Zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan mutu dan kestabilan selama proses produksi. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti pewarna, pengawet, dan penyedap yang berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, tekstur, dan daya simpan makanan. Penggunaan zat aditif dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kesehatan jika tidak sesuai dengan aturan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai bahan tambahan pangan buatan seperti penyedap rasa, pemanis, pengawet, pewarna, pengental, pengemulsi dan bahan tambahan lainnya beserta penjelasan mengenai jenis, sifat kimia, dan bahaya beberapa bahan tersebut seperti monosodium glutamat, aspartam, dan formalin.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai bahan tambahan pangan buatan seperti penyedap rasa, pemanis, pengawet, pewarna, pengental, pengemulsi dan bahan tambahan lainnya beserta penjelasan mengenai jenis, sifat kimia, dan bahaya beberapa bahan tersebut seperti monosodium glutamat, aspartam, dan formalin.
Dokumen membahas empat jenis zat aditif pada makanan, yaitu zat pengawet, zat pewarna, zat penyedap, dan zat pengharum. Zat pengawet digunakan untuk mencegah makanan rusak, zat pewarna memberikan tampilan menarik, zat penyedap memperbaiki rasa, sedangkan zat pengharum memberikan aroma yang menyenangkan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan cita rasa, daya simpan, dan daya tarik. Ia menjelaskan definisi zat aditif, jenis-jenisnya seperti pewarna, pemanis, dan pengawet serta manfaat dan risikonya bagi kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif pada makanan, termasuk jenis, fungsi, dan bahaya dari beberapa zat aditif seperti formalin, boraks, nitrit dan nitrat. Zat aditif digunakan untuk menambah nilai gizi, mengawetkan, mengentalkan, memperbaiki cita rasa dan penampilan makanan, serta membentuk emulsi, meskipun beberapa di antaranya dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsum
Dokumen ini membahas tentang zat aditif pada makanan dan minuman. Ia menjelaskan contoh produk yang mengandung zat aditif seperti MSG, pewarna, dan pengawet, serta dampak buruk jika dikonsumsi berlebihan. Dokumen ini menyarankan untuk lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif makanan, yang didefinisikan sebagai bahan tambahan pada makanan untuk mempengaruh sifat atau bentuk makanan. Jenis zat aditif makanan terdiri atas bahan kimia alami dan buatan, seperti pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap. Dokumen juga menjelaskan manfaat dan bahaya potensial dari penggunaan zat-zat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang zat penyedap dan pengharoma alami dan buatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi zat flavormatik, contoh zat penyedap alami seperti rempah-rempah dan herba, contoh zat penyedap buatan beserta pembuatannya seperti amil asetat, asetaldehida, dan benzaldehid, serta penggunaannya untuk memberi rasa dan aroma makanan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kaitan bahan tambahan pangan dengan keamanan pangan, dimulai dari pengertian bahan tambahan pangan, manfaatnya, kajian keamanannya di berbagai negara seperti Indonesia, Eropa, dan Codex Alimentarius serta aspek toksikologi dan manfaatnya.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif makanan, yang merupakan zat tambahan pada makanan untuk meningkatkan cita rasa, daya tahan, dan penampilan. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan antioksidan yang berasal dari sumber alami atau sintetik. Dokumen juga membahas dampak negatif konsumsi zat aditif dan narkoba seperti gangguan kese
Dokumen membahas empat jenis zat aditif pada makanan, yaitu zat pengawet, zat pewarna, zat penyedap, dan zat pengharum. Zat pengawet digunakan untuk mencegah makanan rusak, zat pewarna memberikan tampilan menarik, zat penyedap memperbaiki rasa, sedangkan zat pengharum memberikan aroma yang menyenangkan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan cita rasa, daya simpan, dan daya tarik. Ia menjelaskan definisi zat aditif, jenis-jenisnya seperti pewarna, pemanis, dan pengawet serta manfaat dan risikonya bagi kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif pada makanan, termasuk jenis, fungsi, dan bahaya dari beberapa zat aditif seperti formalin, boraks, nitrit dan nitrat. Zat aditif digunakan untuk menambah nilai gizi, mengawetkan, mengentalkan, memperbaiki cita rasa dan penampilan makanan, serta membentuk emulsi, meskipun beberapa di antaranya dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsum
Dokumen ini membahas tentang zat aditif pada makanan dan minuman. Ia menjelaskan contoh produk yang mengandung zat aditif seperti MSG, pewarna, dan pengawet, serta dampak buruk jika dikonsumsi berlebihan. Dokumen ini menyarankan untuk lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif makanan, yang didefinisikan sebagai bahan tambahan pada makanan untuk mempengaruh sifat atau bentuk makanan. Jenis zat aditif makanan terdiri atas bahan kimia alami dan buatan, seperti pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap. Dokumen juga menjelaskan manfaat dan bahaya potensial dari penggunaan zat-zat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang zat penyedap dan pengharoma alami dan buatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi zat flavormatik, contoh zat penyedap alami seperti rempah-rempah dan herba, contoh zat penyedap buatan beserta pembuatannya seperti amil asetat, asetaldehida, dan benzaldehid, serta penggunaannya untuk memberi rasa dan aroma makanan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kaitan bahan tambahan pangan dengan keamanan pangan, dimulai dari pengertian bahan tambahan pangan, manfaatnya, kajian keamanannya di berbagai negara seperti Indonesia, Eropa, dan Codex Alimentarius serta aspek toksikologi dan manfaatnya.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif makanan, yang merupakan zat tambahan pada makanan untuk meningkatkan cita rasa, daya tahan, dan penampilan. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan antioksidan yang berasal dari sumber alami atau sintetik. Dokumen juga membahas dampak negatif konsumsi zat aditif dan narkoba seperti gangguan kese
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian food addictive atau bahan tambahan pangan menurut peraturan kementrian kesehatan dan WHO, pengelompokan, tujuan penggunaannya, serta beberapa jenis food addictive seperti pewarna, pemanis buatan, pengawet, dan antioksidan."
Zat aditif yang terdapat dalam komposisi makanan ringan yang dibeli Tina adalah:
- Tokoferol (antioksidan)
- Karmin Cl 75470 (pewarna)
- Monosodium glutamat (penyedap rasa)
Zat aditif yang terdapat dalam komposisi mie goreng merk X dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya adalah:
1. Tartrazine, Karmin Cl 75470 (pewarna)
2. Monosodium glutamat, Monosodium inosinat, Mon
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif dalam makanan, termasuk fungsinya seperti memperbaiki tampilan, meningkatkan cita rasa, dan mengawetkan makanan. Zat aditif dibedakan menjadi alami dan sintetik, serta dikelompokkan berdasarkan fungsinya seperti pewarna, pemanis, dan pengawet. Beberapa zat kimia tertentu dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan sepert
Zat aditif digunakan dalam produksi dan pengemasan makanan untuk memperindah warna, mengawetkan, dan memperbaiki rasa makanan. Zat aditif terdiri dari bahan alami maupun buatan, seperti pewarna, penyedap, pemanis, dan pengawet. Meskipun zat aditif bermanfaat untuk mencegah penyakit seperti gondok dan diabetes, penggunaannya yang berlebihan dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
PPT ZAT ADITIF DAN ADIKTIF KELAS EKSPERIMEN.pptxDiahPLestari
Teks tersebut membahas tentang pentingnya mengenali zat aditif alami dan buatan dalam makanan dan minuman. Zat-zat seperti pewarna, pemanis, penyedap rasa, dan pengawet dapat berasal dari sumber alami atau sintetis, dan zat sintetis berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Teks tersebut juga memberikan contoh uji sederhana untuk mendeteksi kehadiran boraks, salah satu zat pengawet
Dokumen tersebut membahas tentang bahan tambahan pangan (BTP), termasuk definisi, jenis, fungsi, dan contoh BTP yang diizinkan dan dilarang untuk digunakan dalam makanan."
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif pada makanan. Zat aditif digunakan untuk meningkatkan mutu makanan, namun harus dipantau secara ketat karena beberapa zat dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Terdapat berbagai jenis zat aditif seperti antioksidan, pemanis buatan, pengawet, dan pewarna yang diatur penggunaannya oleh peraturan pemerintah.
Dokumen tersebut membahas tentang zat aditif yang digunakan dalam makanan. Terdapat empat jenis zat aditif utama yaitu pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Setiap jenis zat aditif terdiri atas zat alami maupun buatan dan memiliki manfaat tertentu untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan makanan.
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuknya, seperti pewarna, pengawet, penyedap rasa. Penggunaan
bahan tambahan diatur oleh peraturan dan hanya yang aman bagi kesehatan yang diizinkan.
Bahan tambahan dikelompokkan menjadi 11 jenis berdasarkan fungsinya.
Bahan tambahan pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Bahan tambahan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia dilarang digunakan dalam pangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai milai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan bahan tambahan (BT) yang dilarang penggunaannya dalam pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran maksimum yang diizinkan penggunannya dalam pangan.
1. ZAT ADDITIF
A. Pengertian Zat Additif
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau
penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan
pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi
yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Secara ilmiah, zat aditif atau zat tambahan makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Definisi yang diberikan
FAO/WHO tahun 1983 dan telah disepakati oleh 120 negara lebih luas lagi, yaitu; bahan apapun yang
biasanya tidak dimakan sendiri sebagai suatu makanan yang dengan sengaja atau tidak ditambahkan
pada makanan untuk tujuan teknologi (termasuk organoleptik/rasa, aroma, warna) selama proses
pembuatan, pengolahan, penyiapan, pengepakan, pengemasan maupun pengolahan.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
B. Jenis-Jenis Zat Additif
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen
penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah
penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya
2. garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen)
dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7) agen pengembang untuk roti dan bolu, 8) agen penyedap rasa
contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna.
Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang
ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4)
bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2. zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik
susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai :
1. Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan agar menarik.
a. Zat Pewarna Alami
Contoh :
Daun pandan dan suji pemberi warna hijau
3. Kunyit pemberi warna kuning
Coklat pemberi warna coklat
Wortel pemberi warna kuning merah
Karamel pemberi warna hitam coklat
b. Zat Pewarna Buatan
Contoh:
Eritrosin pemberi warna merah
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, carmoisine
Warna biru : biru berlian
Warna oranye :sunsetyellow FCF
Hijau FCF
Misal: untuk pemberi warna es krim, buah pir kalengan, jem, jelly, saus apel dan udang kalengan.
4. Kuning FCF pemberi warna kuning
Misal: untuk es krim, yoghurt, jem, jelly.
Hasil penelitian FAO/WHO tidak menetapkan ambang batas pemakaian zat warna tetapi ambang batas
konsumsi perhari yang diperkenankan yang dikenal dengan singkatan ADI (Acceptable Daily
Intake).Penetapan itu dilakukan setelah terjadi kasus keracunan zat pewarna pada kembang gula dan
“popcorn” dengan dosis yang terlalu tinggi.Akibat keracunan itu, anak menderita diare.
2. Zat Pemutih
Selain zat pewarna makanan kita mengenal zat pemutih makanan. Misalnya: oksidaklor, hydrogen
peroksida, benzoil peroksida, dll. Zat pemutih ini baik untuk memperbaiki warna bahan makanan tanpa
merusak komposisi bahan makanan. Contoh: tepung yang masih baru biasanya berwarna kuning
kecoklat-coklatan atau kuning keabu-abuan. Zat-zat pemutih tersebut dapat digunakan untuk
memutihkan tepung tadi. Hidrogen peroksida biasa digunakan untuk memutihkan warna susu yang
digunakan untuk membuat keju.
Ada zat pemutih yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemutih warna zat makanan juga sebagai
pereaksi untuk menjadikan bahan makanan itu larut dalam air. Misalnya: natrium hipoklorit digunakan
agar pati yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air.
3. Zat Penyedap Rasa dan Pemberi Aroma
5. Ini sering disebut sebagai zat cita rasa makanan. Misalnya, bumbu-bumbuan yang berasal dari alam,
contoh: pala, merica laos, dll.
a. Zat Penyedap Rasa
Zat penyedap rasa makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium glutamat) atau
sering disebut Vetsin dan asam cuka.MSG dibuat dari fermentasi tetes tebu dengan bantuan bakteri
Micrococcus glutamicus.
Zat penyedap rasa jika penggunaannya berlebihan maka menimbulkan penyakit. Contoh penggunaan
MSG di restoran Cina dan Jepang, jika penggunaan MSG berlebihan maka menimbulkan penyakit yang
dikenal dengan nama Sindrom Restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrome) dengan gejalanya pusing,
lelah atau sesak napas.
Contoh penyedap rasa lainnya: natrium/kalium guanilat dan natrium/kalium inosinat.
b. Zat Pemberi Aroma
Zat pemberi aroma banyak digunakan dari golongan ester dengan rasa atau aroma buah.Kebanyakan zat
pemberi aroma digunakan dalam minuman.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3. Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
6. 4. Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7. Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8. Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.
4. Zat Pemanis
sakarin
Pemanis buatan adalah zat aditif yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, tetapi bahan ini
tidak mempunyai nilai gizi. Zat manis tidak berkalori dan tidak ikut dalam proses metabolisme tubuh.
Oleh Karena itu, bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti gula pada penderita kencing manis.
Gula baik yang terbuat dari tebu maupun dari enau atau kelapa diuraikan oleh zat dalam tubuh manusia
menjadi glukosa.Glukosa ini dioksidasi oleh oksigen menjadi gas CO2 dan H2O disertai dengan kalor atau
tenaga.
7. Zat pemanis yang tidak menghasilkan kalori ini misalnya:
a. Sakarin
Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 500 kali lebih manis dari gula. Natrium Siklamat
Natrium siklamat mempunyai tingkat kemanisan 50 kali lebih manis dari gula. Zat pemanis jenis ini
dicurigai sebagai penyebab kanker Karena hasil metabolisme siklamat merupakan senyawa yang bersifat
karsinogen.Adapun hasil penelitian pada tikus menunjukkan ada kemungkinan besar bahwa
pembuangan senyawa ini melalui urine dapat merangsang tumbuhnya tumor dalam kemih. Sorbitol
Sorbitol merupakan suatu senyawa polihidroksi yang mengandung kalori sama dengan gula. Zat pemanis
jenis ini digunakan sebagai pemanis permen.Sorbitol tidak terurai dalam mulut sehingga tidak merusak
gigi.Namun, pemakaian yang berlebihan dapat menimbulkan diare.
b. Dulsin
Dulsin adalah zat pemanis yang mempunyai tingkat kemanisan 250 kali lebih manis dari gula. Pemanis
ini dilarang penggunaannya oleh Depkes RI. Aspartan merupakan zat pemanis yang mempunyai tingkat
kemanisan 200 kali lebih manis dari gula. Zat pemanis biasanya digunakan pada pembuatan permen,
minuman ringan, es krim, dll.
5. Zat Pengawet
asam benzoat
8. Zat pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau
penguraian makanan oleh mikroorganisme, pengawet alami dapat dilakukan dengan cara memasukan
bahan makanan ke dalam garam atau diasinkan
Zat pengawet yang sering digunakan adalah zat pengawet yang mudah dibuat misalnya natrium
benzoat, natrium nitrat, asam propionat, dan kalium sorbat.Natrium benzoat digunakan untuk bahan
makanan yang mudah basi, benzoat efektif.
Zat pengawet makanan yang dilarang Departemen Kesehatan adalah formalin, boraks dan asam salisilat
Etilen oksida dan etil format adalah bahan fumigasi yang digunakan untuk menghilangkan hama dari
bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan buah-buahan kering.
Terlalu banyak makan-makanan yang mengandung zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh
terhadap serangan berbagai penyakit.
6. Zat Pengatur keasaman
asam sitrat
Zat pengatur keasaman berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman, contoh asam asetat, asam klorida, asam sitrat, dan natrium karbonat.
Pemakaian zat-zat aditif pada makanan yang diperbolehkan mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mempertahankan kualitas gizi makanan
9. b. Mempertinggi mutu atau stabilitas dengan mengurangi kerusakan makanan
c. Menambah makanan lebih menarik
d. Diperlukan dalam proses pengolahan bahan makanan
Zat aditif dapat bersifat racun dan merugikan kesehatan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan
aturan. Kesalahan yang dapat merugikan berasal dari:
a. Zat aditif yang digunakan tidak tepat sesuai fungsinya
b. Pemakaian zat aditif yang over dosis, dan
c. Pemakaian insektisida di rumah dapat mencemari makanan
7. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan aditif dalam makanan yang dapat mengikat ion-ion logam yang ada dalam
makanan dan membentuk senyawa kompleks. Dengan terikatnya ion-ion tersebut dapat dihambat
terjadinya proses oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna dan aroma. Bahan aditif yang
berfungsi sebagai sekuantran ialah asam sitrat, asam fosfat dan garamnya, serta kalsium diantrium EDTA
(Ethylene Diamine Tetra Atetic Acid).
8. Anti Oksidan
Minyak dan lemak akan dapat menjadi tengik bila di simpan lama. Ketengikan minyak disebabkan karena
oksidasi dari udara.Untuk mencegah ketengikan minyak biasanya digunakan anti oksidan.Contoh anti
10. oksidan adalah asam askorbat (bentuk garam kalium, natrium, dan kalsium) yang digunakan pada daging
olahan, kaldu dan buah dalam keemasan kaleng.Butil Hidroksil Anisol (BHA) digunakan untuk lemak dan
minyak.Butil Hodroksil Toluene (BHT) digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
9. Penambah Gizi dan Vitamin
Zat ini adalah bahan aditif dalam makanan yang berupa asam amino, mineral ataupun vitamin.
Fungsinya untuk memperbaiki gizi makanan contohnya asam askobat, feri fosfat penyakit tertentu serta
pertumbuhan misalnya iodium dan mineral (Ca2+, Mg2+, dan F)
C. Zat Additif dan Dampaknya
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa
ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori
yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-
organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu
keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang
dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh
konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur bahan
pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti
PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng
disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu
memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan
karsinogenik (Kompas, 2003).
11. Zat aditif ini sama sekali tidak mengandung nilai gizi kepada yang mengkonsumsinya. Dalam jumlah yang
tidak terlalu berlebihan zat aditif ini tidak berbahaya, akan tetapi jikalau telah melebihi dari standar yang
normal maka sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya dalam jangka panjang akan
menyebabkan kanker, gangguan fungsi ginjal, hati, menurunnya fungsi otak yang berakibat makin
melemahnya daya ingat seseorang, dan efek-efek negatif lain yang dapat mengganggu kesehatan.
Zat aditif
Contoh
Keterangan
Pewarna
Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
Pengawet
Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
Penyedap
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar
Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
Penyedap sintesis
12. Antioksidan
Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
Pemutih
Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis bukan gula
Sakarin, Dulsin, Siklamat
Baik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti Gumpal
Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk
D. Manfaat Zat Additif
Zat Additif berfungsi untuk mengawetkan makanan, menambah rasa dan aroma, dan mempermudah
proses pembuatan makanan ataupun minuman, sebagai bahan yang dapat memperpanjang masa
simpan produk serta untuk memperoleh mutu sensoris (citarasa,warna,dan tekstur), mencegah
pengerasan, memperbaiki tekstur, membantu mempermudah dan memperlancar proses produksi serta
13. pengolahannya dalam industri. Penggunaan zat aditif pada makanan tidak boleh dilakukan jika bertujuan
untuk menipu konsumen atau untuk menutupi/menyembunyikan kerusakan dari makanan.
E. Keuntungan dan Kerugian Zat Additif
Keuntungan penggunaan zat aditif ini antara lain:
Praktis karena tersedia dalam kemasan,lebih murah, lebih mudah disimpan dan mudah diperoleh.
Dengan adanya pengawet, makanan dan minuman menjadi lebih tahan lama.
Makanan atau minuman dengan warna yang bermacam-macam dan aroma yang sedap sangat menarik
atau merangsang nafsu makan.
Penggunaan pemanis bukan gula sangat menguntungkan/dibutuhkan penderita diabetes, juga bagi yang
diet.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, zat aditif juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
Mengurangi daya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit.
Di pasaran masih banyak terdapat pewarna untuk tekstil yang digunakan sebagai pewarna makana,
misalnya: auramin, magenta, rhodanin B. Pewarna ini sangat berbahaya karena akan terakumulasi
dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, kandung kemih, dan kanker. Sedangkan pada
anak usia balita, kelebihan pewarna makanan (yang diizinkan DepKes) dapat menyebabkan diare
(umumnya terdapat dalam gula-gula).
Pemanis bukan gula dapat menyebabkan iritasi /radang tenggorokan.Garam siklamat yang bersifat
karsinogen dapat menyebabkan kanker.
Penggunaan MSG (Mono Sodium Glutamat) yang berlebihan dapat menimbulkan gejala Chinese
Restaurant syndrome, yaitu gejala adanya rasa haus, letih atau sakit kepala.
Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan,
di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
14. c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan dengan
beberapa cara antara lain :
1. Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta
mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah
Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan
asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada
mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan
penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah
2. Secara Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada
bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat
aditif yang ditambahkan
Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang
berlaku.Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan
memanfaatkan sumber makanan lokal.
15. Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta
masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada
konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.