Bahan tambahan pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Bahan tambahan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia dilarang digunakan dalam pangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai milai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan bahan tambahan (BT) yang dilarang penggunaannya dalam pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran maksimum yang diizinkan penggunannya dalam pangan.
Zat Pengawet pada makanan adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan dalam pembuatan makanan atau minuman.
Zat Pengawet dibedakan menjadi 2, yaitu zat pengawet sintetis (pengawet kimia) dan pengawet alami.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai bahan tambahan pangan buatan seperti penyedap rasa, pemanis, pengawet, pewarna, pengental, pengemulsi dan bahan tambahan lainnya beserta penjelasan mengenai jenis, sifat kimia, dan bahaya beberapa bahan tersebut seperti monosodium glutamat, aspartam, dan formalin.
Zat aditif digunakan dalam produksi dan pengemasan makanan untuk memperindah warna, mengawetkan, dan memperbaiki rasa makanan. Zat aditif terdiri dari bahan alami maupun buatan, seperti pewarna, penyedap, pemanis, dan pengawet. Meskipun zat aditif bermanfaat untuk mencegah penyakit seperti gondok dan diabetes, penggunaannya yang berlebihan dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat penyedap dan pengharoma alami dan buatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi zat flavormatik, contoh zat penyedap alami seperti rempah-rempah dan herba, contoh zat penyedap buatan beserta pembuatannya seperti amil asetat, asetaldehida, dan benzaldehid, serta penggunaannya untuk memberi rasa dan aroma makanan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kaitan bahan tambahan pangan dengan keamanan pangan, dimulai dari pengertian bahan tambahan pangan, manfaatnya, kajian keamanannya di berbagai negara seperti Indonesia, Eropa, dan Codex Alimentarius serta aspek toksikologi dan manfaatnya.
Ppt pengawetan makana kelompok 5 not fix- (edited)Yunita Sari
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai metode pengawetan makanan seperti pemanasan, pengeringan, pendinginan, pengasaman, pengasinan, pemanisan, dan iradiasi. Metode-metode tersebut digunakan untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang pemalsuan gula pasir dengan mengganti isinya dengan pasir atau gula berjamur, serta menggunakan pemanis buatan seperti sakarin yang berbahaya bagi kesehatan. Dokumen juga membahas perbedaan gula rafinasi dengan gula biasa dan bahaya konsumsi berlebihan gula rafinasi bagi kesehatan seperti meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan kanker. Untuk mengatasi masalah ini
Dokumen ini membahas tentang zat aditif pada makanan dan minuman. Ia menjelaskan contoh produk yang mengandung zat aditif seperti MSG, pewarna, dan pengawet, serta dampak buruk jika dikonsumsi berlebihan. Dokumen ini menyarankan untuk lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang digunakan dalam makanan. Terdapat empat jenis zat aditif utama yaitu pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Setiap jenis zat aditif terdiri atas zat alami maupun buatan dan memiliki manfaat tertentu untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan makanan.
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan mutu dan kestabilan selama proses produksi. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti pewarna, pengawet, dan penyedap yang berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, tekstur, dan daya simpan makanan. Penggunaan zat aditif dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kesehatan jika tidak sesuai dengan aturan.
Dokumen tersebut membahas tentang bahan tambahan pangan (BTP), termasuk definisi, jenis, fungsi, dan contoh BTP yang diizinkan dan dilarang untuk digunakan dalam makanan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian food addictive atau bahan tambahan pangan menurut peraturan kementrian kesehatan dan WHO, pengelompokan, tujuan penggunaannya, serta beberapa jenis food addictive seperti pewarna, pemanis buatan, pengawet, dan antioksidan."
Zat Pengawet pada makanan adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan dalam pembuatan makanan atau minuman.
Zat Pengawet dibedakan menjadi 2, yaitu zat pengawet sintetis (pengawet kimia) dan pengawet alami.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai bahan tambahan pangan buatan seperti penyedap rasa, pemanis, pengawet, pewarna, pengental, pengemulsi dan bahan tambahan lainnya beserta penjelasan mengenai jenis, sifat kimia, dan bahaya beberapa bahan tersebut seperti monosodium glutamat, aspartam, dan formalin.
Zat aditif digunakan dalam produksi dan pengemasan makanan untuk memperindah warna, mengawetkan, dan memperbaiki rasa makanan. Zat aditif terdiri dari bahan alami maupun buatan, seperti pewarna, penyedap, pemanis, dan pengawet. Meskipun zat aditif bermanfaat untuk mencegah penyakit seperti gondok dan diabetes, penggunaannya yang berlebihan dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat penyedap dan pengharoma alami dan buatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi zat flavormatik, contoh zat penyedap alami seperti rempah-rempah dan herba, contoh zat penyedap buatan beserta pembuatannya seperti amil asetat, asetaldehida, dan benzaldehid, serta penggunaannya untuk memberi rasa dan aroma makanan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kaitan bahan tambahan pangan dengan keamanan pangan, dimulai dari pengertian bahan tambahan pangan, manfaatnya, kajian keamanannya di berbagai negara seperti Indonesia, Eropa, dan Codex Alimentarius serta aspek toksikologi dan manfaatnya.
Ppt pengawetan makana kelompok 5 not fix- (edited)Yunita Sari
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai metode pengawetan makanan seperti pemanasan, pengeringan, pendinginan, pengasaman, pengasinan, pemanisan, dan iradiasi. Metode-metode tersebut digunakan untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang pemalsuan gula pasir dengan mengganti isinya dengan pasir atau gula berjamur, serta menggunakan pemanis buatan seperti sakarin yang berbahaya bagi kesehatan. Dokumen juga membahas perbedaan gula rafinasi dengan gula biasa dan bahaya konsumsi berlebihan gula rafinasi bagi kesehatan seperti meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan kanker. Untuk mengatasi masalah ini
Dokumen ini membahas tentang zat aditif pada makanan dan minuman. Ia menjelaskan contoh produk yang mengandung zat aditif seperti MSG, pewarna, dan pengawet, serta dampak buruk jika dikonsumsi berlebihan. Dokumen ini menyarankan untuk lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang digunakan dalam makanan. Terdapat empat jenis zat aditif utama yaitu pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Setiap jenis zat aditif terdiri atas zat alami maupun buatan dan memiliki manfaat tertentu untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan makanan.
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan mutu dan kestabilan selama proses produksi. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti pewarna, pengawet, dan penyedap yang berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, tekstur, dan daya simpan makanan. Penggunaan zat aditif dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kesehatan jika tidak sesuai dengan aturan.
Dokumen tersebut membahas tentang bahan tambahan pangan (BTP), termasuk definisi, jenis, fungsi, dan contoh BTP yang diizinkan dan dilarang untuk digunakan dalam makanan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian food addictive atau bahan tambahan pangan menurut peraturan kementrian kesehatan dan WHO, pengelompokan, tujuan penggunaannya, serta beberapa jenis food addictive seperti pewarna, pemanis buatan, pengawet, dan antioksidan."
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif pada makanan. Zat aditif digunakan untuk meningkatkan mutu makanan, namun harus dipantau secara ketat karena beberapa zat dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti antioksidan, pemanis buatan, pengawet, dan pewarna yang diatur penggunaannya oleh peraturan pemerintah.
Dokumen tersebut membahas regulasi dan efek kesehatan dari berbagai bahan tambahan pangan (BTP) seperti asam, antioksidan, pewarna, dan pengemulsi. Dokumen tersebut menjelaskan uji toksisitas BTP, penetapan dosis aman (ADI), dan efek kesehatan potensial dari berbagai BTP tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang sirsak dan bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sirup sirsak seperti xanthan gum sebagai bahan pengental, gula sebagai pemanis, dan benzoat sebagai bahan pengawet. Dokumen ini juga menjelaskan kandungan kimia sirsak dan beberapa bahan aditif lainnya seperti sulfit, asam sitrat, dan siklamat.
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis-jenis, dan contoh bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan dan dilarang menurut peraturan kesehatan Indonesia.
2. BTP digunakan untuk memperbaiki mutu pangan dengan menambah warna, rasa, daya simpan, tetapi harus sesuai dengan dosis yang diizinkan.
3. Kafein, sebagai contoh BTP, memiliki berbagai efek fisiologis seperti men
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan cita rasa, daya simpan, dan daya tarik. Ia menjelaskan definisi zat aditif, jenis-jenisnya seperti pewarna, pemanis, dan pengawet serta manfaat dan risikonya bagi kesehatan.
Tiga komponen penting dalam sanitasi makanan adalah tempat, orang, dan cara mengelola bahan makanan. Tempat penyimpanan dan pengolahan harus bersih dan mencegah hama. Orang yang bekerja harus sehat dan mengetahui higiene. Cara mengelola meliputi memasak cukup, menggunakan peralatan bersih, dan menghindari racun. Undang-undang No. 7/1996 mengatur tujuan dan pembinaan keamanan pangan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif, zat adiktif, dan psikotropika. Zat aditif digunakan untuk memperbaiki mutu dan meningkatkan daya simpan makanan, sementara zat adiktif dan psikotropika dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki efek psikoaktif.
Makalah ini membahas tentang bahan aditif antikempal yang digunakan dalam makanan. Antikempal digunakan untuk mencegah mengempalnya makanan berbentuk serbuk seperti garam meja. Bahan antikempal yang umum digunakan adalah kalsium silikat, magnesium karbonat, dan silikon dioksida. Makalah ini juga menjelaskan pengertian, aturan penggunaan, karakteristik, dan metode analisis bahan aditif antikempal.
Dokumen tersebut membahas tentang pengawet makanan, termasuk definisi, tujuan, dan persyaratan pengawet makanan. Juga dibahas mengenai pengawet organik dan anorganik serta efeknya terhadap kesehatan. Studi kasus tentang pengawet alami dari minyak kayu putih juga dijelaskan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Bahan tambahan pangan
1. Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang
Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara
benar jika akan digunakan dalam pangan. Bahan tambahan yang dianggap berbahaya bagi
kesehatan manusia dilarang digunakan dalam pangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan tambahan
pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai milai
gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan bahan tambahan (BT)
yang dilarang penggunaannya dalam pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran
maksimum yang diizinkan penggunannya dalam pangan.
Berdasarkan peraturan tersebut di atas, BTP digolongkan ke dalam 11 jenis, sebagai berikut:
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
Contoh pewarna alami :
a. Karamel (gula yang digosongkan)
Yaitu pewarna alami yang berwarna coklat yang dapat mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar
ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma (150 mg/kg) dan lain-lain.
b. Beta karoten (ekstrak umbi wortel)
Yaitu pewarna alami berwarna merah – oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai es
krim (100 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan lain-lain.
c. Kurkumin (ekstrak umbi kunyit)
Yaitu pewarna alami berwarna kuning – oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai es
krim dan sejenisnya (50 mg/kg) dan lain-lain.
2. Pemanis Buatan
Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu:
Rasanya lebih manis
Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga
cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)
Harganya lebih murah
2. Pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
Aspartam,
Siklamat (hanya untuk pangan berkalori rendah),
Sakarin (hanya untuk pangan berkalori rendah),
Sorbitol.
Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam pengolahan pangan di Indonesia adalah
siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 30 – 80 dan 300
kali gula alami.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, sebenarnya sakarin dan
siklamat hanya boleh digunakan dalam pangan yang khusus ditujukan untuk orang yang
menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori.
3. Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan mengawetkan berbagai
pangan adalah benzoate dan sering digunakan untuk mengawetkan sari buah, manisan, agar
(1 gram/kg), minuman ringan dan kecap 600 mg/kg.
Pengawet yang diizinkan penggunaannya dalam pangan antara lain:
Asam benzoat
Asam propionat
Asam sorbat
Natrium nitrit
Kalium sulfit
4. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa
Salah satu penyedap rasa dan aroma yang dikenal luas di Indonesia adalah vetsin atau bumbu
masak, dan terdapat dengan berbagai dipasarkan. Penyedap rasa tersebut mengandung
senyawa yang disebut mono sodium glutamate (MSG).
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG
dibatasi secukupnya, yang berarti tidak boleh berlebihan.
Penyedap dan penguat rasa dan aroma yang diizinkan penggunaannya dalam pangan,
diantaranya:
Asam guanilat,
Disodium 5’ribonucleotida,
Kalsium dan natrium 5’ribonucleotida,
Asam L-Glutamat (MSG),
Asam inosinat.
3. 5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental dalam pangan adalah untuk memantapkan
emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara
bagian lemak dan air serta mempunyai tekstur yang kompak.
Misalnya : untuk es krim, es puter digunakan agar, gom atau karboksimetilselulosa dengan
kadar (10 gram/kg).
Untuk yogurt digunakan agar atau karagen dengan kadar (5 gram/kg).
Pengemulsi, pemantap dan pengental yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara
lain sebagai berikut:
Agar,
Asam alginat,
Dekstrin,
Gelatin,
Gom arab,
Karagen,
Lesitin,
Kaboksimetilselulosa (CMC),
Pektin,
Pati asetat.
6. Antioksidan
Adalah BTP yang digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat
proses oksidasi lemak atau minya yang terdapat dalam pangan. Bahan-bahan yang sering
ditambahkan antioksidan adalah lemak dan minyak, mentega, margarine, daging
olahan/awetan, ikan asin dll.
Misalnya : untuk minyak makan digunakan Butilhid roksianisol (BHA) 200 mg/kg, ikan asin
digunakan Butil Hidroksitoluen (BHT) 200 mg/kg.
Antioksidan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain, sebagai berikut:
Asam askorbat (garam KPBS Pangalengan, Na dan Ca),
BHA (butil hidroksi anisol),
BHT (butil hidroksi toluen),
Propil galat,
Tokoferol.
7. Pengatur Keasaman (Pengasam, Penetral dan Pendapar)
Fungsinya adalah untuk membuat pangan menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan
pangan.
Misalnya : Soda kue mengandung Aluminium ammonium/kalium/natrium sulfat secukupnya.
Pengatur keasaman yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain:
4. Alumunium amonium (kalium, natrium sulfat),
Asam laktat,
Asam sitrat,
Kalium dan natrium bikarbonat.
8. Anti Kempal
Biasanya ditambahkan kedalam pangan yang berbentuk tepung atau bubuk. Peranannya di
dalam pangan tidak secara langsung, tetapi terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat pangan seperti susu bubuk, tepung terigu, gula pasir dan sebagainya.
Antikempal yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain, sebagai berikut:
alumunium silikat,
kalsium alumunium silikat,
kalsium silikat,
magnesium karbonat,
magnesium oksida, dan
magnesium silikat.
9. Pemutih dan Pematang Tepung
Adalah bahan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan sekaligus pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu hasil pemanggangan, misalnya alam pembuatan roti,
biscuit dan kue.
Contohnya : untuk tepung digunakan asam askorbat (200 mg/kg) Natrium stearoil-2-laktat
digunakan untuk adonan kue (5 gr/kg bahan kering), roti dan sejenisnya (3,75 gr/kg tepung),
serabi (3 gr/kg bahan kering).
Pemutih dan pematang tepung yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain,
sebagai berikut:
asam askorbat,
natrium stearoil-2-laktilat.
10. Pengeras
Yaitu bahan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Misalnya untuk
mengeraskan buah-buahan dan sayur dalam kaleng digunakan Kalsium glukonat 800 mg/kg
bahan, untuk acar ketimun dalam botol digunakan 250 mg/kg bahan.
Pengeras yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
kalsium glukonat,
kalsium klorida,
kalsium sulfat.
5. 11. Sekuestran
Yaitu bahan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan, sehingga memantapkan
warna, aroma dan tekstur.
Sekuestran yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
asam fosfat,
isopropil sitrat,
kalsium dinatrium edetat (EDTA),
monokalium fosfat,
natrium pirofosfat.
Bahan tambahan pangan yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan,
antara lain:
Boraks: sebagai pengenyal pada bakso dan lontong.
Formalin: sebagai pengawet pada tahu dan mie basah.
Rhodamin B: sebagai pewarna merah pada terasi dan kerupuk.
Methanil Yellow: sebagai pewarna kuning pada tahu dan kerupuk.
Pemanis Buatan (Siklamat dan Sakarin): Sering digunakan pada produk minuman
ringan dan pangan jajanan yang ditujukan bukan untuk pangan yang khusus ditujukan
untuk orang yang menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori, tetapi dengan
maksud menurunkan harga, dapat dijual murah tetapi rasa tetap manis