Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Â
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. 2
BAB I
KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. R.
Tanggal lahir/umur : 55 tahun.
Alamat : ciputat
Agama : Islam.
Pekerjaan : IRT.
Anamnesis.
Keluhan Utama
Pusing
Keluhan Tambahan
Badan terasa pegal-pegal.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kepala terasa pusing ketika hendak tidur malam
hari. Pusing dirasakan pasien di seluruh bagian kepala dan terkadang pasien juga
mengeluhkan adanya nyeri di leher bagian belakang. Keluhan ini dirasakan pasien
hampir setiap malam hari yang di akibatkan oleh karena pasien memikirkan
anaknya yang belum juga pulang ketika sudah larut malam. Menurut pengakuan
pasien hal ini yang menyebabkan pusing yang di alami pasien tak kunjung
sembuh. Pasien mengaku pusing nya membaik setelah meminum obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit hipertensi sejak dua tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu, abang dan kakak pasien memiliki riwayat penyakit yang sama
4. 4
Thoraks
Inspeksi
- Statis : Simetris, bentuk normochest
- Dinamis : Pernafasan abdominotorakal, retraksi suprasternal (-) retraksi
intercostal (-), retraksi epigastrium (-)
Paru
- Inspeksi : Simetris statis, dinamis
- Palpasi : Kanan Kiri
Depan Fremitus N Fremitus N
Belakang Fremitus N Fremitus N
- Perkusi :
Depan sonor sonor
Belakang sonor sonor
- Auskultasi
Depan vesikuler vesikuler
Belakang vesikuler vesikuler
Tidak terdengar suara nafas tambahan berupa rhonki ataupun wheezing di kedua
lapangan paru.
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus Cordis teraba, thrill (-)
- Perkusi : Batas-batas jantung.
- Atas : Sela iga II linea midclavicula sinistra.
- Kiri : Sela iga V line axilaris anterior.
- Kanan : Sela iga IV linea parasternal dextra.
- Auskultasi: BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-).
Abdomen
- Inspeksi : Simetris, distensi (-), vena kolateral (-).
- Palpasi : Nyeri Tekan (-), defans muscular (-).
5. 5
 Hepar : tidak teraba.
 Lien : tidak teraba.
 Ginjal : Ballotement tidak teraba.
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), Undulasi (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) N.
Tulang Belakang : simetris.
Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-).
Ekstremitas:
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Pucat - - - -
Fraktur - - - -
Diagnosis Kerja: Hipertensi Stage I
Terapi
Medikamentosa
- Amlodipin 1x 5 mg (malam)
Non-medikamentosa :
- Memberikan informasi bahwa pasien harus menghindari faktor stress
yang dialami oleh pasien.
- Menjelaskan kepada pasien untuk mengatur pola makan yang bergizi
dan rendah garam
- Memberikan informasi kepada pasien untuk melakukan olahraga
secara teratur dan terukur.
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
7. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg.1
Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya 120-140
mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila lebih
dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Batasan ini
berlaku bagi orang dewasa diatas 18 tahun.2
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar,
yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi.3
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebih berat seperti Stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada
kematian yang tinggi), Penyakit Jantung Koroner (terjadi pada kerusakan
pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada
otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula menyebabkan Gagal Ginjal,
Penyakit Pembuluh lain, Diabetes Mellitus dan lain-lain.3,4
ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
8. 8
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
(Mansjoer, A. 2001)6
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosterinisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.
EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk mengidap hipertensi.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di
seluruh dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart
Association memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari
tiga orang dewasa di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang.Tekanan
darah tinggi juga diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika
dan anak-anak. Hipertensi jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama.2
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati
urutan ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan.
9. 9
Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering
diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%).
Berdasarkan penelitian tahun 1975 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia adalah 7,1% dengan 6,6% pada wanita dan 7,6% pada pria. Sedangkan
pada survei faktor risiko penyakit kardiovaskuler, prevalensi hipertensi di
Indonesia meningkat menjadi 13,6% pada pria dan 16% pada wanita
Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational
Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988
angka hipertensi mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat
hingga 16,9% pada survei 5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat
hipertensi menjadi masalah besar.Di Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup
tinggi 7% sampai 22%. Bahkan berdasarkan hasil penelitian, penderita akan
berujung pada penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan gagal ginjal 10%.
PATOFISIOLOGI
Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri.Dari pembuluh
darah yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol.Arteriol
membagi darah ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut
kapiler.Tugas kapiler-kapiler ini adalah memberi organ-organ makanan dan
oksigen. Darah akan kembali kejantung melalui pembuluh darah vena.
Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan
mengecil (meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun
peristiwa ini sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau
kelainan) yang bisa membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis
lagi akibatnya akan terjadi kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ
kekurangan oksigen dan sari makanan, maka suatu proses umpan balik akan
terjadi.
Organ tersebut akan mengirim tanda keotak bahwa membutuhkan darah
lebih banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya
peningkatan tekanan darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak
mengirim tanda tersebut. Dan yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak.
10. 10
Tekanan darah yang tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan kerusakan kedua
organ tersebut.7
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer atau hipertensi
esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan
mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi
idiopatik.Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan
Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan
merokok.8,9
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus
hipertensi.Hampirsemua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun
sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara
lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi sekunder dapat
disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.9
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya.Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.10
Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu
hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik
11. 11
tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia
lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila
jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan
maksimum dalam arteri dantercermin pada hasil pembacaan tekanan darah
sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.11,10
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna merupakan keadaan
hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat
penderita cek up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang
membahayakan biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi
pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.10
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II. (Tabel 2.)10
Kategori Sistol (mmHg) Dan / atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Tabel 4.1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi dibedakan atas:
1.Faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. Genetik
2.Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Merokok
b. Konsumsi garam/makanan asin
12. 12
c. Konsumsi lemak jenuh
d. Konsumsi minuman beralkohol
e. Kurangnya aktivitas/olahraga
Manisfestasi Klinis
Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain
peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu penderita
hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Apabila
terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan.8
Elizabeth J. Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul
dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat
kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf,
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan
kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.8
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisis, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium, natrium, kreatinin), gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol
HDL, dan EKG. 8
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan
ekokardiografi. 8
13. 13
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pengukuran dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat
selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (80% menutupi
lengan).8
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi
makananm riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi hipertensi
sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan
sebagainya). 8
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kolateral.
Kemudian dilakukan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif,
pemeriksaan leher untuk mwncari bising karotid, pembesaran vena, atau kelenjar
tiroid. Mencari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran
ukuran, bising, derap, dan bunyi jantung ketiga atau empat. Paru diperiksa untuk
mencari ronki dan bronkospasme. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari
adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulsasi aorta yang abnormal. Pada
ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang menghilang, edema, dan
bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi. 8
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target tekanan
darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi dengan
diabetes atau gagal ginjal.11
14. 14
Berdasarkan kelompok risiko dikategorikan menjadi :
A. Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2, atau 3, tanpa
gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya.
Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan,
maka harus diberikan obat antihipertensi.
B. Pasien tanpa penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ lainnya, tapi
memiliki satu atau lebih faktor risiko, namun bukan diabetes melitus. Jika
terdapat beberapa faktor risiko maka harus diberikan obat hipertensi.
C. Pasien dengan gejala klinis kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskular : penyakit jantung (hipertrofi
ventrikel kiri, infark miokard, angina pektoris, gagal jantung, riwayat
revaskularisasi koroner, stroke, transient ischemic attack, neftropati,
penyakit arteri perifer, dan retinopati. (Mansjoer, A. 2001)
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:
Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C
130-139/85-89
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
140-159/90-99
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
≥160/≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Tabel 4.2 Penatalaksanaan Hipertensi
1. Modifikasi gaya hidup : (Mansjoer, A. 2001)
a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (IMT ≥ 27)
b. Membatasi alkohol
c. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
d. Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na/ 2,4g Na/ 6g
NaCl/hari)
e. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari)
f. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
15. 15
g. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan
2. Pilihan Obat :
a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretik, beta blocker
b. Indikasi tertentu : ACE-Inhibitor, penghambat reseptor angitensin
II, alfa blocker, alfa-beta-blocker, beta blocker, antagonis Ca,
diuretik
c. Indikasi yang sesuai :
i. Diabetes melitus tipe 1 dengan proteinuria : ACE-Inhibitor
ii. Gagal Jantung : ACE-Inhibitor, diuretik
iii. Hipertensi sitolik terisolasi : diuretik, antagonis Ca
dihidropiridin kerja lama
iv. Infark miokard : beta blocker (non ISA), ACE-Inhibitor
(dengan disfungsi sitolik)
Klasifikas
i tekanan
darah
Tekanan
darah
sistolik
(mmhg)
Tekanan
darah
diastolic
(mmhg)
Modifikasi
gaya hidup
Tanpa indikasi
khusus
Dengan
indikasi khusus
Normal < 120 <80 Himbauan
Pre-
hipertensi
120-139 80-89 Ya Tidak perlu
Obat-obatan
untuk indikasi
tersebut
Hipertensi
grade I
140-159 90-99 Ya
Diuretic golongan
tiazid. Dapat
dipertimbangkan
pemberian ACEI,
αB, βB, CaCB
atau kombinasi
Obat-obatan
untuk indikasi
khusus tersebut.
Ditambah obat
antihipertensi
(diuretic, ACEI,
αB, βB, CaCB)
Hipertensi
grede II
≥ 160
atau
≥100
Ya
Kombinasi kedua
obat. Biasanya
diuretic dengan
ACEI, αB, βB,
CaCB atau
kombinasi
Tabel 4.3 Penanganan Hipertensi dan pemilihan obat
16. 16
KOMPLIKASI.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak, akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian
lain dari otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian
otak menjadi rusak.
2. Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk mempompa darah.
3. Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.
Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal
menurun. Hingga bisa mengalami gagal ginjal.
4. Kerusakan mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada
mata, sehingga penglihatan terganggu.