1. Klien mengalami gangguan sistem perkemihan akibat benigna prostat hiperplasia dan epididimitis yang menyebabkan nyeri dan risiko infeksi serta mengganggu aktivitas sehari-hari dan tidur.
2. Perawatan dirancang untuk mengatasi masalah tersebut dengan melibatkan klien dan keluarga.
3. Beberapa rencana perawatan sulit dilaksanakan namun dapat diselesaikan dengan kerja sama tim medis.
Standar Mutu RS di Indonesia mengacu standar KARS versi 2012, ditampilkan sebagai gambaran umum bab bab yang ada dan pengelompokannya
disajikan oleh RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa ...
Standar Mutu RS di Indonesia mengacu standar KARS versi 2012, ditampilkan sebagai gambaran umum bab bab yang ada dan pengelompokannya
disajikan oleh RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa ...
Seminar strategi penyusunan dok akreditasi rs edisi 6.1sujatno angga
Penggunaan Perbekalan Farmasi dalam tujuan terapi dan diagnostik , tidak dapat hindari. Diantara nya menggunakan bahan baerbahaya dan beracun (Hazmat). Banyak Resiko yang akan terjadi bila tidak profesional dalam pengelolaannya, dan kaitannya denga standar Akreditasi Rumah Sakit versi tahun 2012
Sistem akreditasi rumah sakit yang baru menyisakan kegelisahan mengenai bagaimana panitia akreditasi harus dibentuk. Walaupun struktur belum tentu menunjukkan kinerja, struktur yang baik membantu panitia mencapai tujuan dengan lebih terarah.
Audit medis adalah salah satu bagian dari manajemen mutu pelayanan medis. Dengan audit medis, kita bisa mengetahui apakah pelayanan medis dilakukan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam melakukan proses akreditasi tahun 2009/2010 di RS Panti Rapih dan selama menemani teman-teman berproses dalam persiapan akreditasi di RS Panti Rini, RS Panti Nugroho, dan RS St. Elisabet Ganjuran, penulis berkali-kali menekankan perlunya menetapkan standar pelayanan medis sebelum melakukan audit medis. Dalam perkembangannya, ternyata pendapat ini tidak selalu benar. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk “menebus” dosa penulis atas pernyataan tersebut. Lewat tulisan ini, saya berharap audit medis dapat lebih dimengerti dan menjadi kebiasaan baik yang dikembangkan terus menerus.
Seminar strategi penyusunan dok akreditasi rs edisi 6.1sujatno angga
Penggunaan Perbekalan Farmasi dalam tujuan terapi dan diagnostik , tidak dapat hindari. Diantara nya menggunakan bahan baerbahaya dan beracun (Hazmat). Banyak Resiko yang akan terjadi bila tidak profesional dalam pengelolaannya, dan kaitannya denga standar Akreditasi Rumah Sakit versi tahun 2012
Sistem akreditasi rumah sakit yang baru menyisakan kegelisahan mengenai bagaimana panitia akreditasi harus dibentuk. Walaupun struktur belum tentu menunjukkan kinerja, struktur yang baik membantu panitia mencapai tujuan dengan lebih terarah.
Audit medis adalah salah satu bagian dari manajemen mutu pelayanan medis. Dengan audit medis, kita bisa mengetahui apakah pelayanan medis dilakukan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam melakukan proses akreditasi tahun 2009/2010 di RS Panti Rapih dan selama menemani teman-teman berproses dalam persiapan akreditasi di RS Panti Rini, RS Panti Nugroho, dan RS St. Elisabet Ganjuran, penulis berkali-kali menekankan perlunya menetapkan standar pelayanan medis sebelum melakukan audit medis. Dalam perkembangannya, ternyata pendapat ini tidak selalu benar. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk “menebus” dosa penulis atas pernyataan tersebut. Lewat tulisan ini, saya berharap audit medis dapat lebih dimengerti dan menjadi kebiasaan baik yang dikembangkan terus menerus.
1. BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. U dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis di
Ruang C Lantai II Bedah Umum Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
dari tanggal 08-12 Agustus 2005 dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari tiap proses
keperawatan, yaitu :
1. Dalam proses pengkajian perawat / mahasiswa harus dapat menggali data
subjektif maupun objektif yang dapat menunjang terhadap permasalahan klien,
sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai sesuai dengan kesepakatan
antara perawat dan klien. Berdasarkan hasil pengkajian, pada klien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia dan Epididimitis, mengalami obstruksi pada
saluran perkemihan yang berdampak pada terjadinya gangguan rasa nyaman :
nyeri, resiko tinggi terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan kebutuhan ADL :
personal hygiene, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, perubahan
pola eliminasi BAK serta gangguan rasa aman : cemas. Tidak semua masalah
keperawatan secara konseptual akan ditemukan pada klien, hal ini menunjukkan
keunikan individu dalam merespon permasalahan yang timbul.
2. Rencana keperawatan yang telah ditetapkan disesuaikan dengan kemampuan,
kondisi, sarana dan kebutuhan klien serta melibatkan klien dan keluarga untuk
mengatasi masalah keperawatan yang aktual maupun potensial. Perencanaan
85
2. 86
ditujukan untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko tinggi
terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene,
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, perubahan pola eliminasi BAK
serta gangguan rasa aman : cemas.
3. Dalam proses pelaksanaan penulis mengalami hambatan karena ada rencana
keperawatan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
dibuat. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Benigna
Prostat Hiperplasia dan Epididimitis, penggantian alat tenun setiap hari dan
observasi keluaran urine setiap 24 jam sangat diperlukan. Penggantian alat
tenun setiap hari diperlukan untuk meminimalkan terjadinya resiko infeksi,
sementara observasi keluaran urine setiap 24 jam diperlukan untuk memantau
output klien dan melihat apakah fungsi ginjal masih baik. Dalam tahap ini
penulis melibatkan klien dan keluarga serta bekerja sama dengan perawat
ruangan sehingga tahap ini bisa dilaksanakan dengan lancar.
4. Masalah-masalah yang terdapat pada klien sudah teratasi sesuai dengan kriteria
waktu yang penulis tetapkan, hal ini disebabkan karena tepatnya perawatan dan
pengobatan yang diberikan kepada klien sehingga dapat meningkatkan kondisi
dan status kesehatan klien dalam waktu yang singkat. Selain itu didukung juga
oleh respon klien yang positif dalam menerima prosedur perawatan dan
pengobatan serta motivasi untuk sembuh dari klien yang sangat mendukung
dalam proses perawatan.
3. 87
B. REKOMENDASI
Berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, maka
penulis merekomendasikan beberapa hal diantaranya :
Perawat ruangan diharapkan dapat melakukan pengawasan terhadap intake dan
out put klien selama 24 jam, karena klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia dan
Epididimitis perlu pengawasan terhadap intake dan out put selama 24 jam yang
bertujuan untuk melihat apakah fungsi dari ginjal mengalami gangguan, karena
klien dengan BPH jika tidak ditangani dengan tepat dapat berakibat terjadinya
aliran balik urine ke ureter dan menyebabkan gagal ginjal kronik. Dengan
terpantaunya intake dan output klien selama 24 jam maka komplikasi yang lebih
lanjut dari penyakit ini dapat dihindari. Klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia
dan Epididimitis juga perlu tindakan penggantian alat tenun setiap hari, hal ini
dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi akibat alat tenun yang kotor.
Maka dari itu penulis merekomendasikan agar ruangan lebih melengkapi lagi
sarana dan prasarana untuk menunjang asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien dan agar dibuatkan dokumentasi pengeluaran urine setiap shif untuk klien
dengan Benigna Prostat Hiperplasia.