HUBUNGAN ANEMIA DENGAN CHOLINESTERASE DI WILAYAH NGABLAK
1. Penguji I : Dr. Istri Yuliani, S.SiT., M.Sc
Penguji II : Dr. Totok Sudargo, SKM., M.Kes
Penguji III : Dr.Yuni Kusmiyati,S.ST.,MPH
Penguji IV : Dr. Sri Puji Ganefati,SKM., M.Kes
PENGARUH KADAR CHOLINESTERASE DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI
DI WILAYAH PERTANIAN HORTIKULTURA
KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM MAGISTER
STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2020/2021
OLEH:
RITA YUNIATI
19720010
3. 1
LATAR BELAKANG MASALAH
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang paling umum
terjadi di seluruh dunia, terutama anemia yang disebabkan
karena defisiensi besi (Lestari, 2017).
2
Riskesdas Tahun 2018
Dari tahun 2013 sampai 2018 terdapat kenaikan prevalensi
anemia pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu 18,4% menjadi
32% atau 14,7 juta jiwa, anemia pada perempuan (23.9%) relatif
lebih tinggi pada laki-laki (18.4%), serta anemia di pedesaan
(22.8%) lebih tinggi daripada di perkotaan (20.6%).
4. LATAR BELAKANG
3
4
Prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10
remaja menderita anemia. Angka prevalensi anemia di Indonesia
pada tahun2018 pada remaja putri sebesar 26,50%
(Kemenkes RI, 2018)
Dampak Anemia pada remaja putri
- Jangka pendek
- Jangka Panjang
Penyebab Anemia
- Faktor Internal
- Faktor Eksternal : Penggunaan Pestisida
→ cholinesterase menurun 25% →ANEMIA
5. LATAR BELAKANG
5
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2021
Tahun 2020 ada 700 orang didapati 91 % dalam keadaan
keracunan berat hingga keracunan ringan.
Tahun 2021 di 7 kecamatan dengan jumlah sampel yang sama
diperoleh hasil sebanyak 75,72 %
6
Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang tahun 2016
2511 remaja putri (siswi) di 28 Sekolah yang ada di kabupaten
Magelang menunjukkan 754 siswi (30,03%) mengalami anemia.
tertinggi untuk remaja tingkat SMA/SMK/MA berada di wilayah
kerja Puskesmas Borobudur
6. LATAR BELAKANG
7
Berdasarkan data profil Kecamatan Ngablak tahun 2019 terdapat
1.294 remaja putri (umur 10-18 tahun) yang tinggal daerah
holtikiultura, dari data tersebut di wilayah Kecamatan Ngablak
banyak ditemukan remaja yang mengalami gejala anemia seperti
5L (lemah, letih, lesu, lelah, lunglai), wajah pucat dan kunang-
kunang sering pusing, produktivitas kerja menurun sehingga perlu
diketahui kejadian anemia pada remaja putri di wilayah Puskesmas
Ngablak akibat paparan pestisida.
8
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani di dusun
Gondangan Wetan Desa Girirejo Kecamatan Ngablak pada
tanggal 23 April 2021 diperoleh hasil bahwa remaja putri yang
sedang bekerja dipertanian saat melakukan kegiatan pertanian
seperti menyemprot tanaman dengan obat pestisida tidak
menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap.
7. LATAR BELAKANG
8
Hasil pemeriksaan darah di Desa Sumberejo Kecamatan
Ngablak pada tanggal 23 April 2021 dari 10 remaja putri
didapatkan 10 remaja putri (100%) menderita anemia dengan
kadar hemoglobin <11 gr/dL (kadar Hb normal 12 gr/dl)..
9
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan melakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar kadar
cholinesterase dalam darah dengan kejadian anemia pada
remaja putri di wilayah pertanian hortikultura Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang
8. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada pengaruh kadar
cholinesterase dalam darah dengan
kejadian anemia pada remaja putri di
wilayah pertanian hortikultura Kecamatan
Ngablak, Kabupaten Magelang
9. Tujuan
Umum
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui pengaruh kadar cholinesterase dalam
darah dengan kejadianan anemia ada remaja putri di
wilayah pertanian hortikultura di Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang
10. Tujuan
Khusus
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui kadar hemoglobin darah pada remaja putri di
wilayah pertanian hortikultura Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui kadar cholinesterase darah pada remaja putri di
wilayah pertanian hortikultura Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang.
3. Menganalisis pengaruh kadar cholinesterase dengan kejadian
anemia pada remaja putri di wilayah pertanian hortikultura
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang
11. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian yaitu dua
minggu atau empat belas hari
setelah proposal disetujui
Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah
pertanianhortikultura Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang.
Ruang lingkup subyek penelitian
Sasaran dari penelitian ini adalah remaja
putri (umur 15-19) di wilayah pertanian
hortikultura Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang yang berisiko
terpapar pestisida dari aktifitas pertanian.
Ruang lingkup obyek penelitian
Obyek/variabel yang akan diteliti adalah
terdiri dari kadar cholinesterase sebagai
variabel independen, sedangkan anemia
pada remaja putri sebagai variabel
dependen
12. MANFAAT PENELITIAN
01
02
03
04
05
06
TEORITIS
Hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi
tambahan informasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang dampak cholinesterase
terhadap anemia pada remaja putri.
PRAKTIS :
1. Bagi Kepala Puskesmas Ngablak
2. Bagi Peneliti
3. Bagi masyarakat / responden
13. KEASLIAN PENELITIAN
Peneliti Judul dan Tahun Persamaan Perbedaan
1 Siti Aisyah
Kurniasih
Faktor-faktor terkait
paparan pestisida dan
hubungannya dengan
kejadian anemia
petani hortikultura
desa Gombong Belik
Pemalang.
Tahun 2013
- Metode penelitian yang
digunakan : Cross-sectional
a. Tempat penelitian
- Penelitian Siti Aisyah : Desa Gombong Belik
Pemalang.
- Penelitian Rita Yuniati : Kecamatan Ngablak
Kab. Magelang
a. Variabel penelitian
- Penelitian Siti Aisyah :
Varaiabel independent : Faktor-
faktor terkait paparan pestisida
Variable dependen :
Anemia petani hotikultura
- Penelitian Rita Yuniati :
Varaiabel independent : kadar
cholinesterase
Variable dependen :
Anemia pada remaja putri
.
14. KEASLIAN PENELITIAN
Peneliti Judul dan Tahun Persamaan Perbedaan
2 Prihadi
Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Efek Kronis
Keracunan Pestisida
Organofosfat Pada
Petani Sayuran Di
Desa Sumberejo
Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang
Tahun 2008
a. Metode penelitian yang
digunakan : Cross-sectional
b. Tempat penelitian :
Kecamatan Ngablak Kab.
Magelang
Variabel bebas yang diteliti
- Penelitian Prihadi :
Varaiabel independent : Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Efek Kronis Keracunan Pestisida
Variable dependen :
Kadar cholinesterase
- Penelitian Rita Yuniati :
Varaiabel independent : kadar
cholinesterase
Variable dependen :
Anemia pada remaja putri
15. KEASLIAN PENELITIAN
3. Mehwesh Taj, dkk
Environmental determinants of aplastic anemia in Pakistan:
Tahun 2016
5. Rusli Asri Dja’U
Faktor Risiko Kejadian Anemia Dan Keracunan Pestisida Pada Pekerja Penyemprot Gulma
Dikebun Kelapa Sawit PT.Agro Indomas di Seruyan Kalteng.
Tahun 2009
6. Yodenca Asti Runia
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat
Dan Kejadian Anemia Pada Petani Hortikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang
Tahun 2008
7. Teguh Budi Prijanto
Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Keluarga Petani Hortikultura di
Ngablak Magelang
Tahun 2009
18. B. KERANGKA TEORI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Gambar 2.4. Kerangka Teori
(Sumber : Huffman (1995).
Penggunaan
Pestisida
Anemia pada remaja
Putri
Asupan Fe
Perdarahan
Penyakit Infeksi
Pengelolaan
pestisida
Penurunan
Kadar enzim
Cholinesterase
Pembentukan
sulfhemoglobin atau
methemoglobin
didalam sel darah
merah
Kadar
Hemoglobin darah
rendah
19. C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Kadar
Cholinesterase
Variabel Dependen
Kejadian Anemia pada
remaja putri
Variabel Perancu
1. Asupan Fe
2. Perdarahan
3. Penyakit Infeksi
4. Pengelolaan pestisida
5. Lama kerja (per hari)
6. Kelengkapan APD
20. HIPOTESISA
1. Ada pengaruh kadar cholinesterase dalam darah dengan kejadian anemia pada
remaja putri.
2. Ada pengaruh asupan Fe dengan kejadian anemia pada remaja putri.
3. Ada pengaruh perdarahan dengan kejadian anemia pada remaja putri.
4. Ada pengaruh penyakit infeksi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
5. Ada pengaruh pengelolaan pestisida dengan kejadian anemia pada remaja putri.
6. Ada pengaruh lama kerja dengan kejadian anemia pada remaja putri
7. Ada pengaruh kelengkapan APD dengan kejadian anemia pada remaja putri.
22. JENIS PENELITIAN
Desain penelitian : cross sectional
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Sumber : Notoatmojo (2014)
Sampel :
Remaja putri umur 15-19 tahun
Cholinesaterase (+)
Pemeriksaan kadar Cholinesterase
Pemeriksaan kadar Haemoglobine (HB)
Tidak
anemia
Tidak
anemia
23. POPULASI
semua remaja putri usia 15 -19 tahun di wilayah pertanian
hortikultura Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yang
berjumlah 120 remaja putri
50 remaja yang bekerja di perkebunan kentang
70 remaja yang bekerja di pembibitan).
24. SAMPEL
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling
Kriteria :
a. Bersedia menjadi subjek penelitian dan bersedia dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar
kolinesterase dalam darah
b. Remaja putri umur 15-19 tahun di wilayah kecamatan Ngablak pada saat penelitian dilakukan dan remaja
yang telah diperiksa Hb pada uji pendahuluan tidak digunakan sebagai responden.
c. Responden terpapar pestisida didaerah pertanian hortikultura di Kecamatan Ngablak
d. Tidak sedang menstruasi, apabila responden sedang mengalami menstruasi maka akan digugurkan atau
mencari sampel yang baru. Apabila responden yang sedang mengalami menstruasi tetap dijadikan
sampel penelitian maka menunggu responden sampai selesai menstruasi dan dilakukan pemeriksaan
pada waktu yang berbeda setelah responden selesai mestruasi.
25. SAMPEL
Sampel minimal dapat dihitung sebagai berikut:
n = N = 120 = 92, 30 (jumlah sampel : 93 orang)
1+ Ne2 1+ 120.(0.05)2
Untuk mendapatkan sampel yang proporsional maka dari 93 orang sampel akan dibagi dalam dua kelompok
yaitu :
a. Kelompok remaja yang bekerja di perkebunan kentang sebanyak :
n = 50 x 100 % = 41,7 %
120
n = 41,7 % x 93 orang
= 39 orang
b. Kelompok remaja yang bekerja di pembibitan sebanyak :
n = 70 x 100 % = 58,3 %
120
n = 58,3 % x 93 orang
= 54 orang
26. DEFINISI OPERASIONAL
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA PENGUKURAN SKALA PENGUKURAN
1 Kejadian Anemia Kadar Hb dalam darah remaja putri <12 gr/dL
yang diukur dengan satuan gr/dL
Uji laboratorium,
Pengambilan dan
pemeriksaan specimen
darah dikerjakan oleh
nakes/staf laboratorium
dari puskesmas
Nominal:
1. Tidak
2. Ya
2 Kadar Kolinesterase Aktivitas kolinesterase darah yang diukur
dengan menggunakan metode pemeriksaan
menggunakan Tintometer Kit
Uji laboratorium,
pengambilan dan
pemeriksaan darah
dilakukan oleh
petugas/analisis dari
Laboratorium Kesehatan
Daerah Kabupaten
Magelang
Nominal:
1. Tidak
2. Ya
27. 3. Asupan Fe Konsumsi tablet Fe Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
Nominal:
1. Tidak
2. Ya
4 Perdarahan Sedang mengalami
menstruasi
Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
Nominal:
1. Tidak
2. Ya
5 Penyakit Infeksi Menderita penyakit yang
mengganggu penyerapan Fe
Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
Nominal:
1. Tidak
2. Ya
28. 6 Lama kerja per hari Lamanya waktu responden brada di area
pertanian dan terpapar pestisida (dalam jam)
Lama jika ≥ 5 jam per hari; dan tidak lama jika
<5 jam per hari
Wawancara dengan
menggunakan kuesioner
Nominal:
1. Lama
2. Tidak Lama
7 Pengelolaan pestisida Perlakuan responden terhadap kegiatan
pertanian yang meliputi dosis, peracikan,
penyimpanan, perlakuan terhadap sisa dan alat
pestisida, penyucian alat/tangan/baju dan
pembuangan kemasan
Buruk jika skor <10 baik jika skor ≥10
Wawancara dengan menggunakan
kuesioner
Nominal
1. Buruk
2. Baik
8 Kelengkapan Alat pelindung
diri (APD)
Kelengkapan dalam memakai alat/pakaian
dalam setiap kegiatan pertanian untuk
melindungi diri dari paparan pestisida langsung,
APD lengkap berupa: masker, sarung tangan,
baju lengan panjang, celana panjang, sepatu,
penutup kepala, kaca mata. Kurang lengkap jika
hanya menggunakan <5 jenis diatas
Wawancara dengan menggunakan
kuesioner
Nominal :
1. Tidak lengkap (<5 jenis APD)
2. Lengkap (≥5 jenis APD)
30. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
Pengukuran kadar Hb diperiksa oleh
petugas laboratorium Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang dengan
menggunakan Metode cyanide-free
dengan alat hematologi analyzer dan
pengukuran kolinesterase darah yang
diambil dari darah remaja putri.
Specimen darah diambil dan diperiksa
doleh tenaga kesehatan/analisis dari
Laboratorium Kesehatan Daerah
Kabupaten Magelang.
Wawancara dengan
menggunakan kuesioner dan
observasi di lapangan yang
meliputi umur, asupan Fe,
perdarahan, penyakit infeksi ,
lama kerja per hari,
kelengkapan APD,
pengelolaan pestisida.
31. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan
Data
a.Editing
b.Coding
c. Entry Data
d.Tabulating
Analisis
Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat : Uji Regresi Linier Sederhana
c. Analisis Multivariat : Uji Regresi logistik
34. GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN
Kecamatan Ngablak Terdiri dari 16 desa dengan pusat pemerintahan
berada di Desa Ngablak. Kecamatan Ngablak terletak pada
ketinggian 1.293 meter di atas permukaan laut, dikelilingi Gunung
Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Andong dan sebagian
besar lahan merupakan daerah pertanian
Jumlah penduduk Kecamatan Ngablak tahun 2021 sebesar 38.855
jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 19.559 jiwa dan perempuan
sebanyak 19.296 jiwa. Jumlah wanita usia subur (15-49 tahun)
sebesar 9.819 jiwa.
35. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April 2022
Surat rekomendasi Ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Program Studi Kebidanan program Magister STIKES Guna
Bangsa Yogyakarta No. 012/KEPK/III/2022
Surat ijin penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Magelang No. 070/132/16/2022
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gondangan Wetan Desa Girirejo
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
36. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur Responden Frekuensi Presentasi (%)
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
7
8
26
19
33
7,52
8,6
27,95
20,45
35,48
Jumlah 93 100
UMUR RESPONDEN
37. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
PENDIDIKAN TERAKHIR Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan terakhir Responden
Pendidikan terakhir
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
SMA
SMP
21
72
22,58
77,42
Jumlah 93 100
38. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
KADAR CHOLINESTERASE Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kadar Cholinesterase Responden
Kadar Cholinesterase
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Keracunan (50-75%)
Normal (75-100%)
56
37
60,21
39,79
Jumlah 93 100
39. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
KADAR HAEMOGLOBINE
(HB)
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kadar Haemoglobine (Hb)
Responden
Kadar Haemoglobine (Hb)
Responden
Frekuensi Presentasi
(%)
Normal ( >12 gr/dl)
Anemia Ringan (11 – 11,9 gr/dl)
Anemia Sedang (8,0 – 10,9 gr/dl)
Anemia Berat (< 8 gr/gl)
33
13
45
2
35,5
14,0
48,1
2,2
Jumlah 93 100
40. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
ASUPAN Fe Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Responden
Penyakit Infeksi
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Tidak Ada Penyakit Infeksi
Ada penyakit Infeksi
90
3
96,8
3,2
Jumlah 93 100
41. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
PERDARAHAN
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Menstruasi
Kejadian Perdarahan
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Tidak Menstruasi
Menstruasi
93
0
100
0
Jumlah 93 100
42. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
PENYAKIT INFEKSI Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Responden
Penyakit Infeksi
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Tidak Ada Penyakit Infeksi
Ada penyakit Infeksi
90
3
96,8
3,2
Jumlah 93 100
44. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
PENGGUNAAN
APD
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kelengkapan APD
Kelengkapan APD
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Tidak Lengkap (<5 jenis APD)
Baik (skor ≥10)
61
32
65,6
34,4
Jumlah 93 100
45. HASIL DESKRIPTIF RESPONDEN
LAMA KERJA Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lama Kerja per Hari
Lama Kerja
Responden
Frekuensi Presentasi (%)
Lama (≥5 jam per hari)
Tidak Lama (<5 jam per hari)
65
28
69,9
30,1
Jumlah 93 100
46. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.11 Tabel tabulasi silang korelasi kadar Cholinesterase dengan kejadian anemia
pada remaja putri di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2022
Kadar
Cholinesterase
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia T Constanta
n % n % n % (95%CI)
Keracunan 37 39,78 19 20,44 56 60,22 0,428 0,000 4.519 0,929
Tidak
Keracunan 23 24,73 14 15,05 37 39,78
Jumlah 60 64,51 33 35,49 93 100
47. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.12 Tabel tabulasi silang korelasi Asupan Fe dengan kejadian anemia pada remaja
putri di Kecamatan Ngablak Kabupaten 2022
Asupan Fe
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia
T Constanta
n % n % N %
(95%CI)
Minum Fe 10 10,75 4 4,30 56 15,05 0,293 0,004 2,927 0,946
Tidak Minum
Fe 50 53,76 29 31,19 37 84,95
Jumlah 60 64,51 33 35,49 93 100
48. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.13 Tabel tabulasi silang korelasi penyakit infeksi dengan kejadian anemia pada remaja putri
di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2022
Penyakit
Infeksi
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia T Constanta
n % n % N % (95%CI)
Ada Penyakit
Infeksi 0 0 3 3,23 3 3,23 0,160 0,000 1,544 1.144
Tidak Ada
Penyakit
Infeksi 62 66,67 28 30,10 37 96,77
Jumlah 62 66,67 31 33,33 93 100
49. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.14 Tabel tabulasi silang korelasi pengelolaan pestisida dengan kejadian anemia pada
remaja putri di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2022
Pengelolaan
Pestisida
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia
T Constant
a
n % N % N % (95%CI)
Baik 17 18,28 11 11,82 3 30,1 0,273 0,008 2.704 1,396
Buruk 43 46,24 22 23,65 37 69,89
Jumlah 60 64,52 33 35,48 93 100
50. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.15 Tabel tabulasi silang korelasi penggunaan APD dengan kejadian anemia pada remaja
putri di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2022
Penggunaan
APD
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia
T Constanta
n % N % N % (95%CI)
APD Lengkap 23 24,73 10 10,75 33 35,49
0,483 0,000
5,267 0,817
APD Tidak
Lengkap 37 39,78 23 24,73 60 64,51
Jumlah 60 64,51 33 35,49 93 100
51. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.16 Tabel korelasi lama kerja di ladang dengan kejadian anemia pada remaja putri di
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2022
Lama Bekerja
Kadar Hemoglobin
Total
R
P
value
Anemia Tidak Anemia
T Constanta
n % N % N %
(95%CI)
≥ 5 jam 44 47,31 21 22,58 65 69,89
0,208 0,046
2,025 0,551
< 5 Jam 16 17,20 12 12,90 28 30,11
Jumlah 60 64,51 33 35,49 93 100
52. Hasil Analisis Multivariat
Tabel 4.17 Hasil uji statistik bivariat yang termasuk dalam kandidat uji multivariat
No Variabel p value Kandidat
1 Kadar Cholinesterase 0,000 Ya
2
3
Asupan Fe
Penyakit Infeksi
0,001
0,192
Ya
Tidak
4
5
6
Pengelolaan Pestisida
Penggunaan APD
Lama kerja di Ladang
0,005
0,000
0,004
Ya
Ya
Ya
53. Hasil Analisis Multivariat
Tabel 4.18 Hasil Analisis Regresi Logistik
No Variabel B p value Exp
(RP)
95% CI
Lower Upper
1 Kadar Cholinesterase 2,187 0,041 8,905 0,988 80,269
2 Asupan Fe 1,887 0,012 6,602 1,523 28,621
3
4
5
Pengelolaan Pestisida
Penggunaan APD
Lama kerja
1,783
2,635
2,074
0,009
0.000
0,005
0,168
0,072
7,953
0,044
0,018
1,844
0,643
0,289
34,985
55. A.Pengaruh Kadar Cholinesterase dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri
Berdasarkan uji bivariat linier sederhana diketahui nilai signifikansi
pvalue sebesar 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kadar cholinesterase berpengaruh terhadap kejadian anemia pada
remaja putri.
(Ha diterima).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihadi
(2008) dan penelitian Nursita Agustina (2018) yang menunjukkan
ada hubungan bermakna antara kejadian keracunan pestisida
dengan anemia.
56. A.Pengaruh Kadar Cholinesterase dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri
Penelitian ini menunjukkan kejadian anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh
penurunan kadar kolinesterase. Kondisi ini disebabkan pekerjaan yang
dilakukan remaja putri di pembibitan sayuran dan di perkebunan kentang yang
selalu menggunakan pestisida.
Anemia yang terjadi pada penderita keracunan pestsida adalah karena
terbentuknya gugus sulfemeglobin dan methemoglobin di dalam sel darah
merah. Kandungan sulfur yang tinggi menyebabkan terbentuk ikatan
sulfemeglobin, dan menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak
mampu melaksanakan fungsinya dalam mengantarkan oksigen. Keberadaan
sulfemeglobin dan methemoglobin dalam darah akan menyebabkan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah dan mengakibatkan hemolitik anemia (Achmadi,
2018), sehingga dapat disimpulkan adanya keracunan akibat terpaparnya
pestisisida akan berdampak pada penurunan kadar cholinesterase dan kadar
haemoglobine menjadi rendah dan terjadi anemia.
57. A. Pengaruh Asupan Fe dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri.
Hasil uji statistik bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,004<0,05 dan
didapatkan nilai thitung sebesar 2,927 > ttabel 1,990 sehingga dapat
disimpulkan bahwa asupan Fe berpengaruh terhadap kejadian anemia
pada remaja putri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMAN 1
Manyar Gresik dengan melibatkan 62 remaja putri menyatakan bahwa
asupan zat besi kurang berisiko 0.635 kali mengalami anemia (Solicha,
2019). Penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMAN 1 Weru
Sukoharjo juga menyatakan jika kekurangan zat besi maka berisiko 1.905
kali mengalami anemia (Sari, 2018).
58. B. Pengaruh Asupan Fe dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri.
Kebutuhan zat besi harian pada remaja putri antara 14-18 tahun adalah 11 mg/hari.
Dimana zat besi sendiri dapat diperoleh tubuh melalui asupan makanan sehari-hari
terutama dari sayuran yang berwarna hijau gelap, kacang-kacangan, daging merah, hati
ayam atau sapi, tahu, tempe, beras merah dan lainnya. Dosis untuk suplemen sendiri
pada remaja dapat diberikan 60mg/hari dan diberikan 2 kali seminggu selama 3 bulan
Hasil penelitian diketahui remaja yang mengonsumsi tablet Fe sebesar 14 (15,1%) lebih
sedikit dibanding responden yang tidak rutin mengonsumsi tablet Fe sebesar 79
(84,9%).
Berdasarkan hasil wawancara pada remaja putri yang rutin minum tablet Fe
mengatakan mengetahui informasi bahaya anemia pada remaja putri dan damapak
jangka panjang pada saat di bangku sekolah, sedangkan remaja putri yang tidak
mengkonsumsi tablet Fe mengatakan tidak tahu manfaat mengkonsumsi tablet Fe dan
pentingnya tablet Fe untuk tubuh
59. C. Pengaruh Penyakit Infeksi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
Pada penelitian ini responden yang mengalami penyakit infeksi yaitu penyakit
influensa sebanyak 3 (3,2%). Berdasarkan hasil analisa bivariat didapatkan nilai
signifikansi p value sebesar 0,126>0,05 (Ha ditolak)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarah (2018) dan Wijayanti (2011)
menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan anemia
pada remaja putri.
Data yeng diperoleh dari penelitian ini terdapat remaja putri yang mengalami
penyakit infeksi ISPA dan tidak mengalami anemia sebanya 3 orang. Menurut
Rasmaliah, 2004 bahawa kejadian anemia karena penyakit infeksi disebabkan
adanya infeksi cacing tambang. Darah akan berkurang dan keluar bersama tinja,
hal ini disebabkan cacing tambang yang melekat di dinding usus menggigit dan
menghisap darah. Cacing tambang akan mengisap darah dan terjadi
perembesan pada sekitar area hisapan sehingga terjadilah perdarahan yang
menyebabkan darah berkurang
60. D. Pengaruh Pengelolaan Pestisida dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
Berdasarkan hasil uji statistik linier sederhana diperoleh nilai p-value =
0,008 dan nilai thitung sebesar 1,544 < ttabel 1,990 maka ada pengaruh
pengelolaan pestisida dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Projanto
(2009) dan Prihadi (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
cara penanganan/pengelolaan pestisida dengan kejadian keracunan
pestisida pada petani hortikultura
Kejadian anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh pengelolaan pestisida yang buruk meliputi : pencampuran
pestisida dengan dosis yang hanya dikira-kira berdasarkan kebutuhan tidak menurut ketentuan. Beberapa
responden melakukan pencampuran di ruangan tertutup atau di rumah dan pencampuran pestisida tidak
menggunakan ember khusus dan pengaduk yang mungkin digunakan untuk hal lain. Pencucian alat semprot dan
tidak segera mengganti pakaian dan mencuci tangan setelah kontak dengan pestisida. Penyimpanan pestisida di
dalam rumah, dan menggunakan kembali wadah bekas pestisida, dan mencampur pakaian yang digunakan
bertani dengan pakaian sehari-sehari saat mencuci pakaian. Hal-hal tersebut bila dilakukan terus menerus akan
meningkatkan risiko terpapar pestisida terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan menurunnya kadar
hemoglobin dalam darah remaja putri.
61. D. Pengaruh Pengelolaan Pestisida dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
Kejadian anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh pengelolaan pestisida yang
buruk meliputi : pencampuran pestisida dengan dosis yang hanya dikira-kira
berdasarkan kebutuhan tidak menurut ketentuan.
Beberapa responden melakukan pencampuran di ruangan tertutup atau di rumah
dan pencampuran pestisida tidak menggunakan ember khusus dan pengaduk
yang mungkin digunakan untuk hal lain.
Pencucian alat semprot dan tidak segera mengganti pakaian dan mencuci
tangan setelah kontak dengan pestisida. Penyimpanan pestisida di dalam
rumah, dan menggunakan kembali wadah bekas pestisida, dan mencampur
pakaian yang digunakan bertani dengan pakaian sehari-sehari saat mencuci
pakaian.
Hal-hal tersebut bila dilakukan terus menerus akan meningkatkan risiko terpapar
pestisida terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan menurunnya kadar
hemoglobin dalam darah remaja putri.
62. E. Pengaruh Penggunaan APD dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 dan nilai thitung sebesar 1,544
< ttabel 1,990, maka ada pengaruh kelengkapan APD dengan kejadian anemia
pada remaja putri di wilayah pertanian holtikultura Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang (Ha diterima).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Istianah
(2017) dan Budiawan (2013) yang menunjukkan terdapat hubungan antara
penggunaan APD dengan keracunan pestisida sehingga terjadi anemia.
63. E. Pengaruh Penggunaan APD dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
• Terkait APD yang digunakan oleh para remaja putri yang bekerja di
area pertanian di wilayah Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang saat
penyemprotan, berdasarkan hasil wawancara pada responden
mengatakan saat bekerja di lahan pertanian remaja putri tidak
menggunakan APD yang lengkap dan hasil pengamatan di lapangan APD
yang sering mereka gunakan hanya masker, baju lengan panjang, dan
topi.
64. E. Pengaruh Penggunaan APD dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
• Kebiasaan remaja putri ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri tentang
penggunaan APD. Responden yang tidak menggunakan APD secara lengkap
dikarenakan berbagai macam alasan seperti kurang nyaman saat digunakan, sesak
nafas dan tidakketaatan dalam menggunakan APD saat bekerja sehingga para remaja
putri saat bekerja di area pertanian tidak memakai APD secara lengkap baik saat
melakukan penyemprotan ataupun tidak. Penggunaan APD secara lengkap saat
penyemprotan sangat berpengaruh terhadap jumlah masuknya partikel pestisida
kedalam tubuh petani sehingga dapat terpapar pestisida yang akan mempengaruhi
penurunan kadar cholinesterase dalam darah.
65. F. Pengaruh Lama Kerja di Ladang dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
• Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,046 dan nilai thitung sebesar 2,025
> ttabel 1,990 maka ada pengaruh lama kerja dan kejadian anemia pada remaja
putri (Ha diterima).
• Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan ol Djau (2009)
yang meyebutkan bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan kadar
kolinesterse dalam darah (p=0,002) yang kemudian berpengaruh pada
penurunan kadar hemoglobin dalam darah.
66. F. Pengaruh Lama Kerja di Ladang dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
• Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja putri
dipengaruhi lama kerja sebagai petani. Hasil wawancara diperoleh dari remaja
putri yang berangkat ke ladang atau yang bekerja di area pertanian setiap
harinya, mereka melakukan kegiatan menanam menyemprot, memanen,
menyiangi, dan selalu berada di area pertanian setiap harinya dalam waktu > 5
jam sehingga memungkinkan remaja putri terpapar pestisida.
67. F. Pengaruh Lama Kerja di Ladang dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
• Seseorang yang bekerja menggunakan pestisida tidak boleh bekerja lebih dari 4 sampai 5
jam dalam satu hari bekerja, bila terpapar pestisida dari hari ke hari secara kontinyu dan
berulang dalam waktu yang lama (Suma’mur, 2014).
• Akumulasi pestisida yang masuk ke dalam tubuh yang semakin lama dan dilakukan secara
terus menerus akan semakin tinggi risiko untuk mengalami keracunan pestsida dan dapat
menurunkan kadar cholinesterase mengakibatkan anemia.
68. KESIMPULAN
Ada pengaruh yang signifikan kadar cholinesterase dengan
kejadian anemia pada remaja putri dengan p value sebesar
0,000<0,05 dan nilai thitung sebesar 4.519 > ttabel 1,990 (Ha
diterima).
Responden penelitian yang mengalami Anemia Ringan
(11–11,9 % gr/dl) sebesar 14 %, Anemia Sedang (8–10,9 %
gr/dl) sebesar 48,1%, Anemia Berat (<8 gr/dl) sebesar 2,2%
dan yang tidak Anemia / Normal (>12 gr/dl) sebesar 35,5%.
1
2
69. KESIMPULAN
Responden penelitian yang mengalami keracunan
Cholinesterase (50-75%) sebesar 60,21 % dan tidak
keracunan / Normal (75-100%) sebesar 39,79%.
Ada pengaruh yang signifikan pada Asupan Fe terhadap
kejadian anemia pada remaja putri dengan p value sebesar
0,004<0,05 dan nilai thitung sebesar 2,927 > ttabel 1,990 (Ha
diterima). .
3
4
70. KESIMPULAN
Tidak ada pengaruh yang signifikan pada penyakit infeksi
dengan kejadian anemia pada remaja putrididapatkan p
value sebesar 0,126>0,05 dan nilai thitung sebesar 1,544 <
ttabel 1,990(Ha ditolak).
Ada pengaruh pengelolaan pestisida dengan kejadian anemia
pada remaja putri yang signifikan dengan p value sebe sar
0,008<0,05 dan nilai thitung sebesar 2.704 > ttabel 1,990 (Ha
diterima)..
5
6
71. KESIMPULAN
Ada pengaruh penggunaan APD dengan kejadian anemia
pada remaja putri yang signifikan pada p value sebesar
0,000<0,05 dan nilai thitung sebesar 5.267 > ttabel 1,990 (Ha
diterima).
Ada pengaruh lama kerja di ladang terhadap kejadian
anemia pada remaja putri yang signifikan didapat p value
sebesar 0,046<0,05 dan nilai thitung sebesar 2,025 > ttabel
1,990 (Ha diterima).
7
8
72. KETERBATASAN PENELITIAN
• Pada penelitian ini responden yang diambil adalah remaja
dengan kriteria bekerja di daerah pembibitan sayuran dan di
perkebunan kentang. Oleh karena itu, penelitian ini belum
mampu untuk menggeneralisasi hasil penelitian pada
konteks yang luas.
• Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu, hasil penelitian
bisa berubah di waktu yang akan datang disebabkan
penelitian menguji mengenai pengaruh kadar Cholinesterase
dengan kejadian anemia pada remaja putri. Kejadian Anemia
berubah karena usia eritrosit 120 hari (4 bulan) sehingga
kondisi anemia tergantung kerusakan eritrosit sehingga perlu
penelitian lebih lanjut untuk mengikuti perkembangan kadar
Hb dalam darah.
73. SARAN
Bagi Remaja Putri
• Pengelolaan pestisida dilakukan dengan baik seperti : menggunakan pestisida sesuai
dosis yang ditentukan pada kemasan ketentuan, mencampur pestisida di tempat
terbuka/ladang, menggunakan ember dan pengaduk khusus dan ditinggalkan di ladang,
tidak mencuci alat semprot di rumah dan membuang air sisa cucian pada tanaman agar
tidak mencemari air jika dibuang di air mengalir/sungai
• Selalu mencuci tangan dengan sabun, membersihkan badan dan mengganti pakaian
kerja segera setelah kontak dengan pestisida.
• Tidak mencampur pakaian kerja pakaian sehari-hari saat mencuci pakaian.
• Menghindari kontak langsung dengan pestisida dan memberikan perlindungan bagian
tubuh dengan selalu menggunakan APD lengkap berupa penutup kepala, masker, baju
dan celana panjang, sarung tangan dan sepatu saat bekerja dengan pestisida.
• Remaja putri selalu mengkonsumsi Fe 1 kali seminggu dan setiap hari selama 10 hari saat
menstruasi untuk mencegah kejadian anemia pada remaja putri.
74. SARAN
Bagi Kepala Puskesmas Ngablak
• Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pengaruh kadar cholinesterase
terhadap kejadian anemia pada remaja putri yang bekerja di wilayah
pertanian holtikultura di kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
• Diadakan simulasi praktek pengelolaan pestisida, pemakaian APD, untuk
mencegah terjadinya keracunan cholinesterase pada remaja putri yang
bekerja di pertanian .
• Melakukan program pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk remaja
putri yang bekerja di wilayah pertanian holtikultura kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja
putri.