SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Pengertian Belajar, Mengajar, dan
Pembelajaran menurut para ahli
REP | 31 December 2012 | 13:33 Dibaca: 13528 Komentar: 0 0
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. (Hlm. 10, Bahri Djamarah
Syaiful, dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-
menurut-ahli/)
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian
di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)
Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain :
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan
karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa
dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang
berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang
sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-
mengajar.html)
2. Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini
mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara
lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses
belajar mengajar. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)
3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru)
dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar.
(http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)
Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana
belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada
pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai
sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.
(http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)
http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/31/pengertian-belajar-mengajar-dan-pembelajaran-menurut-para-
ahli-520282.html
Junasion's Blog
 About
LOGIKA dan FILSAFAT »
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
19Jan10
BAB I
PENDAHULUAN
a) LATAR BELAKANG
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad
mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan
seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan
seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi
generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya
cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana
belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang
sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik. Keberadaan guru dan siswa
merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan
belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru
tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah
satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan
aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam
suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk
menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton.
Di samping itu, motivasi merupakan salah satu factor yang turut menentukan keefektifan proses balajar
mengajar. Callahan dan clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah satu tujuan tertentu.
Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa
senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai
semangat yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, motivasi belajar
yang ada pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
b) RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar.
2. Jenis Strategi dan tehnik Belajar Mengajar.
3. Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar.
4. Bagaimana Implikasi dalam kehidupan nyata:
1. Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu?
2. Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan sepenuhnya dalam
dunia pendidikan saat ini?
5. Kesimpulan dan Saran.
c) BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah
memahaminya. Penulis hanya membahas apa yang menjadi Strategi Belajar Mengajar berdasarkan
buku panduan. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul
makalah.
d) TUJUAN DAN MANFAAT
1. Membekali diri akan teori-teori, konsep-konsep yang telah dipelajari selama 1 semester.
2. Untuk memenuhi dan sebagai syarat tugas akhir semester.
3. Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami strategi belajar mengajar serta mampu memilih
dan melaksanakan strategi belajar mengajar.
4. Mencoba membuat metode dan cara belajar mengajar yang lebih profesional sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih aktif dan efektif.
5. Menghasilkan Pelajar yang mampu mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus
memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem
intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh
guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian
yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan
cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta
sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan
konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu.
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yg
bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna
kepentingan pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
B. Jenis Strategi Belajar Mengajar
Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan,
antara lain:
1. 1. Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.
 Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang
umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat
berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan
konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
 Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang
khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat
digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
1. 2. Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.
 Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati
agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada
penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari
dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru
secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa
pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
 Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati
agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.
1. 3. Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru
 Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.
 Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau
lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
1. 4. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
 Strategi Klasikal
 Strategi Kelompok Kecil
 Strategi Individual.
1. 5. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa
 Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
 Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi
guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
1. Berdasarkan Model DesainPelaksanaan Evaluasi Belajar
Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-
mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.
 Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah berakhirnya
kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain, yaitu post test. Pola
evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir
dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh
siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal
sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini
merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar
itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan
pelajaran ulangan seperlunya.
 Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya
proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-
unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah
apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-
kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan
lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri.
Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih
bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-
mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya
lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai
(grading), dan kelulusan.
 Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar-
menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi
reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan
(readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa
sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat
keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar
nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama
antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan
evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang
bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari
komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model
ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensi.
1. C. Macam-macam Teknik Penyajian Belajar Mengajar
Ada beberapa macam bentuk teknik penyajian belajar mengajar, yaitu:
1. 1. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah,
yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat,
saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak
ada yagn pasif sebagai pendengar.
2. Teknik Kerja Kelompok
Teknik kerja kelompok adalalah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagi
suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditentukan oleh guru.
3. Teknik Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan proses mental yang harus
mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental ialah mengamati,
mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain
sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberiakn instruksi.
4. Teknik Penyajian Tanya-Jawab
Teknik penyajian tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit
pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar dimengerti, bermanfaat dan dapat diingat
dengan baik.
1. Teknik Ceramah
Teknik ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah
pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau
ceramah.
Ada banyak lagi macam- macam teknik penyajian belajar mengajar diantaranya, Simulasi, Unit
Teaching, Microteaching, Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen, Demonstrasi, Karya Wisata, Penyajian
Secara Kasus, Latihan, dan lain sebagainya. Dalam keterbatasan Rumusan Masalah dan Bahan materi
penulis hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang menjadi teknik-teknik penyajian belajar
mengajar.
1. D. Hakikat Strategi Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar
adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah
kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok ialah:
1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik,
maupun afektif.
3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak
langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan
lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:
1. a. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik
maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan
langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan
motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan
terhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
3. c. Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak
terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar.
Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif
belajar.
4. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar
tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu
menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa
akan pelajaran tersebut.
5. e. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang
lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat
mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat
diperlukan.
6. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan,
bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan
semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
2. Variabel Strategi Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah: tujuan, bahan pelajaran,
alat dan sumber, siswa, dan guru.
1. Gagne mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi terhadap penggunaan
strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya:
1. Diskriminasi, yaitu mengenal benda konkret.
2. Konsep konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek konkret.
3. Konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep terdefinisi.
4. Aturan, yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, prinsip.
5. Masalah/aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan berbagai aturan.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta, pengetahuan di
dalam ingatan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik.
5. Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai.
6. Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam menggunakan strategi belajar-
mengajar, antara lain:
1. Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan dari siswa lain.
2. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran.
3. Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan ialah:
1. Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga.
2. Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan cetakan dan
lingkungan sekitar).
3. Dari faktor guru yang akan mempengaruhi penggunaan strategi belajar-
mengajar ialah kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kemampuan
membelajarkan siswa.
3. Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar
1. Pengaturan Guru dan Siswa
Segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau suatu tim,
sanjutnya apakah hubungan guru-siswa terjadi secara tatap muka (langsung), atau dengan perantaraan
media (tidak langsung). Sedangkan dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan pengajaran yang
bersifat klasikal (kelompok besar), (kelompok kecil) dan pengajaran perseorangan (individual).
2. Struktur Peristiwa Belajar Mengajar
Struktur peristiwa belajar mengajar dapat bersifat tertutup dalam artian segala sesuatu telah ditentukan
secara relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para calon guru yang berlatih mengajar yang tidak
berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing.
3. Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
Peristiwa belajar mengajar bermaksud untuk mencapai tujuan, ingin menyampaikan sesuatu pesan yang
dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang
menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat ekspositorik, sedangkan yang
mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan Heuristik-hipotetik.
4. Proses Pengolah Pesan
Proses pikir manusia di dalam menjalani pengalaman belajar tidak selalu sama, ada peristiwa belajar
mengajar di mana proses ini bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada
yang khusus ini disebut Umum ke Khusus (Deduktif). Sebaliknya bila peristiwa belajar mengajar yang
di mana prosesw pengolahan bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip
umum ini disebut Khusus ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar mengajar heuristik
proses pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik bersifa deduktif.
4. Pola-pola Belajar Siswa
a. Mengidentifikasi pola-pola belajar siswa
Gagne (Lefrancois 1975:114-120) mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe dimana
yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya/yang lebih tinggi hierarkinya. Kedelapan tipe belajar
itu ialah:
 Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau tanda, isyarat)
Tipe belajar ini menduduki tahapan hierarki (yang paling dasar). Signal learning dapat didefinisikan
sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat involunter (tidak disengaja dan didasari
tujuannya). Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini ialah diberikan stimulus
secara serempak perangsang-perangsang tertentu dengan berulang-ulang.
 Tipe II: Stimulus-Respons Learning (belajar stimulus-respons, sambut rangsang)
Tipe belajar II ini termasuk ke dalam operant or instrumental condition (Kible,1961) atau belajar
dengan trial and error (Thorndike). Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar
ini ialah faktor reinforcement.
 Tipe III:Chaining (mempertautkan) dan tipe IV:Verbal Association (asosiasi verbal)
Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang
lainnya. Tipe III berkenaan dengan aspek-aspek perilau psikomotorik dan tipe IV berkenaan dengan
aspek-aspek belajar verbal. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar ini antara lain
secara internal terdapat pada diri siswa harus sudah terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R, baik
psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition, dan reinforcement masih
tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association tersebut.
 Tipe V:Discrimination Learning (belajar mengadakan perbedaan)
Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi (seleksi dan pengujian) di antara dua
perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang
dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah
siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta memiliki kekayaan
pengalaman (pola-pola satuan S-R)
 Tipe VI:Concept Learning (belajar konsep, pengertian)
Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk
suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi proses berlangsungnya
belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
 Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum-hukum)
Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep (pengertian) dengan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.
 Tipe VIII:Problem Solving (belajar memecahkan masalah)
Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah (memberikan respons terhadap
rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik) dengan menggunakan
berbagai rule yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439) dalam bukunya How
We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai berikut:
ü Become aware of the problem (menyadari adanya masalah)
ü Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan masalahnya)
ü Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung dan merumuskan
hipotesis)
ü Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan)
ü Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, uji coba)
b. Memilih system belajar mengajar (pengajaran)
Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system
pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik
perhatian orang akhir-akhir ini ialah:
 Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri)
Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya
yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-
perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi.
System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan
belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain
memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada
kekaburan atau materi yang dipelajarinya.
 Expository Learning
Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik,
dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis
besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada
tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu
dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang
penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola
pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan
pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.
 Mastery learning (belajar tuntas)
Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan
bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya.
Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system
pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat
penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa
yang bersangkutan.
 Humanistic Education
Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan
diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik
utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam
dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization
yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.
E. Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan
a) Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu?
Sebagai calon guru, penulis mencoba untuk mendiskripsikan bagaimana cara menerapkan strategi
belajar mengajar yang baik untuk masa yang akan datang agar dunia pendidikan kita memiliki potensi
sumber daya manusia yang ahli dan mampu bersaing dengan dunia luar dan mengangkat harkat dan
martabat bangsa, agar dunia luar tidak hanya bisa mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan
sumber daya alam saja. Sebab menurut pendapat kami bahwa kemajuan sebuah negara itu adalah
berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan pendidikan setiap wilayah wawasan nusantara
haruslah diperhatikan bagaimana sistem dan strategi pendidikan di daerah tersebut agar sejalan dan
sesuai dengan daerah perkotaan yang telah maju. Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan tugas
panggilannya sangat diperlukan. Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan
mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang
konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar
anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya
sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada
murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar
di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas
terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak
sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon
/guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak
didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan
motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan
sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak
membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi,
bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak
didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru
harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan
untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan
kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya.
Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan
senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui
kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak
didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat
melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan
motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-
batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta.
Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai
bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya
tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-
anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya.
Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru,
menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut
untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi
mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum
hadir di dalam kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak
didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik
akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika
kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk
anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai
membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak
didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru
berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-
anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini
bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang
tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya
keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru
menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
b) Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan sepenuhnya dalam
dunia pendidikan saat ini?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan bangsa kita saat ini telah mengalami perubahan
kearah yang lebih baik dari era-era pemerintahan yang sebelumnya. Telihat nyata dari sistem
kurikulum yang terus mengalami perubahan menuju kearah sistem pendidikan yang lebih baik.
Walaupun, di daerah-daerah perdesaan tertentu masih ada yang kurang merata fasilitas dan kondisi
pendidikannya seperti di daerah perkotaan umumnya. Namun, pemerintah telah memberikan perhatian
untuk hal itu agar sistem pendidikan di negara kita berjalan dengan kondusif. Hal yang nyata salah
satunya adalah pembangunan fasilitas sekolah diberbagai tempat yang bangunnya mulai ambruk atau
telah lama dan perlu diperbaiki, Sistem kukrikulum, dan cara belajar mengajar guru di dalam kelas
yang harus profesional. Menurut pendapat kami sebagai tim penulis hali in merupakan bukti nyata dari
strategi belajar mengajar yang telah sepenuhnya dalam dunia pendidikan.
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Berdasarkan Makalah ini penulis dapat memberi kesimpulan, bahwa pentingnya Sistem dan Strategi
Belajar Mengajar itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi
dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang
profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa yang telah diketahui kepada
siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i adalah besar dan itu yang menentukan arah
pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus
pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi
yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa/i serta
mudah dicerna dan di pahami.
v Saran
Penulis menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa/i atau
sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar
mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan
kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di
masa yang akan datang.
http://junasion.wordpress.com/2010/01/19/strategi-belajar-mengajar/
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam
memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah
pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi,
karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan
berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak
semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan
beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis
pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau
praktek langsung.
Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik
dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa
dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah
berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.
2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki
saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut
untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving)
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta
didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas
fisik maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru
menggunakan OHP dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik
sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan
pertannyaan-pertannyaan dibawah ini:
1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam
satu-satuan waktu)?
2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing?
3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam
kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?
Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang
didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1.Efisiensi
yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi
: Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan
delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang
paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa
diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk
dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain
mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut
memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk
mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan
hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide
kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan
susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih
jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar
(sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru
memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana
yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep
tentang serangga.
Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai
melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk
mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak
kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya.
2.Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran
telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak
otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir
tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas
(kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien.
Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu
strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian
tujuan.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan
yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat
inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan
strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar.
Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’
SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil
apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu
pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif
mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjut nya adalah hendaknya peserta
didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan
tersebut.
b. Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru
memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang
diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan
yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Diposkan oleh Fira Ponirah Syifa di 14.40
http://biozaff.blogspot.com/2011/03/makalah-kriteria-pemilihan-strategi.html
Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran
Posted on Mei 14, 2012 by ritokurniawan
2 Votes
Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran
Oleh Rito Kurniawan Spd
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh
seorang guru:
A. Strategi pembelajaran ekspositori
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi
kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting
atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam
menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan
(kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi
(melalui pelaksanaan demonstrasi).
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode
ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara
jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan
untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2. Kelemahan Strategi Ekspositori
Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:
1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru
seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas,
tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu,
komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang
dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi
pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Pembelajaran Ekspositori
B. Strategi pembelajaran inquiry
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi
pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini
memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
1. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di
antaranya yaitu:
1. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa
dalam beljar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada
proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam
strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
C. Strategi pembelajaran berbasis masalah
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
 Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
 Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran
berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
 Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai
dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa
pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa
kelemahan diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
D. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri
konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang
bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang
bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa
secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial
anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-
hari.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak
untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
E. Strategi Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b)
adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus
dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
F. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning
1. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL)
Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme,
bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
2. Landasan Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan .
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-
an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
 Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
 Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
 Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)
hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas
dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
 Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
 Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
3. Inquiry ( menemukan )
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk
lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang
dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching
Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :
 Observasi
 Bertanya
 Mengajukan dugaan
 Pengumpulan data
 Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:
a) Merumuskan masalah.
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah
b) Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN
TRADISIONAL
1 Siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran
Siswa adalah penerima
informasi secara pasif
2 Siswa belajar dari teman melalui
kerja kelompok, diskusi, saling
mengoreksi.
Siswa belajar secara
individual
3 Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau yang
disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak
dan teoritis
4 Perilaku dibangun atas dasar
kesadaran diri
Perilaku dibangun atas dasar
kebiasaan
5 Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan
atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan diri
Hadiah untuk perilaku baik
adalah pujian (angka) rapor
7 Seseorang tidak melakukan yang
jelek karena dia sadar hal itu keliru
dan merugikan
Seseorang tidak melakukan
yang jelek karena dia takut
hukuman
8 Bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif, yakni
siswa diajak menggunakan bahasa
dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan
pendekatan struktural: rumus
diterangkan sampai paham
kemudian dilatihkan
9 Pemahaman siswa dikembangkan
atas dasar yang sudah ada dalam
diri siswa
Pemahaman ada di luar
siswa, yang harus
diterangkan, diterima, dan
dihafal
10 Siswa menggunakan kemampuan
berfikir kritis, terlibat dalam
mengupayakan terjadinnya proses
pembelajaran yang efektif, ikut
bertanggung jawab atas terjadinya
proses pembelajaran yang efektif
dan membawa pemahaman
masing-masing dalam proses
pembelajaran
Siswa secara pasif menerima
rumusan atau pemahaman
(membaca, mendengarkan,
mencatat, menghafal) tanpa
memberikan kontribusi ide
dalam proses pembelajaran
11 Pengetahuan yang dimiliki
manusia dikembangkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia
diciptakan atau membangun
pengetahuan dengan cara memberi
arti dan memahami
pengalamannya
Pengetahuan adalah
penangkapan terhadap
serangkaian fakta, konsep,
atau hukum yang berada di
luar diri manusia
12 Karena ilmu pengetahuan itu
dikembangkan oleh manusia
sendiri, sementara manusia
selalu mengalami peristiwa baru,
Bersifat absolut dan bersifat
final
maka pengetahuan itu selalu
berkembang.
13 Siswa diminta bertanggung jawab
memonitor dan mengembangkan
pembelajaran mereka masing-
masing
Guru adalah penentu
jalannya proses
pembelajaran
14 Penghargaan terhadap pengalaman
siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak
memperhatikan pengalaman
siswa
15 Hasil belajar diukur dengan
berbagai cara : proses, bekerja,
hasil karya, penampilan, rekaman,
tes, dll.
Hasil belajar hanya diukur
dengan hasil tes
16 Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi
dalam kelas
17 Penyesalan adalah hukuman dari
perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari
perilaku jelek
18 Perilaku baik berdasar motivasi
intrinsic
Perilaku baik berdasar
motivasi ekstrinsik
19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru
20 Seseorang berperilaku baik karena
ia yakin itulah yang terbaik dan
bermanfaat
Seseorang berperilaku baik
karena dia terbiasa
melakukan begitu.
Kebiasaan ini dibangun
dengan hadiah yang
menyenagkan
Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning (CTL)
G. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan.
Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam
kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan
guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari
kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga.
Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung
konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.
http://ritokurniawan.wordpress.com/2012/05/14/jenis-jenis-strategi-pembelajaran/
Ketika kita melakukan proses pembelajaran ada baiknya kita mengetahui strategi belajar mengajar.
Pada kesempatan kali ini, saya akan memposting mengenai Hakikat Strategi Belajar Mengajar yang
berjudul Berbagai Jenis Strategi Belajar-Mengajar.
Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.
1. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang
umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa
sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep
konkret maupun konsep terdefinisi.
Contoh Proses Pembelajaran:
 Mula-mula guru menuliskan rumusan konsep tersebut pada papan tulis.
 Siswa diminta mengidentifikasi atribut-atributnya, yaitu: memerlukan makanan, bergerak,
tumbuh, berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang dikemukakan siswa ditulis di
papan tulis.
 Siswa diminta menjelaskan tiap atribut dengan menggunakan berbagai contoh. guru melengkapi
atau menjelaskan lebih jauh pendapat siswa. Dalam hal ini akan lebih baik jika digunakan alat
peraga.
 Siswa diminta mengidentifikasi jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-atributnya.
2. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang
khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat
digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun terdefinisi.
Contoh Proses Pembelajaran:
 Siswa diminta mengidentifikasi atribut-atribut konsep yang diajarkan (contoh: memerlukan
makanan, bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas). Bila siswa salah atau
pendapatnya belum lengkap, guru menjelaskan dan melengkapinya.
 Siswa diminta menjelaskan dengan menggunakan contoh-contoh atribut-atribut yang telah
diidentifikasi pada langkah pertama. Guru dapat menjelaskan lebih jauh dengan menggunakan
alat peraga.
 Siswa diminta merumuskan konsep tersebut secara tertulis. Salah seorang atau wakil kelompok
siswa menuliskan rumusan tersebut di papan tulis. Guru membetulkan bila ternyata masih ada
yang salah. Bila waktu mencukupi, dibetulkan dulu atau dikomentari dulu oleh siswa lain,
sebelum guru membetulkannya.
 Siswa diminta menyebutkan atau menuliskan jenis-jenis makhluk hidup.
Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.
1. Strategi Ekspositorik. Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran diolah oleh guru.
Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah
bahan pelajaran. yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi Ekspositorik dapat
digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatmya pemecahan masalah.
Contoh Proses Pembelajaran:
 Sebelum pelajaran tersebut diajarkan, guru telah mempelajarinya dari sumber-sumber yang ada,
kemudian membuat rangkumannya.
 Di depan siswa, guru menjelaskan. Pada saat menjelaskan sebaiknya sambil menggunakan alat
peraga. Setelah selesai menjelaskan sebaiknya diikuti dengan tanya jawab.
 Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran tersebut.
 Siswa diminta mencatatnya atau mempelajarinya kembali di rumah masing-masing.
2. Strategi Heuristik. Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa
yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan,
arahan, dan bimbingan. Strategi Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi
pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan Strategi Hueristik diharapakan siswa bukan hanya
paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
terbuka. Strategi Heuristik terbagi atas Diskoperi (terpaku pada guru) dan Inkuiri (dilepas oleh guru).
Contoh Proses Pembelajaran:
 Seorang atau dua orang siswa disuruh mengukur keliling sebuah lingkaran yang terbuta dari
bamboo, yang telah disiapkan guru, disaksikan oleh teman-temannya.
 Siswa tersebut diminta menuliskan hasil pengukurannya pada papan tulis (umpamanya 154 cm).
Kegiatan seperti ini, jika diperlukan, dapat dilakukan kembali oleh siswa atau kelompok siswa
lain (untuk lebih menyakinkan hasilnya).
 Siswa atau kelompok siswa lain diminta mengukur garis tengah lingkaran tadi dan menuliskan
hasil pengukurannya pada papan tulis (umpamanya 49 cm). Kegiatan ini pun bila diperlukan
dapat dilakukan kembali oleh siswa atau kelompok siswa lain.
 Semua siswa diminta membagi bilangan 154 dengan bilangan 49.
 Siswa diberi tugas menentukan keliling sebuah lingkaran yang telah diketahui garis tengahnya
(umpamanya 14 cm)
Atas dasar pertimbangan pengaturan guru.
1. Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar sejumlah siswa.
2. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau
lebih guru mengajar sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan
salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topic
tertentu.
Atas dasar pertimbangan jumlah siswa.
1. Strategi Klasikal.
2. Strategi Kelompok Kecil.
3. Strategi Individual.
Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa.
1. Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
2. Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi
guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
http://reduxation.blogspot.com/2013/07/macam-macam-jenis-strategi-belajar.html
Macam - Macam Strategi Pembelajaran dan Metodenya
Macam – Macam Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik
maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak
tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan
ilmu guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
Berikut macam – macam strategi pembelajaran:
a. Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang
sangat penting atau dominan.
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik,
dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini
merupakan strategi ceramah atau satu arah.
b. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada
siswanya.
c. Metode sosiodrama
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk
memberikan contoh kepada siswa.
b. Strategi Inquiry
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari
suatu masalah yang ditanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:
a) Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi
inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi
sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir,
atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk
berpikir.
e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak.
Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,
physical experience, social experience, dan equilibration.
Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa
melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa menjadi aktif.
b. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk
melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh
siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
c. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini
dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan
pengalaman yang ia alami.
d. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan
waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
c. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode eksperimen
Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau
dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
b. Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan
pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c. Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan
yang dimiliki tersebut.
d. Metode karya wisata
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat
atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa diajak untuk
mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
d. Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by
doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman
(learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling
memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to
ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode demonstrasi
Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan
sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b. Metode sosiodrama
Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang
berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa, sehingga
siswa lebih paham
e. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode
berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
b. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan
cara berdiskusi.
f. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri
konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran
yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan
cara berdiskusi.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan
waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
c. Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang
berdasarkan pengalaman yang ia alami.
g. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan
cara berdiskusi.
b. Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang
dikunjungi.
c. Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna melatih
kemampuan dan pemahaman mereka.
d. Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali
kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
h. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul
dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah
mudah untuk dilakukan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode tugas atau resitasi
Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b. Metode latihan
Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang
dimiliki tersebut.
http://bagoes1st.blogspot.com/2014/03/macam-macam-strategi-pembelajaran-dan.html
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berati jendral atau berarti
pula perwira negara (states officer).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, strategi berarti “rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya H. Mansyur menjelaskan bahwa strategi dapat
diartikan “sebagai garis-garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasran yang telah
ditentukan.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagi situasi,
termasuk situasi pendidikan.Impelementasi konsep strategidalam situasi dan kondisi belajar mengajar
ini, melahirkan pengertian sebagai berikut :
1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber
daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan
dan kondisi yang paling menguntungkan.
2. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan secara seksama
untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
Strategi belajar mengajar adalah siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta
dengan komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.
Strategi belajar merupakan suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap
komponen pengajaran yang tidak hnya berjadi pada tahap perencanaan saja, tetapi juga terjadi pada
tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi.Strategi belajar
mengajar pada dasarnya mencakup empat hal utama, yaitu :
a. Penetapan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK)
Yaitu gambaran dari perubahan tingkah laju dan kepribadian peserta didik yang diharapkan.
b. Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar ang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan
c. Pemilihan dan penetapan prosedur, metode, tekhnik belajar mengajar yang tepat dan dapat dijadikan
pengangan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran
d. Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar sebagai pegangan dalam mengadakan evaluasi
belajar mengajar.
http://basicartikel.blogspot.com/2013/01/strategi-belajar-mengajar.html
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam
memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah
pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi,
karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan
berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak
semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan
beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis
pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau
praktek langsung.
Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik
dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa
dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah
berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.
2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki
saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut
untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving)
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta
didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas
fisik maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru
menggunakan OHP dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik
sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan
pertannyaan-pertannyaan dibawah ini:
1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam
satu-satuan waktu)?
2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing?
3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam
kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?
Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang
didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1.Efisiensi
yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi
: Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan
delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang
paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa
diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk
dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain
mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut
memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk
mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan
hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide
kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan
susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih
jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar
(sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru
memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana
yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep
tentang serangga.
Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai
melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk
mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak
kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya.
2.Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran
telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak
otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir
tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas
(kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien.
Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu
strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian
tujuan.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan
yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat
inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan
strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar.
Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’
SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil
apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu
pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif
mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjut nya adalah hendaknya peserta
didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan
tersebut.
b. Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru
memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang
diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan
yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Dimensi-dimensi Perencanaan Pengajaran
Dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa
karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi
itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efesien, yakni:
1. Signifikan
Tingkat signifikansi tergantung apada tujuan pendidikan yang diajukan dana signifikansi dapat
ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses pembelajaran.
2. Fleksibilitas
Maksudnya adalah bahwa perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik
yang berkaitan dan biaya maupun pengimplementasiannya.
3. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian
persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
4. Kepastian
Konsep kepastian diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5. Ketelitian
Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang
sederhana, serta perlu diperhatikan secra sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antar berbagai
komponen.
6. Adaptabilitas
Perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai
umpan balik.
7. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu yang cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam
memprediksi masa depan, juga validasi dan readibilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk
menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring atau pemantauan
Monitoring merupakan mengembangkan criteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen
bekerja secara efektif.
9. Isi perencanaan
Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang
baik perlu memuat:
a. Tujuan apa yang diinginkan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan
pendukungnya.
b. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan
pendukungnya.
c. Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku,
kompetensi, maupun kepuasan mereka.
d. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan.
e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan
pengembangan psikologis.
f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan
pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
pengajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan
dalam merencanakan program. Hidayat (1990) mengemukakan bahwa perangkat yang harus
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
1. Memahami kurikulum
2. Menguasai bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pengajaran
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar kompetensi yang harus
dikuasai siswa. Komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi:
1. Kompetensi yang akan dicapai
2. Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi
3. System evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai
kompetensi.
Komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah:
1. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat
2. Spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi
3. Pengembangan sistm pencapaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan
sistem penilai
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep strategi pembelajaran
mengandung makna yang multi dimensi dalam arti dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
1. Pada dimensi perancangan, strategi pembelajaran adalah “pemikiran dan pengupayaan secara strategis
dalam memilih, menyusun, memobilisai, dan mensinergikan segala cara, sarana/prasarana, dan sumber
daya untuk mencapai tujuan pembelajaran”
2. Pada dimensi pelaksanaan, strategi pembelajaran diartikan sebagai :
a. Keputusan bertindak secara strategis dalam memodifikasi dan menyelaraskan komponen-komponen
sistem instruksional (yang telah ditetapkan pada dimensi perancangan) untuk lebih mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran
b. pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk pada
karakteristik abstrak dari pada rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar-mengajar.
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/05/dimensi-dimensi-perencanaan-pengajaran.html

More Related Content

Similar to STRATEGI PEMBELAJARAN

Similar to STRATEGI PEMBELAJARAN (20)

Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Peranan pendidik-di-dalam-kelas
Peranan pendidik-di-dalam-kelasPeranan pendidik-di-dalam-kelas
Peranan pendidik-di-dalam-kelas
 
Konsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaranKonsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaran
 
Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran LangsungModel Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran Langsung
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royani
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
Hakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranHakikat Pembelajaran
Hakikat Pembelajaran
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Power Ai
Power AiPower Ai
Power Ai
 
P O W E R A I
P O W E R  A IP O W E R  A I
P O W E R A I
 
Makalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaranMakalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaran
 
Prinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajarPrinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajar
 
Belajar Resume Buku
Belajar Resume BukuBelajar Resume Buku
Belajar Resume Buku
 
Makalah pendekatan sbm
Makalah pendekatan sbmMakalah pendekatan sbm
Makalah pendekatan sbm
 
322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatif322093 model-model-pembelajaran-inovatif
322093 model-model-pembelajaran-inovatif
 
Isbm belajar
Isbm belajarIsbm belajar
Isbm belajar
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
 
Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bungaTugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
 

More from UpiHambuku

STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docx
STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docxSTRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docx
STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docxUpiHambuku
 
Prosedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxProsedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxUpiHambuku
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfUpiHambuku
 
Strategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxStrategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxUpiHambuku
 
rumpun belajar.docx
rumpun belajar.docxrumpun belajar.docx
rumpun belajar.docxUpiHambuku
 
Prosedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxProsedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxUpiHambuku
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptx
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptxpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptx
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptxUpiHambuku
 

More from UpiHambuku (8)

STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docx
STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docxSTRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docx
STRATEGI_PEMBELAJARAN_DI_SD.docx
 
Prosedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxProsedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docx
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
 
Strategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxStrategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docx
 
MODEL.docx
MODEL.docxMODEL.docx
MODEL.docx
 
rumpun belajar.docx
rumpun belajar.docxrumpun belajar.docx
rumpun belajar.docx
 
Prosedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docxProsedur Pembelajaran.docx
Prosedur Pembelajaran.docx
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptx
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptxpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptx
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pptx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

STRATEGI PEMBELAJARAN

  • 1. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran menurut para ahli REP | 31 December 2012 | 13:33 Dibaca: 13528 Komentar: 0 0 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. (Hlm. 10, Bahri Djamarah Syaiful, dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/) Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar- menurut-ahli/) Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/) Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/) Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain : 1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian- mengajar.html) 2. Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html) 3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru)
  • 2. dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html) Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html) http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/31/pengertian-belajar-mengajar-dan-pembelajaran-menurut-para- ahli-520282.html Junasion's Blog  About LOGIKA dan FILSAFAT » STRATEGI BELAJAR MENGAJAR 19Jan10 BAB I PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik. Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah
  • 3. satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton. Di samping itu, motivasi merupakan salah satu factor yang turut menentukan keefektifan proses balajar mengajar. Callahan dan clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah satu tujuan tertentu. Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai semangat yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, motivasi belajar yang ada pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. b) RUMUSAN MASALAH Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar. 2. Jenis Strategi dan tehnik Belajar Mengajar. 3. Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar. 4. Bagaimana Implikasi dalam kehidupan nyata: 1. Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu? 2. Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini? 5. Kesimpulan dan Saran. c) BATASAN MASALAH Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas apa yang menjadi Strategi Belajar Mengajar berdasarkan buku panduan. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah. d) TUJUAN DAN MANFAAT 1. Membekali diri akan teori-teori, konsep-konsep yang telah dipelajari selama 1 semester. 2. Untuk memenuhi dan sebagai syarat tugas akhir semester. 3. Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar. 4. Mencoba membuat metode dan cara belajar mengajar yang lebih profesional sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih aktif dan efektif. 5. Menghasilkan Pelajar yang mampu mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Strategi Belajar Mengajar
  • 4. Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas. B. Jenis Strategi Belajar Mengajar Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain: 1. 1. Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.  Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.  Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. 1. 2. Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.  Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
  • 5.  Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan. 1. 3. Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru  Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.  Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu. 1. 4. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa  Strategi Klasikal  Strategi Kelompok Kecil  Strategi Individual. 1. 5. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa  Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.  Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media. 1. Berdasarkan Model DesainPelaksanaan Evaluasi Belajar Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar- mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.  Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.  Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit- unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan- kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar- mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.
  • 6.  Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar- menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif. Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensi. 1. C. Macam-macam Teknik Penyajian Belajar Mengajar Ada beberapa macam bentuk teknik penyajian belajar mengajar, yaitu: 1. 1. Teknik Diskusi Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif sebagai pendengar. 2. Teknik Kerja Kelompok Teknik kerja kelompok adalalah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagi suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru. 3. Teknik Penemuan (Discovery) Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan proses mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberiakn instruksi. 4. Teknik Penyajian Tanya-Jawab Teknik penyajian tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar dimengerti, bermanfaat dan dapat diingat dengan baik. 1. Teknik Ceramah
  • 7. Teknik ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau ceramah. Ada banyak lagi macam- macam teknik penyajian belajar mengajar diantaranya, Simulasi, Unit Teaching, Microteaching, Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen, Demonstrasi, Karya Wisata, Penyajian Secara Kasus, Latihan, dan lain sebagainya. Dalam keterbatasan Rumusan Masalah dan Bahan materi penulis hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang menjadi teknik-teknik penyajian belajar mengajar. 1. D. Hakikat Strategi Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal. 1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran Belajar memiliki lima atribut pokok ialah: 1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. 2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. 3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial). 4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain: 1. a. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. 2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya. 3. c. Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar. 4. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut. 5. e. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan. 6. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
  • 8. 2. Variabel Strategi Belajar Mengajar Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah: tujuan, bahan pelajaran, alat dan sumber, siswa, dan guru. 1. Gagne mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi terhadap penggunaan strategi belajar-mengajar, sebagai berikut: 1. Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya: 1. Diskriminasi, yaitu mengenal benda konkret. 2. Konsep konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek konkret. 3. Konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep terdefinisi. 4. Aturan, yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, prinsip. 5. Masalah/aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai aturan. 2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir. 3. Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta, pengetahuan di dalam ingatan. 4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik. 5. Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai. 6. Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam menggunakan strategi belajar- mengajar, antara lain: 1. Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan dari siswa lain. 2. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran. 3. Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan ialah: 1. Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga. 2. Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan cetakan dan lingkungan sekitar). 3. Dari faktor guru yang akan mempengaruhi penggunaan strategi belajar- mengajar ialah kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kemampuan membelajarkan siswa. 3. Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar 1. Pengaturan Guru dan Siswa Segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau suatu tim, sanjutnya apakah hubungan guru-siswa terjadi secara tatap muka (langsung), atau dengan perantaraan media (tidak langsung). Sedangkan dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan pengajaran yang bersifat klasikal (kelompok besar), (kelompok kecil) dan pengajaran perseorangan (individual). 2. Struktur Peristiwa Belajar Mengajar Struktur peristiwa belajar mengajar dapat bersifat tertutup dalam artian segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para calon guru yang berlatih mengajar yang tidak berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing. 3. Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
  • 9. Peristiwa belajar mengajar bermaksud untuk mencapai tujuan, ingin menyampaikan sesuatu pesan yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan Heuristik-hipotetik. 4. Proses Pengolah Pesan Proses pikir manusia di dalam menjalani pengalaman belajar tidak selalu sama, ada peristiwa belajar mengajar di mana proses ini bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang khusus ini disebut Umum ke Khusus (Deduktif). Sebaliknya bila peristiwa belajar mengajar yang di mana prosesw pengolahan bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip umum ini disebut Khusus ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar mengajar heuristik proses pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik bersifa deduktif. 4. Pola-pola Belajar Siswa a. Mengidentifikasi pola-pola belajar siswa Gagne (Lefrancois 1975:114-120) mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe dimana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya/yang lebih tinggi hierarkinya. Kedelapan tipe belajar itu ialah:  Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau tanda, isyarat) Tipe belajar ini menduduki tahapan hierarki (yang paling dasar). Signal learning dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat involunter (tidak disengaja dan didasari tujuannya). Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini ialah diberikan stimulus secara serempak perangsang-perangsang tertentu dengan berulang-ulang.  Tipe II: Stimulus-Respons Learning (belajar stimulus-respons, sambut rangsang) Tipe belajar II ini termasuk ke dalam operant or instrumental condition (Kible,1961) atau belajar dengan trial and error (Thorndike). Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor reinforcement.  Tipe III:Chaining (mempertautkan) dan tipe IV:Verbal Association (asosiasi verbal) Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lainnya. Tipe III berkenaan dengan aspek-aspek perilau psikomotorik dan tipe IV berkenaan dengan aspek-aspek belajar verbal. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar ini antara lain secara internal terdapat pada diri siswa harus sudah terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition, dan reinforcement masih tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association tersebut.  Tipe V:Discrimination Learning (belajar mengadakan perbedaan) Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi (seleksi dan pengujian) di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang
  • 10. dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta memiliki kekayaan pengalaman (pola-pola satuan S-R)  Tipe VI:Concept Learning (belajar konsep, pengertian) Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.  Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum-hukum) Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep (pengertian) dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.  Tipe VIII:Problem Solving (belajar memecahkan masalah) Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah (memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik) dengan menggunakan berbagai rule yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439) dalam bukunya How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai berikut: ü Become aware of the problem (menyadari adanya masalah) ü Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan masalahnya) ü Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis) ü Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan) ü Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, uji coba) b. Memilih system belajar mengajar (pengajaran) Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:  Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri) Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi- perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi. System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain
  • 11. memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.  Expository Learning Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.  Mastery learning (belajar tuntas) Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.  Humanistic Education Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa. E. Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan a) Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu? Sebagai calon guru, penulis mencoba untuk mendiskripsikan bagaimana cara menerapkan strategi belajar mengajar yang baik untuk masa yang akan datang agar dunia pendidikan kita memiliki potensi sumber daya manusia yang ahli dan mampu bersaing dengan dunia luar dan mengangkat harkat dan martabat bangsa, agar dunia luar tidak hanya bisa mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan sumber daya alam saja. Sebab menurut pendapat kami bahwa kemajuan sebuah negara itu adalah berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan pendidikan setiap wilayah wawasan nusantara haruslah diperhatikan bagaimana sistem dan strategi pendidikan di daerah tersebut agar sejalan dan sesuai dengan daerah perkotaan yang telah maju. Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan tugas panggilannya sangat diperlukan. Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya.
  • 12. Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon /guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun. Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas- batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak- anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak- anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
  • 13. b) Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini? Seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan bangsa kita saat ini telah mengalami perubahan kearah yang lebih baik dari era-era pemerintahan yang sebelumnya. Telihat nyata dari sistem kurikulum yang terus mengalami perubahan menuju kearah sistem pendidikan yang lebih baik. Walaupun, di daerah-daerah perdesaan tertentu masih ada yang kurang merata fasilitas dan kondisi pendidikannya seperti di daerah perkotaan umumnya. Namun, pemerintah telah memberikan perhatian untuk hal itu agar sistem pendidikan di negara kita berjalan dengan kondusif. Hal yang nyata salah satunya adalah pembangunan fasilitas sekolah diberbagai tempat yang bangunnya mulai ambruk atau telah lama dan perlu diperbaiki, Sistem kukrikulum, dan cara belajar mengajar guru di dalam kelas yang harus profesional. Menurut pendapat kami sebagai tim penulis hali in merupakan bukti nyata dari strategi belajar mengajar yang telah sepenuhnya dalam dunia pendidikan. BAB III PENUTUP v Kesimpulan Berdasarkan Makalah ini penulis dapat memberi kesimpulan, bahwa pentingnya Sistem dan Strategi Belajar Mengajar itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa yang telah diketahui kepada siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa/i serta mudah dicerna dan di pahami. v Saran Penulis menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa/i atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan datang. http://junasion.wordpress.com/2010/01/19/strategi-belajar-mengajar/ KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah
  • 14. pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung. Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai. 2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving) 3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru. Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini: 1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)? 2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing? 3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru? 4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa? Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik. 1.Efisiensi yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan
  • 15. delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal. Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga. Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya. 2.Efektivitas Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan. 3. Keterlibatan Peserta Didik Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori. Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108). Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu: a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjut nya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut. b. Umpan Balik
  • 16. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Diposkan oleh Fira Ponirah Syifa di 14.40 http://biozaff.blogspot.com/2011/03/makalah-kriteria-pemilihan-strategi.html Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran Posted on Mei 14, 2012 by ritokurniawan 2 Votes Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran Oleh Rito Kurniawan Spd Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru: A. Strategi pembelajaran ekspositori I. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu: 1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori 1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
  • 17. 2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. 3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). 4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. 2. Kelemahan Strategi Ekspositori Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain. 2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. 3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. 4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. 5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran Ekspositori B. Strategi pembelajaran inquiry I. Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
  • 18. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu: 1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya: 1. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu: 1. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam beljar. 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar. C. Strategi pembelajaran berbasis masalah I. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;  Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan,
  • 19. mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.  Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.  Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Keunggulan Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. 3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. 2. Kelemahan Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya: 1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
  • 20. 2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. D. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan. Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari- hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. E. Strategi Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. F. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning 1. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL) Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
  • 21. Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement). 2. Landasan Filosofi Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20- an yang menekankan pada pengembangan siswa. Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.  Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)  Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.  Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan  Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)  Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut 3. Inquiry ( menemukan ) Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus Inqiry antara lain :  Observasi  Bertanya  Mengajukan dugaan  Pengumpulan data  Penyimpulan Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu: a) Merumuskan masalah. Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah b) Mengamati atau melakukan observasi Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya. Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah. d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain. Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama 4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
  • 22. No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL 1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Siswa adalah penerima informasi secara pasif 2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi. Siswa belajar secara individual 3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4 Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan 5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan 6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor 7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman 8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan 9 Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa Pemahaman ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal 10 Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran 11 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia 12 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, Bersifat absolut dan bersifat final
  • 23. maka pengetahuan itu selalu berkembang. 13 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing- masing Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 14 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa 15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes 16 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas 17 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek 18 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik 19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru 20 Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning (CTL) G. Strategi Pembelajaran Afektif Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. http://ritokurniawan.wordpress.com/2012/05/14/jenis-jenis-strategi-pembelajaran/ Ketika kita melakukan proses pembelajaran ada baiknya kita mengetahui strategi belajar mengajar. Pada kesempatan kali ini, saya akan memposting mengenai Hakikat Strategi Belajar Mengajar yang berjudul Berbagai Jenis Strategi Belajar-Mengajar.
  • 24. Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan. 1. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. Contoh Proses Pembelajaran:  Mula-mula guru menuliskan rumusan konsep tersebut pada papan tulis.  Siswa diminta mengidentifikasi atribut-atributnya, yaitu: memerlukan makanan, bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang dikemukakan siswa ditulis di papan tulis.  Siswa diminta menjelaskan tiap atribut dengan menggunakan berbagai contoh. guru melengkapi atau menjelaskan lebih jauh pendapat siswa. Dalam hal ini akan lebih baik jika digunakan alat peraga.  Siswa diminta mengidentifikasi jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-atributnya. 2. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun terdefinisi. Contoh Proses Pembelajaran:  Siswa diminta mengidentifikasi atribut-atribut konsep yang diajarkan (contoh: memerlukan makanan, bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas). Bila siswa salah atau pendapatnya belum lengkap, guru menjelaskan dan melengkapinya.  Siswa diminta menjelaskan dengan menggunakan contoh-contoh atribut-atribut yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Guru dapat menjelaskan lebih jauh dengan menggunakan alat peraga.  Siswa diminta merumuskan konsep tersebut secara tertulis. Salah seorang atau wakil kelompok siswa menuliskan rumusan tersebut di papan tulis. Guru membetulkan bila ternyata masih ada yang salah. Bila waktu mencukupi, dibetulkan dulu atau dikomentari dulu oleh siswa lain, sebelum guru membetulkannya.  Siswa diminta menyebutkan atau menuliskan jenis-jenis makhluk hidup.
  • 25. Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan. 1. Strategi Ekspositorik. Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran diolah oleh guru. Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan pelajaran. yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi Ekspositorik dapat digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatmya pemecahan masalah. Contoh Proses Pembelajaran:  Sebelum pelajaran tersebut diajarkan, guru telah mempelajarinya dari sumber-sumber yang ada, kemudian membuat rangkumannya.  Di depan siswa, guru menjelaskan. Pada saat menjelaskan sebaiknya sambil menggunakan alat peraga. Setelah selesai menjelaskan sebaiknya diikuti dengan tanya jawab.  Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran tersebut.  Siswa diminta mencatatnya atau mempelajarinya kembali di rumah masing-masing. 2. Strategi Heuristik. Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan. Strategi Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan Strategi Hueristik diharapakan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagi atas Diskoperi (terpaku pada guru) dan Inkuiri (dilepas oleh guru). Contoh Proses Pembelajaran:  Seorang atau dua orang siswa disuruh mengukur keliling sebuah lingkaran yang terbuta dari bamboo, yang telah disiapkan guru, disaksikan oleh teman-temannya.  Siswa tersebut diminta menuliskan hasil pengukurannya pada papan tulis (umpamanya 154 cm). Kegiatan seperti ini, jika diperlukan, dapat dilakukan kembali oleh siswa atau kelompok siswa lain (untuk lebih menyakinkan hasilnya).  Siswa atau kelompok siswa lain diminta mengukur garis tengah lingkaran tadi dan menuliskan hasil pengukurannya pada papan tulis (umpamanya 49 cm). Kegiatan ini pun bila diperlukan dapat dilakukan kembali oleh siswa atau kelompok siswa lain.  Semua siswa diminta membagi bilangan 154 dengan bilangan 49.  Siswa diberi tugas menentukan keliling sebuah lingkaran yang telah diketahui garis tengahnya (umpamanya 14 cm) Atas dasar pertimbangan pengaturan guru. 1. Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar sejumlah siswa. 2. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topic tertentu. Atas dasar pertimbangan jumlah siswa. 1. Strategi Klasikal. 2. Strategi Kelompok Kecil. 3. Strategi Individual.
  • 26. Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa. 1. Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga. 2. Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media. http://reduxation.blogspot.com/2013/07/macam-macam-jenis-strategi-belajar.html Macam - Macam Strategi Pembelajaran dan Metodenya Macam – Macam Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif. Berikut macam – macam strategi pembelajaran: a. Strategi Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya : a. Metode ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah. b. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
  • 27. sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada siswanya. c. Metode sosiodrama Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada siswa. b. Strategi Inquiry Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry: a) Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar. b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru. f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan, diantaranya : a. Metode diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa menjadi aktif. b. Metode pemberian tugas
  • 28. Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif. c. Metode eksperimen Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami. d. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran. c. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya : a. Metode eksperimen Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. b. Metode tugas atau resitasi Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan. c. Metode latihan Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut. d. Metode karya wisata
  • 29. Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi. d. Contextual Teaching Learning Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karakteristik pembelajaran kontekstual: 1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik 2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). 4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning in a group). 5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). 6) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). 7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity). Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya : a. Metode demonstrasi Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami. b. Metode sosiodrama Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa, sehingga siswa lebih paham e. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
  • 30. Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya : a. Metode problem solving Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. b. Metode diskusi Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi. f. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya : a. Metode diskusi Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi. b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran. c. Metode eksperimen Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
  • 31. g. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya : a. Metode diskusi Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi. b. Metode karya wisata Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi. c. Metode eksperimen Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna melatih kemampuan dan pemahaman mereka. d. Metode tugas atau resitasi Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan. h. Strategi Pembelajaran Afektif Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya : a. Metode tugas atau resitasi Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan. b. Metode latihan
  • 32. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut. http://bagoes1st.blogspot.com/2014/03/macam-macam-strategi-pembelajaran-dan.html Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berati jendral atau berarti pula perwira negara (states officer). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, strategi berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya H. Mansyur menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan “sebagai garis-garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasran yang telah ditentukan. Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagi situasi, termasuk situasi pendidikan.Impelementasi konsep strategidalam situasi dan kondisi belajar mengajar ini, melahirkan pengertian sebagai berikut : 1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. 2. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Strategi belajar mengajar adalah siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta dengan komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten. Strategi belajar merupakan suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap komponen pengajaran yang tidak hnya berjadi pada tahap perencanaan saja, tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi.Strategi belajar mengajar pada dasarnya mencakup empat hal utama, yaitu : a. Penetapan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK) Yaitu gambaran dari perubahan tingkah laju dan kepribadian peserta didik yang diharapkan. b. Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar ang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan c. Pemilihan dan penetapan prosedur, metode, tekhnik belajar mengajar yang tepat dan dapat dijadikan pengangan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran d. Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar sebagai pegangan dalam mengadakan evaluasi belajar mengajar. http://basicartikel.blogspot.com/2013/01/strategi-belajar-mengajar.html
  • 33. KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung. Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai. 2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving) 3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru. Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini: 1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)? 2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing? 3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru? 4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa? Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
  • 34. 1.Efisiensi yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal. Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga. Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya. 2.Efektivitas Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan. 3. Keterlibatan Peserta Didik Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori. Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
  • 35. Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu: a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjut nya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut. b. Umpan Balik Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
  • 36. Dimensi-dimensi Perencanaan Pengajaran Dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efesien, yakni: 1. Signifikan Tingkat signifikansi tergantung apada tujuan pendidikan yang diajukan dana signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses pembelajaran. 2. Fleksibilitas Maksudnya adalah bahwa perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dan biaya maupun pengimplementasiannya. 3. Relevansi Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal. 4. Kepastian Konsep kepastian diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga. 5. Ketelitian Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secra sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antar berbagai komponen. 6. Adaptabilitas Perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. 7. Waktu
  • 37. Faktor yang berkaitan dengan waktu yang cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan readibilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang. 8. Monitoring atau pemantauan Monitoring merupakan mengembangkan criteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. 9. Isi perencanaan Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat: a. Tujuan apa yang diinginkan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya. b. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya. c. Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka. d. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan. e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis. f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan. g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam merencanakan program. Hidayat (1990) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain: 1. Memahami kurikulum 2. Menguasai bahan ajar 3. Menyusun program pengajaran 4. Melaksanakan program pengajaran 5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
  • 38. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar kompetensi yang harus dikuasai siswa. Komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi: 1. Kompetensi yang akan dicapai 2. Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi 3. System evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi. Komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah: 1. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat 2. Spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi 3. Pengembangan sistm pencapaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistem penilai Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep strategi pembelajaran mengandung makna yang multi dimensi dalam arti dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu : 1. Pada dimensi perancangan, strategi pembelajaran adalah “pemikiran dan pengupayaan secara strategis dalam memilih, menyusun, memobilisai, dan mensinergikan segala cara, sarana/prasarana, dan sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran” 2. Pada dimensi pelaksanaan, strategi pembelajaran diartikan sebagai : a. Keputusan bertindak secara strategis dalam memodifikasi dan menyelaraskan komponen-komponen sistem instruksional (yang telah ditetapkan pada dimensi perancangan) untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran b. pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar-mengajar. http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/05/dimensi-dimensi-perencanaan-pengajaran.html