Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem persyafan yang mencakup definisi lansia, stroke, dan kanker kolon beserta gejala, faktor risiko, dan penatalaksanaannya."

1. 1. Matius dedy
2. Desy anjarsari
3. Isnawati
4. Kadek Intan P.S
5. Kadek Nita
6. Shela Frantika
7. Wayan Super Sekar Sari
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSYAFAN
Matius dedi supratiyo
1935053

2. Lansia merupakan klasifikasi umur pada manusia yang telah
menghadapi tahap akhir dari sebuah fase kehidupan. Kelompok yang
diklasifikasikan lansia ini umumnya menjalani suatu proses dalam
kehidupan yang disebut Aging Process atau proses menjadi tua
WHO, (2018).
Stroke yang juga dikenal juga dengan istilah cerebrovascular
accidnt atau brain atoack, merupakan krusakan mendadak
peredaraan darah ke otak dalam satu pembulu darah atau lebih.
Serangan strukebiasanya mempengaruhi atau mengurangi pasokan
oksign an umumnya menybabkan kerusakan yang serius atau nkrosis
pada jaringan otak (Kowalak, 2011, p.334).

3. Penyebab dari pada kancer colon tidak diketahui.
Faktor resiko yang telah teridentifikasi adalah :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat polip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau
poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah
serat.
Untuk mengetahui definisi stroke dan patologi stroke,
klasifikasi pada stroke, gejala stroke, faktor resiko pada
stroke, dan untuk mengtahui pencengahan pada stroke.
Tujuan
Manfaat penulisan
Penulisan ini termasuk pada lingkup pendidikan
dalam Keperawatan Medikal Bedah yang difokuskan
untuk memperluas wawasan terhadap stroke,

4. Menurut PDPI, (2020), dalam jurnal Yanti, dkk, (2020), Corona
virus yang sedang menjadi wabah di indonesia dan dunia saat ini
dikenal dengan nama Severe acure respiratory syndrome
coronasvirus 2 (SARS-CoV- 2). Penyakit sesak nafas berat ini
ditimbulkan oleh virus yang biasa di kenal pneumonia COVID-19.
Menurut CDC, (2020), dalam jurnal Yanti, dkk, (2020),
berdasarkan data yang disebutkan oleh Badan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Infeksi di Cina menyebutkan bahwa sekitar
80% kasus menunjukkan gejala awal dengan sakit ringan. Para
lansia memiliki risiko tinggi terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Korelasi lansia dengan penyakit covid 19

5. 1. Perubahan kebiasan defekasi (merupakan gejala
yang paling sering ditunjukkan),keluar darah
bersama dengan feses (merupakan gejaal kedua
yang paling sering)
2. Anemia penyebabnya tidak
jelas,anoreksia,penurunan berat badan ,keletihan
3. Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan
melena
4. Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram,feses
mengecil,konstipasi,dan distensi,darah merah
segar dalam feses
5. Lesi rekatal : tenesmus (mnyeri rektal,merasakan
evakuasi tidak lampias setelah defaksi),konstipasi
dan diare secara bergantian dan darah.
Konsep dasar lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lebih
lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang telah berusia lanjut
dan telah terjadi perubahanperubahan dalam sistem tubuhnya.
Batas lansia menurut WHO dalam jurnal Naftali, dkk (2017) membagi
lansia menurut usia ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

6. Trombosit arteri
Emboli pembentukan trombus
di luar otak
Pendarahan arteri
Klasifikasi
Berdasarkan patofisiologis dan penyebabnya struke iskmik
Trasint ischmik attalk (TIK)
Trombosit serebral
Emboli serebrii

7. Pendarahan interasebral
Pendarahan subarachnoid
Komplikasi
1. Tekanan darah tidak setabil
2. Edema serebra
3. Ketidak seimbangan cairan
4. Kerusakan sensori
5. Infeksi, seperti peniomonia
6. tingkat kesadaran
7. Aspirasi
8. Kontruktur
9. Emboli baru
10. Kematian

8. NO Diagnosa
keperawatan
SLKI SIKI
1 Perfusi perifer
tidak efektif b.d
peningkatan
tekanan darah
Perfusi perifer di
pertahankan pada sekala
2 di tingkatkan pada sekla
4 dengan indikator
sebagai berikut :
1. Kelemahan otot
2. Edema perifer
3. Tekanan darah sistolik
4. Tekanan darah
diastolik
Manajemen sensasi perifer
1. Identifikasin penyebab
perubahan sensasi
2. Periksa perbedaan sensai
tajam atau tumpul
3. Periksa perbedaan sensai
panas dan dingin
4. Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokal
dan tektur benda
5. Monitori perubahan kulit
6. Anjukan memakai sepatu
lembut dan bertumit
rendah

9. NO Diagnosa
keperawatan
SLKI SIKI
2 Gangguan
mobilisasi fisik b.d
kekuatan otot
menurun
Mobilisasi fisik di
pertahankan pada
sekala 2 ditingkatkan
pada sekla 4 dengan
indikator sebangai
berikut :
1. Kekuatan otot
2. Rentang gerak
(ROM)
3. Pergerakan
estermitas
4. Gerakan terbatas
5. Kelemahan fisik
Dukungan mobilisasi
1. Identifikasi adanya adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Monitori frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
melakukan mobilisasi
3. Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
4. Fasilitasi melakukan
pergerakan
5. Libatkan keluarnga untuk
membatasi pasin dalam
meningkatkan pergerakan
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
7. Anjurkan mobilisasi dini

10. NO Diagnosa
keperawatan
SLKI SIKI
3 Resiko jatuh
b.d kekuatan
otot menurun
Tingkat jatuh di
pertahankan pada
seka 2 di
tingkatkan pada
sekala 4 dengan
indikator sebagai
berikut :
1. Jatuh ari
tempat tidur
2. Jatuh saat
berdiri
3. Jatuh saat
berjalan
4. Jatuh saat di
kamar mandi
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi faktor jatuh
2. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
3. Gunakan alat bantu berjalan
4. Dekatkan bel dengan jangkauan
pasin
5. Anjurkan tidak mengunakan alas
kaki yang licin
6. Anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangaan saat berdiri
7. Anjurkan berkonsentrasi untuk
nenjaga keseimbangan tubuh

11. NO Impelementasi
1 1. Aktifitas pasien harus di bantu keluarga
2. Anjurkan keluarga selalu memeriksa tekanan darah pasien
3. Anjurkan keluarga selalu memantau makan pasien
4. Anjurkan keluaraga selalu memantau keadaan pasien
2 1. Lakukan rom
2. Kaji kekuatan otot
3. Libatkan keluarga
4. Anjurkan keluarga membatu aktifitas pasien
3 1. Anjurkan keluarga selalu membatu pasien jika ke wc
2. Anjurkan keluaraga selalu mengoverfasi keadaan pasien
3. Anjurkan keluaraga selalu membatu keadan pasien jika di perlukan
4. Ajurkan keluaraga untuk selalu membersikan lantai yang basah

12. NO Evaluasi
1 S : pasien mengatakan lemas sebelah kiri sejak 2 bulan dan pusing
O : TD : 150/110
K/u tampak lemas
A : himiparesis sinestra
P : mengatasi lemas dan pusing 5х24 jam dengan kriterian basel
-mampu berdiri seimbangan
2 S : pasien mengatan badan lemas
O : K/U tampak pasien berbaring lemas
A : mengatasi mobilitas fisik
P : mengatasi hambatan mobilitas fisik 5х24 jam dengan kereterian pasien
mampu berdiri seimbang
3 S : pasin mengatan pusing dan lemas
O : Pasien tampak lemas
A : mencegah resiko jatuh
P : Mengatasi resiko jatuh 1x24 jam dengan kereteria
-pasien berjalan dengan aman dan nyaman

13. 1. pertumbuhan tumor dapat menyebabkan
obstruksi usus persial atau lengkap
2. metase ke organ sekitar, melalui
hemmatogen, limfogen, dan penyebaran
langsung.
3. pertumbuhan dan ulserasi dapat juga
menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi
4. perforasi usus dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses
5. peritonitis dan atau sepssis dapat
mengakibatkan syok
6. pembentukan abses
SIMULASI
ROM AKTIF