Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat empat kasus anak dengan syok hipovolemik yang dirawat di ruang PICU rumah sakit. Semua kasus mengalami gangguan cairan dan status hemodinamik yang tidak stabil saat masuk. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan teori konservasi Levine, ditemukan masalah hipovolemia pada semua kasus yang disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan akibat muntah dan di
2. 1
2
Syok hipovolemik yang di akibatkan dari diare dengan jumlah
korban 1,5 juta jiwa masih menempati urutan ke 7 dari sepuluh
penyebab kematian di dunia yang di susul kecelakaan lalu lintas
yang menempati urutan ke 9 dari sepuluh penyebab kematian
didunia dengan jumlah korban 1,3 juta orang (WHO, 2017)
Pada syok hopovolemik akibat perdarahan, penyebab utama
terbanyak adalah cedera traumatic, persentase terjadinya cedera
meningkat dari tahun 2007 sebesar 7,5% menjadi 9,2% pada
tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan pengamatan dan observasi anamnesa pasien selama
7 minggu melakukan peminatan Gawat Darurat dan Kritis di
Ruagan PICU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado didapatkan
total anak yang di rawat dengan syok hipovolemik sebanyak 12
anak, serta 44 orang dengan penyakit penyerta lainya seperti
DHF dan diare.
3. TINJAUAN PUSTAKA
1
SYOK HIPOVOLEMIK
Syok merupakan gambaran klinis kegagalan sirkulasi yang
mengakibatkan penggunaan oksigen seluler indekuat.
Syok hipovolemik merupakan syok yang disebabkan oleh
kehilangan cairan intravaskuler yang umumnya berupa
darah atau plasma (Syarat et al., 2021).
Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive
yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan
eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi
intravaskuler atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis,
diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake caira
yang tidak adekuat (Pujiadi et al., 2013).
4. 2
RESUSITASI CAIRAN
Resusitasi cairan didefinisikan sebagai proses penggantian
cairan tubuh, saat tubuh dalam kondisi kritis dan
kehilangan terlalu banyak cairan, baik dalam bentuk air
maupun darah.
Kebutuhan Air Minimal pada Anak
5. 3
TEORI KEPERAWATAN KONSERVASI LEVINE
Seorang klien adalah makhluk hidup yang
mengalami integrasi dan saling melakukan interaksi
serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Klien juga mengatakan bahwa intervensi
keperawatan adalah bagian dari aktivitas konservasi,
pertimbangan sehat tidaknya seseorang dapat
dilihat pada konservasi
Dirumuskan
Tahun 1966
Dipublikasikan
Tahun 1973
6. 1
2
3
4 4
1
2
3
KONSERVASI ENERGI
Keseimbangan energi pada makhluk
individu sangat dibutuhkan. Selain
itu memperbaharui energi secara
terus menerus juga di lakukan agar
dapat terus meningkatkan kualitas
hidup.
KONSERVASI INTEGRITAS SOSIAL
Kehidupan dapat dipahami sebagai
interaksi social yang ada dalam
kehidupan sedangkan Kesehatan
adalah keadaan social yang telah
ditentukan.
KONSERVASI INTEGRITAS STRUKTUS
Sebuah proses pergantian yang
bersumber pada integritas struktur
disebut penyembuhan. Perubahan
fungsi dan intervensi sangat
dibutuhkan untuk dipahami oleh
perawat agar dapat memberi
Batasan pada jumkah jaringanh yang
terlibat dengan penyakit.
KONSERVASI INTEGRITAS PERSONAL
Seorang pasien yang dipanggil dengan
menyebut Namanya akan dapat terlihat
lebih dihargai oleh perawat. Proses
nilai personal yang memberikan privasi
terhadap klien selama perawatan
dapat diartikan sebagai sikap
menghargai.
MODEL KONSERVASI LEVINE
7. P
A N A L I S I S E B N
P E N G A R U H R E S U S I T A S I C A I R A N T E R H A D A P S T A T U S H E M O D I N A M I K M E A N
A R T E R I A L P R E S S U R E ( M A P ) P A D A P A S I E N A N A K D E N G A N S Y O K
H I P O V O L E M I K D I I G D R S U D B A L A R A J A
R i r i s A n d r i a t i , D e d i T r i s i t r i s n o
Problem/Population:
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan
cepat yang berakhir pada kegagalan multiorgan. Kematian akibat syok di negara berkembang terjadi
pada sekitar 50% dalam waktu 24 jam pertama setelah tanda-tanda syok timbul. Penatalaksanaan syok
hipovolemik yang utama adalah terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang,
sehingga dapat mengembalikan tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas
normal. Kematian akibat syok hipovolemik di Indonesia diakibatkan karena perdarahan yang tidak
dapat diatasi pada kondisi trauma, sedangkan angka kematian non trauma sekitar 28% terjadi pada
perdarahan pada proses persalinan.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
syok hipovolemik di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja pada bulan Januari –
Oktober tahun 2020 berjumlah 66 pasien. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
menggunakan tehnik nonprobability sampling dengan metode accidental sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah berjumlah 25 responden pasien anak yang datang dan mendapatkan perawatan
di IGD RSUD Balaraja.
8. I
Intervention
Peneliti terlebih dahulu menilai, memantau status hemodinamik pasien-pasien kemudian memberikan
intervensi resusitasi cairan kristaloid di ikuti pemberian transfusi darah dan koloid sesuai dengan
kebutuhan kemudian peneliti mengevaluasi kembali status hemodinamik pasien setelah target
kepenuhan perhitungan cairan di penuhi.
C
Comparation
Dalam penelitian ini peneliti melihat dan membandingkan status hemodinamik pre intervensi dan
post intervensi pemberian resusitasi cairan.
9. Outcome
Hasil penelitian didapatkan bahwa resusitasi cairan berpengaruh terhadap perubahan status
hemodinamik Mean Arterial Pressure (MAP). Hasil ini menunjukkan bahwa resusitasi cairan memiliki peran
kontribusi yang sangat penting dalam upaya meningkatkan status hemodinamik pada pasien syok
hipovolemik. Berdasarkan pengolahan data paired sample T Test didapat hasil nilai sig adalah 0,000<0,05.
Hasil ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara status hemodinamik Mean Arterial
Pressure (MAP) sebelum dilakukan resusitasi dan setelah dilakukan resusitasi cairan. Dari data tersebut
penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan nyata terhadap pemberian
resusitasi cairan terhadap status hemodinamik Mean Arterial Pressure (MAP) pada pasien syok
hipovolemik.
O
S
Study Design
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan one
group pre-test and post-test design.
10. 4
1
2
3
DESAIN PENELITIAN
Desain pada penelitian ini
merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus
PENETAPAN SAMPEL
Pada penelitian ini
ditetapkan sampel
sebanyak 4 responden
anak dengan syok
hipovolemik berdasarkan
kriteria peneliti dengan
menggunakan teknik
purposive sampling.
LOKASI & WAKTU PENELITIAN
Dilaksanakan di ruangan
PICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dalam
waktu selama 6 minggu (26
Januari-5 Maret 2022)
TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Sumberdata:
TeksWawancara, lembar
pengkajian, lembar
observasi, reka medik,
pengamatan, dan jurnal
terkait
METODE PENELITIAN
11. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari 1 askep dan 3 resume
Hasil pengkajian keempat kasus sudah mengalami gangguan cairan dan status hemodinamik yang tidak
stabil saat masuk rumah sakit. 2-5 hari sebelum masuk ke rumah sakit karena diare, muntah dan demam.
Pengkajian pada kasus pertama An. T. D dengan diagnose medis syok hipovolemik dan GEA terdapat
masalah hipovolemia disebabkan karena adanya infeksi bakteri pada usus yang ditandai dengan
pemeriksaan feses di dapatkan bakteri pada feses positif yang menyebabkan diare dan peningkatan
peristaltic usus mencapai 46x/m serta hematokrit 20,1% (28-42%). Hal ini berbeda dengan masalah
hipovolemia pada kasus kedua An. B. A dengan diagnose medis syok hipovolemik dan DHF serta kasus
keempat An. C. l dengan diagnose medis syok hipovolemik, Trombositopenia dan GEA yang mengakibatakan
terjadi penurunan kadar trombosit yaitu pada kasus kedua An. B. A nilai trombosit 93.000ul (150-350rb/ul)
di sertai perdarahan pada gusi dan kasus keempat An. C. l nilai pemeriksaan trombosit 34.000ul (150-
350rb/ul), sedangkan pada kasus ketiga An. J. L dengan diagnose medis syok hipovolemik dan GEA
menunjukan penurunan kadar hemoglobin yang cukup signifikan yaitu 6,2 g/dl (10-12,5 g/dl).
12. 1
2
3
4
Konservasi Energi pada keempat kasus ditemukan kesamaan yaitu kesadaran kompos mentis
dan mengeluhkan mual muntah, pada kasus pertama, kedua dan ke empat ada kesamaan
terjadinya diare, sedangkan pada kasus kedua di dapatkan perdarahan pada gusi. Pada
kasus pertama dan kedua di dapatkan masalah keperawatan lain yaitu hipertermi di tandai
dengan badan anak teraba panas dan peningkatan suhu tubuh
PENGKAJIAN KONSERVASI
Konservasi Integritas Struktur pada keempat kasus di dapatkan kesamaan yaitu konjungtiva pucat, bibir
tampak kering, dan turgor kulit kering. Pada kasus pertama, ketiga dan keempat mengalami persamaan
yaitu peningkatan peristraltik usus dan pada kasus pertama, ketiga dan keempat didapatkan persamaan
bahwa masalah gangguan cairan disebabkan oleh diare.
Konservasi Integritas Personal pada keempat kasus dapat dikaji pencapaian tumbuh kembangdan
keempat anak dapat berkomunikasi cukup baik, klien dapat menyebutkan nama lengkap, nama panggilan
dan mampu berkomunikasi sesuai dengan umur.
Konservasi Integritas Sosial pada keempat kasus didapatkan interaksi klien dengan keluarga dan orang
lain baik. Keluarga masing-masing klien sangat perhatian dan selalu ada serta bersedia bekerjasama
melakukan perawatan pada klien.
13. Trophicognosis
1. Hipovolemi berhubungan dengan Pengeluaran cairan berlebihan,muntah, diare, intake air
dan elektrolit tidak adekuat.
2. Hipertermia berhubungan dengan Proses infeksi bakteri pada usus.
An.T.D
1. Hipovolemi berhubungan dengan Pengeluaran cairan berlebihan, muntah, perdarahan gusi.
2. Hipertermia berhubungan dengan Proses inflamasi infeksi virus dengue.
An.B.A
An.J.L
An.C.L
1. Hipovolemi berhubungan dengan Pengeluaran cairan berlebihan,muntah, diare, intake air
dan elektrolit tidak adekuat.
1. Hipovolemi berhubungan dengan Pengeluaran cairan berlebihan,muntah, diare, intake air
dan elektrolit tidak adekuat.
14. Hipotesis
Hipovolemia (D.0023)
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi,
maka diharapkan hipovolemia
(L.03028) membaik.
Dengan kriteria hasil:
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Output urine meningkat
3. Dispnea menurun
4. Perasaan lemah menurun
5. Tekanan darah membaik
6. Membrane mukosa membaik
7. Kadar Hb membaik
8. Kadar Ht membaik
9. Intake cairan membaik
10. Suhu tubuh membaik
Manajemen Hipovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dangan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral (Pernerapan EBN)
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik (mis. NaCl, Rl) (Penerapan EBN)
Hipotesis yang telah di tegakkan secara lengkap pada masing-masing empat kasus dapat dilihat lebih rincih pada
bagian hasil dari asuhan keperawatan kasus pertama sampai dengan kasus keempat yang di uraikan dalam
bentuk asuhan keperawatan dan resume keperawatan berdasarkan pendekatan Standar Luaran Keperawatan
(SLKI) dan Standar Intervensi Keperawantan Indonesia (SIKI).
15. Implementasi konsevasi energi
Penerapan EBN Resusitasi Cairan
1. Memberikan asupan cairan oral
2. menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
3. kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
Kien Hasil terapi TTV Sebelum Intervensi TTV H1 TTV H2 TTV H3
An. T. D
1. Oralit 200Ml per 3 jam pertama,
kemudian 50ml tiap BAB cair
2. Asupan Air putih H1± 800ml, H2 ±
1.100ml, H3 ± 1.400 ml
3. IVFD Rl 440cc dalam 30 menit (selama 3
siklus) di lanjutkan 62cc dalam 1 jam
- TD:70/60 MmHg
- N: 108 x/mnt
- SB: 38 ºC
- RR: 24 x/mnt
- SpO2: 96%
- TD: 80/60 MmHg
- N:108x/m
- RR:22x/m
- SB:37,80C
- SpO2:96%
- TD:90/60 MmHg
- N: 102x/m
- RR:20x/m
- SB:37,20C
- SpO2:95%
- TD: 90/70 MmHg
- N: 104x/m
- RR: 22x/m
- SB: 370C
- SpO2: 96%
An. B. A
1. Tdak mendapat oralit
2. Asupan Air putih H1± 900ml, H2 ±
1.000ml, H3 ± 1.200 ml
3. IVFD Rl 460cc dalam 30 menit (selama 3
siklus) di lanjutkan 63 cc dalam 1 jam
- TD: 60/40 MmHg
- N: 100 x/mnt
- SB: 38,5 ºC
- RR: 24 x/mnt
- SpO2: 94%
- TD: 60/50 MmHg
- N:100x/m
- RR:20x/m
- SB:38,50C
- SpO2:95%
- TD:70/50 MmHg
- N: 102x/m
- RR:22x/m
- SB:380C
- SpO2:95%
- TD: 80/60 MmHg
- N: 108x/m
- RR:24x/m
- SB: 37,50C
- SpO2: 96%
An. J. L
1. Oralit 200Ml per 3 jam pertama,
kemudian 50ml tiap BAB cair
2. Asupan Air putih H1± 900ml, H2 ±
1.000ml, H3 ± 1.200 ml
3. IVFD Rl 440cc dalam 30 menit (selama 3
siklus) setiap 30 menit memeriksa TTV di
lanjutkan 62cc dalam 1 jam. Di
tambahkan transfusi darah PRC 120cc/
hari (3bag selama 3 hari)
- TD: 70/60 MmHg
- N: 108 x/mnt
- SB: 37,4 ºC
- RR: 24 x/mnt
- SpO2: 96%
- TD: 70/60 MmHg
- N:100x/m
- RR:20x/m
- SB:37,40C
- SpO2:96%,
- TD:80/60 MmHg
- N: 102x/m
- RR:22x/m
- SB:37,20C
- SpO2:96%
- TD: 80/60 MmHg
- N: 110x/m
- RR:24x/m
- SB: 370C
- SpO2: 99%.
An. C. L
1. Oralit 200Ml per 3 jam pertama,
kemudian 50ml tiap BAB cair
2. Asupan Air putih H1± 950ml, H2 ±
1.000ml, H3 ± 1.200 ml
3. IVFD Rl 480cc dalam 30 menit (selama 3
siklus) di lanjutkan 64cc dalam 1 jam dan
transfusi trombosit 120cc/ hari (2bag
pada hari pertama)
- TD: 60/40 MmHg
- N: 108 x/mnt
- SB: 37,2 ºC
- RR: 20 x/mnt
- SpO2: 99%
- TD: 60/40 MmHg
- N:108x/m
- RR:20x/m
- SB:37,20C
- SpO2:99%
- TD:70/60 MmHg
- N: 108x/m
- RR:22x/m
- SB:37,50C
- SpO2:102%
- TD: 80/60 MmHg
- N: 110x/m
- RR:24x/m
- SB: 37,50C
- SpO2: 102%.
16. Implementasi konsevasi struktur
Intervensi
An. T. D
BB:22Kg
An. B. A
BB: 23Kg
An. J. L
BB: 22Kg
An. C. L
BB: 24Kg
Sebelum - Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva pucat
- Bibir tampak kering
- Turgor kulit kering
- Peristaltik usus 46x/m
- Hb : 7,4 g/dl (10-12,5 g/dl )
- Hematokrit: 20,1 % ( 28-42 %)
- Bakteri pada feses: positif
- Haluaran urine ± 600ml/hari
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva pucat
- Bibir tampak kering
- Turgor kulit kering
- Nampak anak memuntahkan
lendir saliva bercampur darah
- Hb : 8,4 g/dl (10-12,5 g/dl )
- Hematokrit: 24,3 % ( 28-42 %)
- Eritrosit: 2,51 ul (4,5-5,6 jt/ul)
- Trombosit: 93.000 ul (150-350
rb/ul)
- Haluaran urine ± 700ml/hari
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva pucat
- Bibir tampak kering
- Turgor kulit kering
- Peristaltik usus 42x/m
- Klien menggunakan O2 nasal
kanul 1-2L/m
- Hb : 6,2 g/dl (10-12,5 g/dl )
- Leukosit : 37.400 ul ( 4-11rb /ul
)
- Hematokrit: 28,1 % ( 28-42 %)
- Haluaran urine ± 700ml/hari
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva pucat
- Bibir tampak kering
- Turgor kulit kering
- Peristaltik usus 42x/m
- Hb : 8,2 g/dl (10-12,5 g/dl )
- Hematokrit: 29,4 % ( 28-42 %)
- Trombosit: 34.000ul (150-
350rb/ul)
- Haluaran urine ± 720ml/hari
Memeriksa tanda dangan gejala
hipovolemia
Ku Klien cukup,Bibir tampak lembab,
Turgor kulit lembab, Peristaltik usus
30x/m, Hb : 9,6 g/dl (10-12,5 g/dl ),
Hematokrit: 28,5 % (28-42 %)
KU klien tampak baik, Konjungtiva
merah muda, Bibir tampak lembab,
Turgor kulit lembab, Hb: 8,9 g/dl (10-
12,5 g/dl), Hematokrit: 28,9 % (28-42
%), trombosit: 125.000ul (150-
350rb/ul).
KU klien tampak baik, Konjungtiva
merah muda, Bibir tampak lembab,
Turgor kulit lembab, peristaltik usus
25x/m, Hb: 8,4 g/dl (10-12,5 g/dl),
Hematokrit: 29,8 % (28-42 %),
Trombosit 136.000ul (150-350rb/ul).
KU klien tampak baik, Konjungtiva
merah muda, Bibir tampak lembab,
Turgor kulit lembab, peristaltik usus
25x/m, Hb: 8,4 g/dl (10-12,5 g/dl),
Hematokrit: 29,8 % (28-42 %),
Trombosit 136.000ul (150-350rb/ul).
Memonitor intake dan output cairan klien minum ±1.400ml/ hari, terapi
IVFD Guyur IVFD RL 440 cc dalam 30
menit (3 siklus) di lanjutkan IVFD RL
62cc dalam 1 jam, Haluaran urine ±
1.600 ml/hari
klien minum ±1.200ml/ hari, terapi
IVFD Guyur IVFD RL 460 cc dalam 30
menit (3 siklus) di lanjutkan IVFD RL
63cc dalam 1 jam, dan haluaran urine
± 1.400 ml/hari
klien tidak muntah dan BAB cair tidak
terjkadi minum ±1.200ml/ hari, terapi
IVFD Guyur IVFD RL 440 cc dalam 30
menit (3 siklus) di lanjutkan IVFD RL
62cc dalam 1 jam, dan haluaran urine
± 1.300 ml/hari
klien tidak muntah dan BAB cair tidak
terjkadi minum ±1.200ml/ hari, terapi
IVFD Guyur IVFD RL 480 cc dalam 30
menit (3 siklus) di lanjutkan IVFD RL
64cc dalam 1 jam, dan haluaran urine
± 1.400 ml/hari
Menghitung kebutuhan cairan
dengan hasil kebutuhan cairan klien
di hitung dengan formula Holliday-
Segar 1500+20ml/KgBB
kebutuhan cairan klien 1540 ml/hari kebutuhan cairan klien 1.960
ml/hari.
kebutuhan cairan klien 1.540 ml/hari. kebutuhan cairan klien 1.980ml/hari
17. An.T.D An.B.A An.J.L An.C.L
Implementasi konservasi integritas personal dan sosial pada keempat kasus ini antara lain Menganjurkan ibu
untuk memberikan PKTS dengan hasil ibu dapat memberikan bubur setiap 10 menit 2 sendok, menganjukan ibu
untuk sering memberikan minum dengan hasil ibu rutin memberi minum oralit dan air putih pada anak sesuai dosis
yang di anjurkan, menjelaskan pentingnya asupan cairan untuk mencegah dehidrasi dengan hasil ibu klien
mengerti pentingnya menjaga kebutuhan asupan makanan dan air untuk klien, memberikan informasi mengenai
kondisi anaknya dengan hasil keluarga klien mengerti dan memahami kondisi klien.
Implementasi konsevasi integritas personal dan sosial
18. EVALUASI
Berdasarkan Analisis evaluasi dari keempat kasus terpilih terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dari
kasus tersebut. Pada kasus ditemukan persamaan perkembangan terakhir yaitu tidak ditemukan tanda-tanda
dehidrasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, urin output normal, klien tidak demam, diuresis cukup intake
output seimbang, diare tidak ada, akses intravena lancar, skala plebitis 0, tidak terdapat tanda plebitis.
Hal yang membedakan pada keempat kasus adalah jumlah masukan cairan yang dihitung berdasarkan berat
badan, dan juga tambahan cairan seperti oralit pada anak yang mengalami diare serta di tentukan oleh hasil
laboratorium seperti pada kasus kedua yang mendapatkan tambahan transfuse darah PRC 120 cc sebanyak 3
bag dan kasus keempat mendaptakan tambahan transfuse trombosit 120cc sebanyak 2 bag yang mempengaruhi
perubahan hasil laboratorium yang cukup signifikan pada observasi hari ketiga. Sedangkan haluaran melalui
urin selain dipengaruhi oleh berat badan juga dipengaruhi oleh fungsi ginjal, kondisi tubuh dan penyakit. Selain
itu, evaluasi pada satu kasus yaitu kasus pertama berbeda karena anak sudah dapat di pindahkan ke ruang
rawatan biasa pada hari rawatan ketiga dan semua masalah keperawatan dari keempat kasus sudah teratasi.
19. KESIMPULAN
Evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
syok hipovolemik dari ke empat kasus tersebut menyimpulkan bahwa adanya
kondisi menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya dalam hal masalah
pemenuhan cairan dan status hemodinamik. Hal tersebut ditunjukkan dengan 1
dari 4 anak dalam kasus tersebut telah dapat di pindahkan ke ruang rawatan
biasa setelah di lakukan intervensi resusitasi cairan seelama tiga hari dan ke
4 anak menunjukan status hemodinamik yang membaik setiap kali di lakukan
pengukuran serta hasil laboratorium yang yang meningkat lebih baik dari
hasil laboratorium sebelumnya.
Kesimpulan Hasil evaluasi empat kasus disimpulkan bahwa
penerapan intervensi manajemen hipovolemia dan EBN resusitasi cairan pada
anak dengan kondisi masalah pemenuhan cairan sudah dapat terpenuhi
secara optima di tandai dengan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi dan
status hemodinamik anak dalam batas normal.