tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, dan Balita .
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari.
tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, dan Balita .
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari.
NOTE: Mohon apabila hendak mengutip, kutiplah dengan mencantumkan sumbernya ya.
Terima kasih :)
“Intentionally using the quotes of others without author attribution is plagiarism and contributes to illiteracy.” - Rain Bojangles
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
Asuhan keperawatan pada bendungan asi
1. Persalinan
Hormon estrogen dan progesterone menurun
Isapan bayi
ASI mulai muncul hari ke 3-5
Produksi ASI dimulai meningkat
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR
I. Definisi
- Bendungan ASI adalah bendungan air susu karena penyempitan ductus
laktiferus kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
puting susu. (Dr. Rustam, 1998).
- Peningkatan aliaran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi yang bukan disebabkan over distensi dari
saluran sistem laktasi (Sarwono Prawirohardjo, 2001).
II. Patofisiologi
III.Gejala dan Tanda
- Nyeri pada payudara dan tegang.
- Mengeras dan membesar.
Hormon prolackh meningkat & Hormon oxylocin meningkat
(Hipose anterior) (Hipofise posterior)
Produksi ASI dimulai Pengeluaran ASI
- Bila tidak ditekan / frekuensi meneteki berkurang
- Payudara tidak dikosongkan setelah meneteki
- Perawatan payudara tidak dilakukan adanya sumbatan
ASI
- Posisi menyusui yang salah
Puting susu lecet - Bendungan ASI
- Nyeri pada payudara dan tegang
- Mengeras dan membesar
- Suhu meningkat tidak > 38,50
C
2. - Biasanya terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
- Suhu meningkat tidak > 38,50
C
IV. Pencegahan
- Menyusui sedini mungkin dan sering.
- Perawatan payudara post partum secara teratur.
- Memakai BH yangt menopang dan memadai.
- Hindari tekanan lokal pada payudara.
- Pengeluaran ASI dengan tangan / pompa bila payudara terasa masih penuh
setelah menyusui.
V. Penanganan
* Bila Ibu menyusui bayinya
- Susukan sesering mungkin.
- Kedua payudara disusukan.
- Kompres hangat payudara sebelum ditetekkan.
- Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
- Sangga payudara.
- Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui.
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk evaluasi hasil.
* Bila ibu tidak menyusui
Sangga payudara.
Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.
Jangan dipijat / jangan memakai kompres hangat pada payudara.
* Bila ibu menyusui dan bayi tidak menetek
Bantulah memerah air susu dengan tangan dan pompa.
* Bila ibu menyusui dan bayi mampu menetek
Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap meneteki.
Berikan payudara cara meneteki yang baik.
Mengurangi nyeri sebelum meneteki dengan :
• Memberikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki / mandi
dengan air hangat.
• Pijat punggung dan leher.
3. • Memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi puting agar
bayi mudah menetek.
Mengurangi nyeri setelah meneteki :
• Gunakaan bebat atau kutang.
• Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak.
• Terapi parasetamol 500 mg peroral.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
4. * PENGKAJIAN
Dokumen pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulakan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
(A. Aziz Alimul H, 2001)
1. Pengumpulan data
a. Identitas / biodata klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, bahasa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, no register, dan
diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh payudara terasa tegang dan terasa nyeri.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin atau abortus, riwayat lalu
tidak pernah menderita.
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada post partum didapatkan payudaranya terasa tegang dan
nyeri karena payudaranya belum ditetekan ke bayinya.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti adanya penyakit
jantung, hipertensi, DM, keturunan bayi kembar, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin dan abortus. Memungkinkan penyakit tersebut
ditularkan pada klien.
(Depkes RI, 1993 : 66)
Riwayat psikososial
Pada klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga dirinya
rendah.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
5. Karena kurangnya pengetahuan klien tentang bendungan ASI dan
cara pencegahan, penanganan serta perawatannya dan kurangnya
menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
pengaruh dari keinginan menyusui bayinya.
Pola aktivitas
Klien dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, terbatas apa
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, cepat
lesu. Pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktifitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering /
sudah kencing selama nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
oedema dari trigono yang menimbulkan obstruksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
Pola tidur dan istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
Pola hubungan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain
Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamin dan merasa cemas atas bendungan
ASInya dan cara menetek yang benar.
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien nifas merasakan nyeri pada perineum akibat
luka jahitan dan nyeri parut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurang pengetahuan tentang cara
merawat bayi
Pola persepsi dan konsep diri
6. Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis, klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain body image dan ideal diri.
Pola produksi seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual /
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas (Sharon J. Reeder, 1997 : 285).
Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedrest total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
e. Pemeriksaan Fisik
• Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum dan apakah ada benjolan.
• Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar gondok
karena dalam proses meneran yang salah.
• Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
• Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya adakah cairan yang keluar dari telingga.
• Hidung
Ada polip atau tidak dan apabila pada post partum mengalami
pernafasan cuping hidung.
• Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hipopigmentasi
areola mamae dan papilla mamae.
• Abdomen
Pada klien nifas, abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri, fundus uteri 3 jari bawah pusat.
• Genetalia
7. Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak (Cristina
Ibrahim, 1993 : 50).
Periksa dalam untuk mengetahui jauhnya kemajuan persalinan,
keadaan serviks, panggul serta keadaan jalan lahir (Depkes RI, 1993 :
76).
• Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
• Ekstrimitas
Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung / ginjal (Sharon J. Reeder, 1987 : 412).
• Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak dan
aktifitas karena adanya luka episiotomi.
• Tanda-tanda vital
Apabila terjadi pendarahan pada post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh menurun.
* DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan yang
ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan bendungan ASI.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
payudara.
II. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam menyusun rencana
keperawatan yang dilaksanakan setalah mengumpulkan data, menganalisa dan
menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan pendekatan apa yang
digunakan untuk memecahkan penderita atau mengurangi masalahnya.
8. * Diagnosa pertama : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
bendungan ASI.
- Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 1 x 24 jam.
- Kriteria hasil : - Ibu tampak lebih tenang.
- Tidak terjadi komplikasi lanjutan pada payudara.
- Ibu mau menyusui atau menetek.
- Rencana tindakan :
1. Jelaskan pada ibu tentang bendungan ASI.
R / : pengetahuan yang benar akan menambah kooperatif ibu.
2. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada kedua
payudara secara bergantian.
R / : memberi ASI / meneteki bayi secara teratur dan bergantian pada
kedua payudara akan mengurangi nyeri.
3. Anjurkan ibu untuk beri kompres hangat pada payudara sebelum
ditetekkan.
R / : kompres hangat merangsang produksi ASI.
4. Anjurkan ibu memijat payudara pada permulaan menyusui.
R / : dengan memijat payudara akan merangsang pengeluaran ASI.
5. Ajari ibu cara meneteki yang benar.
R / : posis yang benar dapat meningkatkan rangsangan ASI secara
maksimal.
6. Anjurkan ibu untuk kompres dingin payudara diantara waktu
menyusui.
R / : kompres dingin memberi dampak vasokonstriksi terhadap aliran
darah terutama pada payudara.
7. Anjurkan ibu memakai BH yang menopang / menyangga payudara
dengan pas.
R / : merangsang aliran vena dan limfe lebih lancar.
* Diagnosa kedua : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang perawatan payudara.
- Tujuan : Klien tidak merasakan cemas lagi.
- Kriteria hasil : - Klien mengerti tentang cara perawatan payudara.
- Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang perawatan
payudara.
9. - Rencana tindakan
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab dan cara mengatasi bendungan
ASI.
R / : pengetahuan yang benar akan menambah kooperatif ibu.
2. Anjurkan ibu dan ajari ibu untuk melakukan perawatan payudara.
R / : dengan mempraktekkan secara langsung dapat merubah perilaku
ibu
3. Ajari ibu meneteki yang benar.
R / : dengan posisi yang benar dapat meningkatkan rangsangan ASI
secara maksimal.
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada kedua
payudaranya secara bergantian.
R / : dengan menyusui lebih sering akan merangsang ASI keluar
dengan lancar.
5. Anjurkan ibu untuk memberi kompres hangat pada payudara sebelum
ditetekkan.
R / : dengan kompres hangat merangsang produksi ASI.
III.IMPLEMENTASI
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan
meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter
dan ketentuan rumah sakit.
* EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses perawatan yang menyediakan niali
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dari merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil (A. Azil Alimul H,
2001).
10. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1997), Pedoman Pemahaman Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi
Petugas Puskesmas, Jakarta.
Effendi, Nasrul (1995), Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz (2001), Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ibrahim, Cristina (1993), Ilmu Kebidanan, Bharata Niaga Media, Jakarta.
Prawiraharjho, Sarwono (1995), Ilmu Bedah Kebidanan Yayasan, Rina Pustaka,
Jakarta.
Reeder, Sharon J, Etc all (1987), Maternity Nursing Sixteent Edition, Lippincot
Company, London.