3. 3
Drs. H. Sukardi Pangade, SKM, M. Kes
Nama Yakup, j. Tamaka
Stambuk 11.101.165
Tempat lahir Awimbon
Tanggal lahir 20 agustus 1990
Jenis kelamin Lakilaki
Agama K. protestan
Suku bangsa Indonesia
No hp 0821978182
Tahun masuk 2011
Progeram studi Epidemiologi
Tahun lulus 01 agustus 2015
Judul tugas ahkir Faktor yang berhubungan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerjaKomisi
Penanggulang AIDS (KPA) kecamatan wamena kota
kabupaten jayawijaya
IPK 3,61
Perdikat
kelulusan
Jangka waktu
studi
3 tahun 10 bulan
No alumni
Pembimbing I Drs. H. Sukardi pangade, SKM, M. Kesa
Pembimbing II Hj. Haslinda, SKM, M.Kep
4. 4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat kepada Tuhan yang Maha Esa, atas bimbingan dan
kuasaNya maka skripsi ini dapat tersusun sesuai harapan Penulis dan tepat pada
waktunya.
Penulis benarbenar menyadari juga bahwa skripsi ini tidak lepas dari
berbagai kesulitan. Walaupun tidak luput dari berbagai kekurangan dalam
penulisan baik bahasa maupun penempatan katakata dan masih uajuh dari
kesempurnaan maka itu, penulis siap menerima segala kritikan dan saran dalam
hal membangun demi penyusunan skripsi di masa mendatang.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampikan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.Baso, Amang, SE,. M.Si Rektor Universitas Indonesia Timur
Makassar.
2. Bapak Drs.H. Sukardi Pangande, SKM, M.Kes Selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar. Dan sekaligus
Pembimbing satu (I), yang telah memberikan masukan dan saran dalam
proses penyusunan skripsi ini.
5. 5
3. Ibu Hj. Haslinda, SKM, M.Kep Selaku Wakil dekan Fakultas kesehatan
masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar dan sekaligus Pembimbing
dua (II) yang selaalu mengarahkan Penulis hingga jadinya skripsi ini.
4. Ibu Rahma Sri Susanti, SKM, M.Kes, selaku ketua prodi Jurusan Epid. Bios.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.
5. Seluruh rekanrekan mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2011
yang turut adil memberikan motivasi kepada penulis tidak sempat saya
sebutkan satu persatu.
6. Komunitas Mahasiswa Aplim Apom (KOMAPO) Di kota Studi Makassar
dimana memberikan bantuan berupa moril maupun material dan selalu
mendukung dalam Doa untuk meminta keberhasilan studi.
7. KawanKawan dan AdikAdik yang tercinta yaitu: ELianus lah , Wainus Giban,
Irab Wakla, Elia Maling, Yoas Sunyap, Yaret Mimin, Linus Tapo, Karel Wisal,
Opinus Maling, Beres Kipka, Jurmin Yando Isai Wisabal, Gogol Balyo, dan
yang lain tidak sempat saya sebutkan satu persatu.
8. Rekanrekan seperjuangan MahasiswaMahasiswi yang sedang menuntut Ilmu
Di Kota Studi Makassar. Khususnya anakanak penggunungan tengah dan
pada umumnya kawankawan seperjuangan asal Papua yang berdomisili
Dikota Studi Makassar.
9. Sahabatsahabatku, Diana, Nova, Andi DLL.
10. HambaHamba Tuhan yang tersayang selalu mendukung dalam Doa secara
Moral.
6. 6
11. Abangabang senior yang selalu memberikan motipasi yaitu: Yoram Tengget,
S.Sos.,M.Si, Agustina Maukafola,S.Sos, Nathan Sunyap,S.S, Meyur Alya,S.Si,
Silas Heluka S.Ip, Epnyi Malyo, SH, Herman Yando,SH.
12. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan telah membantu penulis baik moril
maupun material.
Penulis menyadari bahwa namanama yang penulis di cancumkan diatas ini,
tidak ada pasti penulis tidak sampai di kota Makassar, namun adanya motivasi dan
dorongan sehingga penulis dapat merasakan sukacita pada kesempatan yang
berbahagia ini.
Dan atas segala bantuan dan bimbingan yang telah di berikan sehingga
penulis dapat menjelesaikan penulisan SKRIPSI ini. Semoga dapat bermamfaat
bagi kami semua. Syalom.......!!!
Makassar, Januari 2015
Penyusun
Yakup, J. Tamaka
7. 7
ABSTRAK
YAKUP, J. TAMAKA, FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENINGKATAN ANGKA PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS ( KPA) KECAMATAN WAMENA
KOTA KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN 2015 ( DIBIMBING OLEH
SUKARDI PANGADE DAN HASLINDA.
Kesehatan merupakan salah satu Indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau bangsa. pada akhir abad
ke20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit
yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yang dapat menyebabkan AIDS (Aquarired Immunodeficiensy
Syndrome). WHO mengestimasikan 37,8 juta orang terinfeksi HIV/AIDS.
Pada akhir tahun 2013, estimasi menjadi 53,6 juta, dan pada tahun 2015
dengan jumlah 33 juta orang terinfeksi, tetapi yang sudah meninggal 23
juta.
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja Komisi Penanggulan AIDS
(KPA) Kecamatan Wamena kota Kabupaten Jayawijaya tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah survai analitik accidental sampling
dengan pendekatan Cross Sectional study yang teknik pengumpulan data
melalui wawancara mendalam untuk mengetahui Hubungan antara
Variabel independen dengan Variabel dependen.
Hasil penelitiana menunjukan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan peningkatan angka penderita HIV/AIDS yaitu nilai p =
0,000 < 0,05, Ada hubungan Sikap dengan peningkatan angka penderita
8. 8
HIV/AIDS yaitu nilai p = 0,002 < 0,05, ada hubungan antara tindakan
dengan peningkatan angka penderita HIV/AIDS yaitu nilai p = 0,001 < 0,05,
ada hubungan antara lingkungan media soail dengan peningkatan angka
penderita HIV/AIDS yaitu nilai p = 0,003< 0,05
Berdasarkan hasil penelitian ini sangat mengharapkan kepada KPA
dan seluruh tangan peduli serta semua LSM untuk meningkatkan
penyuluhan, sosialisasi, pembinaan, dan pelatihanpelatihan khusus bagi
masyarakat tentang penyebaran, pencegahan, penanggulangan dan
pengobatan HIV/AIDS di Kecamatan Wamena kota Kabupaten Jayawijaya.
Kata Kunci : Hiv/Aids, Pengetahuan, Sikap, Tindakan,
Lingkungan Media Sosial, Peningkata Angka Penderit Hiv/Aids
Daftar Pustaka : 16 (19962015)
ABSTRACT
YAKUP, J. TAMAKA, FACTORS RELATED TO INCREASING THE
NUMBER OF HIV /AIDS PREVENTION IN WORK AREA COMMISSION
AIDS (KPA) MWAMENA DISTRICT CITY Jayawijaya District 2015
(guided by SUKARDI PANGADE AND Haslinda.
Health is one indicator to measure the level of welfare of a community
or nation. at the end of the 20th century which is disastrous for humans is
the emergence of a disease caused by a virus that is HIV (Human
Immunodeficiency Virus) that can lead to AIDS (Aquarired
Immunodeficiensy Syndrome). WHO estimates that 37.8 million people are
infected with HIV / AIDS. At the end of 2013, estimated to 53.6 million, and
in 2015 the number of 33 million people are infected, but who had died 23
million.
To determine the factors associated with an increase in the number
of HIV / AIDS in the work area Penanggulan AIDS Commission (KPA)
District of Jayawijaya Wamena town in 2015.
This type of research is analytic survey accidental sampling with cross
sectional study the techniques of collecting data through indepth interviews
to determine the relationship between the independent variables with the
dependent variable.
Penelitiana results show that there is a relationship between
knowledge and an increase in the number of HIV / AIDS is the value of p =
0.000 <0.05, There is a relationship attitude with an increase in the number
of HIV / AIDS is the value of p = 0.002 <0.05, there is a connection between
the actions of the an increase in the number of HIV / AIDS is the value of p
9. 9
= 0.001 <0.05, there is a relationship between the media environment soail
with increased numbers of HIV / AIDS is the value of p = 0.003 <0.05
Based on the results of this study are looking forward to the KPA and
the whole hand care as well as all NGOs to improve education,
socialization, coaching, and specialized training for the public about the
spread, prevention, prevention and treatment of HIV / AIDS in Sub
Jayawijaya Wamena town.
Keywords : HIV / AIDS, Knowledge, Attitude, Action, Social Media
Environment, peningkata Figures Penderit Hiv /
Aids
Bibliography : 16 (19962015)
DAFTAR ISI
Daftar Halaman
HALAMAN JUDUL !
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
10. 10
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
D. Manfaat Penelitian 5
1. Manfaat Praktis 5
2. Manfaat Ilmu Pengetahuan 5
3. Manfaat Bagi Peneliti 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Variabel Dependen 7
1. Defenisi Penyakit HIV/AIDS 7
2. Etiologi 9
3. Pathogenesis 11
4. Masa Inkubasi 12
5. Gejala Klinis 12
6. Penularan 13
7. Angka penderita 15
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Independen 16
1. Pengetaahuan 16
2. Sikap 23
3. Tindakan 27
11. 11
4. Lingkuangan Media Sosial 29
5. Pencegahan Penanggulangan &
Pengobatan 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Bagan Pola piker Variabel yang diteliti 40
B. Bagan Pola Pikir Faribel Independen Dan
Dependen 43
C. Definisi Operasional danKriteria Objektif 44
D. Hipotesis Penelitian 46
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 48
C. Populasi dan Sampel 48
D. Metode Pengumpulan Data 49
E. Pengolahan dan Penyajian Data 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 52
B. Hasil penelitian 55
C. Pembahasan 64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
12. 12
A. Kesimpulan 74
B. Saran 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS tahun 2015 14
2. Tabel kontigensi 2x2 50
13. 13
3. Tabel distribusi jenis kelamin 55
4. Tabel distribusi kelompok umur 56
5. Tabel distribusi agama 56
6. Tabel distribusi pendidikan 57
7. Tabel distribusi pekerjaan 57
8. Tabel distribusi penderita HIV/AIDS 58
9. Tabel distribusi pengetahuan 58
10. Tabel distribusi sikap 59
11. Tabel distribusi tindakan 59
12. Tabel distribusi lingkungan media sosial 60
13. Tabel hubungan pengetahuan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS 60
14. Tabel hubungan sikap dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS 61
15. Tabel hubungan tindakan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS 62
16. Tabel hubungan lingkungaan media sosial dengan
peningkatan angka penderita HIV/AIDS 63
17. 17
Kesehatan merupakan salah satu Indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau bangsa. Paradigma
sehat dewasa ini yang dipromosikan menghendaki terjadinya
perubahan pola pikir masyarakat dari mengobati penyakit menjadi
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit, oleh sebab itu
Pemahaman mengenai penyakit dan cara mencegahnya perlu
disebarluaskan pada masyarakat.
Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke20 yang merupakan
bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan
oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
dapat menyebabkan AIDS (Aquarired Immunodeficiensy Syndrome).
WHO pada tahun 2003 mengestimasikan 37,8 juta orang terinfeksi
HIV/AIDS. Pada akhir tahun 2005, estimasi menjadi 53,6 juta, dan
pada tahun 2007 dengan jumlah 33 juta orang terinfeksi, tetapi yang
sudah meninggal 23 juta (UNAIDS, 2008).
Kasus di Indonesia penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh ini, senantiasa meningkat dari tahun ke tahun,
bahkan Indonesia merupakan negara dengan penyebaran HIV/AIDS
tercepat di Asia (Yunanto, 2008).
Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan
Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama sepuluh tahun
terakhir, jumlah penderita AIDS terus meningkat.Pada Desember 2012
18. 18
Pengidap HIV positif berjumlah 21,511 orang dengan penderita dan
meningkat pada September 2013 mencapai 29,037 orang. Secara
kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai tanggal 30 Juni 2014
berjumlah 22,869 dengan jumlah kematian 28.263. Peningkatan
jumlah ini sangat menonjol pada kelompok umur 2549 tahun dari
15.133 pada tahun 2012 menjadi 16.421 pada tahun 2014. (Ditjen
PPM & PL Depkes RI, 2014).
Jayapura termasuk Provinsi yang memiliki Penularan
HIV/AIDS yang tinggi. Pada tahun 2012 menempati peringkat ke2
secara nasional dengan 3.028 kasus HIV/AIDS.Dan meningkat di
Tahun 2014 dengan menempati posisi ke5 dengan jumlah penderita
sebanyak 1,964 kasus (Dirjen PPM & PL Depkes RI, 2010).
Dari 28 kabupaten/kota di Propinsi Jayapura, Kabupaten Jayawijaya
memiliki jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 2.707 kasus di tahun
2012 dan merupakan tertinggi urutan ke2 setelah Merauke. Di tahun
2013 jumlah penderita meningkat menjadi 3.868 kasus, dan pada
20114 bertambah menjadi 4.723 kasus (KPA, 2015).
Kabupaten Jayawijaya termasuk dalam 21 daerah provinsi
yang telah mengeluarkan Perda AIDS yang dituangkan dalam Perda
No 11 Tahun 2007 tentang pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS yang didalamnya mengatur penyampaian informasi,
komunikasi dan edukasi pada masyarakat tentang HIV/AIDS, serta
19. 19
melaksanakan pemeriksaan tes HIV terhadap kelompok rawan dan
berisiko tinggi, termasuk didalamnya PSK dan para masayarakat
secara umum (Harahap, 2015).
Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es
(Iceberg Phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh
lebih kecil daripada jumlah sebenarnya telah menyebar di sebagian
besar provinsi di Indonesia. Penularan HIV paling banyak terjadi
melalui hubungan seksual yang tidak sehat terutama seks antar lelaki,
dan antar lakilaki dan perempuan yang mencapai 75%, dan penularan
melalui jarum suntik 25% (KPA, 2015).
Hubungan seksual, baik heteroseksual maupun homo seksual adalah
model utama penularan HIV. Tidak dapat dipungkiri perilaku seksual di
kelompok risiko tinggi komunitas masyarakat memberikan kontribusi
penularan HIV yang signifikan. Penularan HIV melalui seks anal
dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Menurut
Yayasan Riset AIDS Amerika, AMFAR menyimpulkan, masyarakat
yang berisiko tinggi adalah masyarakat yang bergontaganti pasangan
dan, para PSK ternyata berisiko 19 kali lebih besar tertular penyakit
HIV dibanding masyarakat umum (Rabudiarti, 2015).
Kecamatan Wamena kota merupakan kota kecamatan yang
terletak dalam jantung kota kabupaten Jayawijaya, yang memiliki
20. 20
jumlah penderita kasus HIV/AIDS pada tahun 2012 sebanyak 446.
orang, dan meningkat di tahun 2014 menjad 530 Orang.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul faktor yang berhubungan
dengan peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kecamatan Wamena Kota.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah adakah faktor yang berhubungan
dengan peningkiatakan angka penderita HIV/AIDS di Kecamatan
Wamena kota tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja Komisi Penanggulan
AIDS (KPA) Kecamatan Wamena kota Kabupaten Jayawijaya tahun
2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA
Kecamatan Wamena Kota tahun 2015.
21. 21
b. Untuk mengetahui hubungan antara Sikap dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS di wilayah 78 kerja KPA kecamatan
Wamena Kota tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tindakan dengan
peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA
kecamatan Wamena Kota tahun 2015.
d. Untuk mengetahui hubungan antara Lingkungan media sosial
dengan peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja
KPA kecamatan Wamena Kota tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi atau masukan kepada instansi
berwenang sebagai pengambil kebijakan dalam hal ini ialah Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayawijaya dalam rangka
Penentuan kebijakan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS
khususnya pada kelompok berisiko seperti masyarakat yang
bergontaganti pasangan dan Kelompok PSK/WPS.
2. Manfaat Ilmu Pengetahuan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
bahan bacaan bagi masyarakat dan peneliti berikutnya mengenai
Perilaku masyarakat dalam upaya Pencegahan HIV/AIDS di
Kecamatan Wamena kota Kabupaten Jayawijaya.
22. 22
3. Manfaat Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam
rangka memperluas pengetahuan peneliti secara khusus tentang
faktor yang berhubungan dengan angka peningkatan pengidap
HIV/AIDS di kalangan masyarakat Kecamatan Wamena Kota.
23. 23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang variable Dependen
1. Definisi HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficienci Virus,
yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan
dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk
sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.
Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
(Hutapea, 2003).
Menurut Gunawan (dikutip dalam Yana, 2007) AIDS
dapat diartikan sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat
hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang.Ketika seseorang terkena Virus HIV tidak langsung
24. 24
terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama,
yaitu 510 Tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat
ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS
(Ramandey, 2007)
Sedangkan Perilaku hubungan seksual yang dapat berisiko
terhadap penularan HIV/AIDS dan dapat meningkatkan kejadian
HIV/AIDS diantaranya (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,
2009).
a. Tidak menggunakan kondom selama hubungan seksual
b. Hubungan seksual melalui anal (anus) tanpa memakai
kondom
c. Hubungan seksual yang menyebabkan lesi pada alat kelamin
d. Bergantiganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom
e. Hubungan seksual yang menggunakan mulut sebagai
pengganti vagina.
f. Pengobatan, yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS hingga
saat ini belum ditemukan begitupun dengan vaksin yang
dapat mencegah penularan HIV. Namun telah ditemukan
beberapa obat yang dapat menghambat infeksi HIV dan
beberapa obat secara efektif yang dapat mengatasi infeksi,
25. 25
yaitu kombinasi tiga obat (triple drugs) adalah obat anti
retroviral yang berfungsi untuk menurunkan jumlah HIV dalam
darah, menurunkan aktivitas virus, mengurangi kerusakan
dalam sistem kekebalan tubuh dan hasilnya bisa membuat
umur lebih panjang. Namun perlu diingat bahwa obat
antiretroviral tersebut mahal harganya dan harus digunakan
secara disiplin dalam jangka waktu 1,53 tahun, karena obat
yang diminum secara teratur akan menyebabkan resistensi
(Hutapea, 2003).
Masyarakat termasuk dalam kelompok risti (risiko
tinggi) terhadap HIV/AIDS oleh karena itu Masyarakat perlu
dibekali pemahaman mengenai apa itu HIV/AIDS, bagaimana
penularan dan bagamana mereka dapat terhindar dari infeksi
penyakit menular tersebut. (STBP, 2007).
2. Etiologi HIV/AIDS
HIV merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan
defisiensi kekebalan pada manusia. Seperti halnya virusvirus lain,
HIV juga hanya dapat hidup dengan menempel pada sel inang.
Infeksi virus HIV akan berlanjut pada serangan penyakit AIDS.
Penyakit AIDS merupakan penyakit yang disebabkan sindrom
penurunan sistem kekebalan tubuh. Menurunnya sistem imun atau
kekebalan tubuh akan membuat penderita lebih mudah terinfeksi
26. 26
penyakit lain, dikenal sebagai infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik akan semakin parah, bahkan bisa menyebabkan
kematian.
Berdasarkan gejala yang ditunjukkan, terdapat dua kategori
penderita AIDS, yaitu penderita AIDS positif dan negatif. Penderita
AIDS positifi adalah orang yang terinfeksi virus HIV dan sudah
menunjukkan gejala infeksi oportunistik. Sedangkan penderita AIDS
negatif adalah orang yang terinfeksi virus HIV tetapi belum
menunjukkan gejala infeksi oportunistik.
AIDS merupakan penyakit yang sangat ditakuti karena belum ada
yang mampu disembuhkan. Dengan kata lain, penyakit ini memiliki
tingkat kematian hingga 100%
a. Bagaimana virus HIV menyerang
HIV adalah sejenis retrovirus RNA dan merupakan partikel
inert, di mana ia tidak dapat melakukan aktivitas sama sekali
kecuali berada dalam sel target. Virus HIV memiliki sel target
utama, yaitu sel Lymfosit T, karena sel ini memiliki CD4, yaitu
sejenis reseptor virus HIV. Setelah berada dalam sel target, HIV
akan berkembang dang bersifat infectious, dimana ia dapat
ditularkan dan dapat aktif setiap saat. Virus HIV dapat hidup dan
berkembang dalam cairan tubuh, seperti air cairan Vagina cairan
mani atau semen, air susu ibu (ASI), maupun darah. Selain dalan
27. 27
cairan tubuh, virus ini juga bisa ditemukan dalam selsel tubuh,
antara lain sel glia jaringan otak, monosit, dan makrotag. Bagian
luar virus tersusun atas lemak, yang bersifat tidak tahan terhadap
panas maupun bahan kimia. Sehingga virus ini mudah dimatikan
dengan berbagai bahan kimia, seperti disinfektan, dan peka
terhadap pengaruh lingkungan, terutama panas, misalnya sinar
matahari yang menyengat. Meskipun sensitif terhadap sinar
matahari, namun virus HIV relatif tahan terhadap radiasi
ultraviolet. Virus HIV memiliki bagian inti yang dinamakan core,
dan bagian selubung yang dinamanakan envelop.
b. HIV/AIDS yang disebabkan oleh Virus
Kebanyakan dari kejadian kasus HIV/AIDS disebabkan
oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil
diidentifikasi. Meski virusvirus ini kebanyakan menyerang
seluruh bagian tubuh terpenting. Dan Virus HIV menyerang pada
sistem kekebalan tubuh atau CD4.
3. Pathogenesis
HIV Menempel pada Infosit sel induk melalui gp 120
sehingga akan terjadi fusi membrane HIV dengan sel induk. Inti
HIV kemudian masuk ke dalam sitoplasma sel induk. Dalam sel
induk HIV akan membentuk DNA HIV, dan dari HIV melalui enzim
28. 28
integrasi kemudian membantu DNA HIV untuk berintegrasi
dengan DNA sel induk.
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk,
akan membentuk RNA dengan fasilitas sel induk,sedangkan
MRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protease
menjadi partikel HIV, partikel itu selanjudnya mengambil
selubung dari Bahan sel induk untuk dilepas sebagai sel HIV
lainnya. Mekanisme penekanan pada system imun
(imunosupersi) ini akan menyebabkan pengurangan dan
terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T.
4. Masa inkubasi
Bervariasi Walaupun waktu dari penularan hingga
berkembang atau terdetksinya antibodi biasanya 13 bulan, waktu
dari tertular HIV hingga terdiaknosa sebagai AIDS sekitar <115
tahun atau lebih. Tanpa pengobatan anti HIV yang efektif, sekitar
15% adri orang dewasa yang terinfeaksi akan terkena AIDS
dalam 10 tahun sesudah terinfeksi. Median masa inkubasi pada
anakanak yang terinfeksi lebih pendek dari orang dewasa.
Bertambahnya ketersediaan terapi anti HIV sejak pertengahan
tahun 90an mengurangi perkembangan AIDS di AS dan di
banyak Negara berkembang secara bermakna. Windouw selama
29. 29
16 minggu, adalah waktu saat tubuh sudah terinfksi HIV tetapi
belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. Sesorang
dengan HIV dapat bertahan sampai denagan 5 tahun, jika tidak
diobati maka penyalkit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti :
a. Diare kronis.
b. Kandidiasi mulut yang luas
c. Pnemoystis Carini
d. Penemonia interstisialis Limfositik
e. Ensefalopati Kronik
1. Ada beberapa gejala dan tanda mayor menurut {WHO}, antara
lain :
a. Kehilangan berat badan (BB) >10%.
b. Diare kronik > 1 bulan.
c. Demam > 1 bulan
2. Sedangkan tanda minornya adalah :
a. Bentuk menetap > 1bulan.
b. Dermatitis pruitis (gatal)
c. Herpes soster berulang.
d. Kandidiasis Orofaring.
e. Herpes Simpleks yang meluas dan berat.
30. 30
f. Limfadenopate yang meluas.
3. Tanda lainnya adalah :
a. Sarkoma Kaposi Yang Meluas.
b. Meningtis Kriptokokal
6. Penularan
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen
atau air mani, cairan vagina, air susu ibu dan cairan lainnya yang
mengandung darah.
Nurs (2008) mengemukakan bahwa penularan HIV melalui enam
cara yaitu:
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
b. Ibu pada bayinya
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
e. Alatalat untuk menoreh kulit
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Penularan virus HIV dapat melalui berbagai cara seperti yang
dikemukakan oleh Family Health Internasional (2010)
diantaranya: Berdasarkan data statistik kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan hingga Juni 2010 penularan HIV/AIDS tinggi pada
kelompok heteroseksual seperti dalam tebel berikut.
31. 31
Tabel 1 Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS menurut Faktor
berhubunganDilapor sampai
Juni 2015.
Faktor berhubungan atau Metode
Penularan
HIV/AIDS
Homo seksual 1.722
Hetero seksual 718
Tr ansfusi darah 786
Ibu Hamil 20
ASI 587
Jarum suntik atau alat tusuk lainnya 890
Jumlah Total 4723
Sumber data: dinas kesehatan Kabupaten Jayawijaya 2015.
7. Angka penderita HIV/AIDS
Kasus di Indonesia penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh ini, senantiasa meningkat dari tahun ke tahun,
bahkan Indonesia merupakan negara dengan penyebaran
HIV/AIDS tercepat di Asia (Yunanto, 2008).
Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian
Lingkungan Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama
sepuluh tahun terakhir, jumlah penderita AIDS terus meningkat.
Pada Desember 2012 Pengidap HIV positif berjumlah 21,511
orang dengan penderita dan meningkat pada September 2013
mencapai 29,037 orang. Secara kumulatif kasus AIDS yang
32. 32
dilaporkan sampai tanggal 30 Juni 2014 berjumlah 22,869
dengan jumlah kematian 28.263. Peningkatan jumlah ini sangat
menonjol pada kelompok umur 2549 tahun dari 15.133 pada
tahun 2012 menjadi 16.421 pada tahun 2014. (Ditjen PPM & PL
Depkes RI, 2010).
Jayapura termasuk Provinsi yang memiliki Penularan
HIV/AIDS yang tinggi. Pada tahun 2012 menempati peringkat
ke2 secara nasional dengan 3.028 kasus HIV/AIDS.Dan
meningkat di Tahun 2014 dengan menempati posisi ke5
dengan jumlah penderita sebanyak 1,964 kasus (Ditjen PPM &
PL Depkes RI, 2010).
Dari 28 kabupaten/kota di Propinsi Jayapura,
Kabupaten Jayawijaya memiliki jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 2.707 kasus di tahun 2012 dan merupakan tertinggi
urutan ke2 setelah merauke. Di tahun 2013 jumlah penderita
meningkat menjadi 3.868 kasus, dan pada 20114 bertambah
menjadi 4.723 kasus (KPA, 2015).
Kabupaten Jayawijaya termasuk dalam 21 daerah
propinsi yang telah mengeluarkan perda AIDS yang dituangkan
dalam perda No. 11 Tahun 2007 tentang pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS yang didalamnya mengatur
penyampaian informasi, komunikasi dan edukasi pada
33. 33
masyarakat tentang HIV/AIDS, serta melaksanakan
pemeriksaan tes
B. Tinjauan umum tentang Variabel Independen
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Adapun tingkatan Domain Pengetahuan (Cognitive
Domain) Menurut Bloom (dikutip dalam Ngatimin, 2005) :
a. Tingkat C1
Pengetahuan (Knowlegde). Bila seseorang hanya
mampu menjelaskan secara garis besar apa yg telah di
pelajarinya, sejauh ini hanya istilah – istilah saja.
b. Tingkat C2
Perbandingan secara menyeluruh ( Chomperensive ).
Bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar. Ia
dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu
pengetahuan yang telah dipelajarinya.
c. Tingkat C3
34. 34
Penerapan(Aplication).Bila seseorang telah berada
pada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah di
pelajarinya dari suatu situasi ke situasi lainnya.
d. Tingkat C4
Analisis (Analysis). Bila seseorang memiliki kemampuan
lebih meningkat lagi .Ia telah mampu menerangkan
bagian–bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan
tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang
lainnya.
e. Tingkat C5
Sintesis (Synthesis). Bila seseorang memiliki di
samping kemampuan untuk menganalisis, iapun mampu
menyusun kebentuk semula maupun kebentuk lainnya.
f. Tingkat C6
Evaluasi (Evaluation). Bila seseorang memiliki
pengetahuan secara menyeluruh dari semua bahan yang
telah dipelajarinya, bahkan melalui kriteria yang
ditentukan, ia mampu mengevaluasi semua yang pernah
ia kerjakan.
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui setelah melihat dan menyaksikan,
35. 35
mengalami atau diajar. Pengetahuan juga didukung oleh
kesadaran untuk hidup sehat. Sosialisasi hidup sehat
yang mengutamakan upaya pencegahan dalam bentuk
promotif dan preventif, menurut Ngatimin (2002) melalui
penyadaran dengan fisiokologik dalam aspek. Bagaimana
mencapai hidup sehat.Mampu berupaya untuk hidup
sehat atas dorongan bahwa hidup sehat dan kesehatan
dalam keluarga merupakan hal yang indah, bahagia dan
menguntungkan.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada
beberapa faktor yang memperngaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur
seseorang maka proses–proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur
belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan
bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
36. 36
umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan
pembagian – pembagian umur sebagai berikut :
1. Menurut tingkat kedewasaan :
0–14 tahun : bayi dan anak anak
15–49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun ke atas : orang tua
2. Interval 5 tahun :
Kurang dari 1 tahun,
1–4 tahun,
5–9 tahun,
10– 4 tahun dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Hardiwinoto, pembagian
kategori umur, yaitu :
1. Masa balita : 0–5 tahun,
2. Masa kanak–kanak : 5–11 tahun,
3. Masa remaja awal : 12–16 tahun,
4. Masa remaja akhir : 17–25 tahun,
5. Masa dewasa awal : 26–35 tahun,
6. Masa dewasa akhir : 36–45 tahun,
37. 37
7. Masa lansia awal : 46–55 tahun,
8. Masa lansia akhir : 56–65 tahun,
9. Masa manula : 65–sampai atas (Depkes RI, 2009).
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar
dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental
dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi
seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia
menguasai lingkungan (Khayan,1997). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
C. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang.Lingkungan memberikan pengaruh
pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari
hal–hal yang baik dan juga hal – hal yang buruk tergantung
pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
berpikir seseorang.
d. Sosial budaya
38. 38
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini
seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A.
(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A. (1996), informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio
atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
39. 39
Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya.Menurut
Notoatmodjo (2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber
informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang
diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu :
1. Sumber informasi dokumenter
Merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.Dokumen
resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan di bawah tanggung jawab instansi
resmi.Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen
yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang
badan instansi tidak resmi atau perorangan. Sumber primer
atau sering disebut sumber data dengan pertama.
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan
tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan
berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan – laporan penelitian,
majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya.
3. Sumber informasi lapangan
40. 40
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga
informasi yang diperoleh dapat terkumpul secara
keseluruhan ataupun sebagainya. (Rahmahayani 2015).
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo,
1997 dalam Rahmahayani, 2015).
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai
batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat. Newcomb salah seorang
ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
41. 41
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku (Notoatmojo, 2003).
Adapun Tingkatan Affective Domain
Sikapmenurut Krathwohl (dikutipdalam Ngatimin,2005) adalah
a. Tingkat A–1
Penerimaan (reiceiving). Bila seseorang berada pada posisi
sadar adanya rangsangan dari luar yang menyadarkan
padanya bahwa setelah terjadi sesuatu. Biasanya dengan
adannya rangsangan dari luar, akan timbul perhatian.
b. Tingkat A–2
Penjawaban (responding). Bila seseorang berada pada
posisi di mana rasa telah mampu merubahnya untuk
member perhatian dan ikut serta.
c. Tingkat A–3
Memberikan nilai (valuing). Bila seseorang berada pada
posisi merasakan adanya nilai baru dalam masyarakat.Tetapi
pada tingkat ini, nilai belum merupakan nilai yang khas bagi
masyarakat bersangkutan.
d. Tingkat A–4
Pengorganisasian (organization). Bila seseorang pada posisi
ini serasa nilai yang ada itu telah terorganisasi menjadi milik
masyarakat.
42. 42
e. Tingkat A–5
Menentukan adanya kekhususan dalam suatu nilai yang
kompleks (characterization by a value complex). Bila
seseorang pada posisi ini merasakan bahwa masyarakat
telah memiliki suatu nilai khusus dan khas bagi mereka.
Menurut Krathwhol, nilai ini tertinggi dan erat dengan
cognitive domain.
Faktorfaktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar S (2011,p.30) faktorfaktor yang mempengaruhi
sikap yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap
apabilah pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.
Sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap
penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang
43. 43
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman
individuindividumasyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya,
tanpa disadari kebudayaantelah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagaimasalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah
mengherankan apabila pada giliranya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam
penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
3. Tindakan (Practice)
44. 44
Tindakan adalah halhal yang dilakukan terhadap suatu objek.
Sebagai reaksi maka tindakan selalu berhubungan dengan dua
alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut
dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu
(Berkowistz dalam Azwar, 2000). Suatu sikap belum tentu
terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas dan dukungan
daripihak lain.`
Adapun tingkatan Psychomotor Domain (Perbuatan) menurut
Harrow (dikutip dalam ngatimin 2005)
a. Tingkat P–1
Persepsi (perception). Bila seseorang berada pada posisi mampu
mendeteksi kelainan berdasarkan adanya rangsangan melalui
penginderaan, penglihatan ataupun pengecapan.Tingkat
ketrampilan pada tingkat ini hanya sekedar dapat mendeteksi.
b. Tingkat P–2
Tersusun (Set). Bila seseorang berada posisi mampu dalam
keadan siap fisik, mental dan emosional terhadap keadaan
tertentu, Ia telah siap untuk bekerja.
c. Tingkat P–3
Sambutan pada petunjuk bimbingan untuk meniru
mencoba (guided response by immitation trial and error). Bila
45. 45
seseorang berada pada posisi memiliki kemampuan untuk
mengerkajan sesuatu asalkan dibawah bimbingan seseorang
instruktur.
d. Tingkat P–4
Merbuat secara mekanis (mechanism) bila seseorang berada
pada posisi telah siap bekerja dengan amat lancar seperti mesin
saja.
e. Tingkat P–5
Kemampuan berbuat terampil dan kompleks (complex overt
response). Bila seseorang telah berada pada tingkat ketrampilan
tertinggi. Bekerja sangat terampil tanpa membuat kesalahan
sedikitpun. Ketiga domain perilaku tersebut di atas menunjukkan
bahwa perilaku tidak terlepas dari pengetahuan, sikap dan
tindakan. Oleh karena itu, pemahaman atau pengetahuan
masyarakat tentang HIV/AIDS dapat menjadi pertimbangan
dalam perilaku mereka. Sehingga mereka bisa melakukan
tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS terhadap dirinya
maupun orang lain.
Hasil penelitian yang dilakukan Survey Terpadu Biologis
Perilaku tahun 2007 terhadap Masyarakat kecamatan wamena
kota menunjukan, pada dasarnya masyarakat memiliki
pengetahuan yang cukup terhadap tindakantindakan
46. 46
pencegahan penularan HIV/AIDS, namun pengetahuan mereka
dalam hal penyakit HIV cenderung rendah . Lebih dari 85%
masyarakat cecamatan Wamena kota, Kabupaten Jayawijaya
mengetahui bahwa kondom melindungi mereka dari infeksi HIV,
60% atau lebih mengetahui bahwa tindakan mengurangi jumlah
pasangan seksual mereka akan mengurangi risiko infeksi dan
63%79% mengetahui bahwa seks anal mempunyai risiko yang
lebih tinggi untuk terinfeksi HIV. Meskipun demikian, persepsi
yang salah mengenai HIV/AIDS tersebar luas yang ditunjukkan
dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS yang rendah hanya
berkisar 1118%.
4. Definisi Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai tempat hidup dan
berinteraksnya manusia dengan mahluk hidup lainnya di
permukaan bumi, di atas lingkungan hidup ini, manusia
menjalankan kehidupan setiap harinya, untuk hidup. Lingkungan
hidup pada dasarnya terbentuk oleh dua komponen, yaitu
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
Sala satu kompoenen makhluk hidup dalam suatu lingkunagn
yang bisa tertular viru HIV adalah Manusia, karena manusialah
yang ambil tindakan untuk melakukan tindakan yang sesuai
47. 47
dengan dia inginkan tanpa ada kesadaran dan menularkan virus
HIV kepada orang lain yang ada di sekitarnya.
C. Pencegahan Penanggulangan & Pengobatan Penyakit HIV/AIDS
1. Upaya pencegahan
a. Pemberian penyuluhan di sekolahsekolah dan di kalangan
masyarakat secara umum, dan harus berikan tekanan tentang
jalur yang bisa tertular virus HIV agar menghidar dari halhal
tersebut.
b. Tidak melakukan hubungan seks atau hanya bisa melakukan
hubungan seks dengan satu orang yang memang sudah pasti
negative HIV.
c. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat
terlarang akan mengurangi penularan virus HIV
d. Menyediakan tempat untuk konseling HIV.
e. Sarankan buat setiap wanita hamil agar sejak awal kehamilan
untuk tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan
kehamilan
f. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA,
untuk mencega kontaminasi virus HIV pada plasma darah
g. Preventif atau pencegahan penyakit adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
48. 48
kesehatan fisik dan mental dan efisiensi, untuk berbagai
kelompok dan masyarakat oleh petugas kesehatan masyarakat,
untuk perorangan dan keluarga oleh dokter umum dan dokter
gigi melalui
h. proses kegiatan perorangan dan masyarakat (tahir, 2008) untuk
mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit HIV/AIDS di
kenal tiga tahap pencegahan,Pencegahan primer: promosi
kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific
protection). Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), dan
pembatasan cacat (disability limitation). Pencegahan tersier:
rehabilitasi.
2. Pencegahan primer
dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan,
seperti gaya hidup yang lebih sehat dengan berolah raga,
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit HIV/AIDS, seperti
penggunaan kondom, tidak bergantiganti pasangan seks, dll
49. 49
seperti konsep ABCDE yang direkomendasika oleh WHO
sebagai berikit :
1. Abstinent
Artinya tidak melakukan hubungan seksual . Mayoritas
infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung
antar individu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan
homoseksual merupakan salah satu faktor resiko infeksi
HIV/AIDS.
Abstinent merupakan salah satu poin dalam seks aman yang
memberikan solusi agar terhindar dari HIV/AIDS dengan
tidak berhubungan seks, meskipun sebenarnya hal ini
tidaklah mudah sebab mengingat salah satu kebutuhan
biologis manusia adalah seks.
2. Be faithful
Artinya melakukan hubungan seks dengan pasangan
saja. Be faithful lebih didasari dengan kesetiaan terhadap
pasangan, tidak bergantiganti pasangan seks yang dapat
meningkatkan resiko tertular HIV/AIDS.
Bagi masyarakat, memiliki pasangan seks yang setia
merupakan satu tantangan tersendiri. Hal ini dipengaruhi
karena kondisi mereka yang sering hanya dijadikan sebagai
tempat untuk menghasilkan uang saja. Oleh karena itu,
50. 50
sebenarnya penting bagi mereka untuk menangguhkan
aktifitas seks sampai mereka menemukan pasangan yang
dapat diyakini untuk menjalani hubungan jangka panjang dan
didasari karena kesetiaan.
Be faithful akan mengurangi resiko tertular HIV. Di Uganda
antara 19891995, Presiden Museveni melaporkan 20%
penurunan mitra seks sejalan dengan 11% penurunan kasus
HIV.
3. Kondom
Kondom oleh WHO diakui memiliki keefektifan yang
tinggi dalam mencegah transmisi HIV/AIDS jika digunakan
secara benar dan konsisten. Kegagalan kondom biasanya
disebabkan oleh penggunaan yang tidak benar atau tidak
konsisten selain disamping karena kerusakan ataupun
kadaluarsa.
Sekitar tahun 1989, yakni pada saat penyebaran virus
HIV/AIDS mulai merajalela tanpa ada yang bisa
membendung, Thailand memberikan satu solusi dengan
mensosialisasikan penggunaan kondom yang kemudian
diimplementasikan di beberapa negara Asia, seperti
Kamboja, Vietnam, China, Myanmar, Philipina, Mongolia dan
Republik Laos. Kondom diyakini mampu sebagai penahan
51. 51
laju wabah ini. Hal ini merujuk pada pendapat beberapa ahli
seperti Markus Steiner dan Willard Cates dari Family Health
International yang menyatakan bahwa kondom cukup efektif
untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Terlebih, hampir
separuh dari penderita HIV/AIDS ini bermula dari hubungan
seksual yang tidak sehat baik homo maupun heteroseksual
(Tawi, 2008) .
Davis dan welle memperkirakan penggunaan
kondom dapat menurunkan penularan HIV/AIDS sebanyak
85% dibanding dengan yang tidak pernah menggunakan
kondom. Kondom tidak berfungsi untuk mematikan HIV.
Kondom hanya berfungsi mencegah terjadinya kontak
penyebaran virus secara langsung melalui penghalangan
oleh dinding kondom itu. Namun dengan adanya
penghalangan terjadinya kontak cairan kelamin maka
penularan virus ini juga dapat dicegah. Oleh karena itu
penggunaan kondom saat berhubungan seks tetap
dianjurkan dalam rangka mencegah penularan penyakit
berbahaya ini (Kompas, 2009).
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Djoht
(2003) Penggunaan kondom di kalangan masyarakat sangat
rendah dari masyarakat yang memakai kondom ketika
52. 52
hubungan seks. Hal ini tentu sangat berisiko mengingat
perilaku seks pada masyarakat yang bergantiganti
pasanagn memiliki tingkat risiko tinggi terjadinya Penyakit
menular seksual salah satunya HIV. Penularan HIV melalui
seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari
seks vaginal.
4. Drugs
Artinya tolak penggunaan NAPZA. Laporan AIDS di Asia,
yang didukung olehAsian Development Bank dan
dikoordinasikan dengan Joint United Nations Programme on
HIV/AIDS (UNAIDS), memperingatkan bahwa pengguna
narkoba, bertanggung jawab untuk peningkatan jumlah
infeksi HIV di banyak negara di Asia.
Resiko lebih lanjut terletak pada prevalensi tingi penggunaan
narkoba nonsuntik, seperti amphetamine stimulan, dimana
pengguna sering terlibat dalam perilaku yang menimbulkan
risiko tinggi infeksi HIV, terutama melalui hubungan seks.
Pada STBP 2007 diperoleh data Proporsi
masyarakat yang sering menyuntik napza cukup rendah,
yaitu hanya 2%. proporsi pemakaian napza non suntik pada
masyarakat juga tergolong rendah, hanya berkisar 3%
cenderung menggunakan pemanasan hubungan seksual
53. 53
dengan minuman keras, hirup lem, isap ganja dan nonton
VCD porno, serta konsumsi obatobatan yang tentunya
sangat berisiko terhadap kesehatan, apalagi kecenderungan
bergantiganti pasangan lebih mudah dilakukan dalam
kondisi hubungan seks yang diselingi dengan minuman dan
narkoba yang tentunya berdampak pada resiko penularan
HIV/AIDS (Djoht, 2003).
5. Equipment
Artinya hindari tindik dan tato di tubuh, karena seringkali
sebelum jarum digunakan untuk mentato/menindik
seseorang yang sehat, alat itu telah dipakai pada seseorang
yang terkena penyakit menular yang sala satunya HIV.
Pada saat sekarang ini tato dan tindik sudah mulai menjadi
bagian dari trendkehidupan masa sekarang. Berbagai alasan
yang melatarbelakangi seseorang memutuskan bersedia di
tato atau ditindik antaralain karena pengaruh lingkungan
pergaulan, anggapan sebagai bentuk seni dan keindahan,
bagian dari adat, atau karena kesenangan seseorang dalam
bidang melukis yang kemudian bereksperimen untuk
menuangkan hasil karyanya dalam media lainnya yang
bukan kertas melainkan kanvas.
54. 54
Pendidikan menyebabkan pendarahan, luka dan infeksi
bakteri. Lokasi penindikan beragam antara lain lidah, hidung,
pusar, putting dan telinga bagian atas. Akibat tusukan jarum
tato dan tindik, sejumlah orang terkena penyakit AIDS,
hepatitis B,C, tetanus, sipilis,TBC, dan penyakit lainnya.
Pembuatan tato di badan dan tindik memberi
sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS, hal ini
dikemukakan oleh hasil survei Dr. Bob Haley yang
dipublikasikan dijournal of medicine bahwa sebelum jarum
dipergunakan untuk mentato dan menindik seseorang yang
sehat, kerap kali alat itu sudah dipakai untuk merajah tubuh
seseorang yang terkena penyakit menular seperti HIV.
3. Pencegahan sekunder
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah
mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan
penyakit menular, dan untukmengobati dan menghentikan
proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat. Dalam HIV/AIDS terdapat
satu layanan konseling yang dikenal dengan VCT.
b. Pembatasan cacat (disabilitylimitation) pada tahap ini cacat
yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit
55. 55
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya
cacat yang lebih buruk lagi.
4. Pencegahan tersier
Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat
yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan
sosial. Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat
di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan
penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang
ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman
penyakit,bahan berbahaya),host/tubuh orang dan lingkungan
dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati
(Joe, 2009)
5. Pengawasan penderita kontak dan lingkungan sekitarnya
a. Laporan pada instansi kesehatan setempat; mengirimkan
laporan resmi kasus AIDS adalah wajib di semua jajaran
kesehatan di AS dan hampir semua negara di dunia.
b. Isolisasi; mengisolisasi orang dengan HIV positif secara
terpisah
c. Disinfeksi serentak; dilakukan trhadap alatalat yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lain dengan
56. 56
menggunakan larutan pemuti (chlorine) atau germisids
tuberkulosidal.
d. Karantina; tidak diperlukan. Penderita HIV/AIDS pasangan
seks sebaiknya tidak mendonasikan darah
e. Imunisasi dari orangorang yang kontak; tidak ada.
f. Infestigasi terhadap kontak dan sumber infeksi.
g. Pengobatan spesifik; disarankan untuk melakukan
diaknosis dini dan melakukanrujukan untuk evaluasi medis.
6. penanggulangan wabah HIV/AIDS.
Saat ini sudah pendemik dengan jumlah penderita yang
sangat besar dilaporak di Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia
tenggara.
7. Pengobatan
Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi
a. Mengobati suportif
b. Penanggulangan penyakit oportunistik
c. Pemberian obat anti virus
d. Penanggulangan dampak psikososia
e. Obat anti virus HIV/AIDS adalah :
1. Didanosin (DDL)
58. 58
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Bagan Pola Pemikiran Variabel Yang Diteliti
HIV/AIDS di pengaruhi oleh banyak hal antara lain Pengetahuan ,Sikap,
Tindakan, Lingkungan MediaSosial. Berdasarkan konsep tersebut maka
yang akan diteliti dengan kerangka konsep sebagai berikut :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari “belajar dan tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Oleh sebab itu angka penderita HIV/AIDS terus meningkat
karena kurangnya pengetahuan tentang penyebaran virus tersebut.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan
tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
59. 59
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan tertentu. Sikap
belum tentu merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Maka itu, untuk
menyikapi masyarakat tentang penyebaran Virus HIV/AIDS sangat
kurang atau kurang termotifasi, atau kurang tanggapan yang serius
di kalangan masyaarakat.
3. Tindakan (Practice)
Tindakan adalah halhal yang dilakukan terhadap suatu
objek. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua
alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike).Dalam hal ini
Tindakan yang di lakukan oleh masyarakt tanpa disadari ataupun
tanpa ada kesadaran sala satunya adalah hubungan seksual
bergantiganti pasangan akibatnya penyebaran virus HIV/AIDS di
manamana.
4. Lingkungan Media Sosial
Lingkungan hidup sebagai tempat hidup dan berinteraksinya
manusia dengan mahluk hidup lainnya di permukaan bumi, di atas
lingkungan hidup ini, manusia menjalankan kehidupan setiap
harinya, untuk hidup.
Lingkungan hidup pada dasarnya terbentuk oleh dua
komponen, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Sala
60. 60
satu kompoenen makhluk hidup dalam suatu lingkunagn yang bisa
tertular viru HIV adalah Manusia, karena manusialah yang
melakukan tindakan yang sesuai dengan dia melihat, membaca dan
pada akhirnya dia ingin mencobah melalui sala satunya adalah
Media Sosial, seperti Koran, hanphone, iklan TV, internet dan
lainlain, tanpa ada kesadaran dan menularkan virus HIV kepada
orang lain yang ada di sekitarnya.
B. Bagan Pola Pikir Variabel Indepeden dan Dependen
Adapun pola pikir variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen Varibel Dependen
62. 62
HIV/AIDSyang dimaksud dalam peneitian adalah virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga munculah
Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS) yang adalah
sekumpulan tanda dan gejala dari berbagai penyakit akibat
hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh (CD4)
disebabkan oleh virus HIV.
Kriteria Opjektif.
Menderita : Apabila seorang menderita HIV/AIDS
berdasarkan hasil diagnose dokter dan
tercatat di rekam medik
Tidak Menderita : Apabila seseorang tidak menderita
HIV/AIDS berdasarkan hasil diagnosa
dokter dan tercatat di rekam medik
2. Pengetahuan
Definisi Operasional .
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan masyarakat penyebaran virus HIV/AIDS tersebut.
Kriteria Objektif
Kurang : Jika nilai jawaban dari semua pertanyaan
mengenai HIV/AIDS < 60%
Cukup : Jika nilai jawaban dari semua pertanyaan
mengenai HIV/AIDS ≥ 60%
63. 63
3. Sikap
Definisi Operasional .
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi atau
respon masyarakat terhadap peneybaran virus HIV/AIDS
Kriteria Objektif
kurang : Apabilah nilai jawaban dari semua pertanyaan
< 50 %.
Cukup : Apabilah nilai jawaban dari semua pertanyaan
≤ 50 %.
4. Tindakan
Tindakan yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu
tindakan masyarakat yang di lakukan tanpa ada kesadaran
tentang bahayanya virus HIV/AIDS.
Kriteria objektif
Kurang : Jika masyarakat mengambil tindakan untuk
melakukan bergantiganti pasangan
dalam hal ini seksual.
Cukup
5. Lingkungan (Media Sosial)
64. 64
Definisi Operasional
Lingkungan media Sosial yang dimakasud dengan penelitian ini
adalah, suatu lingkungan yang bisa mempengaruhi atau
mendorong perasaan emosional seseorang sala satunya yaitu
melalui media sosial.
Kriteria Objektif
Tidak baik : Jika lingkungan yang memiliki pengaruh negatif
lain yang mempengaruhi atau mendorong
emosional seseorang untuk melalukan
hubungan seksual seperti media social
Baik : Jika suatu lingkungan tidak memiliki pengaruh
negatif lain yang mempengaruhi atau
mendorong emosional seseorang untuk
melalukan hubungan seksual seperti media
sosial.
D. Hipotesis Penelitian
1. Hiposes Alternatif (Ha)
a. Ada Hubungan pengetahuan dengan peningkatan angka
penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan
Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
65. 65
b. Ada hubungan Sikap dengan peningkatan angka penderita
HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan Wamena kota
kabupaten Jayawijaya.
c. Ada hubungan Tindakan dengan peningkatan angka
penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan
Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
d. Ada hubungan Lingkungan (Media Sosial) dengan
peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA
Kecamatan Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
2. Hipotesis Nol (H0)
a. Tidak ada Hubungan pengetahuan dengan peningkatan
angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan
Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
b. Tidak ada hubungan Sikap dengan peningkatan angka
penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan
Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
c. Tidak ada hubungan Tindakan dengan peningkatan angka
penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA Kecamatan
Wamena kota kabupaten Jayawijaya.
d. Tidak ada hubungan Lingkungan (Media Sosial) dengan
peningkatan angka penderita HIV/AIDS di wilayah kerja KPA
Kecamatan Wamena kota kabupaten Jayawijaya
66. 66
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survai analitik accidental
sampling dengan pendekatan Cross Sectional study yang teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam untuk mengetahui
Hubungan antara Variabel independen dengan Variabel dependen
pada masyarakat di wilayah Kerja KPA Kecamatan Wamena kota
Kabupaten Jayawijaya tahun 2015.
B. Waktu dan Lokasi penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian telah di lakukan selama bulan mei 2015.
2. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah kerja Komisi Penanggulangan
Aids (KPA) Kecamatan Wamena kota Kabupaten Jayawijaya
tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
67. 67
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua masyarakat yang
berada di wilayah kerja Komisi Penanggulangan Aids (KPA)
Kecamatan Wamena kota kabupaten Jayawijaya tahun 2015.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat yang
menderita dan tidak menderita dengan menggunakan
accidental sampling, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu peneliti, maka itulah yang dapat di gunakan sebagai
sampel.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data yang telah di perolah dari KPA kecamatan Wamena kota
mengenai peningkatan angka penderita HIV/AIDS pada masyarakat
periode tahun 2015.
2. Data Primer
Data yang secara langsung diperoleh dilapangan melalui
wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan
quesioner.
F. Pengolahan dan Penyajian Data
68. 68
1. Pengolahan Data
Pengolahan data secara elektronik dengan menggunakan
komputer.
2. Penyajian Data
Analisis univariat analisi data yang dilakukan dengan penyajian
hipotesis HIV/AIDS yang diuji adalah HIV AIDS yang alternatif (Ho)
yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen dengan menggunakan uji
chi square.
a. Analisis univariat.
Analisis univariat , dengan menggunakan analisis pada
setiap variabel dari hasil penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui distribusi, ferkwensi pada setiap variable
penelitian, data telah di sajikan dalam bentuk tabel.
b. Analisis bivariat.
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel disertai
dengan penjelasan sebagai berikut :
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Jumlah
Kategori I Kategori 2
Kategori 1 a b a + b
Kategori 2 c d c + d
Total a + c b + d a + b + c + d
69. 69
Tabel Kontigensi 2 × 2
Keterangan :
a. Banyaknya kasus yang benarbenar menderita
penyakit dengan hasil tes yang positif
b. Banyak kasus yang sebenarnya tidak sakit tetapi
menunjukkan hasil yang positif
c. Banyak kasus yang sebenarnya menderita penyakit
tetapi hasil tes adalah negatif
d. Banyak kasus yang tidak sakit dengan hasil tes
yang negatif
Rumus Statistik :
X2
= Σ
(Sumber : Sukijo)
Keterangan :
X2
: Chisquare perhitungan
Oi : Frekuensi observasi
70. 70
Ei : Frekuensi harapan
Interpretasi :
1. Di katakan berhubungan apabila hitung nilai X2
≥
dari X2
tabel ( 3, 841) atau nilai p <α 0,05.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah komisi penanggulangan Aids (KPA) Kecamatan
Wamena kota.
Tahun 1995 menjadi tahun yang sangat berarti bagi masyarakat
Kecamatan Wamena kota yang ada disekitarnya, hal ini dikarenakan
mereka dapat mengakses informasi tentang penularan, pencegahan,
dan penanggulangan Hiv/Aids untuk mendapatkan berbagai
71. 71
informasih tentang Hiv/Aids dengan dibangunnya Komisi
Penanggulangan Aids (KPA). Akhir tahun 1995 KPA kecamatan
Wamena kota diresmikan langsung oleh Bupati Jayawijaya David
Hubi untuk langsung dapat melayani masyarakat Wamena Kota dan
sekitarnya. Awal diresmikannya hanya 4 orang yang menjadi
pegawainya 3 PNS 1 honor sampai tahun 1997.”Respon warga
terhadap keberadaan KPA ini sangat baik, mereka pun senang
karena tidak perlu menempuh jarak yang begitu jauh untuk
mengakses informasih”.
2. Visi, Misi dan Motto
a. Visi
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia
sehat
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan
masa depan yang ingin dicapai melalui KPA :
1. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dengan perilaku
sehat
2. Memiliki kemampuan untuk menjangkau penyuluhan yang
bermutu secara adil dan merata
3. Memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya berdasarkan
Indikator kecamatan sehat :
a. Lingkungan sehat
72. 72
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan konseling yang bermutu
d. Derajat kesehatan
b. Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya. KPA Kecamatan Wamena kota akan selalu
menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan diwilayah kerjanya agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pelayanan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap penderitaan Hiv/Aids.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. KPA akan selalu berupaya
agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
diwilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan
keterjangkauan penyuluhan HIV/AIDS. KPA akan selalu
berupaya mengembangkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
73. 73
meningkatkan efesiensi pengelolaan dana sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
c. Motto
Jogotak Hubuluk Motok Hanorogo (Hari esok lebih baik dari hari
ini
3. Tujuan
a. Mengetahui gambaran umum keadaan KPA
b. Mengetahui SDM Kantor KPA
c. Tersedianya Puskesmas yang baik dan benar
d. Sebagai bahan evaluasi kinerja KPA
e. Tersedianya data hasil kegiatan memuat gambaran situasi
pelayanan
4. Fasilitas Pelayanan
a. Sarana Rawat Jalan
1. Instalasi Rawat Darurat 24 Jam
2. 3 Klinik Umum & 5 VCT Buka 09.00–13.00 Wit
b. Sarana Penunjang
1. Laboratorium
2. Farmasi
3. Operasi Kecil
B. Hasil Analisi Penelitian
74. 74
Penelitian ini di laksanakan di Kantor Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Kecamatan Wamena Kota. Kabupaten Jayawijaya selama
7 hari dari tanggal 25 sampai 30 Mei 2015 dengan mengambil 114
sampel yang terdiri dari masyarakat yang menderita HIV/AIDS dan tidak
menderita. Data di olah dan dianalisis dengan menggunakan program
komputerisasi (SPSS). Hasil analisis data di sajikan dalam bentuk tabel
dan dilengkapi dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota Kabupaten Jayajawijaya
Propinsi Papua Tahun 2015
Jenis Kelamin n Persentase
LakiLaki 60 52.6
Perempuan 54 47.4
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat jenis
kelamin lakilaki sebanyak 52,6%, dan perempuan sebanyak
47,4%.
b. Distribusi Kelompok Umur
Tabel 3. Distribusi Responden menurut Kelompok Umur Di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota
Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua
tahun 2015
Kelompok Umur n Persentase
412 9 7.9
75. 75
1321 19 16.7
2230 25 21.9
3139 17 14.9
4048 18 15.8
4957 10 8.8
5866 13 11.4
6775 3 2.6
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 3 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat
kelompok umur tertinggi sebanyak 21,9%, dan terenda sebanyak
2,6%.
c. Agama
Tabel 4. Distribusi Responden Agama Di Wilayah Kerja KPA
Wamena Kota Kabupaten Jayawijaya
Propinsi Papua tahun 2015
Agama n Persentase
Islam 7 6.1
Kristen 107 93.9
Jumah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat yang
beragamaIslam sebanyak 6,1%, dan Kristen sebanyak 93,9%.
d. Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota
KabupatenJayawijaya Propinsi Papua
76. 76
tahun 2015
Pendidikan n Persentase
SD 24 23.7
SMP 22 16.7
SMA 30 26.3
S1 18 15.8
Tidak Sekolah 20 17.5
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat jumlah
pendidikan tertinggi sebanyak 26,3%, dan terendah sebanyak
15,8%.
e. Pekerjaan
Tabel 6. Distribusi Responden menurut Pekerjaan Di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota Kabupaten
JayawijayaPropinsi Papua tahun 2015
Pekerjaan n Persentase
Petani 25 21.9
PNS 28 24.6
Wiraswasta/Swasta 23 20.2
IRT 18 15.8
Tidak Bekerja 20 17.5
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 6 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat jenis
pekerjaan tertinggi sebanyak 24,6%, dan terenda sebanyak
15,8%.
77. 77
f. HIV/AIDS
Tabel 7. Distribusi Respondent Berdasarkan Penderita HIV/AIDS Di
Wilayah Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota Kabupaten
Jayawijaya Propinsi Papua tahun 2015
HIV/AIDS n Persentase
Menderita 75 65,8
Tidak Menderita 39 34,2
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat
yang menderita Hiv/Aids sebanyak 65,8% tidak Penderita
sebanyak 34,2%.
g. Pengetahuan
Tabel 8 Distribusi Respondent menurut Pengetahuan Di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota Kabupaten Jayawijaya
Propinsi Papua tahun 2015
Pengetahuan n Persentase
Kurang 64 56,1
Cukup 50 43,9
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 8 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat meiliki
pengetahuan kurang sebanyak 56,1%, dan cukup sebanyak
43,9%.
h. Sikap
78. 78
Tabel 9. Distribusi Respondent berdasarkan Sikap Di Wilayah Kerja
KPA Kecamatan Wamena KotaKabupaten Jayawijaya
Propinsi Papua tahun 2015
Sikap n Persentase
Kurang 67 58,8
Cukup 47 41,2
Jumlah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 9 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat memiliki
sikap yang kurang sebanyak 58,8%, dan cukup sebanyak 41,2%.
i. Tindakan
Tabel 10. Distribusi Respondent berdasarkan Tindakan Di Wilayah
Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota Kabupaten Jayawijaya
Propinsi Papua tahun 2015
Tindakan n Persentase
Kurang 65 57,0
Cukup 49 43,0
Jumah 114 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2015
Tabel 10 menunjukan bahwa dari 114 sampel terdapat mermiliki
tindakan kurang sebanyak 57,0%, dan cukup sebanyak 43,0%.
80. 80
Sumber : Data Primer Mei 2015
Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukan bahwa dari 64
responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 50,0% yang
menderita HIV/AIDS dan yang tidak menderita HIV/AIDS 50,0%
sedangkan dari 50 responden yang memiliki pengetahuan cukup
86,0% yang menderita HIV/AIDS dan 14,0% tidak menderita
HIV/AID.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,000 yang menunjukan nilai
p < 0,05. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan peningkatan angka penderita HIV/AIDS.
b. Hubungan Sikap dengan Peningkata Angka Penderita
HIV/AIDS
Tabel 13. Hubungan Sikap Dengan Peningkatan Angka Penderita
HIV/AIDS Wilayah Kerja KPA Kecamatan Wamena Kota
Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua
tahun 2015
Sikap
HIV/AIDS
(p) Menderita Tidak menderita Jumlah
n % n %
Kurang
Cukup
41
34
61,2
72,3
26
13
38,8
27,7
67
47
(0,002
)
Jumlah 75 65,8 39 34,2 114