SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
(Indikator) 
Hasil Yang Diharapkan : 
• Menguraikan pengertian sistem, hukum dan sistem 
hukum. 
• Mendeskripsikan tujuan hukum dan sumber hukum. 
• Menganalisis penggolongan hukum dan sanksi 
hukum 
• Menganalisis sistem peradilan nasional.
SISTEM HUKUM 
DAN PERADILAN 
NASIONAL
11..SSIISSTTEEMM HHUUKKUUMM && PPEERRAADDIILLAANN IINNTTEERRNNAASSIIOONNAALL 
Kata “sistem” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia 
mengandung arti susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing 
tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi berfungsi membentuk 
kesatuan secara keseluruhan. 
a. PENGERTIAN SISTEM 
Unsur-unsur dalam sistem mencakup : 
• Seperangkat komponen, elemen, bagian. 
• Saling berkaitan dan tergantung. 
• Kesatuan yang terintergrasi. 
• Memiliki peranan dan tujuan tertentu. 
• Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih 
besar.
b. PENGERTIAN HUKUM 
1. Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum adalah semua aturan yang 
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah 
laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi 
penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya. 
2. Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku anggota 
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu 
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari 
kepentingan bersama & yang pelanggaran terhadapnya akan 
menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya. 
3. Drs. E. Utrecht, S.H., hukum adalah himpunan peraturan 
(perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu 
masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat itu.
UNSUR-UNSUR DALAM PENGERTIAN HUKUM : 
• Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam 
pergaulan masyarakat ; 
• Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang 
berwenang; 
• Peraturan itu bersifat memaksa;dan 
• Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran 
peraturan tersebut. 
Bertolak dari pengertian sistem & hukum yang telah 
dikemukakan di atas, yang dimaksudkan dengan sistem 
hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu 
negara tertentu yang dipatuhi dan ditaati oleh setiap 
warganya.
c. TUJUAN HUKUM 
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Tujuan 
dibuatnya hukum menurut sebagian pakar adalah sbb : 
No Tokoh/ Pakar Pendapat Yang Dikemukakan 
1. Subekti, S.H. Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yang 
mendatangkan atau ingin mencapai kemakmu-ran 
dan kebahagiaan pada rakyatnya. 
2. Van 
Apeeldoorn 
Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melin-dungi 
kepentingan-kepentingan hukum manusia 
tertentu, (kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta 
benda) dari pihak yang merugikan. 
3. Y. Van Kant Tujuan hukum adalah untuk menjaga agar 
kepentingan tiap-tiap manusia tidak diganggu. 
4. Geny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai 
keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepenti-ngan 
daya guna dan kemanfaatan.
d. SUMBER HUKUM 
Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan 
yang mempu-nyai kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan 
yang pelanggarannya dikenai sanki yang tegas 
dan nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber 
hukum “material” dan sumber hukum “formal” . 
MACAM-MACAM SUMBER HUKUM : 
1. Undang-undang, 
2. Traktat, 
3. Kebiasaan (hk tidak tertulis), 
4. Doktrin, dan 
5. Yurisprudensi,
TATA URUTAN PPEERRAATTUURRAANN PPEERRUUNNDDAANNGG--UUNNDDAANNGGAANN 
((TTAAPP MMPPRR NNoo.. IIIIII//MMPPRR//22000033)) 
Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, merupakan 
pedoman pembuatan aturan hukum di bawahnya. Tata urutan 
peraturan perundang-undangan Indonesia adalah sebagai 
berikut : 
1. Undang-undang Dasar 1945 
2. Ketetapan MPR-RI 
3. Undang-undang 
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) 
5. Peraturan Pemerintah 
6. Keputusan Presiden ; dan 
7. Peraturan Daerah.
e. PENGGOLONGAN HUKUM 
Hukum 
Wujud 
Tertilis 
Tidak Tertulis 
Ruang 
Waktu 
Pribadi 
Lokal 
Nasional 
Ius Contitutum Internasional 
Ius Contituendum 
Hukum Antar Waktu Satu Golongan 
Semua 
AGnotlaorn Ggaonl. 
I s i 
Publik 
Privat/Perdat 
a 
Hk. Tata 
HNek.g Aardam. 
HNek.g Paridaana 
Hk. Acara Hk. Perorangn 
Hk. Keluarga 
Hk. Kekayaan 
Tugas Material 
Hk. Waris 
dan 
Fungsi 
Formal 
Pidana Formal 
Perdata Formal
f. SANKSI HUKUM 
Macam-macam sanksi Pidana (Pasal 10 KUHP) : 
1. Hukuman Pokok, yang terdiri dari : 
a. Hukuman Mati 
b. Hukuman Penjara, yang terdiri dari : 
1) Hukuman seumur hidup 
2) Hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan 
sekurang-kurangnya 1 tahun) 
c. Hukuman Kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 
1 hari). 
2. Hukuman Tambahan, yang terdiri dari : 
a. Pencabutan hak-hak tertentu. 
b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu. 
c. Pengumuman keputusan hakim.
g. PERBEDAAN HUKUM PIDANA DAN PERDATA
hh.. PPEERRAADDIILLAANN NNAASSIIOONNAALL 
Pasal 1 UU No. 4/2004, bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh 
MA dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan ; Peradilan 
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha 
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 
Mahkamah 
Agung 
Pengadilan 
Tinggi 
Umum/Sipil 
Pengadilan 
Tinggi 
Pengadilan 
Tinggi Militer 
Pengadilan Tinggi 
Tata Usaha Negara 
Pengadilan Negeri 
Umum/Sipil 
Pengadilan 
Negeri 
Pengadilan 
Militer 
Pengadilan 
Tata Usaha Negara
(Indikator) 
Hasil Yang Diharapkan : 
 Menguraikan fungsi pengadilan negeri, tinggi dan MA. 
 Mendeskripsikan tugas dan kewenangan pengadilan 
negeri, tinggi dan MA. 
 Menganalisis wewenang dan kewajiban Mahkamah 
Konstitusi. 
 Mendeskripsikan dengan memberi contoh bentuk sikap 
terbuka, objektif atau rasional, dan mengutamakan 
kepentingan umum
Pengadilan Negeri 
Pengadilan Tinggi 
Mahkamah Agung 
Peranan Lembaga- 
Lembaga Peradilan 
Mahkamah Konstitusi 
Fungsi 
Tugas 
Wewenang 
Fungsi 
Tugas 
Wewenang 
Fungsi/Tugas 
Wewenang 
Wewenang 
Kewajiban
22.. PPEERRAANNAANN LLEEMMBBAAGGAA--LLEEMMBBAAGGAA PPEERRAADDIILLAANN 
aa.. PPEENNGGAADDIILLAANN NNEEGGEERRII ((TTIINNGGKKAATT PPEERRTTAAMMAA)) 
Fungsi pengadilan negeri adalah memeriksa tentang sah atau 
tidaknya suatu penangkapan atau penaha-nan yg diajukan oleh 
tersangka, keluarga atau kuasanya kpd Ketua Pengadilan dengan 
menyebutkan alasan-alasannya. 
Tugas dan wewenang pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus, 
dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. 
TTiinnddaakk ppiiddaannaa yygg ppeemmeerriikkssaaaannnnyyaa hhrrss ddiiddaahhuulluukkaann,, yyaaiittuu :: 
KKoorruuppssii,, TTeerroorriissmmee,, NNaarrkkoottiikkaa//ppssiikkoottrrooppiikkaa,, PPeennccuucciiaann uuaanngg,, aattaauu 
yyaanngg ddiitteennttuukkaann oolleehh UUUU ddaann ppeerrkkaarraa yyaanngg tteerrddaakkwwaannyyaa bbeerraaddaa 
ddii ddaallaamm RRuummaahh TTaahhaannaann NNeeggaarraa..
Tugas dan kewenangannya, mencakup : 
• Menyatakan sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian 
penyelidikan, atau penghentian tuntutan. 
• Tentang ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang 
perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. 
• Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum 
kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta. 
• Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku 
Hakim, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya. 
• Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar 
peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya. 
• Memberikan teguran dan peringatan yg dipandang perlu dng tidak 
mengurangi kebebasan Hakim dlm memeriksa & memutus perkara. 
• Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya, dan 
melaporkan hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi, 
Ketua Mahkamah Agung, dan Menteri yang tugas dan tanggung 
jawabnya meliputi jabatan notaris.
b. PENGADILAN TINGGI (TINGKAT KEDUA) 
Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota Provinsi, dan daerah 
hukumnya meliputi wilayah Provinsi (Pengadilan Tingkat 
Banding). 
Fungsi Pengadilan Tinggi adalah. 
• Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan Negeri di dalam 
daerah hukumnya. 
• Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam 
daerah hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu 
diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya. 
• Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan 
negeri di daerah hukumnya. 
• Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dpt 
memberi peringatan, teguran, & petunjuk yg dipandang perlu 
kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya.
Wewenang Pengadilan Tinggi adalah : 
• Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri 
dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding. 
• Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas 
perkara dan surat-surat untuk diteliti dan 
memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan 
para hakim.
3. Mahkamah AAgguunngg ((TTiinnggkkaatt KKaassaassii)) 
Daerah hukum MA meliputi seluruh Indonesia dan kewajiban 
utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-tindakan 
segala pengadilan lainnya diseluruh Indonesia, dan 
menjaga/menjamin agar hukum dilaksanakan dengan sepatutnya. 
Tugas atau Fungsi Mahkamah Agung : 
• Melakukan pengawasan tertinggi thd penyelenggaraan peradilan di 
semua lingkungan peradilan dlm menjalankan kekuasaan kehakiman. 
• Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim disemua lingku-ngan 
peradilan dalam menjalankan tugasnya. 
• Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di 
semua lingkungan peradilan. 
• Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi 
peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan 
surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.
Wewenang Mahkamah Agung : 
• Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, (terhadap putusan 
Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua 
Lingkungan Peradilan), 
• Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili, 
• Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan 
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, 
• Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan 
di bawah undang-undang, 
• Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis 
peradilan dari semua Lingkungan Peradilan, 
• Memberi teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kepada 
Pengadilan di semua Lingkungan Peradilan, dengan tidak mengurangi 
kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara. 
• Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat 
pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah memperoleh 
kekuatan hukum tetap.
Dalam hal kasasi, yg menjadi wewenang MA,dikarenakan : 
• Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang, 
• Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yang berlaku, 
• Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan 
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan 
batalnya putusan yang bersangkutan. 
Permohonan kasasi, dapat 
dilakukan dalam perkara : 
• Perdata 
• Pidana 
Asas-asas penuntutan bagi 
seseorang yang dianggap 
bersalah, 
• Asas Opportunitas 
• Asas Legalitas
d. MAHKAMAH KONSTITUSI 
Mahkamah Konstitusi sesuai UU No. 24/2003, memiliki 
wewenang dan kewajiban : 
• Wewenang, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir 
yang putusannya bersifat final untuk menguji UU 
terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga 
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, 
memutus pembubaran partai politik, dan memutus 
perselisihan Pemilihan Umum. 
• Kewajiban, yaitu memberi putusan atas pendapat DPR 
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau 
Wakil Presiden menurut UUD 1945.
ee.. SSIIKKAAPP SSEESSUUAAII KKEETTEENNTTUUAANN HHUUKKUUMM 
– Sikap Terbuka 
Contoh : Mau mengatakan benar atau salah, dan berupaya 
selalu jujur dalam memahami ketentuan hukum. 
– Sikap Obyektif/Rasional 
Contoh : sanggup menyatakan ya atau tidak dalam 
ketentuan hukum dengan segala konsekuensinya. 
– Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum 
Contoh : Merelakan tanah atau bangunan diambil 
pemerintah untuk kepentingan sarana jalan atau jembatan.
(Indikator) 
Hasil Yang Diharapkan : 
• Menguraikan pengertian korupsi dan persepsi 
masyarakat tentang korupsi. 
• Menganalisis fenomena korupsi di Indonesia. 
• Mendeskripsikan upaya pemberantasan korupsi di 
Indonesia. 
• Menampilkan sikap peran serta masyarakat dalam 
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Pengertian Korupsi 
Gambaran Umum Korupsi 
Persepsi Masyarakat 
Fenomena Korupsi 
Peran Serta Upaya 
Pemberantasan 
Korupsi DI 
Indonesia 
Upaya Pencegahan 
Upaya Penindakan 
Upaya Edukasi Masyarakat 
Upaya Edukasi LSM
a. Pengertian Korupsi 
Kata “KORUPSI” mrpk penyelewengan atau penggelapan (uang 
negara atau perusahaan) dsb. untuk keuntungan pribadi atau 
orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur 
“penyelewengan” atau “ketidak jujuran”. 
KOLUSI, adalah permufakatan 
atau kerja sama secara melawan 
hukum antar penyelenggaraan 
negara atau antara penyelenggara 
negara dan lain yang merugikan 
orang lain, masyarakat dan atau 
negara. 
NEPOTISME, adalah setiap 
perbuatan penyelenggara 
negara secara melawan hukum 
yang menguntungkan 
kepentingan keluarga dan atau 
kroninya di atas kepentingan 
masyarakat bangsa dan 
negara. 
3. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
Pengertian Gratifikasi Menurut Penjelasan Pasal 12B UU 
No. 20 Tahun 2001 
• Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian 
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa 
bunga, tiket perjalanan,fasilitas penginapan, perjalanan 
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. 
• Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri 
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan 
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana 
elektronik. 
• Pengecualian, yaitu sesuai Pasal 12 C ayat (1) : 
– Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B 
ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan 
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi 
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
b. GAMBARAN UMUM KORUPSI 
Tuntutan masyarakat untuk megakkan supremasi hukum dan 
pembe-rantasan KKN, dituangkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 
dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih 
dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). 
Beberapa 
contoh 
kasus : 
 Beberapa perusahaan dan pejabat Indonesia yang 
menerima suap dari perusahaan Jepang sehingga 
mampu memenangkan proyek milyaran yen 
(Media Indonesia, 15/10/1999), 
 Berdasarkan audit Price Waterhouse Cooper 
(PWC), terdapat in-efisiensi di Pertamina sejak 1 
April 1996 s.d. 31 Maret 1998 sebesar US $ 6,1 
milyar (Kompas, 20/7/1999).
INDEKS PERSEPSI KORUPSI (IPK) 2004 
TRANSPARENCY INTERNATIONAL 
Rank Negara IPK Rank Negara IPK 
1 Finlandia 9,7 47 Korea Selatan 4,5 
2 New Zealand 9,6 50 Suriname 4,3 
3 Denmark 9,5 66 Thailand 3,6 
4 Islandia 9,5 70 Srilanka 3,5 
5 Singapura 9,3 71 China 3,4 
6 Swedia 9,2 72 Saudi Arabia 3,4 
7 Swiss 9,1 92 India 2,8 
8 Norwegia 8,9 103 Papua N. Guinea 2,6 
9 Australia 8,8 104 Philipina 2,6 
16 Hongkong 8,0 106 Vietnam 2,6 
24 Jepang 6,9 132 Pakistan 2,1 
30 Uni Emirat Arab 6,1 137 Indonesia 2,0 
35 Taiwan 5,6 143 Myanmar 1,7 
39 Malaysia 5,0 145 Bangladesh 1,5
PRAKTEK-PRAKTEK KORUPSI DALAM URUSAN BISNIS 
 Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, ijin ekspor, angkut 
barang, ijin bongkar muat barang, dll.). 
 Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak). 
 Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender, 
penunjukan langsung, mark up dll.). 
 Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea 
cukai). 
 Pungutan liar oleh oknum polisi, imigrasi, tenaga kerja. 
 Proses pembayaran termin proyek dari KPPN.
AKTOR PELAKU KORUPSI 
Korupsi pada Januari - Agustus 
Tidak kurang dari 
2,7 triliun rupiah 
uang negara yang 
dikorupsi pada 
tahun 2004 
(Lap. Cawu II ICW). 
2004
c. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KORUPSI 
1. Kelompok mahasiswa sering menanggapi masalah 
korupsi dengan protes-protes terbuka. Mereka sangat 
sensitif terhadap perbuatan korup dan yang 
merugikan negara dan masyarakat luas. 
2. Pada umumnya, mereka masih memiliki idealisme 
tinggi dan berfikir jauh kedepan. 
3. Kritik-kritik mahasiswa, pada umumnya karena faktor 
ketidak puasan dan kegelisahan psikologis 
(psychological insecurity). Tema-tema demonstrasi 
sering mengangkat permasalahan “penguasa yang 
korup” dan “derita rakyat”.
d. FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA 
Pada kehidupan masyarakat yang mengalami proses 
perubahan, selalu muncul kelompok-kelompok sosial 
baru yang ingin berpartisipasi dalam bidang politik, 
namun sesungguhnya banyak diantara mereka yang tidak 
mampu. 
Di lembaga-lembaga politik, mereka 
(politikus instan) sering hanya ingin 
memuaskan ambisi pribadinya dengan 
dalih “kepentingan rakyat”. Tapi tidak 
jarang diantara mereka sering terjebak 
pada ambisi pribadi dan kepentingan 
kelompok tertentu.
Sebagai akibatnya, terjadilah hal-hal berikut : 
• Munculnya “oknum” pemimpin yang lebih mengedepankan 
kepentingan-kepentingan pribadi daripada kepentingan umum, 
sehingga kesejahteraan umum mudah dikorbankan. Lembaga-lembaga 
politik cenderung dimanipulir oleh oknum-oknum 
pemimpinnya. 
• Pada sebagian oknum pemimpin politik, partisipan dan 
kelompoknya, berlomba-lomba untuk mencapai “obyek politik” 
dalam bentuk keuntungan materiil, sehingga terjadi 
“kehampaan motivasi perjuangan”. 
• Terjadilah erosi loyalitas kepada bangsa dan negara, karena 
lebih menonjolkan dorongan pemupukan harta kekayaan dan 
kekuasaan. Jadi, mulailah penampilan pola tingkah laku yang 
korup.
PENYEBAB UTAMA KORUPSI DI INDONESIA 
• Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan 
hukum; 
• Rendahnya integritas dan profesio-nalisme ; 
• Adanya peluang di lingkungan kerja, karena jabatan 
dan lingkungan masyarakat; 
• Merasa selalu kurang dalam memperoleh penghasilan 
(gaji PNS); 
• Sikap yang tamak, lemah iman, kejujuran dan rasa 
malu.
SEGITIGA KORUPSI
e. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI 
1) Upaya Pencegahan, antara lain : 
 Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan 
keteladanan, dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan 
memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi. 
 Menanamkan aspirasi, semangat dan spirit nasional yang positif 
dengan mengutamakan kepentingan nasional, kejujuran serta 
pengabdian pada bangsa dan negara melalui sistem pendidikan 
formal, non formal dan pendidikan agama. 
 Melakukan sistem penerimaan pegawai berdasarkan prinsip 
achievement atau keterampilan teknis dan tidak lagi berdasarkan 
norma ascription yang dapat membuka peluang berkembangnya 
nepotisme.
RENCANA AKSI NASIONAL (RAN) 
PEMBERANTASAN KORUPSI 
• Pencanangan sebuah Rencana Aksi Nasional yang 
efektif, terpadu, dan menyeluruh (national integrity 
system) dalam mencegah dan memberantas korupsi 
dengan melibatkan seluruh komponen bangsa 
(masyarakat madani, swasta, eksekutif, legislatif, 
yudikatif, media dan pemuka agama) 
• RAN diharapkan dapat mengidentifikasi gap antara 
Konvensi PBB menentang Korupsi dan situasi dalam 
negeri saat ini. 
• Dalam pencanangan RAN pada tanggal 9 Desember 
2004, Presiden mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
2) Upaya Penindakan, antara lain : 
UU No. 30/2002 merupakan amanat dari UU No. 31/1999 tentang 
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 43 yang mengatakan 
perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 
melalui Undang-Undang sehingga lahirlah …….
Strategi Penindakan Kasus Ditangani Sendiri Oleh 
KPK & Yang & Dilimpahkan 
a. Tahap Putusan Pengadilan Tipikor dan Sekarang Kasasi 
– Kasus pembelian tanah yang merugikan Keuangan Negara Rp10M 
lebih, atas nama Tersangka M.H. (Kabag. Keu Ditjend Hubla) dan 
T.W. (mantan Sekditjen Hubla, masing-masing diputuskan 8 dan 7 
tahun Penjara; 
– Tahap Penuntutan 
– KPU (MWK) 
a. Tahap Penyidikan 
– Kasus PLCC Pertamina 
– Kasus di KPU (Buku Panduan, Asuransi Kecelakaan) 
– Penjualan aset negara (indosat) 
a. Dilimpahkan ke Kepolisian dan Kejaksaan 
b. Dihentikan Penyelidikannya 
c. Pending 
d. Tahap Penyelidikan – Pengumpulan alat bukti
Beberapa contoh penanganan kasus & penindakan 
yg sudah dilakukan oleh pemerintah melalui KPK : 
• Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple 
Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004). 
• Dugaan korupsi dalam pengadaan Buku dan Bacaan SD, SLTP, 
yang dibiayai oleh Bank Dunia (2004), 
• Dugaan penyalahgunaan jabatan oleh Kepala Bagian Keuangan 
Dirjen Perhubungan Laut dalam pembelian tanah yang 
merugikan keuangan negara Rp10 milyar lebih. (2004), 
• Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan 
placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui 
Bank BNI (2004).
CCOONNTTOOHH KKAASSUUSS KKOORRUUPPSSII 
YYAANNGG TTEELLAAHH DDIIPPUUTTUUSSKKAANN PPEENNGGAADDIILLAANN 
• Kasus Pembelian Helikopter MI-2 merk PLC (Rusia) dgn 
terdakwa A.P. (Gub. NAD). 
• Putusan 
PN = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang 
pengganti Rp 3,683 M 
PT = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang 
pengganti Rp 3,683M 
MA = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang 
pengganti Rp 6,4 M
3) Upaya Edukasi Masyarakat, antara lain : 
1. Memiliki rasa tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan 
kontrol sosial, terkait dengan kepentingan-kepentingan publik, 
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh, karena hal ini justru akan 
merugikan masyarakat itu sendiri, 
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan, terutama yang 
dilaksanakan oleh pemerintahan desa, kecamatan dan seterusnya 
sampai tingkat pusat/nasional, 
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyeleng-garaan 
pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya, 
5. Mampu memposisikan diri sebagai subyek pembangunan dan 
berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan 
masyarakat luas.
4) UPAYA EDUKASI MASYARAKAT, antara 
INlaDiOnN :E SIA CORRUPTION WATCH atau disingkat ICW adalah 
sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) yang mempunyai 
misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik 
mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia. ICW 
memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui 
usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk 
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap 
praktek korupsi. 
TRANSPARENCY INTERNATIONAL (TI), adalah sebuah 
organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi 
politik. Publikasi tahunan terkenal yang diluncurkan TI adalah 
Laporan Korupsi Global. Survei Tahun 2005, IPK Indonesia 
adalah 2,2, sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak 
dan Uzbekistan, Menurut hasil survei ini, Islandia adalah negara 
paling bebas korupsi.
• Makin meningkatnya beban 
masyarakat akibat badan usaha 
milik Negara kurang efisien dalam 
mengelola kebutuhan publik seperti 
telekomunikasi, bahan bakar 
minyak, listrik dan lain sebagainya. 
• Rendahnya kualitas pelayanan 
publik; 
• Rendahnya kualitas sarana dan 
prasarana yang dibangun 
pemerintah,
SOAL ESSAY/URAIAN 
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas ! 
1. Jelaskan perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata di tinjau dari Proses 
Hukumnya ! 
2. Apakah yg dimaksud dengan Yurisprudensi. Mengapa keputusan Hakim 
terdahulu dijadikan landasan hukum bagi Hakim dalam memutuskan suatu 
perkara. Jelaskan Jawaban Anda ! 
3. Mengapa suatu Perkara dilanjukan ke Mahkamah Agung dan Mahkamah 
Konstitusi. Hal apasajakah yang menyebabkan seseorang melakukan proses 
Kasasi di Mahkamah Agung ! 
4. Identifikasikan faktor-faktor apasajakah yang menyebabkan gejala korupsi 
tumbuh subur di dalam suatu negara ! 
5. Sebutkan upaya apasajakah yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah 
maupun masyarakat dalam meminimalisir dampak korupsi di Indonesia !
IINNQQUUIIRRII 
Bagilah kelas anda ke dalam 8 kelompok. Masing-masing kelompok 
terdiri dari 4 atau 5 orang, kemudian kerjakan tugas-tugas sebagai 
berikut ! 
1. Susunlah daftar pertanyaan terbuka (10 pertanyaan) dengan topik bahasan 
sekitar perbuatan-perbuatan yang sesuai dan yang bertentangan dengan 
ketentuan hukum ! 
2. Tentukan sendiri lokasi atau tempat yang akan dijadikan obyek observasi dan 
wawancara (misalnya : sekitar pasar, sekolah, terminal atau masyarakat sekitar 
anada) ! 
3. Setelah wawancara, identifikasikanlah perbuatan-perbuatan yang sesuai dan 
yang bertentangan dengan hukum ! 
4. Buatlah kesimpulan dari hasil analisis kelompok anda, dan berikan tanggapan 
dengan berpedoman pada dua hal berikut : 
a. Cara meningkatkan kesadaran bagi masyarakat yang sudah 
melaksanakan perbuatan yang sesuai dengan hukum ! 
b. Cara membina/menertibkannya bagi masyarakat yang masih 
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum !

More Related Content

What's hot

Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaHernaWati14
 
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4X IIS 4 SMAN 1 CILEGON
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasAndri Yulipan
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasDzikri Fauzi
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaermisetyawati
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdatazahraayu24
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Nafis Fathur Rizki
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Hukum pidana i
Hukum pidana iHukum pidana i
Hukum pidana iyahyaanto
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di IndonesiaAlifia Putri Yudanti
 
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilan
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilanMenganalisis peranan lembaga lembaga peradilan
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilanLia Rofiatun
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasAprizal Gauul
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 

What's hot (20)

Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesia
 
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4
Sistem Peradilan Indonesia Kelompok 2 X IIS 4
 
Peradilan nasional
Peradilan nasionalPeradilan nasional
Peradilan nasional
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Hukum pidana i
Hukum pidana iHukum pidana i
Hukum pidana i
 
Lembaga peradilan
Lembaga peradilanLembaga peradilan
Lembaga peradilan
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
 
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilan
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilanMenganalisis peranan lembaga lembaga peradilan
Menganalisis peranan lembaga lembaga peradilan
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
makalah peradilan
makalah peradilanmakalah peradilan
makalah peradilan
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 

Similar to Babii.sis.hukumperad.nas

Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaFRANKLYN_SS
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptxBrannessIrnando1
 
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptSistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptProfesorSaran
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptxTSan4
 
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
Sistem Hukum dan Peradilan NasionalSistem Hukum dan Peradilan Nasional
Sistem Hukum dan Peradilan NasionalSLS
 
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdf
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdfSistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdf
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdfsuciwulan166
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukumdimahana
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALZainal Abidin
 
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan KehakimanPeran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan KehakimanVina Widya Putri
 
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptx
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptxperan-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptx
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptxadisusanto51
 
Sistem hukum dan peradilan
Sistem hukum dan peradilanSistem hukum dan peradilan
Sistem hukum dan peradilanPoetra Poernama
 
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdf
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdftugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdf
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdfdeviastrid1
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)Rahmanu Juwono
 
HUKUM KELAS 12.pptx
HUKUM KELAS 12.pptxHUKUM KELAS 12.pptx
HUKUM KELAS 12.pptxrizkydiah2
 
Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Riya Zayn
 
tata susunan peradilan diindonesia.pptx
tata susunan peradilan diindonesia.pptxtata susunan peradilan diindonesia.pptx
tata susunan peradilan diindonesia.pptxFitriaRisqiAlmadhani
 
Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Perlindungan dan Penegakan Hukum di IndonesiaPerlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesiaafifahdhaniyah
 

Similar to Babii.sis.hukumperad.nas (20)

Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Indonesia_kls.pptx
 
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.pptSistem Hukum di Indonesia.ppt
Sistem Hukum di Indonesia.ppt
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Tomy.pptx
 
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
Sistem Hukum dan Peradilan NasionalSistem Hukum dan Peradilan Nasional
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
 
Sppkn
SppknSppkn
Sppkn
 
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdf
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdfSistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdf
Sistem Hukum & Peradilan Di Indonesia_SUCI WULAN SARI .pdf
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan KehakimanPeran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
 
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptx
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptxperan-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptx
peran-lembaga-penegak-hukum-dalam-menjamin-keadilan-dan-kedamaian.pptx
 
Hukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas xHukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas x
 
Sistem hukum dan peradilan
Sistem hukum dan peradilanSistem hukum dan peradilan
Sistem hukum dan peradilan
 
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdf
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdftugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdf
tugaspkn1-121013082132-phpapp02.pdf
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL (PKN SMK KURIKULUM 2013)
 
HUKUM KELAS 12.pptx
HUKUM KELAS 12.pptxHUKUM KELAS 12.pptx
HUKUM KELAS 12.pptx
 
Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1
 
tata susunan peradilan diindonesia.pptx
tata susunan peradilan diindonesia.pptxtata susunan peradilan diindonesia.pptx
tata susunan peradilan diindonesia.pptx
 
Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Perlindungan dan Penegakan Hukum di IndonesiaPerlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
 

More from Awis Mirad

Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas xii sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii smaAwis Mirad
 
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas xi sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi smaAwis Mirad
 
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas x sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x smaAwis Mirad
 
Perkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamPerkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamAwis Mirad
 
Bab v-persamaan-warga-negara
Bab v-persamaan-warga-negaraBab v-persamaan-warga-negara
Bab v-persamaan-warga-negaraAwis Mirad
 
Bab vi-sistem-politik-di-ind
Bab vi-sistem-politik-di-indBab vi-sistem-politik-di-ind
Bab vi-sistem-politik-di-indAwis Mirad
 
Bab iv-konstitusi
Bab iv-konstitusiBab iv-konstitusi
Bab iv-konstitusiAwis Mirad
 
Bab i-bentuk-negara-1
Bab i-bentuk-negara-1Bab i-bentuk-negara-1
Bab i-bentuk-negara-1Awis Mirad
 
Babivglobalisasi
BabivglobalisasiBabivglobalisasi
BabivglobalisasiAwis Mirad
 
Babiisistempemerintahan
BabiisistempemerintahanBabiisistempemerintahan
BabiisistempemerintahanAwis Mirad
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatAwis Mirad
 
Budaya demokrasi(1)
Budaya demokrasi(1)Budaya demokrasi(1)
Budaya demokrasi(1)Awis Mirad
 
Babvsistemhkperadint
BabvsistemhkperadintBabvsistemhkperadint
BabvsistemhkperadintAwis Mirad
 
Babivhubunganinternasional
BabivhubunganinternasionalBabivhubunganinternasional
BabivhubunganinternasionalAwis Mirad
 
Bab iii-keterbukaan-keadilan
Bab iii-keterbukaan-keadilanBab iii-keterbukaan-keadilan
Bab iii-keterbukaan-keadilanAwis Mirad
 
Bab i budaya politik
Bab i budaya politikBab i budaya politik
Bab i budaya politikAwis Mirad
 

More from Awis Mirad (18)

Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas xii sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xii sma
 
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas xi sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas xi sma
 
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x smaBuku pendidikan kewarganegaraan kelas x sma
Buku pendidikan kewarganegaraan kelas x sma
 
Perkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamPerkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-ham
 
Ham pkn-x
Ham pkn-xHam pkn-x
Ham pkn-x
 
Bab v-persamaan-warga-negara
Bab v-persamaan-warga-negaraBab v-persamaan-warga-negara
Bab v-persamaan-warga-negara
 
Bab vi-sistem-politik-di-ind
Bab vi-sistem-politik-di-indBab vi-sistem-politik-di-ind
Bab vi-sistem-politik-di-ind
 
Bab iv-konstitusi
Bab iv-konstitusiBab iv-konstitusi
Bab iv-konstitusi
 
Bab i-bentuk-negara-1
Bab i-bentuk-negara-1Bab i-bentuk-negara-1
Bab i-bentuk-negara-1
 
Babivglobalisasi
BabivglobalisasiBabivglobalisasi
Babivglobalisasi
 
Babipancasila
BabipancasilaBabipancasila
Babipancasila
 
Babiisistempemerintahan
BabiisistempemerintahanBabiisistempemerintahan
Babiisistempemerintahan
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
Babiiipersdlmmasyarakat
 
Budaya demokrasi(1)
Budaya demokrasi(1)Budaya demokrasi(1)
Budaya demokrasi(1)
 
Babvsistemhkperadint
BabvsistemhkperadintBabvsistemhkperadint
Babvsistemhkperadint
 
Babivhubunganinternasional
BabivhubunganinternasionalBabivhubunganinternasional
Babivhubunganinternasional
 
Bab iii-keterbukaan-keadilan
Bab iii-keterbukaan-keadilanBab iii-keterbukaan-keadilan
Bab iii-keterbukaan-keadilan
 
Bab i budaya politik
Bab i budaya politikBab i budaya politik
Bab i budaya politik
 

Babii.sis.hukumperad.nas

  • 1.
  • 2. (Indikator) Hasil Yang Diharapkan : • Menguraikan pengertian sistem, hukum dan sistem hukum. • Mendeskripsikan tujuan hukum dan sumber hukum. • Menganalisis penggolongan hukum dan sanksi hukum • Menganalisis sistem peradilan nasional.
  • 3. SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
  • 4. 11..SSIISSTTEEMM HHUUKKUUMM && PPEERRAADDIILLAANN IINNTTEERRNNAASSIIOONNAALL Kata “sistem” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengandung arti susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara keseluruhan. a. PENGERTIAN SISTEM Unsur-unsur dalam sistem mencakup : • Seperangkat komponen, elemen, bagian. • Saling berkaitan dan tergantung. • Kesatuan yang terintergrasi. • Memiliki peranan dan tujuan tertentu. • Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih besar.
  • 5. b. PENGERTIAN HUKUM 1. Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya. 2. Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama & yang pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya. 3. Drs. E. Utrecht, S.H., hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat itu.
  • 6. UNSUR-UNSUR DALAM PENGERTIAN HUKUM : • Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat ; • Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang; • Peraturan itu bersifat memaksa;dan • Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan tersebut. Bertolak dari pengertian sistem & hukum yang telah dikemukakan di atas, yang dimaksudkan dengan sistem hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan ditaati oleh setiap warganya.
  • 7. c. TUJUAN HUKUM Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Tujuan dibuatnya hukum menurut sebagian pakar adalah sbb : No Tokoh/ Pakar Pendapat Yang Dikemukakan 1. Subekti, S.H. Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yang mendatangkan atau ingin mencapai kemakmu-ran dan kebahagiaan pada rakyatnya. 2. Van Apeeldoorn Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melin-dungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, (kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda) dari pihak yang merugikan. 3. Y. Van Kant Tujuan hukum adalah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap manusia tidak diganggu. 4. Geny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepenti-ngan daya guna dan kemanfaatan.
  • 8. d. SUMBER HUKUM Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempu-nyai kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanki yang tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber hukum “material” dan sumber hukum “formal” . MACAM-MACAM SUMBER HUKUM : 1. Undang-undang, 2. Traktat, 3. Kebiasaan (hk tidak tertulis), 4. Doktrin, dan 5. Yurisprudensi,
  • 9. TATA URUTAN PPEERRAATTUURRAANN PPEERRUUNNDDAANNGG--UUNNDDAANNGGAANN ((TTAAPP MMPPRR NNoo.. IIIIII//MMPPRR//22000033)) Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, merupakan pedoman pembuatan aturan hukum di bawahnya. Tata urutan peraturan perundang-undangan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Dasar 1945 2. Ketetapan MPR-RI 3. Undang-undang 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) 5. Peraturan Pemerintah 6. Keputusan Presiden ; dan 7. Peraturan Daerah.
  • 10. e. PENGGOLONGAN HUKUM Hukum Wujud Tertilis Tidak Tertulis Ruang Waktu Pribadi Lokal Nasional Ius Contitutum Internasional Ius Contituendum Hukum Antar Waktu Satu Golongan Semua AGnotlaorn Ggaonl. I s i Publik Privat/Perdat a Hk. Tata HNek.g Aardam. HNek.g Paridaana Hk. Acara Hk. Perorangn Hk. Keluarga Hk. Kekayaan Tugas Material Hk. Waris dan Fungsi Formal Pidana Formal Perdata Formal
  • 11. f. SANKSI HUKUM Macam-macam sanksi Pidana (Pasal 10 KUHP) : 1. Hukuman Pokok, yang terdiri dari : a. Hukuman Mati b. Hukuman Penjara, yang terdiri dari : 1) Hukuman seumur hidup 2) Hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun) c. Hukuman Kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 1 hari). 2. Hukuman Tambahan, yang terdiri dari : a. Pencabutan hak-hak tertentu. b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu. c. Pengumuman keputusan hakim.
  • 12. g. PERBEDAAN HUKUM PIDANA DAN PERDATA
  • 13. hh.. PPEERRAADDIILLAANN NNAASSIIOONNAALL Pasal 1 UU No. 4/2004, bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan ; Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung Pengadilan Tinggi Umum/Sipil Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Militer Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Pengadilan Negeri Umum/Sipil Pengadilan Negeri Pengadilan Militer Pengadilan Tata Usaha Negara
  • 14. (Indikator) Hasil Yang Diharapkan :  Menguraikan fungsi pengadilan negeri, tinggi dan MA.  Mendeskripsikan tugas dan kewenangan pengadilan negeri, tinggi dan MA.  Menganalisis wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi.  Mendeskripsikan dengan memberi contoh bentuk sikap terbuka, objektif atau rasional, dan mengutamakan kepentingan umum
  • 15. Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi Mahkamah Agung Peranan Lembaga- Lembaga Peradilan Mahkamah Konstitusi Fungsi Tugas Wewenang Fungsi Tugas Wewenang Fungsi/Tugas Wewenang Wewenang Kewajiban
  • 16. 22.. PPEERRAANNAANN LLEEMMBBAAGGAA--LLEEMMBBAAGGAA PPEERRAADDIILLAANN aa.. PPEENNGGAADDIILLAANN NNEEGGEERRII ((TTIINNGGKKAATT PPEERRTTAAMMAA)) Fungsi pengadilan negeri adalah memeriksa tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penaha-nan yg diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kpd Ketua Pengadilan dengan menyebutkan alasan-alasannya. Tugas dan wewenang pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. TTiinnddaakk ppiiddaannaa yygg ppeemmeerriikkssaaaannnnyyaa hhrrss ddiiddaahhuulluukkaann,, yyaaiittuu :: KKoorruuppssii,, TTeerroorriissmmee,, NNaarrkkoottiikkaa//ppssiikkoottrrooppiikkaa,, PPeennccuucciiaann uuaanngg,, aattaauu yyaanngg ddiitteennttuukkaann oolleehh UUUU ddaann ppeerrkkaarraa yyaanngg tteerrddaakkwwaannyyaa bbeerraaddaa ddii ddaallaamm RRuummaahh TTaahhaannaann NNeeggaarraa..
  • 17. Tugas dan kewenangannya, mencakup : • Menyatakan sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyelidikan, atau penghentian tuntutan. • Tentang ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. • Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta. • Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya. • Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya. • Memberikan teguran dan peringatan yg dipandang perlu dng tidak mengurangi kebebasan Hakim dlm memeriksa & memutus perkara. • Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya, dan melaporkan hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Mahkamah Agung, dan Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris.
  • 18. b. PENGADILAN TINGGI (TINGKAT KEDUA) Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi (Pengadilan Tingkat Banding). Fungsi Pengadilan Tinggi adalah. • Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan Negeri di dalam daerah hukumnya. • Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya. • Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di daerah hukumnya. • Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dpt memberi peringatan, teguran, & petunjuk yg dipandang perlu kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya.
  • 19. Wewenang Pengadilan Tinggi adalah : • Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding. • Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk diteliti dan memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan para hakim.
  • 20. 3. Mahkamah AAgguunngg ((TTiinnggkkaatt KKaassaassii)) Daerah hukum MA meliputi seluruh Indonesia dan kewajiban utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-tindakan segala pengadilan lainnya diseluruh Indonesia, dan menjaga/menjamin agar hukum dilaksanakan dengan sepatutnya. Tugas atau Fungsi Mahkamah Agung : • Melakukan pengawasan tertinggi thd penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dlm menjalankan kekuasaan kehakiman. • Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim disemua lingku-ngan peradilan dalam menjalankan tugasnya. • Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di semua lingkungan peradilan. • Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.
  • 21. Wewenang Mahkamah Agung : • Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, (terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua Lingkungan Peradilan), • Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili, • Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, • Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, • Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua Lingkungan Peradilan, • Memberi teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kepada Pengadilan di semua Lingkungan Peradilan, dengan tidak mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara. • Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
  • 22. Dalam hal kasasi, yg menjadi wewenang MA,dikarenakan : • Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang, • Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yang berlaku, • Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan. Permohonan kasasi, dapat dilakukan dalam perkara : • Perdata • Pidana Asas-asas penuntutan bagi seseorang yang dianggap bersalah, • Asas Opportunitas • Asas Legalitas
  • 23. d. MAHKAMAH KONSTITUSI Mahkamah Konstitusi sesuai UU No. 24/2003, memiliki wewenang dan kewajiban : • Wewenang, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan Pemilihan Umum. • Kewajiban, yaitu memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
  • 24. ee.. SSIIKKAAPP SSEESSUUAAII KKEETTEENNTTUUAANN HHUUKKUUMM – Sikap Terbuka Contoh : Mau mengatakan benar atau salah, dan berupaya selalu jujur dalam memahami ketentuan hukum. – Sikap Obyektif/Rasional Contoh : sanggup menyatakan ya atau tidak dalam ketentuan hukum dengan segala konsekuensinya. – Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum Contoh : Merelakan tanah atau bangunan diambil pemerintah untuk kepentingan sarana jalan atau jembatan.
  • 25. (Indikator) Hasil Yang Diharapkan : • Menguraikan pengertian korupsi dan persepsi masyarakat tentang korupsi. • Menganalisis fenomena korupsi di Indonesia. • Mendeskripsikan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. • Menampilkan sikap peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
  • 26. Pengertian Korupsi Gambaran Umum Korupsi Persepsi Masyarakat Fenomena Korupsi Peran Serta Upaya Pemberantasan Korupsi DI Indonesia Upaya Pencegahan Upaya Penindakan Upaya Edukasi Masyarakat Upaya Edukasi LSM
  • 27. a. Pengertian Korupsi Kata “KORUPSI” mrpk penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) dsb. untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau “ketidak jujuran”. KOLUSI, adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar penyelenggaraan negara atau antara penyelenggara negara dan lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara. NEPOTISME, adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarga dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat bangsa dan negara. 3. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
  • 28. Pengertian Gratifikasi Menurut Penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 • Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. • Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. • Pengecualian, yaitu sesuai Pasal 12 C ayat (1) : – Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
  • 29. b. GAMBARAN UMUM KORUPSI Tuntutan masyarakat untuk megakkan supremasi hukum dan pembe-rantasan KKN, dituangkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Beberapa contoh kasus :  Beberapa perusahaan dan pejabat Indonesia yang menerima suap dari perusahaan Jepang sehingga mampu memenangkan proyek milyaran yen (Media Indonesia, 15/10/1999),  Berdasarkan audit Price Waterhouse Cooper (PWC), terdapat in-efisiensi di Pertamina sejak 1 April 1996 s.d. 31 Maret 1998 sebesar US $ 6,1 milyar (Kompas, 20/7/1999).
  • 30. INDEKS PERSEPSI KORUPSI (IPK) 2004 TRANSPARENCY INTERNATIONAL Rank Negara IPK Rank Negara IPK 1 Finlandia 9,7 47 Korea Selatan 4,5 2 New Zealand 9,6 50 Suriname 4,3 3 Denmark 9,5 66 Thailand 3,6 4 Islandia 9,5 70 Srilanka 3,5 5 Singapura 9,3 71 China 3,4 6 Swedia 9,2 72 Saudi Arabia 3,4 7 Swiss 9,1 92 India 2,8 8 Norwegia 8,9 103 Papua N. Guinea 2,6 9 Australia 8,8 104 Philipina 2,6 16 Hongkong 8,0 106 Vietnam 2,6 24 Jepang 6,9 132 Pakistan 2,1 30 Uni Emirat Arab 6,1 137 Indonesia 2,0 35 Taiwan 5,6 143 Myanmar 1,7 39 Malaysia 5,0 145 Bangladesh 1,5
  • 31. PRAKTEK-PRAKTEK KORUPSI DALAM URUSAN BISNIS  Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).  Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak).  Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender, penunjukan langsung, mark up dll.).  Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea cukai).  Pungutan liar oleh oknum polisi, imigrasi, tenaga kerja.  Proses pembayaran termin proyek dari KPPN.
  • 32. AKTOR PELAKU KORUPSI Korupsi pada Januari - Agustus Tidak kurang dari 2,7 triliun rupiah uang negara yang dikorupsi pada tahun 2004 (Lap. Cawu II ICW). 2004
  • 33. c. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KORUPSI 1. Kelompok mahasiswa sering menanggapi masalah korupsi dengan protes-protes terbuka. Mereka sangat sensitif terhadap perbuatan korup dan yang merugikan negara dan masyarakat luas. 2. Pada umumnya, mereka masih memiliki idealisme tinggi dan berfikir jauh kedepan. 3. Kritik-kritik mahasiswa, pada umumnya karena faktor ketidak puasan dan kegelisahan psikologis (psychological insecurity). Tema-tema demonstrasi sering mengangkat permasalahan “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.
  • 34. d. FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA Pada kehidupan masyarakat yang mengalami proses perubahan, selalu muncul kelompok-kelompok sosial baru yang ingin berpartisipasi dalam bidang politik, namun sesungguhnya banyak diantara mereka yang tidak mampu. Di lembaga-lembaga politik, mereka (politikus instan) sering hanya ingin memuaskan ambisi pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”. Tapi tidak jarang diantara mereka sering terjebak pada ambisi pribadi dan kepentingan kelompok tertentu.
  • 35. Sebagai akibatnya, terjadilah hal-hal berikut : • Munculnya “oknum” pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan-kepentingan pribadi daripada kepentingan umum, sehingga kesejahteraan umum mudah dikorbankan. Lembaga-lembaga politik cenderung dimanipulir oleh oknum-oknum pemimpinnya. • Pada sebagian oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya, berlomba-lomba untuk mencapai “obyek politik” dalam bentuk keuntungan materiil, sehingga terjadi “kehampaan motivasi perjuangan”. • Terjadilah erosi loyalitas kepada bangsa dan negara, karena lebih menonjolkan dorongan pemupukan harta kekayaan dan kekuasaan. Jadi, mulailah penampilan pola tingkah laku yang korup.
  • 36. PENYEBAB UTAMA KORUPSI DI INDONESIA • Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum; • Rendahnya integritas dan profesio-nalisme ; • Adanya peluang di lingkungan kerja, karena jabatan dan lingkungan masyarakat; • Merasa selalu kurang dalam memperoleh penghasilan (gaji PNS); • Sikap yang tamak, lemah iman, kejujuran dan rasa malu.
  • 38. e. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI 1) Upaya Pencegahan, antara lain :  Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan, dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi.  Menanamkan aspirasi, semangat dan spirit nasional yang positif dengan mengutamakan kepentingan nasional, kejujuran serta pengabdian pada bangsa dan negara melalui sistem pendidikan formal, non formal dan pendidikan agama.  Melakukan sistem penerimaan pegawai berdasarkan prinsip achievement atau keterampilan teknis dan tidak lagi berdasarkan norma ascription yang dapat membuka peluang berkembangnya nepotisme.
  • 39. RENCANA AKSI NASIONAL (RAN) PEMBERANTASAN KORUPSI • Pencanangan sebuah Rencana Aksi Nasional yang efektif, terpadu, dan menyeluruh (national integrity system) dalam mencegah dan memberantas korupsi dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (masyarakat madani, swasta, eksekutif, legislatif, yudikatif, media dan pemuka agama) • RAN diharapkan dapat mengidentifikasi gap antara Konvensi PBB menentang Korupsi dan situasi dalam negeri saat ini. • Dalam pencanangan RAN pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
  • 40. 2) Upaya Penindakan, antara lain : UU No. 30/2002 merupakan amanat dari UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 43 yang mengatakan perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui Undang-Undang sehingga lahirlah …….
  • 41. Strategi Penindakan Kasus Ditangani Sendiri Oleh KPK & Yang & Dilimpahkan a. Tahap Putusan Pengadilan Tipikor dan Sekarang Kasasi – Kasus pembelian tanah yang merugikan Keuangan Negara Rp10M lebih, atas nama Tersangka M.H. (Kabag. Keu Ditjend Hubla) dan T.W. (mantan Sekditjen Hubla, masing-masing diputuskan 8 dan 7 tahun Penjara; – Tahap Penuntutan – KPU (MWK) a. Tahap Penyidikan – Kasus PLCC Pertamina – Kasus di KPU (Buku Panduan, Asuransi Kecelakaan) – Penjualan aset negara (indosat) a. Dilimpahkan ke Kepolisian dan Kejaksaan b. Dihentikan Penyelidikannya c. Pending d. Tahap Penyelidikan – Pengumpulan alat bukti
  • 42. Beberapa contoh penanganan kasus & penindakan yg sudah dilakukan oleh pemerintah melalui KPK : • Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004). • Dugaan korupsi dalam pengadaan Buku dan Bacaan SD, SLTP, yang dibiayai oleh Bank Dunia (2004), • Dugaan penyalahgunaan jabatan oleh Kepala Bagian Keuangan Dirjen Perhubungan Laut dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp10 milyar lebih. (2004), • Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui Bank BNI (2004).
  • 43. CCOONNTTOOHH KKAASSUUSS KKOORRUUPPSSII YYAANNGG TTEELLAAHH DDIIPPUUTTUUSSKKAANN PPEENNGGAADDIILLAANN • Kasus Pembelian Helikopter MI-2 merk PLC (Rusia) dgn terdakwa A.P. (Gub. NAD). • Putusan PN = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 3,683 M PT = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 3,683M MA = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 6,4 M
  • 44. 3) Upaya Edukasi Masyarakat, antara lain : 1. Memiliki rasa tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, terkait dengan kepentingan-kepentingan publik, 2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh, karena hal ini justru akan merugikan masyarakat itu sendiri, 3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan, terutama yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa, kecamatan dan seterusnya sampai tingkat pusat/nasional, 4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyeleng-garaan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya, 5. Mampu memposisikan diri sebagai subyek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
  • 45. 4) UPAYA EDUKASI MASYARAKAT, antara INlaDiOnN :E SIA CORRUPTION WATCH atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia. ICW memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi. TRANSPARENCY INTERNATIONAL (TI), adalah sebuah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik. Publikasi tahunan terkenal yang diluncurkan TI adalah Laporan Korupsi Global. Survei Tahun 2005, IPK Indonesia adalah 2,2, sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak dan Uzbekistan, Menurut hasil survei ini, Islandia adalah negara paling bebas korupsi.
  • 46. • Makin meningkatnya beban masyarakat akibat badan usaha milik Negara kurang efisien dalam mengelola kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan bakar minyak, listrik dan lain sebagainya. • Rendahnya kualitas pelayanan publik; • Rendahnya kualitas sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah,
  • 47. SOAL ESSAY/URAIAN Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas ! 1. Jelaskan perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata di tinjau dari Proses Hukumnya ! 2. Apakah yg dimaksud dengan Yurisprudensi. Mengapa keputusan Hakim terdahulu dijadikan landasan hukum bagi Hakim dalam memutuskan suatu perkara. Jelaskan Jawaban Anda ! 3. Mengapa suatu Perkara dilanjukan ke Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Hal apasajakah yang menyebabkan seseorang melakukan proses Kasasi di Mahkamah Agung ! 4. Identifikasikan faktor-faktor apasajakah yang menyebabkan gejala korupsi tumbuh subur di dalam suatu negara ! 5. Sebutkan upaya apasajakah yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam meminimalisir dampak korupsi di Indonesia !
  • 48. IINNQQUUIIRRII Bagilah kelas anda ke dalam 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, kemudian kerjakan tugas-tugas sebagai berikut ! 1. Susunlah daftar pertanyaan terbuka (10 pertanyaan) dengan topik bahasan sekitar perbuatan-perbuatan yang sesuai dan yang bertentangan dengan ketentuan hukum ! 2. Tentukan sendiri lokasi atau tempat yang akan dijadikan obyek observasi dan wawancara (misalnya : sekitar pasar, sekolah, terminal atau masyarakat sekitar anada) ! 3. Setelah wawancara, identifikasikanlah perbuatan-perbuatan yang sesuai dan yang bertentangan dengan hukum ! 4. Buatlah kesimpulan dari hasil analisis kelompok anda, dan berikan tanggapan dengan berpedoman pada dua hal berikut : a. Cara meningkatkan kesadaran bagi masyarakat yang sudah melaksanakan perbuatan yang sesuai dengan hukum ! b. Cara membina/menertibkannya bagi masyarakat yang masih melaksanakan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum !

Editor's Notes

  1. Selain sikap skeptisme dan permisif terhadap korupsi ini, berdasarkan kajian dan penelitian terhadap korusi ini banyak yang menyimpulkan bahwa rendahnya gaji pegawai negeri sipil merupakan penyebab utama terjadinya korupsi, sehingga seringkali timbul sikap toleransi yang negatif antar pegawai dan masyarakat dalam menyuburkan iklim korupsi dan kolusi. Namun kita menyadari bahwa kondisi buruknya sistem penggajian ini bukanlah satu-satunya penyebab korupsi. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan; rendahnya integritas dan profesionalisme; kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan dan lingkungan masyarakat yang merangsang timbulnya korupsi; lemahnya keimanan, kejujuran dan rasa malu, adalah beberapa hal yang berpengaruh terhadap suburnya iklim korusi dan kolusi. Dengan demikian bilamana masalah korupsi dan kolusi ini tidak mendapatkan porsi yang memadai dalam upaya pencegahan dan penindakannya, maka sudah dapat dipastikan bahwa upaya–upaya untuk mewujudkan good governance akan menjadi sulit.
  2. Bagi Indonesia, dalam masa reformasi ini maka masalah korupsi (baca KKN) merupakan masalah yang sangat menonjol, yang tercermin antara lain dari rendahnya kualitas pelayanan publik; rendahnya kualitas sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, makin meningkatnya beban masyarakat akibat adanya ketidak efisienan dan ketidak effektifan pengelolaan badan usaha yang mengelola kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan bakar minyak, listrik dan lain sebagainya. Sementara itu di lain pihak makin terjadi kesenjangan, dimana pihak konglomerat dan beberapa pejabat secara demonstratif memamerkan kekayaannya.