SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
Analisis Obat Sisa Pasien BPJS Di Puskesmas Kota Pariaman
Atika Sri Indriyani1
, Zulkarni R1
, Helen Widaya2
1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
2
Puskesmas Kurai Taji Pariaman
ABSTRAK
Obat sisa merupakan obat resep dokter atau obat dari penggunaan sebelumnya
yang tidak dihabiskan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya obat sisa pada pasien BPJS, dampak obat sisa pasien BPJS terhadap
kunjungan balik, dan nilai kerugian obat sisa pasien BPJS di seluruh (tujuh) Puskesmas
Kota Pariaman. Penelitian dilakukan terhadap tujuh puluh orang informan. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian etnografi, pengambilan dan
teknik sampling secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan faktor
penyebab terjadinya obat sisa adalah ketidak patuhan, pengobatan lebih dari satu
tempat, sudah terlalu lama mengkonsumsi obat, dan kebiasaan tidak menghabiskan obat
yang didapatkan oleh pasien untuk terapi sakitnya. Sementara obat sisa mempengaruhi
kunjungan balik berdasarkan data kunjungan pasien di tujuh Puskesmas periode Juli
sampai dengan September 2019 yaitu 5.351, 5.491, 5.991 pasien. Selanjutnya nilai
kerugian obat sisa dari 70 orang informan senilai Rp. 72.703,-.
Kata kunci: Obat sisa, pasien BPJS, etnografi, Puskesmas Kota Pariaman
ABSTRACT
Residual medicine is a doctor's prescription drug or medicine from previous use
that is not spent. The purpose of this study was to determine the factors causing the
occurrence of residual drug in BPJS patients, the impact of residual drug BPJS patients
on return visits, and the value of drug residual losses of BPJS patients in all (seven)
Pariaman City Health Centers. The study was conducted on seventy informants. This
research is a qualitative study with ethnographic research design, sampling and
sampling techniques by simple random sampling. The results showed that the factors
causing residual medication were non-compliance, treatment in more than one place,
taking too long to consume the drug, and the habit of not spending the drug obtained by
the patient for therapy of his illness. While residual drugs affect return visits based on
patient visit data at seven Puskesmas from July to September 2019, namely 5,351,
5,491, 5,991 patients. Furthermore, the value of remaining drug losses from 70
informants is Rp. 72,703, -.
Key Words: residual medicine, BPJS patients, ethnography, Pariaman City Health
Center
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
Pendahuluan
Obat sisa merupakan obat resep dokter
atau obat sisa dari penggunaan sebelumnya
yang tidak dihabiskan. Seharusnya obat
sisa resep secara umum tidak boleh
disimpan karena dapat menyebabkan
penggunaan salah (misused) atau disalah
gunakan atau rusak atau kadaluarsa.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
47,0% rumah tangga menyimpan obat sisa,
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi rumah tangga yang menyimpan
obat untuk persediaan (42,2%). Sementara
data di Sumatera Barat menunjukkan 25,5
% rumah tangga menyimpan obat
(Riskesdas, 2013).
Masalah obat sisa tidak hanya terjadi
di Indonesia tetapi juga menjadi msalah
hampir diseluruh negara. Salah satu
contohnya di Kanada, dimana lebih dari
204 ton obat – obatan yang tidak terpakai
telah dikumpulkan dalam program
pembuangan di Alberta dalam 8 tahun
terakhir. Selanjutnya studi yang dilakukan
di Inggris memperkirakan bahwa terdapat
kerugian sebesar 62.400.000 USD dari
obat yang dibuang setiap tahun. Selama
lebih dari 65 tahun obat – obatan yang
tersisa menyumbang sebesar 2,3% dari
seluruh biaya pengobatan (EL-Hamamsy,
2011).
Pelayanan kefarmasian disarana
kesehatan sangat berpengaruh kepada
kepatuhan pasien dalam minum obat dan
adanya obat sisa. Salah satunya adalah
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya
kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat (Permenkes RI, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelayanan kefarmasian di Puskesmas
dirasakan cukup puas Hayaza (2013).
Sementara Kawahe (2015) menyatakan
adanya kepuasan pasien terhadap
pelayanan kefarmasian di Puskesmas tetapi
bukan dengan pelayanan jaminan
kesehatan.
BPJS Kesehatan merupakan
penyelenggara program jaminan sosial di
bidang kesehatan yang merupakan salah
satu dari lima program dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu
Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Kematian
sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Menurut
penelitian 82% responden tidak puas atas
pelayanan kefarmasian yang didapatkan
sebagai pasien BPJS di Pukesmas
(Nugraheni dkk, 2016).
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apa faktor-faktor penyebab
terjadinya obat sisa pasien BPJS
Puskesmas Kota Pariaman, apa dampak
obat sisa pasien BPJS di Puskesmas Kota
Pariaman terhadap kunjungan balik ke
Puskesmas, dan berapakah nilai kerugian
obat sisa pasien BPJS di Puskesmas Kota
Pariaman.
Metode
Jenis Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif desain penelitian yang dilakukan
adalah etnografi yang bertujuan untuk
menemukan pengetahuan yang
tersembunyi dari masyarakat tentang obat
sisa. Teknik sampling yang digunakan
yaitu simple random sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang berobat di seluruh
(tujuh) Puskesmas yang berada di Kota
Pariaman.
Instrumen dalam penelitian kualitatif
ini adalah peneliti sendiri. Peneliti yang
mengumpulkan data dengan cara bertanya,
meminta, mendengar, mengambil, melihat
dan mengamati. Dalam mengumpulkan
data dari sumber informasi (informan),
peneliti sebagai instrumen utama
penelitian menggunakan instrumen
bantuan berupa panduan atau pedoman
wawancara dan alat perekam (Afrizal,
2015).
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
Izin penelitiaan diajukan ke Dinas
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Dan Tenaga Kerja Kota
Pariaman, sedangkan uji etik diajukan ke
Komisi etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Pengumpulan data data dilakukan selama
periode Juni sampai September 2019.
Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap tujuh
puluh informan dari usia 19 hingga 90
tahun. Informan dalam penelitian ini terdiri
dari 13 informan laki – laki dan 57
informan perempuan yang menyimpan
obat sisa serta peserta BPJS
Kesehatan.Pendidikan terkahir informan
sangat beragam, 15,71% informan berlatar
belakang pendidikan SD, 14,28%
informan berlatar belakang pendidikan
SMP, 55,71% informan berlatar belakang
pendidikan SMA, dan 14,28% informan
berlatar belakang pendidikan Perguruan
Tinggi.
Pekerjaan informan juga beragam
seperti ibu rumah tangga, penjahit,
pedagang, pensiunan, wiraswasta, dan
Pegawai Negeri Sipil. Penyakit yang
diderita oleh informan diantaranya
gangguan pernafasan, demam, rematik,
asam urat, diabetes, hipertensi, jantung,
TBC (Tuberkulosis), kelumpuhan, dan
bahkan telah menjalani pengangkatan
jaringan usus karena tumor. Semua
penyakit diatas adalah 10 penyakit utama
yang ada di Puskesmas yaitu infeksi
saluran pernafasan akut, gastritis,
dermatitis, dispepsia, diare, artritis
reumatoid, mialgia, vulvus infeksi,
hipertensi, obs vebris. Jangka waktu
informan menderita penyakit ini sangat
bervariasi dimulai dari dua hari hingga
lima belas tahun. Cara informan
mendapatkan obat untuk pengobatannya
pun bervariasi seperti dari bidan, dokter,
bahkan alternatif lainnya.
2. Faktor Penyebab Obat Sisa
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
diketahui informan yang menghabiskan
obat sebanyak 14,28% karena informan
patuh dalam minum obat sesuai dengan
informasi obat yang didapatkan dan faktor
lingkungan serta keluarga yang terus
memberikan dukungan dengan harapan
informan akan sehat. Hal ini sejalan
dengan penelitan sebelumnya yang
mengatakan faktor lingkungan dan
dukungan keluarga dapat memotivasi
sehingga pasien ingin sembuh dan
meminum obatnya (Tarigan dkk, 2018).
Namun, informan yang tidak
mengghabiskan obat lebih tinggi yaitu
85,71%. sehingga obat yang tidak
dihabiskan ini disebut obat sisa.
Dari keterangan yang didapat,
informan takut mengalami efek samping
dari obat yang dikonsumsinya seperti
dapat merusak ginjal atau organ lainnya.
Hal ini sama dengan penelitian yang
mengatakan bahwa efek samping dari
obat-obatan relatif besar dibandingkan
dengan obat-obatan tradisional (Sari,
2015). Sehingga informan memilih untuk
menghentikan konsumsi obat dan
meminumnya bila sakit atau gejala terasa
saja.
Alasan informan tidak
menghabiskan obat saya kelompokkan
menjadi 3 kelompok besar yaitu sebagai
berikut: 3% informan menghentikan
pemakaian obat-obatan terhadap sakit yang
informan derita karena penjelasan tentang
infromasi obat yang diberikan bahwa obat
digunakan pada saat sakit terasa saja. 3%
informan menghentikan pemakaian obat-
obatan terhadap sakit yang informan derita
karena kesulitan menelan. Sehingga dapat
diartikan sediaan yang diberikan untuk
informan tidak cocok baik itu dari segi
umur mau pun kondisi informan saat itu
dan 94% informan memberikan keterangan
bahwa obat di gunakan hanya pada saat
sakit terasa. Jika sudah agak enakkan atau
gejala tidak lagi terasa maka pengobatan
terhadap sakit yang diderita dihentikan.
Jika ini terjadi terus menerus penyakit
yang diderita informan bukan hanya akan
memburuk bahkan akan ada komplikasi
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
bagi informan yang melakukan hal ini.
Sama seperti penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa obat sisa yang
digunakan kembali malah memperburuk
kondisi sehingga keadaan terburuk seperti
kehilangan nyawa (Raini, 2017).
Pemberhentian pengobatan yang
dilakukan oleh informan ini berbahaya.
Meski gejala atau sakit tidak lagi terasa
penyakit atau dampak tidak meminum obat
ini akan sangat besar. Seperti pada
penyakit Hipertensi pada saat awal atau
stage 1 informan diberikan terapi obat
hipertensi. Namun karena ketidak patuhan
dan asumsi informan yang berfikir tidak
pusing atau tekanan darah tidak tinggi
serta takut tekanan darah akan turun drastis
maka penggobatan atau terapi dihentikan.
Ini dapat menjadi penyebab stage pada
Hipertensi akan semakin meningkat dan
obat yang diberikan untuk terapi tidak lagi
sama baik dalam segi dosis atau bahkan
informan akan mendapatkan kombinasi
dua hingga lebih obat. Hal ini juga
dijelaskan sebelumnya bahwa stage
hipertensi dapat meningkat jika terapi
tidak dilakukan (Kesehatan, 2006).
Dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan
informan sangat rendah, karena
penggobatan dihentikan setelah gejala atau
rasa sakit hilang. Namun, jika sakit atau
gejala yang dirasa belum hilang maka
informan cenderung melakukan
pengobatan lebih dari satu tempat hal ini
akan membuat obat yang diberikan akan
menumpuk sehingga informan mengalami
kejenuhan dalam minum obat atau
memiliki gejala baru jika minum obat terus
menerus.
3. Cara Informan Mendapatkan Obat
Pada hasil wawancara didapatkan
informasi bahwa sebagian besar informan
mendapatkan obat dari Puskesmas
dikarenakan pada BPJS Kesehatan
informan sendiri Faskes I adalah
Puskesmas. Namun sebagian informan
memilih praktek dokter umum atau klinik
untuk dijadikan Faskes I. Hal ini
dipengaruhi oleh persepsi informan merasa
lebih cocok dengan dokter tersebut. Bidan
juga menjadi salah satu pilihan beberapa
informan jika terjadi kekambuhan atau
penyakit yang akut karena beberapa
informan mengaku jarak tempuh dari
rumah ke rumah bidan lebih dekat
dibandingkan jarak tempuh rumah ke
Puskesmas sehingga informan lebih
memilih bidan pada saat yang dadakan.
Dari hasil wawancara juga dapat
diketahui bahwa beberapa informan
memilih menggunakan pengobatan
alternatif dan mengkonsumsi obat-obatan
herbal. Hal ini dipengaruhi oleh budaya
daerah yang masih dianggap relefan pada
saat ini. Kebiasaan pengobatan yang turun
menurun akibat dari penyakit yang turun
menurun membuat informan menggunakan
atau memilih metode penyembuhannya
sendiri baik medis maupun non medis.
Alasan dipilihnya metode penyembuhan
berdasarkan kepercayaan, tingkat
keparahan sakit, dan penyebab timbulnya
penyakit. Pengobatan ini dipilih informan
karena keinginan sembuh dan pengalaman
dari orang-orang atau masyarakat sekitar
yang penah menderita penyakit yang sama
hingga sembuh. Membuat informan ingin
mencoba pengobatan yang sama. Juga
efeksamping dari obat-obatan kimia yang
ditakuti oleh sebagian informan. Sama
seperti penelitian sebelumnya keluarga dan
keinginan sembuh meningkatkan
kesadaran informan dalam melakukan
pengobatan dan mencari informasi obat
(Setyoningsih, dkk, 2016).
4. Informasi Obat Yang Di Dapatkan
Oleh Informan
Informasi yang didapatkan oleh
informan tentang obat dari petugas
kesehatan agar tidak terjadi kesalahan pada
pengobatan, khususnya pada saat informan
meminum obat. Untuk mendapatkan
informasi yang baik tentang obat, maka
diperlukan pengetahuan petugas agar
informasi yang diberikan dapat dipahami
dengan mudah oleh informan.
Informasi yang diberikan baik dan
lengkap meliputi kejelasan cara pemakaian
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
obat, penjelasan tentang efek samping
obat, kontra indikasi, kegunaan obat,
harapan minumobat teratur, informasi obat
kepada ibu hamil dan menyusui, cara
penggunaan obat untuk bayi dan anak,
etiket yang mudah dibaca, dan cara
menyimpan obat. Tujuan pelayanan
informasi obat adalah menyediakan
informasi kepada pasien dan tenaga
kesehatan di rumah sakit, menyediakan
informs untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan obat,
meningkatkan profesionalisme apoteker,
dan menunjang terapi yang rasional
(Kepmenkes RI, 2004).
Namun pada saat observasi dilapangan
informan kembali menanyakan tentang
cara penyimpanan obat yang baik,
pemusnahan obat kadaluarsa, dan
penggunaan kembali obat yang mereka
dapatkan. Bahkan sebagian informan
mengaku tidak dijelaskan efek samping
dari obat yang dikonsumsi menyebabkan
kantuk sehingga pada saat perjalanan
pulang informan mengalami kecelakaan.
5. Menyimpan Obat Sisa
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
informan mengaku menyisakan obat
karena untuk penggunaan kembali bila
memiliki gejala yang sama. Hal ini tidak
dianjurkan karena penggunaan kembali
dapat menyebabkan penyakit memburuk
dan gejala yang sama banyak dimiliki oleh
beberapa penyakit yang bertolak belakang.
Rata-rata informan menyimpan obat
yang dibutuhkan pada tempat yang kering.
Namun pada informan yang lansia
menyimpan obat didekat tempat tidur atau
bahkan memasukkan obat dalam lemari
dengan beberapa alasan. Bahkan ada juga
informan yang selalu membawa obat
kemanapun didalam kantongnya.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 1
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 3. Obat Sisa Informan Puskesmas 1
No
Kode
Informan
Obat yang
disisakan
Harga
obat yang
disisakan
1 P1.1 Amlodipine (8 tab), Rp. 8.909
amoxicillin (27
tab), simvastatin (8
tab).
2 P1 .2 amoxicillin (6tab). Rp. 978
3 P1 .3
Chlorpheniramin
maleas (6 tab),
Rp. 2.232
4 P1 .4
Allopurinol (5tab),
amlodipine (6 tab)
Rp. 1.543
5 P1 .5 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863
6 P1 .6 Amoxicillin (10tab) Rp. 1.630
7 P1 .7
8 P1 .8 Amoxicillin (16tab) Rp. 3.312
9 P1 .9 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863
10 P1 .10 Amoxicillin (5tab) Rp. 1.035
Jumlah harga dari obat yang disisakan
Rp.
23.365
Dapat dilihat pada tabel diatas nilai
kerugian dari obat sisa pada Puskesmas 1
adalah Rp. 23.365,- nilai kerugian dilihat
dari e-katalog yang dilampirkandengan
jumlah kunjungan pasien BPJS dari bulan
Juli hingga September berturut-turut
adalah 905, 931, dan 1091. Dapat dilihat
bahwa ada peningkatan jumlah kunjungan
pada Puskesmas 1.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 2
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 4. Obat Sisa Informan Puskesmas 2
No
Kode
Responden
Obat yang
disisakan
Harga
obat yang
disisakan
1 P2.1
2 P2.2
Amoxicillin
(5tab)
Rp. 1.035
3 P2.3
Amlodipine
(5tab)
Rp. 815
4 P2.4
5 P2.5
Amoxicillin
(5tab)
Rp. 1.035
6 P2.6
7 P2.7
Amoxicillin
(4tab)
Rp. 828
8 P2.8
Amlodipine
(4tab)
Rp. 652
9 P2.9
Ciprofloxacin
(9tab)
Rp. 4.230
10 P210
Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 8.595
Jumlah kunjungan pasien BPJS pada
puskesmas 2 secara berturut-turut dari
bulan Juli hingga September adalah 834,
823, 920. Peningkatan kunjungan balik
juga terjadi pada Puskesmas 2. Dengan
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
kerugian Rp. 8.595,-.nilai kerugian dilihat
dari e-katalog yang dilampirkan.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 3
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 5. Obat Sisa Informan Puskesmas 3
No
Kode
Responden
Obat yang
disisakan
Harga
obat yang
disisakan
1 P3.1
2 P3.2 - -
3 P3.3 Amlodipine (6tab) Rp. 978
4 P3.4 - -
5 P3.5 - -
6 P3.6 Amoxicillin (6tab) Rp. 1.242
7 P3.7
chloramphenicol
(4),
Rp. 1.048
8 P3.8 - -
9 P3.9
10 P3.10
Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 3.268
Kunjungan pasien BPJS pada
puskesmas 3 berturut-turut dari bulan Juli
hingga September adalah 825, 840, 849.
Dengan kerugian Rp. 3.268,- nilai
kerugian dilihat dari e-katalog yang
dilampirkan.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 4
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 6. Obat Sisa Informan Puskesmas 4
No
Kode
Responden
Obat yang disisakan
Harga
obat
yang
disisakan
1 P4.1
Amlodipine (5tab),
glibenclamide
(8tab), metformin
(8tab), simvastatin
(5tab)
Rp.
4.923
2 P4.2
3 P4.3
Metformin (18 tab),
glibenclamid(18tab)
Rp.
6.408
4 P4.4 Amlodipine (6tab) Rp. 978
5 P4.5
6 P4.6
7 P4.7
8 P4.8 Amoxicillin (9tab)
Rp.
1.863
9 P4.9 Amoxicillin (9tab)
Rp.
1.863
10 P410 Amlodipine (6tab) Rp. 978
Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp.
17.013
Kunjungan pasien BPJS pada
Puskesmas 4 dalam bulanJuli hingga
September berturut-turut adalah
1020,1052,1212. Dengan kerugian yang
ditanggung sebesar Rp. 17.013,- nilai
kerugian dilihat dari e-katalog yang
dilampirkan.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 5
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 7. Obat Sisa Informan Puskesmas 5
No
Kode
Responden
Obat yang
disisakan
Harga
obat
yang
disisakan
1 P5.1
2 P5.2
3 P5.3 Amlodipine (8tab)
Rp.
1.304
4 P5.4
5 P5.5 Amlodipine (5tab) Rp. 815
6 P5.6 Amoxicillin(10) Rp.2.070
7 P5.7 Amoxicillin (5)
Rp.
1.035
8 P5.8
9 P5.9
Amoxicillin
(10)
Rp.
2.070
10 P5.10
Jumlah harga dari obat yang disisakan
Rp.
7.294
Jumlah pasien BPJS Puskesmas 5 dari
bulan juli hingga september berturut-turut
adalah 432, 469, 483. Dan kerugian Rp.
7.294,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog
yang dilampirkan.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 6
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 8. Obat Sisa Informan Puskesmas 6
No
Kode
Responden
Obat yang
disisakan
Harga
obat yang
disisakan
1 P6.1
2 P6.2
Amoxicillin
(5)
Rp. 1.035
3 P6.3
4 P6.4
5 P6.5
6 P6.6
Yusimox (1
botol)
7 P6.7 Amoxicillin (9) Rp. 1.863
8 P6.8 Amoxicilliin (5) Rp. 1.035
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
9 P6.9
Amoxicillin (5),
Amlodipine (4)
Rp. 1.687
10 P6.10 Glibenclamid (4) Rp. 924
Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 6.544
Dengan jumlah pasien BPJS dari
puskesmas 6 pada bulan Juli hingga
September berturut-turut adalah 438, 520,
523. Dengan kerugian mencapai Rp.
6.544,- Nilai kerugian dilihat dari e-
katalog yang dilampirkan.
Dari hasil wawancara dan observasi
didapatkan pasien dari Puskesmas 7
menyisakan obat sebagai berikut :
Tabel 9. Obat Sisa Informan Puskesmas 7
N
o
Kode
Responde
n
Obat yang
disisakan
Harga obat
yang
disisakan
1 P7.1
2 P7.2
3 P7.3
Amoxicillin
(9)
Rp. 1.863
4 P7.4
Amoxicili
n(8),
Ampicillin
(5)
Rp. 1.656
5 P7.5
Amoxicilli
n (5)
Rp. 1.035
6 P7.6
7 P7.7
Amoxicilli
n (10)
Rp. 2.070
8 P7.8
9 P7.9
10 P7.10
Jumlah harga dari obat yang
disisakan
Rp. 6.624
Jumlah pasien BPJS pada puskesmas
7 dari bulan juli hingga September
berturut-turut adalah 897, 856, 913.
Dengan kerugian yang ditanggung
mencapai Rp. 6.624,- nilai kerugian dilihat
dari e-katalog yang dilampirkan.
Dari tabel yang dilampirkan dapat
diketahui bahwa sebagian besar obat sisa
adalah antibiotik yang memiliki efek
farmakologi sebagai obat yang digunakan
untuk mencegah dan mengatasi infeksi anti
bakteri. Efek samping jika antibiotik tidak
dihabiskan maka akan terjadi resistensi,
alergi, hingga mual muntah (Siti 2018).
6. Kunjungan Balik Ke Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat 16% pasien mengatakan akan
menlanjutkan pengobatan ke Rumah Sakit
jika penyakit yang dialami memburuk atau
semakin parah dan terjadi secara
mendadak. Hal ini dipilih atau dilakukan
informan karena informan memiliki
anggapan bahwa terapi yang akan
dilakukan oleh pihak Rumah Sakit akan
lebih baik dari pihak pengobatan manapun
yang telah dicoba sebelumnya. Selain
Rumah Sakit, 4% informan memilih untuk
melanjutkan atau memilih pengobatan
melalui praktek dokter karena merasa lebih
cocok dengan obat-obatan yang diberikan
oleh dokter tersebut. Hal ini jugak
menyababkan informan mengubah bagian
Faskes I (Fasilitas Kesehatan Pertama)
pada BPJS Kesehatan itu menjadi praktek
Dokter yang ingin dituju.
Dapat dilihat dari hasil penelitian
57% informan mengaku atau menjawab
akan kembali ke Puskesmas untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan atau
mendapatkan obat selanjutnya jika
penyakit yang diderita memburuk atau
semakin parah. Karena pihak Puskesmas
yang akan menentukan untuk dirujuk atau
ditangani terapinya oleh pihak Puskesmas
sendiri. Serta karena pada BPJS Kesehatan
yang dimiliki informan Faskes I (Fasilitas
Kesehatan Pertama) adalah Puskesmas.
Namun ada juga informan yang
ingin berobat pada bidan terdekat yaitu
sebanyak 9% alasan informan memilih ini
karena pada situasi mendesak bidan
terdekat adalah solusi yang paling cepat
dan tepat pada saat penyakit memburuk
atau tiba-tiba penyakit kambuh. 14%
informan menerangkanakan mencoba
pengobatan lain seperti meminum kembali
obat yang disisakan sebelumnya jika gejala
yang didapat sama dan mencoba
pengobatan alternatif lainnya.
Angka kunjungan balik ke
Puskesmas dapat dilihat dari angka
kunjungan pasien dari bulan Juli hingga
September berturut-turut tiap Puskesmas
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
mengalami peningkatan.Sehingga
membuktikan bahwa obat sisa dapat
mempengaruhi kunjungan balik pasien ke
Puskesmas baik dengan penyakit yang
sudah lama diderita, baru diderita, atau pun
komplikasi. Hafizurrachman (2009)
mengatakan bahwa kunjungan balik rawat
inap lebih rendah dibandingkan kunjungan
balik rawat jalan dan dipengaruhi tingkat
kepuasan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Faktor terjadinya obat sisa sebagian
besar karena tingginya ketidapatuhan
pasien mengkonsumsi obat, pengobatan
lebih dari satu tempat, sudah terlalu
lama mengkonsumsi obat, serta
kebiasaan tidak menghabiskan obat
yang didapatkan oleh pasien untuk
terapi sakitnya.
2. Obat sisa mempengaruhi kunjungan
balik pasien ke Puskesmas hal ini
berdasarkan data kunjungan pasien di
tujuh Puskesmas periode bulan Juli
sampai dengan September 2019 yaitu
5.351, 5.491, 5.991 pasien.
3. Nilai kerugian obat sisa dari 70
informan sebesar Rp. 72.703,-
2. Saran
1. Berikan informasi obat sebaik mungkin
kepada pasien.
2. Perlunya masing-masing Puskesmas
atau Apoteker melakukan home care
3. Sangat diperlukan pemerataan
penempatan Apoteker agar angka obat
sisa dan kerugian dapat ditekan.
4. Masing-masing rumah tangga
memerlukan orang khusus untuk
pengaturan dan manajemen obat
dirumah tersebut.
5. Karena 60,5% obat yang tersisa adalah
antibiotika, diharapkan edukasi tentang
antibiotika diberikan lebih luas kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. H., Khairunnisa., Tanuwijaya, J.
2017. Tingkat Pengetahuan Pasien
dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga
Apotek Kota Panyabungan.Jurnal
Sains Farmasi dan Klinis, 3(2), 186-
192.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, 2019.
https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/hom
e. di akses pada tanggal 04 April
2019.
Bodgan dan Steven Taylor. 1992.
Pengantar Metode Kualitatif.
Surabaya: Usaha Nasional.
Bugin, M. Burhan. 2007. Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Creswell Jhon. W. 2014. Penelitian
Kualitatif & Desain Riset.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan RI. 2008, Materi
Pelatihan Peningkatan Pengetahuan
dan Keterampilan Memilih Obat
Bagi Tenaga Kesehatan, Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia.
El-Hamamsy M., 2011, Unused
Medications: How Cost And How
Disposal of in Cairo, Egypt,
Techincals journals online, 21-27.
Hafizurrachman. 2009. Kepuasan Pasien
dan Kunjungan Rumah Sakit.
Departemen Administrasi Kebijakan
Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Jakarta.
Hayaza, Yaseer Thariq. 2013. "Analisis
kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan kamar obat di puskesmas
surabaya utara." Calyptra 2.2: 1-13.
Hayes, Tamara L., Jimlie. 2009.
"Medication adherence in healthy
elders: small cognitive changes make
a big difference." Journal of aging
and health 21.4. 567-580.
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
I.M.S. Institute, 2016, The Global Use of
Medicines: Outlook Through, I.M.S.
Institute for Healthcare Informatics.
Kawahe, Monika. 2015. "Hubungan antara
mutu pelayanan kefarmasian dengan
kepuasan pasien rawat jalan di
puskesmas teling atas kota
manado." PHARMACON 4.4.
Keputusan Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Nomor HK.00.DJ.II.924/2004
tentang Pembentukan Tim Penyusun
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Pelayanan Informasi Obat.
Krisnanta, I. Komang Agus Bayu. 2016.
"Analisis Profil dan Faktor Penyebab
Ketidakpatuhan Pengasuh Terhadap
Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Anak."
Kesehatan, Departemen, and Departemen
Kesehatan. 2006. "Pharmaceutical
care untuk penyakit hipertensi."
Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik Ditjen bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru.Jakarta: UI
Press.
Novani, D., Suwandono, A., Trihadi, D.,
Adi, M. S., & Suwondo, A. (2017).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Minum Obat
Tuberkulosis. VISIKES: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 16(1).
Nugraheni, Gesnita, Nugroho, Cahyo.
2016. "Kepuasan Pasien BPJS
Kesehatan Terhadap Kualitas
Pelayanan Kefarmasian Di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Analisis
Menggunakan Servqual Model Dan
Cuctomer Window Quadrant)."
Rakernas dan Pertemuan Ilmiah:
198-204.
Oliveira, Benigna Maria de, viana MB, de
Mattos Arruda L, Ybarra MI,
Romanha AJ. 2005. "Evaluation of
compliance through specific
interviews: a prospective study of 73
children with acute lymphoblastic
leukemia." Jornal de pediatria 81.3:
245-250.
Osterberg, L. & Blasckhe, T. 2005.
Adherence to medication. The New
England Journal of Medicine.
353(5):487-497.
Peraturan Kepala Badan dan Pengawasan
Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan.
Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Raini, Mariana, and Ani Isnawati. 2017.
"Profil Obat Diare yang Disimpan di
Rumah Tangga di Indonesia Tahun
2013." Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan 26.4:
227-234.
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Farmasi dan
Pelayanan Kesehatan
Tradisional.http://labdata.litbang.dep
kes.go.id/riset-badan-
litbangkes/menu-riskesnas/menu-
riskesdas diakses pada tanggal 04
April 2019.
Sari, Desti Diana, and Rasmi Zakiah
Oktarlina. 2018. "Peresepan Obat
Rasional dalam Mencegah Kejadian
Medication Error." Jurnal
Medula 7.5: 100-105.
Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. 2012.
"Pemanfaatan obat tradisional
dengan pertimbangan manfaat dan
keamanannya." Pharmaceutical
Sciences and Research (PSR) 3.1: 1-
7.
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019
Siregar, Charles J.P. dan Endang
Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik
Teori dan Penerapan, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Siti HR, Eka KU, Robianto. 2018.
Pememantauan Efek Samping
Antibiotik yang merugikan Pada
Pasien Anak Yang Berobat Di
Puskesmas Kecamatan Pontianak
Timur. Program studi Farmasi
Universitas Tanjung Pura.
Pontianak.
Suharsimi Arikunto. 2002.Prosedur
Penelitian :Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta : Rineka Cipta.
Sujarweni. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Setyoningsih, Ayu, and Myrtati D. Artaria.
2016 "Pemilihan penyembuhan
penyakit melalui pengobatan
tradisional non medis atau medis."
Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik 29.1: 44-56.
Strauss dan Juliet Corbin. 1997. Dasar-
Dasar Penelitian Kualitatif Prosedur,
Teknik, dan Teori. Surabaya:Bina
Ilmu Offset.
Tarigan, Almina Rospitaria, Zulhaida
Lubis, and Syarifah Syarifah. 2018.
"Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan
Dukungan Keluarga Terhadap Diet
Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Tahun 2016." Jurnal
Kesehatan 11.1: 9-17.
Tim Penyususun. 2019. Pedoman
Penulisan Skripsi Program Studi S1
Farmasi,padang: Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia Perintis Padang.
Yuda, A., Sulistyarini, A., Setiawan, C. D.,
Nugraheni, G., Ahmad, G. N., &
Nita, Y. (2014). Profil Praktek
Pengelolaan Obat pada Lansia di
Surabaya. Jurnal Farmasi
Komunitas, 1(1), 23-28.
Wijaya, N, Faturrohmah A., Whanni W,
Agustin. Tesa G, Soesanto, Dina
Kartika, Hikmah prasasti. 2015.
Profil Kepatuhan Pasien Diabetes
Melitus Puskesmas Wilayah
Surabaya Timur Dalam
Menggunakan Metode Pill Count.
Jurnal Farmasi Komunitas, 2(1), 18-
22.
.

More Related Content

What's hot

6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
Muflihun24
 

What's hot (19)

Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...
 
Faktor penentu medication error
Faktor penentu medication errorFaktor penentu medication error
Faktor penentu medication error
 
2159 3918-1-sm
2159 3918-1-sm2159 3918-1-sm
2159 3918-1-sm
 
1169-2325-1-SM.pdf
1169-2325-1-SM.pdf1169-2325-1-SM.pdf
1169-2325-1-SM.pdf
 
Makalah farma
Makalah farmaMakalah farma
Makalah farma
 
Jurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria RamadaniJurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria Ramadani
 
7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm
 
Medication error (7)
Medication error (7)Medication error (7)
Medication error (7)
 
493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 
25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
Blood Donation Journal
Blood Donation JournalBlood Donation Journal
Blood Donation Journal
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
 
Panduan Praktik Klinis Dokter Faskes 1
Panduan Praktik Klinis Dokter Faskes 1Panduan Praktik Klinis Dokter Faskes 1
Panduan Praktik Klinis Dokter Faskes 1
 

Similar to Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman

B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdfB Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
rafikabintang
 

Similar to Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman (20)

FARMASI KLINIK.pptx
FARMASI KLINIK.pptxFARMASI KLINIK.pptx
FARMASI KLINIK.pptx
 
jurnalku
jurnalkujurnalku
jurnalku
 
173-341-3-PB.pdf
173-341-3-PB.pdf173-341-3-PB.pdf
173-341-3-PB.pdf
 
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
 
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdfB Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
B Implemantasi EHRS pada Pelayanan Kesehatan di Komunitas.pdf
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
 
TUGAS drs. wahyu tentang Farmasi.pptx
TUGAS drs. wahyu tentang Farmasi.pptxTUGAS drs. wahyu tentang Farmasi.pptx
TUGAS drs. wahyu tentang Farmasi.pptx
 
Kel.1_200070600011010_Rizcha Anastasia Widodo.pptx
Kel.1_200070600011010_Rizcha Anastasia Widodo.pptxKel.1_200070600011010_Rizcha Anastasia Widodo.pptx
Kel.1_200070600011010_Rizcha Anastasia Widodo.pptx
 
Proposal Kristina.pdf
Proposal Kristina.pdfProposal Kristina.pdf
Proposal Kristina.pdf
 
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPAT...
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS   DI TIGA KABUPAT...TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS   DI TIGA KABUPAT...
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPAT...
 
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
 
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
 
Jurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirmanJurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirman
 
ARTIKEL
ARTIKELARTIKEL
ARTIKEL
 
219 218-1-pb
219 218-1-pb219 218-1-pb
219 218-1-pb
 
Uts praktikum komputer 1
Uts   praktikum komputer 1Uts   praktikum komputer 1
Uts praktikum komputer 1
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Meboix
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 

Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman

  • 1. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 Analisis Obat Sisa Pasien BPJS Di Puskesmas Kota Pariaman Atika Sri Indriyani1 , Zulkarni R1 , Helen Widaya2 1 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang 2 Puskesmas Kurai Taji Pariaman ABSTRAK Obat sisa merupakan obat resep dokter atau obat dari penggunaan sebelumnya yang tidak dihabiskan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya obat sisa pada pasien BPJS, dampak obat sisa pasien BPJS terhadap kunjungan balik, dan nilai kerugian obat sisa pasien BPJS di seluruh (tujuh) Puskesmas Kota Pariaman. Penelitian dilakukan terhadap tujuh puluh orang informan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian etnografi, pengambilan dan teknik sampling secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab terjadinya obat sisa adalah ketidak patuhan, pengobatan lebih dari satu tempat, sudah terlalu lama mengkonsumsi obat, dan kebiasaan tidak menghabiskan obat yang didapatkan oleh pasien untuk terapi sakitnya. Sementara obat sisa mempengaruhi kunjungan balik berdasarkan data kunjungan pasien di tujuh Puskesmas periode Juli sampai dengan September 2019 yaitu 5.351, 5.491, 5.991 pasien. Selanjutnya nilai kerugian obat sisa dari 70 orang informan senilai Rp. 72.703,-. Kata kunci: Obat sisa, pasien BPJS, etnografi, Puskesmas Kota Pariaman ABSTRACT Residual medicine is a doctor's prescription drug or medicine from previous use that is not spent. The purpose of this study was to determine the factors causing the occurrence of residual drug in BPJS patients, the impact of residual drug BPJS patients on return visits, and the value of drug residual losses of BPJS patients in all (seven) Pariaman City Health Centers. The study was conducted on seventy informants. This research is a qualitative study with ethnographic research design, sampling and sampling techniques by simple random sampling. The results showed that the factors causing residual medication were non-compliance, treatment in more than one place, taking too long to consume the drug, and the habit of not spending the drug obtained by the patient for therapy of his illness. While residual drugs affect return visits based on patient visit data at seven Puskesmas from July to September 2019, namely 5,351, 5,491, 5,991 patients. Furthermore, the value of remaining drug losses from 70 informants is Rp. 72,703, -. Key Words: residual medicine, BPJS patients, ethnography, Pariaman City Health Center
  • 2. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 Pendahuluan Obat sisa merupakan obat resep dokter atau obat sisa dari penggunaan sebelumnya yang tidak dihabiskan. Seharusnya obat sisa resep secara umum tidak boleh disimpan karena dapat menyebabkan penggunaan salah (misused) atau disalah gunakan atau rusak atau kadaluarsa. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan 47,0% rumah tangga menyimpan obat sisa, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi rumah tangga yang menyimpan obat untuk persediaan (42,2%). Sementara data di Sumatera Barat menunjukkan 25,5 % rumah tangga menyimpan obat (Riskesdas, 2013). Masalah obat sisa tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi msalah hampir diseluruh negara. Salah satu contohnya di Kanada, dimana lebih dari 204 ton obat – obatan yang tidak terpakai telah dikumpulkan dalam program pembuangan di Alberta dalam 8 tahun terakhir. Selanjutnya studi yang dilakukan di Inggris memperkirakan bahwa terdapat kerugian sebesar 62.400.000 USD dari obat yang dibuang setiap tahun. Selama lebih dari 65 tahun obat – obatan yang tersisa menyumbang sebesar 2,3% dari seluruh biaya pengobatan (EL-Hamamsy, 2011). Pelayanan kefarmasian disarana kesehatan sangat berpengaruh kepada kepatuhan pasien dalam minum obat dan adanya obat sisa. Salah satunya adalah pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Permenkes RI, 2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kefarmasian di Puskesmas dirasakan cukup puas Hayaza (2013). Sementara Kawahe (2015) menyatakan adanya kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas tetapi bukan dengan pelayanan jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan yang merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Menurut penelitian 82% responden tidak puas atas pelayanan kefarmasian yang didapatkan sebagai pasien BPJS di Pukesmas (Nugraheni dkk, 2016). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa faktor-faktor penyebab terjadinya obat sisa pasien BPJS Puskesmas Kota Pariaman, apa dampak obat sisa pasien BPJS di Puskesmas Kota Pariaman terhadap kunjungan balik ke Puskesmas, dan berapakah nilai kerugian obat sisa pasien BPJS di Puskesmas Kota Pariaman. Metode Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif desain penelitian yang dilakukan adalah etnografi yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang tersembunyi dari masyarakat tentang obat sisa. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat di seluruh (tujuh) Puskesmas yang berada di Kota Pariaman. Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti sendiri. Peneliti yang mengumpulkan data dengan cara bertanya, meminta, mendengar, mengambil, melihat dan mengamati. Dalam mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti sebagai instrumen utama penelitian menggunakan instrumen bantuan berupa panduan atau pedoman wawancara dan alat perekam (Afrizal, 2015).
  • 3. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 Izin penelitiaan diajukan ke Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja Kota Pariaman, sedangkan uji etik diajukan ke Komisi etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Pengumpulan data data dilakukan selama periode Juni sampai September 2019. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan terhadap tujuh puluh informan dari usia 19 hingga 90 tahun. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 13 informan laki – laki dan 57 informan perempuan yang menyimpan obat sisa serta peserta BPJS Kesehatan.Pendidikan terkahir informan sangat beragam, 15,71% informan berlatar belakang pendidikan SD, 14,28% informan berlatar belakang pendidikan SMP, 55,71% informan berlatar belakang pendidikan SMA, dan 14,28% informan berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi. Pekerjaan informan juga beragam seperti ibu rumah tangga, penjahit, pedagang, pensiunan, wiraswasta, dan Pegawai Negeri Sipil. Penyakit yang diderita oleh informan diantaranya gangguan pernafasan, demam, rematik, asam urat, diabetes, hipertensi, jantung, TBC (Tuberkulosis), kelumpuhan, dan bahkan telah menjalani pengangkatan jaringan usus karena tumor. Semua penyakit diatas adalah 10 penyakit utama yang ada di Puskesmas yaitu infeksi saluran pernafasan akut, gastritis, dermatitis, dispepsia, diare, artritis reumatoid, mialgia, vulvus infeksi, hipertensi, obs vebris. Jangka waktu informan menderita penyakit ini sangat bervariasi dimulai dari dua hari hingga lima belas tahun. Cara informan mendapatkan obat untuk pengobatannya pun bervariasi seperti dari bidan, dokter, bahkan alternatif lainnya. 2. Faktor Penyebab Obat Sisa Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui informan yang menghabiskan obat sebanyak 14,28% karena informan patuh dalam minum obat sesuai dengan informasi obat yang didapatkan dan faktor lingkungan serta keluarga yang terus memberikan dukungan dengan harapan informan akan sehat. Hal ini sejalan dengan penelitan sebelumnya yang mengatakan faktor lingkungan dan dukungan keluarga dapat memotivasi sehingga pasien ingin sembuh dan meminum obatnya (Tarigan dkk, 2018). Namun, informan yang tidak mengghabiskan obat lebih tinggi yaitu 85,71%. sehingga obat yang tidak dihabiskan ini disebut obat sisa. Dari keterangan yang didapat, informan takut mengalami efek samping dari obat yang dikonsumsinya seperti dapat merusak ginjal atau organ lainnya. Hal ini sama dengan penelitian yang mengatakan bahwa efek samping dari obat-obatan relatif besar dibandingkan dengan obat-obatan tradisional (Sari, 2015). Sehingga informan memilih untuk menghentikan konsumsi obat dan meminumnya bila sakit atau gejala terasa saja. Alasan informan tidak menghabiskan obat saya kelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu sebagai berikut: 3% informan menghentikan pemakaian obat-obatan terhadap sakit yang informan derita karena penjelasan tentang infromasi obat yang diberikan bahwa obat digunakan pada saat sakit terasa saja. 3% informan menghentikan pemakaian obat- obatan terhadap sakit yang informan derita karena kesulitan menelan. Sehingga dapat diartikan sediaan yang diberikan untuk informan tidak cocok baik itu dari segi umur mau pun kondisi informan saat itu dan 94% informan memberikan keterangan bahwa obat di gunakan hanya pada saat sakit terasa. Jika sudah agak enakkan atau gejala tidak lagi terasa maka pengobatan terhadap sakit yang diderita dihentikan. Jika ini terjadi terus menerus penyakit yang diderita informan bukan hanya akan memburuk bahkan akan ada komplikasi
  • 4. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 bagi informan yang melakukan hal ini. Sama seperti penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa obat sisa yang digunakan kembali malah memperburuk kondisi sehingga keadaan terburuk seperti kehilangan nyawa (Raini, 2017). Pemberhentian pengobatan yang dilakukan oleh informan ini berbahaya. Meski gejala atau sakit tidak lagi terasa penyakit atau dampak tidak meminum obat ini akan sangat besar. Seperti pada penyakit Hipertensi pada saat awal atau stage 1 informan diberikan terapi obat hipertensi. Namun karena ketidak patuhan dan asumsi informan yang berfikir tidak pusing atau tekanan darah tidak tinggi serta takut tekanan darah akan turun drastis maka penggobatan atau terapi dihentikan. Ini dapat menjadi penyebab stage pada Hipertensi akan semakin meningkat dan obat yang diberikan untuk terapi tidak lagi sama baik dalam segi dosis atau bahkan informan akan mendapatkan kombinasi dua hingga lebih obat. Hal ini juga dijelaskan sebelumnya bahwa stage hipertensi dapat meningkat jika terapi tidak dilakukan (Kesehatan, 2006). Dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan informan sangat rendah, karena penggobatan dihentikan setelah gejala atau rasa sakit hilang. Namun, jika sakit atau gejala yang dirasa belum hilang maka informan cenderung melakukan pengobatan lebih dari satu tempat hal ini akan membuat obat yang diberikan akan menumpuk sehingga informan mengalami kejenuhan dalam minum obat atau memiliki gejala baru jika minum obat terus menerus. 3. Cara Informan Mendapatkan Obat Pada hasil wawancara didapatkan informasi bahwa sebagian besar informan mendapatkan obat dari Puskesmas dikarenakan pada BPJS Kesehatan informan sendiri Faskes I adalah Puskesmas. Namun sebagian informan memilih praktek dokter umum atau klinik untuk dijadikan Faskes I. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi informan merasa lebih cocok dengan dokter tersebut. Bidan juga menjadi salah satu pilihan beberapa informan jika terjadi kekambuhan atau penyakit yang akut karena beberapa informan mengaku jarak tempuh dari rumah ke rumah bidan lebih dekat dibandingkan jarak tempuh rumah ke Puskesmas sehingga informan lebih memilih bidan pada saat yang dadakan. Dari hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa beberapa informan memilih menggunakan pengobatan alternatif dan mengkonsumsi obat-obatan herbal. Hal ini dipengaruhi oleh budaya daerah yang masih dianggap relefan pada saat ini. Kebiasaan pengobatan yang turun menurun akibat dari penyakit yang turun menurun membuat informan menggunakan atau memilih metode penyembuhannya sendiri baik medis maupun non medis. Alasan dipilihnya metode penyembuhan berdasarkan kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan penyebab timbulnya penyakit. Pengobatan ini dipilih informan karena keinginan sembuh dan pengalaman dari orang-orang atau masyarakat sekitar yang penah menderita penyakit yang sama hingga sembuh. Membuat informan ingin mencoba pengobatan yang sama. Juga efeksamping dari obat-obatan kimia yang ditakuti oleh sebagian informan. Sama seperti penelitian sebelumnya keluarga dan keinginan sembuh meningkatkan kesadaran informan dalam melakukan pengobatan dan mencari informasi obat (Setyoningsih, dkk, 2016). 4. Informasi Obat Yang Di Dapatkan Oleh Informan Informasi yang didapatkan oleh informan tentang obat dari petugas kesehatan agar tidak terjadi kesalahan pada pengobatan, khususnya pada saat informan meminum obat. Untuk mendapatkan informasi yang baik tentang obat, maka diperlukan pengetahuan petugas agar informasi yang diberikan dapat dipahami dengan mudah oleh informan. Informasi yang diberikan baik dan lengkap meliputi kejelasan cara pemakaian
  • 5. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 obat, penjelasan tentang efek samping obat, kontra indikasi, kegunaan obat, harapan minumobat teratur, informasi obat kepada ibu hamil dan menyusui, cara penggunaan obat untuk bayi dan anak, etiket yang mudah dibaca, dan cara menyimpan obat. Tujuan pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi kepada pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit, menyediakan informs untuk membuat kebijakan- kebijakan yang berhubungan dengan obat, meningkatkan profesionalisme apoteker, dan menunjang terapi yang rasional (Kepmenkes RI, 2004). Namun pada saat observasi dilapangan informan kembali menanyakan tentang cara penyimpanan obat yang baik, pemusnahan obat kadaluarsa, dan penggunaan kembali obat yang mereka dapatkan. Bahkan sebagian informan mengaku tidak dijelaskan efek samping dari obat yang dikonsumsi menyebabkan kantuk sehingga pada saat perjalanan pulang informan mengalami kecelakaan. 5. Menyimpan Obat Sisa Berdasarkan hasil penelitian, sebagian informan mengaku menyisakan obat karena untuk penggunaan kembali bila memiliki gejala yang sama. Hal ini tidak dianjurkan karena penggunaan kembali dapat menyebabkan penyakit memburuk dan gejala yang sama banyak dimiliki oleh beberapa penyakit yang bertolak belakang. Rata-rata informan menyimpan obat yang dibutuhkan pada tempat yang kering. Namun pada informan yang lansia menyimpan obat didekat tempat tidur atau bahkan memasukkan obat dalam lemari dengan beberapa alasan. Bahkan ada juga informan yang selalu membawa obat kemanapun didalam kantongnya. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 1 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 3. Obat Sisa Informan Puskesmas 1 No Kode Informan Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P1.1 Amlodipine (8 tab), Rp. 8.909 amoxicillin (27 tab), simvastatin (8 tab). 2 P1 .2 amoxicillin (6tab). Rp. 978 3 P1 .3 Chlorpheniramin maleas (6 tab), Rp. 2.232 4 P1 .4 Allopurinol (5tab), amlodipine (6 tab) Rp. 1.543 5 P1 .5 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863 6 P1 .6 Amoxicillin (10tab) Rp. 1.630 7 P1 .7 8 P1 .8 Amoxicillin (16tab) Rp. 3.312 9 P1 .9 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863 10 P1 .10 Amoxicillin (5tab) Rp. 1.035 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 23.365 Dapat dilihat pada tabel diatas nilai kerugian dari obat sisa pada Puskesmas 1 adalah Rp. 23.365,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkandengan jumlah kunjungan pasien BPJS dari bulan Juli hingga September berturut-turut adalah 905, 931, dan 1091. Dapat dilihat bahwa ada peningkatan jumlah kunjungan pada Puskesmas 1. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 2 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 4. Obat Sisa Informan Puskesmas 2 No Kode Responden Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P2.1 2 P2.2 Amoxicillin (5tab) Rp. 1.035 3 P2.3 Amlodipine (5tab) Rp. 815 4 P2.4 5 P2.5 Amoxicillin (5tab) Rp. 1.035 6 P2.6 7 P2.7 Amoxicillin (4tab) Rp. 828 8 P2.8 Amlodipine (4tab) Rp. 652 9 P2.9 Ciprofloxacin (9tab) Rp. 4.230 10 P210 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 8.595 Jumlah kunjungan pasien BPJS pada puskesmas 2 secara berturut-turut dari bulan Juli hingga September adalah 834, 823, 920. Peningkatan kunjungan balik juga terjadi pada Puskesmas 2. Dengan
  • 6. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 kerugian Rp. 8.595,-.nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 3 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 5. Obat Sisa Informan Puskesmas 3 No Kode Responden Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P3.1 2 P3.2 - - 3 P3.3 Amlodipine (6tab) Rp. 978 4 P3.4 - - 5 P3.5 - - 6 P3.6 Amoxicillin (6tab) Rp. 1.242 7 P3.7 chloramphenicol (4), Rp. 1.048 8 P3.8 - - 9 P3.9 10 P3.10 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 3.268 Kunjungan pasien BPJS pada puskesmas 3 berturut-turut dari bulan Juli hingga September adalah 825, 840, 849. Dengan kerugian Rp. 3.268,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 4 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 6. Obat Sisa Informan Puskesmas 4 No Kode Responden Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P4.1 Amlodipine (5tab), glibenclamide (8tab), metformin (8tab), simvastatin (5tab) Rp. 4.923 2 P4.2 3 P4.3 Metformin (18 tab), glibenclamid(18tab) Rp. 6.408 4 P4.4 Amlodipine (6tab) Rp. 978 5 P4.5 6 P4.6 7 P4.7 8 P4.8 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863 9 P4.9 Amoxicillin (9tab) Rp. 1.863 10 P410 Amlodipine (6tab) Rp. 978 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 17.013 Kunjungan pasien BPJS pada Puskesmas 4 dalam bulanJuli hingga September berturut-turut adalah 1020,1052,1212. Dengan kerugian yang ditanggung sebesar Rp. 17.013,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 5 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 7. Obat Sisa Informan Puskesmas 5 No Kode Responden Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P5.1 2 P5.2 3 P5.3 Amlodipine (8tab) Rp. 1.304 4 P5.4 5 P5.5 Amlodipine (5tab) Rp. 815 6 P5.6 Amoxicillin(10) Rp.2.070 7 P5.7 Amoxicillin (5) Rp. 1.035 8 P5.8 9 P5.9 Amoxicillin (10) Rp. 2.070 10 P5.10 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 7.294 Jumlah pasien BPJS Puskesmas 5 dari bulan juli hingga september berturut-turut adalah 432, 469, 483. Dan kerugian Rp. 7.294,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 6 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 8. Obat Sisa Informan Puskesmas 6 No Kode Responden Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P6.1 2 P6.2 Amoxicillin (5) Rp. 1.035 3 P6.3 4 P6.4 5 P6.5 6 P6.6 Yusimox (1 botol) 7 P6.7 Amoxicillin (9) Rp. 1.863 8 P6.8 Amoxicilliin (5) Rp. 1.035
  • 7. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 9 P6.9 Amoxicillin (5), Amlodipine (4) Rp. 1.687 10 P6.10 Glibenclamid (4) Rp. 924 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 6.544 Dengan jumlah pasien BPJS dari puskesmas 6 pada bulan Juli hingga September berturut-turut adalah 438, 520, 523. Dengan kerugian mencapai Rp. 6.544,- Nilai kerugian dilihat dari e- katalog yang dilampirkan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan pasien dari Puskesmas 7 menyisakan obat sebagai berikut : Tabel 9. Obat Sisa Informan Puskesmas 7 N o Kode Responde n Obat yang disisakan Harga obat yang disisakan 1 P7.1 2 P7.2 3 P7.3 Amoxicillin (9) Rp. 1.863 4 P7.4 Amoxicili n(8), Ampicillin (5) Rp. 1.656 5 P7.5 Amoxicilli n (5) Rp. 1.035 6 P7.6 7 P7.7 Amoxicilli n (10) Rp. 2.070 8 P7.8 9 P7.9 10 P7.10 Jumlah harga dari obat yang disisakan Rp. 6.624 Jumlah pasien BPJS pada puskesmas 7 dari bulan juli hingga September berturut-turut adalah 897, 856, 913. Dengan kerugian yang ditanggung mencapai Rp. 6.624,- nilai kerugian dilihat dari e-katalog yang dilampirkan. Dari tabel yang dilampirkan dapat diketahui bahwa sebagian besar obat sisa adalah antibiotik yang memiliki efek farmakologi sebagai obat yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi infeksi anti bakteri. Efek samping jika antibiotik tidak dihabiskan maka akan terjadi resistensi, alergi, hingga mual muntah (Siti 2018). 6. Kunjungan Balik Ke Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat 16% pasien mengatakan akan menlanjutkan pengobatan ke Rumah Sakit jika penyakit yang dialami memburuk atau semakin parah dan terjadi secara mendadak. Hal ini dipilih atau dilakukan informan karena informan memiliki anggapan bahwa terapi yang akan dilakukan oleh pihak Rumah Sakit akan lebih baik dari pihak pengobatan manapun yang telah dicoba sebelumnya. Selain Rumah Sakit, 4% informan memilih untuk melanjutkan atau memilih pengobatan melalui praktek dokter karena merasa lebih cocok dengan obat-obatan yang diberikan oleh dokter tersebut. Hal ini jugak menyababkan informan mengubah bagian Faskes I (Fasilitas Kesehatan Pertama) pada BPJS Kesehatan itu menjadi praktek Dokter yang ingin dituju. Dapat dilihat dari hasil penelitian 57% informan mengaku atau menjawab akan kembali ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau mendapatkan obat selanjutnya jika penyakit yang diderita memburuk atau semakin parah. Karena pihak Puskesmas yang akan menentukan untuk dirujuk atau ditangani terapinya oleh pihak Puskesmas sendiri. Serta karena pada BPJS Kesehatan yang dimiliki informan Faskes I (Fasilitas Kesehatan Pertama) adalah Puskesmas. Namun ada juga informan yang ingin berobat pada bidan terdekat yaitu sebanyak 9% alasan informan memilih ini karena pada situasi mendesak bidan terdekat adalah solusi yang paling cepat dan tepat pada saat penyakit memburuk atau tiba-tiba penyakit kambuh. 14% informan menerangkanakan mencoba pengobatan lain seperti meminum kembali obat yang disisakan sebelumnya jika gejala yang didapat sama dan mencoba pengobatan alternatif lainnya. Angka kunjungan balik ke Puskesmas dapat dilihat dari angka kunjungan pasien dari bulan Juli hingga September berturut-turut tiap Puskesmas
  • 8. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 mengalami peningkatan.Sehingga membuktikan bahwa obat sisa dapat mempengaruhi kunjungan balik pasien ke Puskesmas baik dengan penyakit yang sudah lama diderita, baru diderita, atau pun komplikasi. Hafizurrachman (2009) mengatakan bahwa kunjungan balik rawat inap lebih rendah dibandingkan kunjungan balik rawat jalan dan dipengaruhi tingkat kepuasan pasien. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Faktor terjadinya obat sisa sebagian besar karena tingginya ketidapatuhan pasien mengkonsumsi obat, pengobatan lebih dari satu tempat, sudah terlalu lama mengkonsumsi obat, serta kebiasaan tidak menghabiskan obat yang didapatkan oleh pasien untuk terapi sakitnya. 2. Obat sisa mempengaruhi kunjungan balik pasien ke Puskesmas hal ini berdasarkan data kunjungan pasien di tujuh Puskesmas periode bulan Juli sampai dengan September 2019 yaitu 5.351, 5.491, 5.991 pasien. 3. Nilai kerugian obat sisa dari 70 informan sebesar Rp. 72.703,- 2. Saran 1. Berikan informasi obat sebaik mungkin kepada pasien. 2. Perlunya masing-masing Puskesmas atau Apoteker melakukan home care 3. Sangat diperlukan pemerataan penempatan Apoteker agar angka obat sisa dan kerugian dapat ditekan. 4. Masing-masing rumah tangga memerlukan orang khusus untuk pengaturan dan manajemen obat dirumah tersebut. 5. Karena 60,5% obat yang tersisa adalah antibiotika, diharapkan edukasi tentang antibiotika diberikan lebih luas kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Aini, N. H., Khairunnisa., Tanuwijaya, J. 2017. Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan.Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 3(2), 186- 192. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2019. https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/hom e. di akses pada tanggal 04 April 2019. Bodgan dan Steven Taylor. 1992. Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Bugin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Creswell Jhon. W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Kesehatan RI. 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan, Jakarta: Depkes RI. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia. El-Hamamsy M., 2011, Unused Medications: How Cost And How Disposal of in Cairo, Egypt, Techincals journals online, 21-27. Hafizurrachman. 2009. Kepuasan Pasien dan Kunjungan Rumah Sakit. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta. Hayaza, Yaseer Thariq. 2013. "Analisis kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kamar obat di puskesmas surabaya utara." Calyptra 2.2: 1-13. Hayes, Tamara L., Jimlie. 2009. "Medication adherence in healthy elders: small cognitive changes make a big difference." Journal of aging and health 21.4. 567-580.
  • 9. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 I.M.S. Institute, 2016, The Global Use of Medicines: Outlook Through, I.M.S. Institute for Healthcare Informatics. Kawahe, Monika. 2015. "Hubungan antara mutu pelayanan kefarmasian dengan kepuasan pasien rawat jalan di puskesmas teling atas kota manado." PHARMACON 4.4. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor HK.00.DJ.II.924/2004 tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Pelayanan Informasi Obat. Krisnanta, I. Komang Agus Bayu. 2016. "Analisis Profil dan Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Pengasuh Terhadap Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak." Kesehatan, Departemen, and Departemen Kesehatan. 2006. "Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi." Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, Jakarta. Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.Jakarta: UI Press. Novani, D., Suwandono, A., Trihadi, D., Adi, M. S., & Suwondo, A. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum Obat Tuberkulosis. VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 16(1). Nugraheni, Gesnita, Nugroho, Cahyo. 2016. "Kepuasan Pasien BPJS Kesehatan Terhadap Kualitas Pelayanan Kefarmasian Di Pusat Kesehatan Masyarakat (Analisis Menggunakan Servqual Model Dan Cuctomer Window Quadrant)." Rakernas dan Pertemuan Ilmiah: 198-204. Oliveira, Benigna Maria de, viana MB, de Mattos Arruda L, Ybarra MI, Romanha AJ. 2005. "Evaluation of compliance through specific interviews: a prospective study of 73 children with acute lymphoblastic leukemia." Jornal de pediatria 81.3: 245-250. Osterberg, L. & Blasckhe, T. 2005. Adherence to medication. The New England Journal of Medicine. 353(5):487-497. Peraturan Kepala Badan dan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan. Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Raini, Mariana, and Ani Isnawati. 2017. "Profil Obat Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2013." Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 26.4: 227-234. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Farmasi dan Pelayanan Kesehatan Tradisional.http://labdata.litbang.dep kes.go.id/riset-badan- litbangkes/menu-riskesnas/menu- riskesdas diakses pada tanggal 04 April 2019. Sari, Desti Diana, and Rasmi Zakiah Oktarlina. 2018. "Peresepan Obat Rasional dalam Mencegah Kejadian Medication Error." Jurnal Medula 7.5: 100-105. Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. 2012. "Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya." Pharmaceutical Sciences and Research (PSR) 3.1: 1- 7.
  • 10. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 2018/2019 Siregar, Charles J.P. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Siti HR, Eka KU, Robianto. 2018. Pememantauan Efek Samping Antibiotik yang merugikan Pada Pasien Anak Yang Berobat Di Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur. Program studi Farmasi Universitas Tanjung Pura. Pontianak. Suharsimi Arikunto. 2002.Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Sujarweni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta. Setyoningsih, Ayu, and Myrtati D. Artaria. 2016 "Pemilihan penyembuhan penyakit melalui pengobatan tradisional non medis atau medis." Masyarakat, Kebudayaan dan Politik 29.1: 44-56. Strauss dan Juliet Corbin. 1997. Dasar- Dasar Penelitian Kualitatif Prosedur, Teknik, dan Teori. Surabaya:Bina Ilmu Offset. Tarigan, Almina Rospitaria, Zulhaida Lubis, and Syarifah Syarifah. 2018. "Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016." Jurnal Kesehatan 11.1: 9-17. Tim Penyususun. 2019. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi S1 Farmasi,padang: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang. Yuda, A., Sulistyarini, A., Setiawan, C. D., Nugraheni, G., Ahmad, G. N., & Nita, Y. (2014). Profil Praktek Pengelolaan Obat pada Lansia di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas, 1(1), 23-28. Wijaya, N, Faturrohmah A., Whanni W, Agustin. Tesa G, Soesanto, Dina Kartika, Hikmah prasasti. 2015. Profil Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Puskesmas Wilayah Surabaya Timur Dalam Menggunakan Metode Pill Count. Jurnal Farmasi Komunitas, 2(1), 18- 22. .