Dokumen tersebut membahas mengenai masalah tingkah laku pada anak-anak dan faktor-faktor penyebabnya, seperti lingkungan, emosi, didikan orang tua, keterampilan sosial, dan penganiayaan. Dokumen tersebut juga memberikan beberapa saranan untuk guru dalam membantu anak-anak bermasalah tingkah laku dan teknik pengelolaan kelas untuk pendidikan khusus.
Materi ini merupakan salah satu materi di dalam diklat Penanganan Masalah Perilaku Siswa Berkebutuhan Khusus, yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK dan PLB.
Materi seminar di Universitas Pembangunan Jaya oleh Juneman Abraham dari Universitas Bina Nusantara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) Wilayah Banten, dan juga diliput oleh InfoBintaro di https://infobintaro.com/seminar-psikologi-positif-bagi-siswa-sekolah/
Materi ini merupakan salah satu materi di dalam diklat Penanganan Masalah Perilaku Siswa Berkebutuhan Khusus, yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK dan PLB.
Materi seminar di Universitas Pembangunan Jaya oleh Juneman Abraham dari Universitas Bina Nusantara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) Wilayah Banten, dan juga diliput oleh InfoBintaro di https://infobintaro.com/seminar-psikologi-positif-bagi-siswa-sekolah/
Materi asesmen perilaku merupakan salah satu materi yang disampaikan pada Diklat Penanganan Masalah Perilaku Siswa Berkebutuhan Khusus, yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK dan PLB pada program "Cloud Teacher Training".
Peran Orangtua sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Demikian juga halnya peran orangtua terhadap pendidikan anak. Presentasi sederhana ini mengupas tentang Peran Orangtua terhadap pendidikan anak di Sekolah Dasar. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
materi Ini adalah milik ust fauzul adhim (penulis buku buku best dan pakar parenting islam indonesia), Saya sudah ijin untuk publish dan penulis mempersilahkan materi ini di copy paste dan share untuk kebaikan.
denganharapan ini sebagai salah satu jariyah beliau juga
Banyak orangtua yang bingung menghadapi anak-anaknya yang akan menempuh Unas dan setelah lulusnya. Presentasi ini memberi sikap yg bagaimana yg harus dilakukan para orangtua.
Materi asesmen perilaku merupakan salah satu materi yang disampaikan pada Diklat Penanganan Masalah Perilaku Siswa Berkebutuhan Khusus, yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK dan PLB pada program "Cloud Teacher Training".
Peran Orangtua sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Demikian juga halnya peran orangtua terhadap pendidikan anak. Presentasi sederhana ini mengupas tentang Peran Orangtua terhadap pendidikan anak di Sekolah Dasar. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
materi Ini adalah milik ust fauzul adhim (penulis buku buku best dan pakar parenting islam indonesia), Saya sudah ijin untuk publish dan penulis mempersilahkan materi ini di copy paste dan share untuk kebaikan.
denganharapan ini sebagai salah satu jariyah beliau juga
Banyak orangtua yang bingung menghadapi anak-anaknya yang akan menempuh Unas dan setelah lulusnya. Presentasi ini memberi sikap yg bagaimana yg harus dilakukan para orangtua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pelaksanaan remidi dilakukan oleh guru kelas, namun dalam pelaksanaannya bukan hanya satu pihak saja yang melakukan remedial, namun dari pihak keluarga juga harus memiliki kesempatan untuk memberikan preses remedial. hal ini dikarenakan bahwa perlu adanya bimbingan lebih lanjut bukan hanya bimbingan yang dilakukan oleh guru , karena disadari bahwa guru tidak selalu ada untuk para siswa namun yang perlu tahu yaitu orang tua, karena orang tua selalu ada di antara mereka untuk setiap waktu. Selainorang tua adalah orang yang selalu ada bersamanya bisa kakak, kakek, nenek atau bahkan paman dan bibi.
Akan hal tersebut, perlu adanya pengetahuan pembelajaran remedial untuk anak yang memiliki maslah apapun, baik masalah proses belajar atau masalah motivasi belajar. akan lebih dalam lagi apabila dalam observasi ini dibahas tentang pembelajaran remedial untuk anak yang memiliki maslah motivasi belajar.
B. Tujuan
Rumusan masalah diantaranya:
1. Menjelaskan pengertian pembelajaran
2. Menjelaskan macam-macam penyimpangan perilaku pada anak usia SD
3. Menjelaskan gejala-gejala penyimpangan perilaku pada anak usia SD
4. Menjelaskan jenis-jenis perilaku yang menyimpag
5. Menjelaskan cara mengatasi anak yang memiliki masalah
C. Manfaat Observasi
Manfaat observasi bagi mahasiswa maupun bagi guru adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai calon guru memperoleh pengalaman baru dan sebagai acuan dalam mengajar serta menambah wawasan mahasiswa dalam mengajar anak SD.
2. Bagi Guru
Guru dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang kegiatan belajar mengajar yang harus diterapkan di SD pada saat ini.
Selain itu manfaat observasi adalah :
a. Melatih kita dalam membuat karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
b. Sebagai pedoman pembelajaran.
c. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan sekolah dasar.
3. Ruang Lingkup Penulisan Laporan
Dalam penulisan laporan ini, ruang lingkup yang digunakan adalah :
1. Pembelajaran Remidi
2. Kesulitan Belajar
4. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, metode yang digunakan terdiri dari berbagai macam teknik, diantaranya adalah pengumpulan data, pengamatan, dokumen, dan wawancara.
5. Waktu dan Tempat
Observasi (penelitian) ini dilakukan selama satu kali di Desa Bendosewu Kecamatan Talun-Blitar di rumah Bapak Maswan pada tanggal 15 April 2015 selama jam 15.14 sampai 14.10.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN REMIDIAL
Pembelajaran remedial (Remedial Teaching) merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi baik akademik maupun non akademik belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari peni
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Dirisayidatiasiyah
Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang menjadi kendala siswa dalam menyesuaikan diri di sekolah bisa melalui 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari diri sendiri karena ketidakpercayaan diri, sifat yang pendiam, sukar bergaul dengan teman baru atau bisa saja karna dia takut. Faktor eksternal biasanya berasal dari lingkungan yang baru di masukinya, misalnya sekolah barunya, teman-teman baru dan guru-guru yang baru.
Budaya Sekolah dan Pencegahan Tindak Kekerasankurtilas789
Materi TPK Kab/Kota: oleh-oleh dari Workshop Penguatan Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Jenjang SMP Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
(Surakarta, 7-11 September 2015)
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. 21
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
Kanak-kanak Bermasalah Tingkah Laku
Aznan Che Ahmad
Mohd Zuri Ghani
Salizawati Omar
Zainuddin Md Isa
Pendahuluan
Masalah tingkah laku kanak-kanak adalah berkait rapat dengan perkembangan sosial
mereka. Masalah tingkah laku juga bermaksud sejauh mana seseorang kanak-kanak
itu berupaya menunjukkan tingkah laku seperti yang diterima oleh masyarakat. Secara
umumnya tingkah laku seseorang kanak-kanak mula terbentuk daripada keluarga.
Pembentukan kelakuan dan tingkah laku kanak-kanak bergantung pada apa-apa yang
diperoleh mereka daripada ibu bapa dan keluarga mereka. Pepatah Melayu ada mengatakan
‘melentur buluh biar dari rebungnya’ digunakan untuk menunjukkan bahawa untuk
membentuk tingkah laku dan sosial yang baik dalam diri kanak-kanak perlu bermula di
rumah lagi.
Punca dan Faktor Masalah Tingkah Laku
Lima faktor masaalah tingkah laku adalah seperti faktor persekitaran, emosi, didikan ibu
bapa, kemahiran sosial dan penderaan.Huraiian terperinci adalah seperti berikut
1. Faktor persekitaran
Berlakunya sesuatu tingkah laku biasanya dipengaruhi oleh faktor persekitaran seperti
persekitaran rumah iaitu tidak mendapat perhatian dan kasih sayang daripada ibu bapa dan
pengaruh rakan sebaya; faktor persekitaran sekolah seperti kurikulum yang terlalu padat,
bilik darjah yang kurang kondusif, dan faktor rakan sebaya; faktor taraf sosioekonomi
keluarga, dan faktor pemakanan
2. Emosi
Faktor emosi juga pula merupakan satu faktor yang berupaya mempengaruhi tingkah
laku seseorang. Masalah emosi yang dialami akan sering menganggu diri mereka dan
menyebabkan emosi mereka tidak stabil (Gross, 1995). Selain itu, individu terbabit juga
tidak dapat memberikan tumpuan yang agak lama terhadap proses pembelajaran apabila
emosinya terganggu. Tingkah laku individu tersebut juga lazimnya sukar dikawal dan
pada kebiasaannya akan bertindak mengikut emosi tanpa berfikir panjang.
3. Didikan Ibu Bapa
Didikan ibu bapa juga boleh merupakan salah satu punca masalah emosi yang berlaku
dalam kalangan kanak-kanak. Sikap serta layanan ibu bapa akan mempengaruhi tingkah
laku anak-anak mereka (Wilmshurst & Brue, 2005). Kekurangan perhatian serta kasih
sayang oleh ibu bapa boleh menyebabkan seseorang kanak-kanak itu berasa tersisih,
Pendidikan Khas
3. 22
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
tidak dihargai dan tidak selesa dan perasaan ini seterusnya akan menyebabkan timbulnya
pelbagai karenah dan tingkah laku negatif yang sukar dikawal. Sikap sesetengah ibu
bapa yang tidak mengambil kisah pergerakan anak-anak mereka akan memburukkan lagi
keadaan (Kartini Ilias, Ponnusamy, & Normah, 2008).
4. Kemahiran Sosial
Kemahiran sosial pula merujuk aspek pergaulan kanak-kanak. Mereka lebih gemar
menyendiri dan pasif untuk bersosial. Biasanya mereka lebih suka hidup dalam dunia
mereka sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Mereka juga lebih suka bertindak
mengikut emosi mereka, kurang berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
5. Penderaan
Selain masalah yang dinyatakan di atas, masalah tingkah laku juga boleh terjadi apabila
seseorang kanak-kanak sering menjadi mangsa dera oleh ibu bapa, ahli keluarga, penjaga,
ataupun rakan sebaya. Biasanya kanak- kanak yang bermasalah tingkah laku kategori ini
akan mengalami masalah emosi dari segi fizikal dan mental. Hal ini disebabkan mereka
yang menjadi mangsa penderaan akan mempunyai satu perasaan untuk membalas dendam
atau melakukan tingkah laku penderaan yang dialami oleh mereka terhadap orang lain
pula. Selain itu, penderaan emosi juga adalah berkaitan dengan perasaan, contohnya, ibu
bapa atau ahli keluarga yang sering mengejek kanak-kanak dengan kata-kata yang kurang
sopan atau kata-kata penghinaan atau sering memandang rendah terhadap mereka akan
menyebabkan kanak-kanak tersebut bertingkah laku kurang baik kerana mereka akan
berasa bahawa mereka menjadi satu beban kepada orang lain dan sering tidak dipedulikan
atau berbeza dengan orang lain.
Cadangan Bagi Guru Untuk Membantu Kanak-kanak Bermasalah Tingkah Laku
Berikut adalah beberapa cadangan yang boleh digunakan oleh guru untuk membantu
kanak-kanak bermasaalah tingkah laku:
1. Ekonomi token
Kaedah ekonomi token merupakan suatu kaedah yang boleh digunakan untuk menetapkan
peraturan yang perlu dipatuhi dan dipersetujui oleh guru dan murid-murid. Guru perlu
menyediakan satu carta nama murid-murid dan akan menulis nama murid tersebut pada
papan atau kad dalam kelas dan meletakkan token. Apabila seseorang murid melakukan
tingkah laku positif, dia akan diberikan token ekonomi seperti bintang atau pelekat.
Bintang atau pelekat itu akan dilekatkan pada carta nama murid dan apabila bilangan
ekonomi token itu mencukupi seperti yang dipersetujui maka murid tersebut akan
menerima hadiah. Namun apabila murid tersebut melakukan tingkah laku negatif maka
guru akan memberikan amaran dan akan menolak bilangan bintang atau pelekat daripada
carta nama setelah amaran secara lisan diberikan beberapa kali.
Pendidikan Khas
4. 23
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
2. Latihan dan tugasan yang bersesuaian
Guru perlu menyediakan latihan dan tugasan yang bersesuaian dengan tahap kebolehan
murid. Cara ini penting kerana, apabila murid-murid berjaya menyiapkan latihan ataupun
tugasan yang diberikan kepada mereka dengan baik, mereka akan berasa gembira dan
lebih berkeyakinan dan cara ini juga akan membantu mengatasi masalah tingkah laku
mereka semasa proses pengajaran dan pembelajaran.
3. Pembelajaran yang menyeronokkan
Pembelajaran yang menyeronokkan akan mendorong murid-murid untuk mengikuti proses
pengajaran dan pembelajaran dengan lebih baik. Oleh itu, guru perlulah menyediakan
rancangan pengajaran yang melibatkan pembelajaran yang menyeronokkan. Pembelajaran
yang menyeronokkan akan menjadikan suasana pembelajaran di dalam bilik darjah
sesuatu yang menggembirakan murid-murid dan seterusnya akan menarik minat serta
tumpuan mereka untuk mengikuti proses pembelajaran dengan berkesan.
4. Peneguhan dan Penghapusan
Guru hendaklah membiasakan diri memberikan peneguhan seperti kata-kata pujian, kata-
kata peransang, bintang atau hadiah bagi memperkukuh pencapaian ataupun tingkah laku
yang diingini. Sesuatu peneguhan positif hendaklah dilakukan dengan tekal dan konsisten
bagi menjamin berulangnya tingkah laku yang diingini itu. Namun pemberian hadiah dan
bintang perlulah dikurangkan dan dihapuskan apabila tingkah laku yang diingini itu telah
berjaya dikuasai oleh murid tersebut secara konsisten. Manakala bagi tingkah laku yang
tidak diingini pula, ia boleh dihapuskan atau dikurangkan melalui proses penghapusan.
Sebagai contoh murid yang suka memberikan jawapan tanpa mengangkat tangan tidak
harus dilayan. Tindakan ini perlu dilakukan berulang kali sehingga amalan itu akan
terhenti dengan sendirinya. Seorang murid yang suka membuat jenaka dalam bilik
darjah akan diperkukuh tingkah lakunya itu apablia rakan-rakannya ketawa. Perbuatan
ketawa rakan-rakan sekelas akan menyebabkan murid berkenaan bermotivasi untuk terus
membuat jenaka di dalam bilik darjah.
Masalah Tingkah Laku dan Kemahiran Sosial
Masalah tingkah laku kanak-kanak, adalah seperti berikut:
1. Tingkah Laku Yang Kurang Disenangi atau Tidak Disenangi
Pada peringkat awal usia kanak-kanak, lazimnya ibu bapa akan mengambil sikap seolah-
olah mengiakan atau menerima tingkah laku anak-anak mereka yang tidak betul ataupun
kurang disenangi walaupun tingkah laku tersebut keterlaluan. Hap ini disebabkan ibu
bapa beranggapan bahawa tingkah laku sedemikian akan hilang apabila umur anak
mereka meningkat. Namun pada hakikatnya, tingkah laku yang dibiarkan ditunjukkan
oleh kanak-kanak ini akan memberikan kesan negatif kepada diri kanak-kanak itu sendiri
kerana mereka akan berasa tingkah laku mereka adalah betul dan dapat diterima oleh ibu
bapa mereka serta orang lain. Bagi kanak-kanak berkeperluan khas, ibu bapa perlu lebih
prihatin dan memberikan perhatian kepada tingkah laku yang ditunjukkan oleh mereka
Pendidikan Khas
5. 24
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
kerana kanak-kanak ini tidak memahami dan tidak sedar bahawa tingkah laku yang
dipamerkan oleh mereka merupakan suatu tingkah laku yang tidak disenangi oleh orang
lain ataupun bersifat keterlaluan sekiranya mereka tidak ditegur serta dibimbing.
Sebagai contoh, kanak-kanak lazimnya gemar bertingkah laku seperti mengamuk apabila
kehendak mereka tidak dipenuhi oleh ibu bapa mereka. Tingkah laku mengamuk ini
biasanya berhasil kerana ibu bapa tidak mahu melihat anak mereka mengamuk seperti
di kawasan orang ramai ataupun pasaraya. Kanak-kanak yang sudah terlazim dengan
tingkah laku begini akan selalu “menang” dengan taktik ini akan terus menggunakannya
tanpa mengira tempat dan masa.
2. Gangguan Tingkah Laku
Kanak-kanak yang mangalami gangguan tingkah laku biasanya akan menunjukkan
tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang seharusnya. Biasanya tingkah
laku mereka ini tidak dapat diterima oleh masyarakat dan akan dianggap sebagai tingkah
laku antisosial.
Ciri–ciri tingkah laku antisosial ini biasanya akan berlaku secara berulang kali dan
berterusan serta melanggar hak asasi orang lain atau melanggar peraturan dan norma
masyarakat. Tindakan disiplin dan hukuman yang dikenakan kepada kanak-kanak ini
biasanya tidak memberikan sebarang kesan kepada mereka. Antara tingkah laku yang
tergolong dalam kategori gangguan tingkah laku dalam kalangan murid-murid sekolah
adalah:sering ponteng sekolah
i) sering bercakap bohong
ii) mengambil barang orang lain tanpa izin
iii) lari dari rumah
iv) sering memulakan pergaduhan atau perkelahian
v) menggunakan senjata dalam pergaduhan atau perkelahian
vi) melakukan penganiayaan terhadap manusia atau haiwan
vii) sengaja merosakkan harta benda awam atau benda milik orang lain
viii) sengaja memulakan kebakaran
ix) memecah rumah, bangunan dan kereta
x) mencuri di luar rumah sendiri atau rumah orang lain
xi) menghisap rokok, minum minuman beralkohol ataupun menyalahgunakan
dadah
xii) berjudi
Pendidikan Khas
6. 25
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
3. Tingkah laku suka menentang
Sikap degil ataupun suka menentang yang ditunjukkan oleh kanak-kanak untuk mendapat
perhatian ataupun mendapat sesuatu yang diinginkan oleh mereka. Antara contoh tingkah
laku menentang adalah:
a. tidak mendengar kata
b. sentiasa bersifat/berfikiran negatif
c. sentiasa tidak mahu mengikut atau melanggar arahan dan peraturan
d. bertengkar dan bertikam lidah
e. degil
Kanak-kanak yang mempunyai tingkah laku yang suka menentang ini biasanya akan
memberikan masalah yang banyak kepada ibu bapa dan guru di dalam kelas terutamanya
untuk mematuhi arahan yang diberikan. Contohnya, kanak-kanak jenis ini biasanya tidak
mahu menyiapkan kerja rumah ataupun tugasan yang diberikan oleh guru.
Menangani Masalah Tingkah Laku di Dalam Bilik Darjah Pendidikan Khas Melalui
Teknik Pengurusan
Secara umumnya, pengurusan boleh ditakrifkan sebagai satu seni untuk melaksanakan
proses kerja yang terancang dan dilaksanakan secara bersistematk, teratur dan mempunyai
garis panduan yang tertentu supaya kanak kanak mudah faham dan dapat mengurangkan
masalah tingkah laku. Terdapat beberapa cara dalam teknik menguruskan tingkah laku
dalam kelas untuk kanak- kanak ini.
1. Menjelaskan Peraturan
Guru perlu memastikan tidak terdapat banyak peraturan di dalam bilik darjah. Peraturan
yang ditetapkan di dalam bilik darjah mestilah jelas dan mudah difahami serta dipatuhi
oleh murid-murid berkeperluan khas. Guru boleh juga menggunakan strategi iaitu guru
akan berbincang dengan murid mengenai peraturan yang akan dipersetujui bersama.
Guru perlu menerangkan secara rasional mengenai peraturan yang disediakan untuk
murid-muridnya. Peraturan yang dibuat secara bertulis atau bergambar hendaklah
ditampal di tempat yang mudah dilihat oleh mereka dan menyertakan contoh- contoh
bagi peraturan tersebut.
2. Peneguhan Positif
Peneguhan positif di dalam bilik darjah merupakan salah satu strategi pengurusan tingkah
laku yang berkesan untuk diamalkan (Ee Ah Meng, 1993). Berikut dinyatakan beberapa
contoh peneguhan positif yang boleh digunakan oleh guru di dalam bilik darjah:
Pendidikan Khas
7. 26
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
o memberikan pujian dan penghargaan kepada murid apabila murid
menunjukkan tingkah laku yang positif. Sebagai contoh, apabila
seseorang murid yang biasanya akan membuat bising apabila hendak
berbaris,tiba-tibapadasuatuharimuridtersebutberbarisdengansenyap,
guru perlulah memberikan peneguhan positif kepada murid berkenaan
agar tingkah laku positif itu akan diulangi oleh murid tersebut. Guru
boleh mengatakan begini kepada murid tersebut ”Shafiq, cikgu suka
apabila Shafiq berbaris dengan senyap”.
o memberikan ganjaran kepada murid. Ganjaran yang dimaksudkan
boleh berupa keistimewaan seperti tanggungjawab yang diminati oleh
murid di dalam bilik darjah, bermain komputer, membaca buku cerita,
atau melakukan perkara yang diminatinya di dalam bilik darjah.
o secara umumnya, elakkan daripada menggunakan insentif dan ganjaran
yang berupa sesuatu yang besar atau mahal. Gunakan insentif yang
kecil dan mudah untuk menarik perhatian mereka untuk melakukan
tingkah laku positif seperti hadiah pemadam, pensel, pelekat, atau
pengasah pensel.
3. Persediaan Guru
Berikut diberikan beberapa cadangan yang boleh digunakan oleh guru-guru pendidikan
khas untuk menangani masalah tingkah laku murid-murid di dalam bilik darjah:
o Guru-guru pendidikan khas perlulah membiasakan diri menyambut murid
semasa mereka sampai di pintu bilik darjah.
o Sentiasa memberikan arahan yang mudah, ringkas dan jelas. Arahan boleh
diberikan sama ada sebelum memulakan proses pengajaran dan pembelajaran
ataupun semasa proses pengajaran dilaksanakan, bergantung pada fungsi dan
keperluan arahan tersebut.
o Amalkan memberikan senyuman dan salam kepada murid.
o Sentiasa bergerak semasa proses pengajaran dan pembelajaran berlangsung.
4. Kedudukan Murid
Guru disarankan meletakkan murid yang mempunyai masalah tingkah laku ataupun sukar
memberikan tumpuan di dalam bilik darjah berada dekat dengan guru. Guru juga perlu
sentiasa memberikan perhatian kepada murid berkenaan supaya dia berasa bahawa dia
menerima perhatian guru sepanjang masa. Elakkan murid yang mempunyai masalah
tingkah laku daripada duduk berhampiran dengan pintu, tingkap, ataupun benda- benda
yang boleh mengganggu perhatian mereka.
5. Hubungan
Guru terutamanya guru pendidikan khas perlu sentiasa mewujudkan hubungan rapat
dengan murid agar mereka berasa selesa dan selamat untuk berada bersama dengan
guru berkenaan, berkomunikasi dan berbincang secara selesa (Thomas & Loxley, 2007).
Pendidikan Khas
8. 27
DP. Jilid 10, Bil 2/2010
Apabila telah wujud hubungan rapat antara guru dengan murid, maka adalah lebih mudah
bagi guru untuk membentuk tingkah laku murid berkenaan.
Kesimpulan
Menangani masalah tingkah laku dalam kalangan kanak-kanak terutamanya kanak-
kanak berkeperluan khas bukanlah suatu tindakan yang mudah. Guru dan ibu bapa perlu
memikirkan strategi pencegahan ataupun strategi mengurangkan sesuatu tingkah laku
yang tidak diingini dalam diri kanak-kanak tersebut. Kegagalan menangani masalah
tingkah laku negatif ini sering kali membuatkan ibu bapa dan guru mengeluh dan berasa
kecewa. Namun dengan beberapa cadangan yang telah dikemukakan dalam penulisan ini
diharapkan ibu bapa serta guru dalam memanfaatkannya.
Rujukan
Ee Ah Meng (1993). Pedagogi – Satu pendekatan bersepadu. Penerbitan Fajar Bakti
Sdn. Bhd.
Grossman, H. (1995). Special education in a diverse society. Boston: Allyn & Bacon.
Kartini Ilias, Ponnusamy, S & Normah, C. D. Parental stress in parents of special
children: The effectiveness of psycho education program on parents’
psychosocial well beings. Simposium Sains Kesihatan Kebangsaan ke 7 Hotel
Legend, Kuala Lumpur, 18 – 19 Jun 2008 : 205 – 21.
Thomas, G. and Loxley, A. (2007) Deconstructing Special Education and Constructing
Inclusion (2nd Edition). Open University Press
Wilmshurst, L, & Brue, A. W. (2005). A parent’s guide to special education. New York:
AMACOM.
Coping with behavioural problems diperole daripada: http://www.mumsnet.com/special-
needs/parenting/help-with-behavioural-issues
Pendidikan Khas