Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku donor darah pada mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, keterpaparan informasi, dan dukungan teman dengan perilaku donor darah, tetapi tidak untuk sikap. Pengetahuan dan dukungan teman memiliki hubungan sedang, sementara keterpaparan informasi memiliki hubungan lemah.
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Blood Donation Journal
1. 1
PERILAKU DONOR DARAH MAHASISWA ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Blood Donation Behavior of Health Science Students
in Hasanuddin University
Suci Khairunnisa H., Rismayanti, Dian Sidik Arsyad
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
(skhasairin@gmail.com, rismayanti707ti@gmail.com, dian_sidiq@yahoo.com,
082187984840)
ABSTRAK
Donor darah adalah cara memperoleh darah untuk memenuhi kebutuhan darurat dalam kasus
kecelakaan lalu lintas, komplikasi kehamilan dan persalinan, berbagai gangguan anemia dan keadaan
darurat bedah lainnya. Kota Makassar tahun 2013 mendapatkan 40.922 kantong darah, sedangkan
jumlah permintaan darah di rumah sakit yaitu 49.450 kantong darah. Salah satu penyebab terbatasnya
jumlah pendonor karena kurangnya donor darah sukarela rutin oleh mahasiswa. Penelitian bertujuan
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi dan dukungan teman dengan
perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian adalah mahasiswa
fakultas kedokteran, kedokteran gigi, kesehatan masyarakat dan farmasi angkatan 2011-2013 dengan
jumlah mahasiswa 3.184 orang. Sampel penelitian sejumlah 350 mahasiswa yang dipilih dari populasi
secara accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square dan uji phi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 350 responden terdapat 247 responden (70,6%) dengan perilaku
donor darah buruk. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan (ρ=0,000), ketepaparan informasi (ρ=0,000) dan dukungan teman (ρ=0,000) dengan
perilaku donor darah serta tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku donor darah
(ρ=0,303). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan pengetahuan, keterpaparan informasi, dan
dukungan teman dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin.
Kata kunci : Perilaku donor darah, pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan
teman
ABSTRACT
Blood donation is the only way of acquiring blood to meet emergency requirements in cases of
road traffic accidents, complications of pregnancy and childbirth, various anemic disorders and
surgical emergencies among others. Based on data from blood transfusion unit, the city of Makassar
in 2013 collected 40 922 bags of blood, while the number of hospital demand blood in which 49 450
bags of blood. One of cause the limited number of donors due to the lack of voluntary blood donation
are routinely made by students.This research was made to know correlation between knowledge,
attitude, information exposure and friend’s support with blood donation behavior of health science
students in Hasanuddin University. Kind of this research was analytic observational with cross
sectional study design. The population was all student in the faculty of medicine, the faculty of
dentistry , the faculty of public health and the faculty of pharmacy 2011-2013 force with the number of
student was 3.184 people . Sample was 350 students selected from population by accidental sampling.
Data were analyzed by using chi-square tess and phi test.. The results show that of the 350
respondents there were 247 respondents ( 70.6 % ) with bad blood donation behavior. Based on the
bivariat analysis show that there was correlation between knowledge (p=0,000), information exposure
(p=0,000), and friend’s support (p=0,000) with blood donation behavior and also there was no
correlation between attiude (p=0,303) with blood donor behavior. The conclusion from this study that
there was correlation between knowledge, information exposure , and friend’s support with blood
donation behavior of health science students in Hasanuddin University.
Keywords: Blood donation behavior, knowledge, attitude, information, friend’s support
2. 2
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk, harapan hidup, diagnosis yang canggih dan metode
pengobatan untuk pasien trauma, hematologi, onkologi, bedah, hati dan paru-paru
transplantasi, merupakan tantangan yang berkelanjutan untuk bank darah dalam menyediakan
donor darah rutin, cukup dan aman. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa
tidak tersedianya darah telah menyebabkan kematian dan banyak pasien yang menderita
gangguan kesehatan. Sekitar 108 juta unit darah yang disumbangkan dikumpulkan secara
global setiap tahun. Hampir 50% dari donor darah ini dikumpulkan di negara-negara
berpenghasilan tinggi yaitu lebih dari 20% dari populasi dunia.1
Angka kematian akibat tidak tersedianya stok darah pada negara berkembang relatif
tinggi. Hal tersebut dikarenakan ketidakseimbangan antara keterpaparan darah dengan
kebutuhan darah di rumah sakit. Faktanya, persentase pendonor darah di Indonesia lebih
sedikit dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah untuk transfusi
darah setiap negara secara relatif sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang sebanyak 6-
10 orang per 1.000 penduduk yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan beberapa negara
maju di Asia, misalnya Korea dan Thailand lebih dari 30 penyumbang per 1.000 penduduk.2
Kebutuhan darah secara nasional Indonesia masih jauh dari angka tercukupi.
Kebutuhan darah secara nasional yang disebutkan Palang Merah Indonesia jika diasumsikan
penduduk Indonesia sejumlah 260 juta jiwa adalah 5,2 juta kantong. Jumlah tersebut
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan darah di Indonesia di mana diperkirakan setiap
delapan detik terdapat seseorang membutuhkan darah di Indonesia.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pelayanan Unit Donor Darah Palang Merah
Indonesia (UDD PMI) kota Makassar, terjadi peningkatan permintaan darah dalam kurun
waktu tahun 2011-2012 yaitu sebanyak 42.542 dan 48.242 kantong darah. Permintaan yang
mampu terpenuhi dalam kota Makassar hanya 25.890 kantong darah pada tahun 2011 dan
27.828 kantong darah pada tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa masih ada 17.918
permintaan pada tahun 2011 dan 20.932 permintaan pada tahun 2012 yang tidak mendapatkan
darah donor.4
Berdasarkan data unit transfusi darah, kota Makassar pada tahun 2013 mendapatkan
40.922 kantong darah. Sedangkan jumlah permintaan darah pada rumah sakit di kota
Makassar yaitu 49.450 kantong darah.5
Terbatasnya jumlah pendonor darah terutama donor
darah sukarela dan frekuensi donor menyebabkan unit transfusi darah belum mampu
memenuhi kebutuhan darah.
3. 3
Faktor yang berhubungan dengan perilaku donor darah adalah pengetahuan, sikap,
keterpaparan informasi dan dukungan teman. Kowsalya, et al menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara pengetahuan dan praktik donor darah, praktik donor darah yang
positif dapat ditingkatkan dengan menanamkan pengetahuan tentang donor darah di kalangan
mahasiswa untuk merekrut dan menyumbangkan darah secara teratur.6
Penelitian Hosain, et
al menyatakan bahwa 82% dari mahasiswa yang menjadi responden menunjukkan sikap
positif terhadap donor darah, namun hanya 16 persen dari responden dalam penelitian ini
pernah donor darah secara sukarela.7
Penelitian Mamatya, et al menyatakan bahwa alasan
umum untuk tidak menyumbangkan yaitu tidak ada permintaan, tidak ada informasi tentang
layanan donor darah. Penyebab utama dari pendonor yang lebih sedikit pada kelompok non-
medis dan perempuan yaitu kurangnya informasi dan kurangnya permintaan langsung. Teman
merupakan sumber informasi donor darah yaitu sekitar 34,5 % memilih teman sebagai sumber
informasi mereka.8
Alasan umum yaitu sekitar 47% mendonorkan darahnya pertama kali
untuk teman.9
Jadi dapat disimpulkan peran teman sangat berpengaruh dalam perilaku donor
darah di masyarakat.
Beberapa penelitian di atas menjelaskan bahwa keterbatasan jumlah pendonor pada
masa ini dapat disebabkan oleh pengetahuan tentang donor darah yang kurang, sikap, tidak
adanya informasi tentang donor darah, dan dukungan teman yang kurang. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku donor
darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross
sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat Fakultas Universitas Hasanuddin,
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas
Farmasi pada bulan Maret 2015. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa ilmu
kesehatan angkatan 2011-2013 dengan jumlah mahasiswa 3.184 orang. Sampel penelitian ini
adalah mahasiswa ilmu kesehatan usia minimal 17 tahun sebanyak 350 mahasiswa yang
dipilih dari populasi secara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan
bivariat dengan uji chi square dan uji phi. Penyajian data dalam bentuk tabel dan disertai
narasi.
4. 4
HASIL
Sebagian besar responden berumur 19 tahun yaitu sebanyak 114 responden (32,6%).
Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 238 responden (68%). Dalam hal golongan darah, sebagian besar golongan darah
responden yaitu golongan darah O sebanyak 118 responden (33,7%) dan hanya 26 responden
(7,4%) dengan golongan darah AB. Sedangkan berat badan menurut batas minimal
diterimanya pendonor, sebagian besar berat badan responden yaitu 46 – 50 kg sebanyak 143
responden (40,9%) (Tabel 1).
Responden menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku donor darah responden buruk
yaitu sebanyak 247 mahasiswa (70,6%). Dari segi pengetahuan responden, sebagian besar
memiliki pengetahuan cukup sebanyak 215 mahasiswa ilmu kesehatan Universitas
Hasanuddin (61,4%). Untuk variabel sikap, sebagian besar sikap donor darah responden yaitu
positif sebanyak 189 mahasiswa (54%). Variabel keterpaparan informasi, sebagian besar
responden sudah terpapar informasi donor darah yaitu sebanyak 310 mahasiswa (88,57%),
sedangkan variabel dukungan teman, sebagian besar responden mendapat dukungan dari
teman sebanyak 190 mahasiswa (54,3%) (Tabel 2).
Variabel pengetahuan dari 215 mahasiswa dengan pengetahuan cukup, terdapat 90
mahasiswa (41,86%) dengan perilaku donor darah yang baik dan 125 mahasiswa (58,14%)
dengan perilaku donor darah yang buruk. Sedangkan dari 135 mahasiswa dengan pengetahuan
kurang, terdapat 13 mahasiswa (9,63%) dengan perilaku donor darah yang baik dan 122
mahasiswa (90,37%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Hasil uji chi-square diperoleh
nilai ρ-value (0,000) < α (0,05) , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada
hubungan antara pengetahuan donor darah dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu
kesehatan Universitas Hasanuddin dan nilai φ (0,344) yang berarti kekuatan hubungan sedang
(Tabel 3).
Variabel sikap dari 189 mahasiswa dengan sikap donor darah yang positif, terdapat 60
mahasiswa (31,75%) dengan perilaku donor darah yang baik dan 129 mahasiswa (68,25%)
dengan perilaku donor darah yang buruk. Sedangkan dari 161 mahasiswa dengan sikap donor
darah yang negatif terdapat 43 mahasiswa (26,71%) dengan perilaku donor darah yang baik
dan 118 mahasiswa (73,29%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Hasil uji chi-square
diperoleh nilai ρ-value (0,303) > α (0,05) , maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap donor darah dengan perilaku donor darah
mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin(Tabel 3).
5. 5
Variabel keterpaparan dari 310 mahasiswa yang terpapar informasi donor darah,
terdapat 102 mahasiswa (32,90%) dengan perilaku donor darah yang baik dan 208 mahasiswa
(67,10%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Sedangkan dari 40 mahasiswa yang tidak
terpapar informasi donor darah, terdapat 1 mahasiswa (2,5%) dengan perilaku donor darah
yang baik dan 39 mahasiswa (97,5%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Hasil uji chi-
square diperoleh nilai ρ-value (0,000) < α (0,05) , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti bahwa ada hubungan antara keterpaparan informasi donor darah dengan perilaku donor
darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin dan nilai φ (0,212) yang berarti
kekuatan hubungan lemah (Tabel 3).
Variabel dukungan teman dari 190 mahasiswa yang memiliki dukungan teman,
terdapat 91 mahasiswa (47,9%) dengan perilaku donor darah yang baik dan 99 mahasiswa
(52,1%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Sedangkan dari 160 mahasiswa yang tidak
memiliki dukungan teman, terdapat 12 mahasiswa (7,5%) dengan perilaku donor darah yang
baik dan 148 mahasiswa (92,5%) dengan perilaku donor darah yang buruk. Hasil uji chi-
square diperoleh nilai ρ-value (0,000) < α (0,05) , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti bahwa ada hubungan antara dukungan teman dengan perilaku donor darah mahasiswa
ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin dan nilai φ (0,442) yang berarti kekuatan hubungan
sedang (Tabel 3).
PEMBAHASAN
Pengetahuan donor darah pada penelitian adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
responden tentang donor darah, meliputi pengertian, jenis, prosedur, manfaat dan syarat untuk
donor darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan donor
darah dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kowsalya, et al di India pada responden
mahasiswa kesehatan yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu responden tahun pertama, tahun
kedua dan tahun ketiga dimana ada hubungan positif antara pengetahuan dan praktik donor
darah, praktik donor darah yang positif dapat ditingkatkan dengan menanamkan pengetahuan
tentang donor darah di kalangan responden untuk merekrut dan menyumbangkan darah secara
teratur.6
Hal yang sama dilakukan Mamatya, et al pada responden mahasiswa kesehatan dan
non-kesehatan di Nepal menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan donor darah.10
Tingkat pengetahuan cukup responden cenderung memiliki perilaku donor darah yang
baik, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
6. 6
yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Holdershaw, et al menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik mengenai donor darah cenderung akan menyumbangkan darahnya.
Sehingga pengetahuan dan informasi mengenai donor darah harus dipromosikan kepada
masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah pendonor.11
Tingkat pengetahuan rendah responden cenderung memiliki perilaku donor darah yang
buruk, hal ini disebabkan karena faktor pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang dan tergantung pada ingatan seseorang pada saat pengisian kuesioner. Sesuai
dengan Notoatmodjo yang mengemukakan bahwa pengetahuan terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan yang baik akan
meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi, oleh karena itu meskipun
responden pernah mendapatkan informasi tentang donor darah, tetapi responden tersebut tidak
melakukan pengindraan dengan baik, hal ini mengakibatkan pemahaman responden menjadi
kurang baik sehingga berdampak pada perilaku donor darah yang buruk. Notoadmodjo juga
mengemukakan bahwa kemampuan mengingat seseorang dapat dipengaruhi oleh dimensi
waktu.12
Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari – hari, bila sikap itu sudah
terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan tingkah lakunya terhadap
sesuatu.13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap
donor darah dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin
Penelitian yang sama dilakukan Hosain, et al pada responden Universitas Dhaka di
Bangladesh bahwa 80% dari respoden menunjukkan sikap positif terhadap donor darah,
namun hanya 16% dari responden dalam penelitian ini pernah donor darah secara sukarela.7
Penelitian Sari menunjukkan bahwa sikap yang baik terhadap donor darah yaitu 85,4%,
meskipun sebagian besar responden tidak pernah donor darah yaitu 87,8%. Hal ini tersebut
membuktikan bahwa meskipun seseorang memiliki sikap positif terhadap donor darah, tidak
dapat mewujudkan perilaku donor darah yang baik.14
Sikap positif responden cenderung memiliki perilaku donor darah yang buruk. Hal ini
disebabkan karena pada penelitian ini perilaku donor darah baik tidaklah mencerminkan sikap
positif donor darah. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi faktor-faktor internal maupun
eksternal dari responden, yaitu karena larangan dari orang tua dan berbagai aktivitas yang
dapat menghalangi responden untuk mendonorkan darah. Hal tersebut sama dengan sikap
negatif cenderung memiliki perilaku donor darah yang buruk. Hal ini disebabkan karena sikap
7. 7
negatif dari responden berupa adanya persepsi yang salah tentang donor yaitu ketakutan jarum
suntik dan tidak sterilnya alat yang digunakan serta donor darah akan menaikkan berat badan.
Adanya media informasi mengenai donor darah merupakan hal penting untuk
merekrut para pendonor untuk mendonorkan darahnya secara rutin. Tersedianya informasi
tentang manfaat donor darah sehingga dapat meningkatkan perilaku donor darah masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan informasi donor
darah dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin.
Berdasarkan penelitian Mamatya, et al , alasan umum untuk tidak menyumbangkan yaitu
tidak ada permintaan dan tidak ada informasi tentang layanan donor darah.10
Penelitian Hong
dan Loke di Hongkong menunjukkan bahwa meskipun responden mengetahui kegunaan
donor darah dan pentingnya darah untuk keselamatan jiwa pasien, namun masih ada alasan
responden yang tidak pernah donor darah dan tidak memiliki keinginan untuk donor darah.
Kurangnya informasi tentang darah dan donor darah menyebabkan banyaknya orang yang
tidak mau donor darah, dan alasan itu yang digunakan oleh orang-orang yang tidak pernah
donor untuk membebaskan mereka dari donor darah.15
Responden yang mendapatkan informasi donor darah cenderung memiliki perilaku
donor darah yang baik, hal ini disebabkan karena dengan adanya berbagai media informasi
yang memberikan infomasi donor darah kepada responden sehingga responden lebih mudah
untuk mendonorkan darahnya. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan informasi
donor darah cenderung memiliki perilaku donor darah yang buruk, hal ini disebabkan karena
niat dan minat dari responden untuk mendonorkan darahnya yang kurang sehingga mereka
tidak mengakses dan mendapatkan informasi tentang donor darah.
Masa kuliah merupakan masa mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya
bersama teman sehingga informasi dan tindakan yang mereka lakukan dapat dipengaruhi oleh
teman. Peran teman pada saat donor darah merupakan panutan yang penting untuk
memotivasi dan menghilangkan berbagai persepsi donor darah dalam diri seseorang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan teman dengan perilaku donor
darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin. Berdasarkan penelitian Jose, et al,
teman merupakan sumber informasi donor darah yaitu sekitar 34,5 % memilih teman sebagai
sumber informasi mereka.8
Dan sejalan dengan penelitian Uma, et al alasan umum yaitu
sekitar 47% mendonorkan darahnya pertama kali untuk teman. Jadi peran teman sangat
berpengaruh dalam perilaku donor darah di masyarakat.9
Responden yang mendapatkan dukungan teman cenderung memiliki perilaku donor
darah yang baik, hal ini disebabkan karena dengan adanya dukungan teman sehingga teman
8. 8
dapat menjadi personal reference yang baik yang dapat memberikan gambaran tindakan
donor darah sebelumnya, maka seseorang akan lebih mudah mendonorkan darahnya.
Sedangkan responden yang mendapatkan mendapatkan dukungan teman dengan perilaku
donor darah yang buruk sebanyak 99 responden (52,1%). Hal ini disebabkan karena ada
faktor lain terutama pada izin dari orang tua yang menyebabkan responden lebih memilih
untuk tidak donor darah. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan teman
cenderung memiliki perilaku donor darah yang buruk karena lingkungan pertemanan
responden yang kurang akan budaya serta motivasi donor darah menyebabkan kurangnya
partisipasi responden untuk mendonorkan darahnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang donor
darah (ρ=0,000), keterpaparan informasi donor darah (ρ=0,000), dukungan teman (ρ=0,000)
dengan perilaku donor darah mahasiswa ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin, sikap
terhadap donor darah (ρ=0,303) tidak berhubungan dengan perilaku donor darah mahasiswa
ilmu kesehatan Universitas Hasanuddin.
Diharapkan bagi petugas kesehatan di Unit Transfusi Darah dan organisasi kampus
terkait donor darah untuk lebih menambah program donor darah dalam rangka pemberdayaan
donor darah rutin bagi mahasiswa dengan memberikan penyuluhan mini mengenai syarat dan
manfaat donor darah ketika kegiatan donor darah sukarela di setiap fakultas Universitas
Hasanuddin sehingga kesadaran mahasiswa akan pentingnya donor darah meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 10 Facts on Blood Donation [Online] 2014. [Diakses 20
Oktober 2014] Available at: http://www.who.int/features/factfiles/blood_transfusion/en/.
2. World Health Organization. Summary Report Global Database on Blood Safety [Online]
2011. [Diakses 20 Oktober 2014] Available at : http://www.who.int/bloodsafety/
global_database /GDBS_Summary_Report_2011.pdf.
3. Komandoko G. Donor Darah Terbukti Turunkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke.
Yogyakarta: Media Presindo; 2013.
4. Suryati I, Nurhayani, Alwy. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
Keluarga Resipien pada Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kota
Makassar[Online] 2013. [diakses 8 November 2014] Available at: http://repository.
unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5493/Jurnal%20(IRMA%20SURYATI).pdf?seq
uence=1.
5. Angkoso PD. Perencanaan Optimasi Distribusi Darah di Kota Makassar [Skripsi].
Makassar: Universitas Hasanuddin; 2013.
6. Kowsalya V, Vijayakumar R, Chidambaram R, Srikumar R, Reddy EP, Latha S, et al. A
Study on Knowledge, Attitude and Practice Regarding Voluntary Blood Donation
9. 9
Among Medical Students in Puducherry, India. Pakistan Journal of Biological Sciences:
PJBS. 2013;16(9):439-442.
7. Hosain GM, Anisuzzaman M, Begum A. Knowledge and Attitude Towards Voluntary
Blood Donation Among Dhaka University Students in Bangladesh. East African Medical
Journal. 1997;74(9):549-53.
8. Jose AP, Angadi MM, Masali KA, Bhat S, KJ S, Wajantri P. Knowledge, Attitude and
Practices on Voluntary Blood Donation Among College Students in Bijapur, Karnataka.
IJCRR. 2013;5(12):26-31.
9. Uma, Arun, Arumugam. The Knowledge, Attitude and Practice Towards Blood Donation
Among Voluntary Blood Donors in Chennai, India. Journal of Clinical and Diagnostic
Research. 2013;7(6):1043-946.
10. Mamatya A, Prajapati R, Yadav R. Knowledge and Practice of Blood Donation : a
Comparison Between Medical and Non-medical Nepalese Students. Nepal Medical
College Journal : NMCJ. 2012;14(4):283-6.
11. Holdershaw J, Gendall P, Wright M. Predicting Willingness to Donate Blood.
Australasian Marketing Journal. 2003;11(1):87-96.
12. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
13. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
14. Sari SE. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Donor Darah pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak [Skripsi]. Pontianak:
Universitas Tanjungpura Pontianak; 2013.
15. Hong J, Loke A. Hong Kong Young People’s Blood Donation Behaviour. Asian Journal
Transfuse Science. 2011;5(1):49-52.
10. LAMPIRAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karaktersitik Mahasiswa Ilmu Kesehatan
Universitas Hasanuddin
Karakteristik Responden n = 350 %
Umur (tahun)
18
19
20
21
22
23
13
114
95
91
36
1
3,7
32,6
27,1
26,0
10,3
0,3
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
112
238
32,0
68,0
Golongan Darah
A
B
AB
O
107
99
26
118
30,6
28,3
7,4
33,7
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian Perilaku Donor Darah Mahasiswa Ilmu
Kesehatan Universitas Hasanuddin
Variabel n = 350 %
Perilaku
Baik
Buruk
103
247
29,4
70,6
Tingkat Pengetahuan
Cukup
Kurang
215
135
61,4
38,6
Sikap
Positif
Negatif
189
161
54,0
46,0
Keterpaparan Informasi
Terpapar
Tidak Terpapar
310
40
88,57
11,43
Dukungan Teman
Mendukung
Tidak Mendukung
190
160
54,3
45,7
Sumber : Data Primer, 2015
11. Tabel 3. Hubungan Variabel Independen dengan Perilaku Donor Darah Mahasiswa
Ilmu Kesehatan Universitas Hasanuddin
Variabel Independen
Perilaku Donor Darah
n %
Hasil
Uji Statistik
Baik Buruk
n % n %
Pengetahuan
Cukup
Kurang
90
13
41,86
9,63
125
122
58,14
90,37
215
135
100
100
ρ = 0,000*
φ = 0,344
Sikap
Positif
Negatif
60
43
31,75
26,71
129
118
68,25
73,29
189
161
100
100
ρ = 0,303
Keterpaparan Informasi
Tepapar
Tidak Terpapar
102
1
32,90
2,50
208
39
67,10
97,50
310
40
100
100
ρ = 0,000*
φ = 0,212
Dukungan Teman
Mendukung
Tidak Mendukung
91
12
47,9
7,5
99
148
52,1
92,5
190
160
100
100
ρ = 0,000*
φ = 0,442
Sumber : Data Primer, 2015