaian seragam sekolah robek atau rusak;
īŋpulang sekolah kelaparan meskipun telah
dibawakan bekal makanan atau uang
(mungkin bekal dan uang jajan dirampas);
īŋbersedih, menangis, marah-marah/uring-
uringan;
īŋprestasi belajar menurun dan sulit
berkonsentrasi
36. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
īGuru dan orang tua perlu waspada jika:
(lanjutan....)
īŋanak menjadi pendiam, mengurung diri,
penakut, dan cemas;
īŋsering membawa barang-barang tertentu
(sesuai permintaan perilaku bullying);
īŋanak menjadi kasar dan dendam, dan
melakukan perilaku bullying pada orang
lain.
īGuru dan orang tua perlu waspada jika:
(lanjutan....)
īŋanak menjadi pendiam, mengurung diri,
penakut, dan cemas;
īŋsering membawa barang-barang tertentu
(sesuai permintaan perilaku bullying);
īŋanak menjadi kasar dan dendam, dan
melakukan perilaku bullying pada orang
lain.