SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga
peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah
terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas,
masing – masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat – alat genetalia dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama
sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen
tuba. Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan
sudah menahun.
Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium
melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedan
ginfeksi puerperal kuman – kuman dari uterus melalui darah dan limfe
menuju parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium.
Pada asuhan kebidanan ini akan dibahas mengenai cara menangani
kasus pada ibu nifas dengan metritis atau radang miometrium yang
merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis
diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan
metritis
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah pada ibu
nifas dengan metritis
2
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu
nifas dengan metritis
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu
nifas dengan metritis
5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada ibu nifas
dengan metritis
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan metritis
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah
diberikan.
1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Mengumpulkan data dengan tanya jawab langsung tentang masalah yang
dialami klien.
2. Observasi
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspirasi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Study Dokumentasi
Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien,
catatan medik dan data penunjang lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengambilan data dari buku-buku litaratur
1.4 Sistematika Penulisan
Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi dalam 5 bab yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Pengumpulan Data dan Teknik penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Nifas Fisiologis
B. Konsep Dasar Metritis
3
C. Konsep Manajemen Kebidanan Pada ibu nifas dengan Metritis
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
B. Identifikasi Masalah dan Diagnona
C. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial
D. Kebutuhan Segera
E. Rencana Asuhan
F. Implementasi
G. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Konsep Dasar Nifas
2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
(Herawati Mansur, 2009: 152)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Sarwono, 2008: 356)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sarwono, 2008: 122)
2.1.2 Perubahan fisiologi alat-alat tubuh
Menurut Sarwono, 2002 : 122, pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis yaitu :
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
c. Lokasi dan pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan system tubuh lainnya.
e. Perubahan psikis
Menurut Rustam Mochtar (1998 : hal 115) pada masa ini terjadi
perubahan involusi pada alat-alat kandungan yaitu :
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
5
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simpisis
Tidak teraba di atas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
b. Bekas Implantasi Uri
Placenta bad mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum
uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 3 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka jalan lahir
Pada jalan lahir bila tidak di sertai dengan infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
d. Rasa sakit (After Pains).
Muntah atau mules-mules (After pains) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
e. Lochea
Merupakan cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Beberapa macam Lochea :
1. Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desi dua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum selama
2 hari post partum.
2. Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 post partum.
3. Lochea Serusa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
terjadi pada hari ke 7-14 post partum.
4. Lochea Alga : cairan putih, setenlah 2 minggu.
5. Lochea purulental : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau buruk.
6. Locheostatis : Lochea yang tidak lancar keluarnya.
6
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
pewarna merah kehitaman. Konsistensinya lemak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dari setelah
7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pervis yang merenggang pada waktu
persalinan, setelah bayi baru lahir secara berangsur-angsur menjadi
mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan dan gunnastik pasca persalinan.
2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
(Sarwono, 2002:122)
2.1.4. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, menditeksi mngenai masalah –
masalah yang terjadi.
Kunjungan Waktu Tujuan
7
1
2
6 – 8 jam
setelah
persalinan
6 hari setelah
persalinan
- Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia
uteri
- Menditeksi dan merawat penyebab lain
pendarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut.
- Memberiakan konseling pada ibu atau salah satu
keluarga, bagaimana mencegah pendarahan masa
nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
Note : Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu BBL 2
jam pertama post partum atau sampai ibu dan
bayinya dalam keadaan stabil.
- Memastikan evolusi uterus berjalan normal :
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
- Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
- Memastikan adanya tanda – tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu menyususi dengan baik, dan
- tidak memperlitkan tanda – tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, pada bayi, tetap
hangat dan merawat bayi sehari – hari.
- Sama seperti diatas (6 hari setelah persalianan)
8
3
2 minggu
setelah
persalinan
6 minggu
setelah
persalinan
- Menanyakan pada ibu tentang Penyulit –
Penyulit yang ia tau bayi alami.
- Memberikan konseliang untuk KB secara dini.
(Sarwono, 2008: 123)
2.1.4 Perawatan Masa Nifas
Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, dimana
puerperal diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap
demikian pernah di jumpai sehingga terjadi adhesi antara labium merior
dan labium mayora kanan dan kiri.
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan ibu untuk
malakukan “mobilisasi dini” (early mobiliazation). Perawatan mobilisasi
dini mempunyai keuntungan
(Manuaba, 1998 : hal 193):
a. Mobilisasi dini
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan-kiri untuk
mencegah terjadi trombosis dan tromboembou. Pada hari ke 2
9
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau 5 boleh
pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Biasanya
selama persalinan wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uterus
ditekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih perih dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan katerisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa
dilakukan klisma.
e. Perawatan Payudara (Mamma)
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
Pembalutan mammae sampai tertekan
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet
Lynoral dan parlodel
f. Laktasi
Untuk menghadapi laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar. Alveoli dan jaringan
lemak bertambah.
Hipervaskularisasi pada permukaan dam bagian dalam
Keluar cairan susu jolung dari duktus laktiferus disebut colustrum,
berwarna kuning-putih susu.
10
Bila bayi mulai di susui, isapah pada putting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektaris mengakibatkan oksitasi
dikeluarkan oleh tupofise. Sebagai efek positif adalah infolusi uteri akan
lebih sempurna. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar
(romming in) atau pada tempat yang terpisah.
Keuntungan romming in :
Mudah menyusukan bayi
Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi
Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
g. Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang, bagi wanita bekerja berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan
sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
h. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Bagi ibu dengan persalinan normal sebaiknya dilakukapemeriksaan
kembali 6 minggu setelah persalinan.
Nasehat untuk ibu posthatal
1. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
2. Sebaiknya bayi disusui
3. Kerjakan jimnastik setelah bersalin
4. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak.
5. Bawalah bayi untuk mendapatkan imunisasi
2.2 Konsep Dasar Metritis
2.2.1 Pengertian Metritis
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya
seperti endometritis.
(Sarwono,2009:647)
11
Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah
persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas.
(Sarwono, 2008,262)
Metritis adalah radang pada lapisan dinding rahim yaitu miometrium.
Dimana terjadi infeksi uterus setelah persalinan. Penyakit ini tidak berdiri sendiri
tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti
endometritis. Bila tidak teratasi dengan baik maka berpotensi terjadi Parametritis
(infeksi sekitar rahim), Salpingitis (infeksi saluran otot), Ooforitis (infeksi indung
telur), Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung
telur.
(Wikipedia.com)
2.2.2 Patofisiologi
 Bakteriologi
Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri
biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses
persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan
tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan terkontaminasi oleh
bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob yang terbanyak adalah
Peptostreptokokus sp dan Peptokokus sp. Selain itu, juga terdapat
Bakterioides sp dan Klostridium sp. Baakteri aerob gram positif yang
sering ialah Enterokkokus dan grup B Streptokokus, sedangkan bakteri
gram negatif yang sering ialah Eserisia koli
 Patogenesis
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada
tempat implantasi plasenta, desidua dan miometrium yang berdekatan.
Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina mendapatkan akses ke cairan
ketuban pada waktu persalinan, dan pada saat pascapersalinan akan
menginvasi tempat implantasi plasenta yang saat itu biasanya merupakan
sebuah luka dengan diameter ± 4cm dengan permukaan luka yang
12
berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus, daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen.
Infeksi uterus pascaoperasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka
operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.
(Sarwono, 2008 :649)
2.2.3 Etiologi
Faktor Predisposisi terjadinya Metritis menurut (Sarwono, 2008: 247)
adalah:
1. Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominam/seksio
sesarea, maka timbulnya metritis pada persalinan pervaginam
relatif jarang bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu
pada ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan
pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian metritis akan
meningkat sampai mendekati 6. Bila terjadi korioamnionitis
intrapartum, maka kejadian metritis akan lebih tinggi yaitu
mencapai 13%.
2. Persalinan Seksio Sesarea
Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya
metritis dan erat kaitannya dengan status sosioekonomi penderita.
Faktor risiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya
proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang
dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya risiko
tersebut, American College of Obstetricians and Gynecologist
menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan
seksio sesarea.
2.2.4 Klasifikasi Miometritis
1. Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi post
partum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian
dari infeksi yang lebih luas. Pada wanita dengan endometrium yang
meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit
13
ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan daan
infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
2. Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometrogia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara
umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
a. Abses pelvik
b. Peritonitis
c. Syok septic
d. Dispareunia
e. Trombosis vena yang dalam
f. Emboli pulmona
g. Infeksi pelvik yang menahun
h. Penyumbatan tuba dan infertilitas
2.2.5 Manifestasi klinik
Gejala dan tanda metritis yaitu.
a. Demam menggigil
b. Nyeri di bawah perut
c. Lochia berbau dan bernanah
d. Nyeri tekan uterus
e. Perdarahan pervaginam
f. Syok
Menurut (Sarwono, 2008:649) gejala klinik Metritis adalah :
1) Demam merupakan gejala klinik terpenting untuk mendiagnosis
metritis, dan suhu tubuh berkisar melebihi 380
C - 390
C. Demam
disertai menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya
bakteremia yang bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya
timbul pada hari ke 3 ddertai nadi cepat
14
2) Penderita mengeluhkan nyeri abdomen yang pada pemeriksaan
bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek
3) Lokhia yang berbau menyengat sering menyertai timbulnya
metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti.
4) Pada infeksi oleh grup A β-hemolitik streptokokus sering disertai
lokhia bening yang tidak berbau.
2.2.6 Komplikasi
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1. Abses pelvik
Pada keadaan yang sangat jarang selulitis parametrium yang terjadi
akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi maka harus
dilakukan drainase pus yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan
pemasangan jarum berukuran besar maupun ke posterior dengan
melakukan kolpotomi yaitu tindakan pembedahan yang membawa porsio
dari usus besar melewati dinding abdomen. Selain itu, perlu juga diberikan
antibiotika yang adekuat.
2. Peritonitis
Peritonitis merupakan penyulit yang kadang-kadang terjadi pada
penderita pasca seksio sesaria yang mengalami metritis disertai nekrosis
dan dehisensi insisi uterus. Pada keadaan yang lebih jarang didapatkan
pada penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesaria kemudian
dilakukan persalinan pervaginam (VBAC: Vaginal Birth After C-section).
Abses pada perametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan
peritonitis generalisata.
3. Syok septic
Syok septic atau syok endotoksik merupakan suatu gangguan
menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab
utama adalah infeksi bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus
septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
4. Dispareunia
15
Adalah rasa sakit atau nyeri pada saat melakukan hubungan
seksual. Metritis bisa menyebabkan penderitanya merasakan
ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan hubungan seksual
5. Trombosis vena yang dalam
Thrombosis vena dalam adalah kondisi medis yang ditandai
dengan pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di
dalam tubuh (vena profunda) yang dapat menyumbat baik seluruh maupun
sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi
darah. Kebanyakan DVT ditemukan pada tungkai bawah, paha, atau
panggul. Pada DVT dengan gumpalan darah yang kecil, mungkin tidak
bergejala. Pada gumpalan darah yang lebih besar yang menyumbat vena
dengan berat, gejala, seperti nyeri, dan pembengkakan pada salah satu
tungkai (biasanya betis) disertai dengan daerah kulit yang hangat, biasanya
timbul. DVT biasanya terjadi ketika seseorang menjadi inaktif untuk
beberapa waktu tertentupada kasus-kasus seperti perawatan di rumah sakit
dan perjalanan jarak jauh dengan menggunakan mobil ataupun pesawat
terbang. Meskipun hal ini bukan merupakan kondisi yang berbahaya, hal
ini memerlukan penanganan dini jika gejala timbul karena gumpalan darah
di dalam vena dapat lepas dan berjalan melalui aliran darah, dimana
gumpalan darah tersebut dapat menyangkut pada pembuluh darah di dalam
paru-paru. Komplikasi ini dikenal dengan emboli paru dan dapat
mengancam jiwa.
6. Emboli pulmonal
Emboli pulmonal adalah kondisi medis yang ditandai dengan
pernapasan pendek yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada,
dan batuk akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah. Penyumbatan
biasanya disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan di dalam aliran
darah dari vena ke dalam paru-paru. Oleh karena itu, orang-orang dengan
thrombosis vena dalam beresiko tinggi terkenal emboli pulmonal.
7. Infeksi pelvik yang menahun
16
Metritis yang tidak diobati akan menyebabkan terjadinya infeksi
pelvic yang menahun, yang bisa menyebabkan penderitanya meninggal
apabila tidak diobati.
8. Penyumbatan tuba dan infertilitas
Bila penderita metritis tidak mendapat penanganan secara cepat
atau tidak diobati maka akan menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba
yang akan menghalangi terjadinya prose ovulasi yang bisa menyebabkan
terjadinya infertilitas.
2.2.8 Pencegahan
a) Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti
anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit
yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau
tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua
hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena
dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan
mudah masuk dalam jalan lahir.
b) Masa persalinan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa persalinan yaitu.
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah
pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat
harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan transfusi darah
17
c) Selama nifas
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa nifas yaitu.
a. Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
b. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
c. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital
harus suci hama.
d.Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
e. Membatasi tamu yang berkunjung
2.2.8 Penatalaksanaan Metritis
1. Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2. Berikan antibiotic broadspektrum dalam dosis yang tinggi
a. Ampicilin 2 gr IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah
gentamisin 5mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini
sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
 Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
 Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital
atau dengan kuret yang lebar)
 Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi Fowler
 Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada
tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan
pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan
histerektomi subtotal.
(Sarwono, 2008 :262)
18
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Metritis
2.3.1 Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data
dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang
diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama, umur, no reg, nama orang tua, pekerjaan, pendidikan, agama,
alamat.
b. Keluhan Utama
Gejala yang dirasakan ibu, apakah ibu merasa nyeri di perut, apakah ada
nanah pada kelamin ibu dan berbau menyengat. Apakah ibu merasakan
demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan perjalanan infeksi yang di alami ibu. Waktu permulaan demam
dan berapa lama ibu mengamati tanda-tanda adanya infeksi pada alat
kalaminnya sampai ibu datang ke petugas kesehatan.
d. Penyakit Riwayat Dahulu
Riwayat infeksi sebelumnya, riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah
ketuban yang lama.
e. Riwayat Natal
Pre natal : selama hamil pernah mengalami keputihan berbau
menyengat atau berwarna kuning kehijauan, pernah mengalami demam
atau tidak. Pernah keguguran atau tidak, apabila pernah keguguran
dilakukan kuret atau tidak, dan ada atau tidak penyakit yang menyertai
kehamilan
Natal : melahirkan secara normal atau seksio atau dengan alat,
siapa yang menolong persalinannya, dimana dan apakah ada penyulit
persalinan atau tidak, juga ditanyakan berapa berat lahir bayi, jenis
kelaminnya, panjang badan dan apabila anak hidup berapa usianya
Sekarang, dan bila mati apa penyebabnya.
,berapa Usia kehamilan, Bagaiman cara melahirkan plasenta, dilakukan
penjahitan jalan lahir atau tidak
19
Post Natal : Apa ibu mengalami demam aau tidak.
f. Pola kebiasaan Sehari-hari
Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari,
, ganti pembalut setiap lembab atau tidak , ganti celana dalam setiap
berapa kali sehari. Cara mencebok nya bagaimana
pola seksual
ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah
panggul
B. Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari
infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik / cukup / kurang
Kesadaran : composmentis/ apatis,/ somnolen
TTV : Suhu : 380
C- 390
C
Respirasi : > 24 x / menit
Nadi : > 90x/menit
Tekanan Darah : 90/60- 130/90 mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Mata : conjungtiva pucat
Payudara : payudara mengkilat/tidak, merah/ tidak, Asi keluar/tidak
Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar
nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka
Palpasi
Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut. tekan pada
abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi,
normalnya pertengahan symphisis pusat)
20
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³
Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri
2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
DX : Ibu X P.... Ab... post partum hari ke ... dengan Metritis
DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah
melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin
besar, semakin nyeri dan badannya demam.
Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun)
N : 100 x/mnt(cepat/meningkat)
R: 28x/mnt
S : 38,2 C(meningkat)
Mata : conjungtiva pucat
Abdomen : inspeksi : perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya
pertengahan symphisis pusat)
- Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus
lemah
Genitalia : lokhea berbau busuk, normalnya lokhea sanguinolenta
· Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³
· Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri
2.3.3 Identifikasi Diagnosan Dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial:
Abses pelvik
Peritonitis
Syok septic
Dispareunia
Trombosis vena yang dalam
21
Penyumbatan tuba dan infertilitas
Infeksi pelvik yang menahun
Emboli pulmonal
2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Adapun kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah :
a. Rehidrasi
b. Siapkan Rujukan
c. kolaborasi dengan dokter
2.3.5 Pengembangan Rencana
1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya
R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan lebih kooperatif
untuk dilakukan tindakan
2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter
R/ sebagai bukti ontentik
3. Pasang infus
R/ keseimbangan cairan
4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama
48 jam, Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB
IV tiap 24 jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
(Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan)
R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya
5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler
R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah
penyebaran infeksi
6.Observasi TTV
R/ deteksi dini komplikasi
7. Berikan diet TKTP dan banyak minum air putih
R/ perbaikan nutrisi dan menjaga keseimbangan tubuh
2.3.6 Implementasi
22
Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun
dalam kondisi tertentu implementasi dapat berubah disesuaikan
dengan kondisi pasien.
2.3.7 Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang digunakan untuk mengukur
pelaksanaan berdasarkan tujuan dan kriteria. Dalam evaluasi
menggunakan format SOAP.
S : Data yang didapat dari wawancara langsung.
O : Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dan observasi.
A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal 28 Mei 2014
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny. P Nama Suami : Tn. R
Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta (toko
material)
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat: Papar, kediri Alamat : Papar, Kediri
 Keluhan Utama
Ibu datang ke BPM dengan keluhan sudah dua hari panas badan dingin, nyeri
perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina bau busuk seperti
nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 24 Mei 2014, perdarahan normal, ibu
melahirkan di rumah ditolong oleh dukun tidak didampingi tenaga kesehatan.
 Penyakit Riwayat Dahulu
Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya, Ibu juga tidak
mengalami pecah ketuban sebelum waktunya
 Riwayat Natal
Pre natal : selama hamil tidak pernah mengalami keputihan berbau
menyengat atau berwarna kuning kehijauan, tidak pernah mengalami
demam. Tidak pernah keguguran,
Natal : melahirkan secara normal ditolong bidan, dan ari ari
dirogoh ,usia kehamilan 9 bulan
Post Natal : ibu mengalami demam
24
 Pola kebiasaan Sehari-hari
Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari,
, ganti pembalut setiap lembab, ganti celana dalam setiap 2 kali sehari.
pola seksual
ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah
panggul
 Riwayat Persalinan yang Lalu
N
o
Tgl/T
ahun
Tempat
Persalinan
Usia
Kehamil
an
Jenis
Kehamilan
Penolong
Jenis
Kehami
lan
BB/P
B
Keadaan
anak
1.
12-
08-
2009
Rumah 9 bulan Normal Dukun L
3000g
r/
48cm
Hidup
sehat
B. DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD :90/60 mmHg
Nadi :102 x/menit
Pernapasan :24 x/menit
Suhu :39,50
C
 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Mata : conjungtiva pucat
Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar
nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka
Palpasi
25
Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut bagian bawah.
kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan
symphisis pusat)
 Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 10,4 gr %
Leukosit : 150.00 UI
Golongan darah : 0
II. INTERPRESTASI DATA
1. DX : Ny P P2002 Ab0 post partum hari ke 5 dengan Metritis
DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah
melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin
besar, semakin nyeri dan badannya demam.
Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun)
N : 102x/mnt(cepat/meningkat)
R : 24x/mnt
S : 39,5 C(meningkat)
Mata : conjungtiva pucat
Abdomen :
inspeksi :perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan
symphisis pusat)
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah
Genitalia : lokhea berbau busuk
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik
trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun
penyumbatan dan infertilitas.
26
IV. EVALUASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Tindakan segera
a. Mengurangi cairan yang hilang
b. Mengganti cairan yang hilang
c. Menyiapkan Rujukan
V. RENCANA MANAJEMEN
1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya
R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan agar lebih kooperatif untuk dilakukan
tindakan
2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter
R/ sebagai bukti ontentik dan sebagai bukti tanggung gugat
3. Pasang infus
R/ untuk rehidrasi cairan, mempersiapkan jika diperlukan rujukan,dan untuk
persiapan pemasangan transfusi bila diperlukan saat sampai di tempat rujukan
4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam,
Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24
jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral tidak
diprelukan setelah terapi suntikkan)
R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya
5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler
R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah penyebaran infeksi
6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari
R/ untuk menyeimbangkan cairan
7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi
R/ agar ibu tidak jatuh pada kondisi syok
8.Observasi TTV dan perdarahan
R/ deteksi dini komplikasi dan tanda bahaya
8. Persiapkan ibu untuk dirujuk
R/ Agar masalah segera ditangani
27
VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini dan
meminta inform consent untuk merujuk
2. Melakukan observasi keadaan umum dan tanda vital
Suhu : 39,8 0
C
Nadi : 102 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
TD : 90 / 60 mmHg
3. Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam
1) Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
2) Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
3) Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan
4. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta
sisa kotiledon.
5. Memasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit mengganti doek minimal 3 kali
ganti doek
6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari
7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi yang
baik
8. Mengobservasi perdarahan
10. Menganjurkan pada ibu untuk banyak istirahat
11. Mempersiapkan ibu untuk dilakukan rujukan
VII. EVALUASI
S :
a. Ibu masih merasa sakit perut bagian bawah
b. Ibu mengatakan suhu tubuhnya sudah menurun
c. Ibu mengatakan cairan yang keluar masih berbau busuk
28
d. Ibu merasa tenang walaupun akan dirujuk karena sudah diberikan penjelasan oleh
bidan
O :
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 39,5 0
C
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 94 x/menit
Abdomen : nyeri tekan perut bagian bawah terasa keras dan bulat
TFU3 jari dibawah pusat
Lochea : warna merah segar, masih bau busuk
A : Ny P usia 28 tahun P1001 Ab0 Post partum hari ke 4 dengan
metritis
P : Dilakukan rujukan segera
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Nifas adalah masa di setelah partus selesai sampai  6 minggu pasca salin.
Pada masa ini ada 3 hal yang patut diperhatikan oleh petugas kesehatan. Hal
tersebut adalah ppenurunan TFU (Tinggi Fundus Uteri), pengeluaran lochea dan
laktasi (menyusui). Begitu pentingnya hal tersebut untuk diobservasi karena dapat
digunakan sebagai indicator adanya kelainan atau komplikasi pada masa nifas.
Pada Ny “P” ditegakkan diagnosa dengan metritis dengan dasar pada
pengkajian dimana didapatkan adanya nyeri pada abdomen bagian bawah, adanya
lochea bernanah dan berbau menyengat selain itu disertai adanya demam. Untuk
Ibu nifas normal seharusnya lochea yang keluar sudah berupa lochea
sanguinolenta dimana lochea yang keluar berwarna merah kekuningan tapi pada
kasus ini warna lochea masih merah segar dan terdapat nanah sehingga berbau
menyengat. Dan dari pemeriksaan juga ditemukan bahwa suhu ibu tinggi yaitu
39,50
C, dan menurut teori demam merupakan tanda adanya infeksi diperkuat
adanya perdarahan yang keluar dari vagina.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif ternyata didapatkan bahwa ibu
melahirkan di dukun, hal ini bisa disimpulkan bahwa ibu mungkin terkena infeksi
saat pertolongan persalinan yang tidak seril dari dukun.
Dan dilihat dari pengkajian data subyektif maupun obyektif diatas
disimpulkan bahwa ibu terkena infeksi miometrium yaitu metritis, yaitu infeksi
yang terjadi setelah persalinan dan salah satu faktornya adalah pertolongan
persalinan yang kurang steril dalam kasus ini ditolong oleh dukun.
Untuk penanganan yang dilakukan bidan disini adalah dengan memberikan
rehidrasi untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan, memberikan antibiotika
kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam yaitu : Ampicilin 2 gr IV
setiap 6 jam ; Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam ; Metronidazol 500 mg IV
30
tiap 8 jam dosis tunggal, selain itu bidan juga mempersiapkan untuk dilakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang mampu menangani kasus infeksi.
31
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. “P” Post partum hari ke-4,
Dengan Metritis penulis dapat menimpulkan bahwa :
1. Pada kasus Ny. “P” bisa dikaji data subyektif dan objektif. Data
subjektifnya ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 24
Mei 2014. Saat pengkajian, ibu mengeluhkan demam dan nyeri pada perut
sejak 1 hari yang lalu.. Dari data obyektif diperoleh nyeri tekan pada
abndomen bagian bawah ibu dan suhu ibu tinggi 390
C
2. Diagnosa : Ny. “P” P2002 Ab000 Post Partum hari ke-4 Dengan Metritis
3. Rencana Asuhan yang diberikan:
1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya
2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter
3. Pasang infus
4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam,
Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24
jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral
tidak diprelukan setelah terapi suntikkan)
5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler
6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari
7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi
8.Observasi TTV dan perdarahan
8. Persiapkan ibu untuk dirujuk
4. Setelah diberikan penjelasan ibu mengerti untuk dilakukan rujukan.
32
B. SARAN
1. Untuk klien
- Klien hendaknya melahirkan di bidan bukan di dukun agar tidak terjadi
infeksi karena pertolongan persalinan oleh dukun tidak dilakukan
secara steril
2. Untuk petugas kesehatan
- Petugas hendaknya memberikan lebih banyak KIE mengingat ini
merupakan kasus patologis yang mengharuskan tindakan perujukan
maka ibu harus mendapatkan banyak KIE agar tenang dan kooperatif.
Dan bidan juga harus profesional dan jika bukan kewenangannya tidak
seharusnya dikerjakan sendiri
33
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ginekologi Bagian Obstetri dan Gynekologi, Bandung
Prawiroharjo,Sarwono,2008,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-SP
Prawirohadjo,Sarwono, 2008, Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP
Prawiroharjo, Sarwono,2009. Ilmu Kebidanan , Jakarta : YBP-SP

More Related Content

What's hot

askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu NifasDokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
pjj_kemenkes
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUIASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
martaagustinasirait
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
Al-Ikhlas14
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
dhewychabi
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
Siti Maimun
 
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala ivAsuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
Ayunina2
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
AffiZakiyya
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteri
pjj_kemenkes
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Rahayu Pratiwi
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Aning Aisyah
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
sicua050896
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scheri damanik
 

What's hot (20)

Dokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidananDokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidanan
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
Asuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifasAsuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifas
 
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu NifasDokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUIASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
 
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala ivAsuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteri
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan sc
 

Similar to ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1Bmeilina17
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1Bmeilina17
 
Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP meilina17
 
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasformat dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasDuik Agustini
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B meilina17
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BMeilina18
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1Bmeilina17
 
Asbid nifas ( e'en)
Asbid nifas ( e'en)Asbid nifas ( e'en)
Asbid nifas ( e'en)cinta04
 
Postpartum
PostpartumPostpartum
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluargaPemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
Rahayu Pratiwi
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
Armina Vitari
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
Sumiaty Syifah
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to ASUHAN KEBIDANAN METRITIS (20)

Konsep dasar masa
Konsep dasar masaKonsep dasar masa
Konsep dasar masa
 
Makalah nifas
Makalah nifasMakalah nifas
Makalah nifas
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
 
Tugas TIK B
Tugas TIK BTugas TIK B
Tugas TIK B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP
 
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasformat dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Asbid nifas ( e'en)
Asbid nifas ( e'en)Asbid nifas ( e'en)
Asbid nifas ( e'en)
 
Postpartum
PostpartumPostpartum
Postpartum
 
Asuhan kebidan nifas dengan bendungan asi
Asuhan kebidan nifas dengan bendungan asiAsuhan kebidan nifas dengan bendungan asi
Asuhan kebidan nifas dengan bendungan asi
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluargaPemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan keluarga
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
Konsep dasar masa nifas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar masa nifas AKPER PEMKAB MUNA Konsep dasar masa nifas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar masa nifas AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
 

Recently uploaded

Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 

Recently uploaded (20)

Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 

ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing – masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan. Radang atau infeksi pada alat – alat genetalia dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun. Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedan ginfeksi puerperal kuman – kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium. Pada asuhan kebidanan ini akan dibahas mengenai cara menangani kasus pada ibu nifas dengan metritis atau radang miometrium yang merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan metritis 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah pada ibu nifas dengan metritis
  • 2. 2 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu nifas dengan metritis 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas dengan metritis 5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada ibu nifas dengan metritis 6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis 7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan. 1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mengumpulkan data dengan tanya jawab langsung tentang masalah yang dialami klien. 2. Observasi Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspirasi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 3. Study Dokumentasi Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien, catatan medik dan data penunjang lainnya. 4. Studi Kepustakaan Pengambilan data dari buku-buku litaratur 1.4 Sistematika Penulisan Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi dalam 5 bab yaitu : BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Metode Pengumpulan Data dan Teknik penulisan D. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Nifas Fisiologis B. Konsep Dasar Metritis
  • 3. 3 C. Konsep Manajemen Kebidanan Pada ibu nifas dengan Metritis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data B. Identifikasi Masalah dan Diagnona C. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial D. Kebutuhan Segera E. Rencana Asuhan F. Implementasi G. Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN TEORI 2.2 Konsep Dasar Nifas 2.1.1 Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Herawati Mansur, 2009: 152) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono, 2008: 356) Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono, 2008: 122) 2.1.2 Perubahan fisiologi alat-alat tubuh Menurut Sarwono, 2002 : 122, pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologis yaitu : a. Perubahan fisik b. Involusi uterus dan pengeluaran lochea c. Lokasi dan pengeluaran air susu ibu d. Perubahan system tubuh lainnya. e. Perubahan psikis Menurut Rustam Mochtar (1998 : hal 115) pada masa ini terjadi perubahan involusi pada alat-alat kandungan yaitu : a. Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
  • 5. 5 Bayi lahir Uri lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Setinggi pusat 2 jari bawah pusat Pertengahan pusat simpisis Tidak teraba di atas simpisis Bertambah kecil Sebesar normal 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram b. Bekas Implantasi Uri Placenta bad mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 3 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih. c. Luka-luka jalan lahir Pada jalan lahir bila tidak di sertai dengan infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa sakit (After Pains). Muntah atau mules-mules (After pains) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. e. Lochea Merupakan cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Beberapa macam Lochea : 1. Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desi dua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum selama 2 hari post partum. 2. Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post partum. 3. Lochea Serusa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14 post partum. 4. Lochea Alga : cairan putih, setenlah 2 minggu. 5. Lochea purulental : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau buruk. 6. Locheostatis : Lochea yang tidak lancar keluarnya.
  • 6. 6 f. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong pewarna merah kehitaman. Konsistensinya lemak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dari setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. g. Ligamen-ligamen Ligamen, fasia dan diafragma pervis yang merenggang pada waktu persalinan, setelah bayi baru lahir secara berangsur-angsur menjadi mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan- latihan dan gunnastik pasca persalinan. 2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Sarwono, 2002:122) 2.1.4. Program dan Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, menditeksi mngenai masalah – masalah yang terjadi. Kunjungan Waktu Tujuan
  • 7. 7 1 2 6 – 8 jam setelah persalinan 6 hari setelah persalinan - Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri - Menditeksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut. - Memberiakan konseling pada ibu atau salah satu keluarga, bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri. - Pemberian ASI awal - Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. - Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi Note : Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu BBL 2 jam pertama post partum atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. - Memastikan evolusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. - Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. - Memastikan adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. - Memastikan ibu menyususi dengan baik, dan - tidak memperlitkan tanda – tanda penyulit. - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, pada bayi, tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari. - Sama seperti diatas (6 hari setelah persalianan)
  • 8. 8 3 2 minggu setelah persalinan 6 minggu setelah persalinan - Menanyakan pada ibu tentang Penyulit – Penyulit yang ia tau bayi alami. - Memberikan konseliang untuk KB secara dini. (Sarwono, 2008: 123) 2.1.4 Perawatan Masa Nifas Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, dimana puerperal diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah di jumpai sehingga terjadi adhesi antara labium merior dan labium mayora kanan dan kiri. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan ibu untuk malakukan “mobilisasi dini” (early mobiliazation). Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan (Manuaba, 1998 : hal 193): a. Mobilisasi dini Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan-kiri untuk mencegah terjadi trombosis dan tromboembou. Pada hari ke 2
  • 9. 9 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau 5 boleh pulang. b. Diet Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Biasanya selama persalinan wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uterus ditekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih perih dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan katerisasi. d. Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma. e. Perawatan Payudara (Mamma) Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : Pembalutan mammae sampai tertekan Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan parlodel f. Laktasi Untuk menghadapi laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu : Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar. Alveoli dan jaringan lemak bertambah. Hipervaskularisasi pada permukaan dam bagian dalam Keluar cairan susu jolung dari duktus laktiferus disebut colustrum, berwarna kuning-putih susu.
  • 10. 10 Bila bayi mulai di susui, isapah pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektaris mengakibatkan oksitasi dikeluarkan oleh tupofise. Sebagai efek positif adalah infolusi uteri akan lebih sempurna. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar (romming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan romming in : Mudah menyusukan bayi Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya. g. Cuti hamil dan bersalin Menurut undang-undang, bagi wanita bekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan. h. Pemeriksaan Pasca Persalinan Bagi ibu dengan persalinan normal sebaiknya dilakukapemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Nasehat untuk ibu posthatal 1. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan 2. Sebaiknya bayi disusui 3. Kerjakan jimnastik setelah bersalin 4. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak. 5. Bawalah bayi untuk mendapatkan imunisasi 2.2 Konsep Dasar Metritis 2.2.1 Pengertian Metritis Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis. (Sarwono,2009:647)
  • 11. 11 Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas. (Sarwono, 2008,262) Metritis adalah radang pada lapisan dinding rahim yaitu miometrium. Dimana terjadi infeksi uterus setelah persalinan. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis. Bila tidak teratasi dengan baik maka berpotensi terjadi Parametritis (infeksi sekitar rahim), Salpingitis (infeksi saluran otot), Ooforitis (infeksi indung telur), Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur. (Wikipedia.com) 2.2.2 Patofisiologi  Bakteriologi Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob yang terbanyak adalah Peptostreptokokus sp dan Peptokokus sp. Selain itu, juga terdapat Bakterioides sp dan Klostridium sp. Baakteri aerob gram positif yang sering ialah Enterokkokus dan grup B Streptokokus, sedangkan bakteri gram negatif yang sering ialah Eserisia koli  Patogenesis Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat implantasi plasenta, desidua dan miometrium yang berdekatan. Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina mendapatkan akses ke cairan ketuban pada waktu persalinan, dan pada saat pascapersalinan akan menginvasi tempat implantasi plasenta yang saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter ± 4cm dengan permukaan luka yang
  • 12. 12 berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus, daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen. Infeksi uterus pascaoperasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta. (Sarwono, 2008 :649) 2.2.3 Etiologi Faktor Predisposisi terjadinya Metritis menurut (Sarwono, 2008: 247) adalah: 1. Persalinan Pervaginam Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominam/seksio sesarea, maka timbulnya metritis pada persalinan pervaginam relatif jarang bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian metritis akan meningkat sampai mendekati 6. Bila terjadi korioamnionitis intrapartum, maka kejadian metritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%. 2. Persalinan Seksio Sesarea Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya metritis dan erat kaitannya dengan status sosioekonomi penderita. Faktor risiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya risiko tersebut, American College of Obstetricians and Gynecologist menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan seksio sesarea. 2.2.4 Klasifikasi Miometritis 1. Metritis Akut Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi post partum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Pada wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit
  • 13. 13 ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan daan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. 2. Metritis Kronik Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometrogia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi : a. Abses pelvik b. Peritonitis c. Syok septic d. Dispareunia e. Trombosis vena yang dalam f. Emboli pulmona g. Infeksi pelvik yang menahun h. Penyumbatan tuba dan infertilitas 2.2.5 Manifestasi klinik Gejala dan tanda metritis yaitu. a. Demam menggigil b. Nyeri di bawah perut c. Lochia berbau dan bernanah d. Nyeri tekan uterus e. Perdarahan pervaginam f. Syok Menurut (Sarwono, 2008:649) gejala klinik Metritis adalah : 1) Demam merupakan gejala klinik terpenting untuk mendiagnosis metritis, dan suhu tubuh berkisar melebihi 380 C - 390 C. Demam disertai menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakteremia yang bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke 3 ddertai nadi cepat
  • 14. 14 2) Penderita mengeluhkan nyeri abdomen yang pada pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek 3) Lokhia yang berbau menyengat sering menyertai timbulnya metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti. 4) Pada infeksi oleh grup A β-hemolitik streptokokus sering disertai lokhia bening yang tidak berbau. 2.2.6 Komplikasi Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi : 1. Abses pelvik Pada keadaan yang sangat jarang selulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi maka harus dilakukan drainase pus yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupun ke posterior dengan melakukan kolpotomi yaitu tindakan pembedahan yang membawa porsio dari usus besar melewati dinding abdomen. Selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat. 2. Peritonitis Peritonitis merupakan penyulit yang kadang-kadang terjadi pada penderita pasca seksio sesaria yang mengalami metritis disertai nekrosis dan dehisensi insisi uterus. Pada keadaan yang lebih jarang didapatkan pada penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesaria kemudian dilakukan persalinan pervaginam (VBAC: Vaginal Birth After C-section). Abses pada perametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan peritonitis generalisata. 3. Syok septic Syok septic atau syok endotoksik merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan. 4. Dispareunia
  • 15. 15 Adalah rasa sakit atau nyeri pada saat melakukan hubungan seksual. Metritis bisa menyebabkan penderitanya merasakan ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan hubungan seksual 5. Trombosis vena yang dalam Thrombosis vena dalam adalah kondisi medis yang ditandai dengan pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di dalam tubuh (vena profunda) yang dapat menyumbat baik seluruh maupun sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Kebanyakan DVT ditemukan pada tungkai bawah, paha, atau panggul. Pada DVT dengan gumpalan darah yang kecil, mungkin tidak bergejala. Pada gumpalan darah yang lebih besar yang menyumbat vena dengan berat, gejala, seperti nyeri, dan pembengkakan pada salah satu tungkai (biasanya betis) disertai dengan daerah kulit yang hangat, biasanya timbul. DVT biasanya terjadi ketika seseorang menjadi inaktif untuk beberapa waktu tertentupada kasus-kasus seperti perawatan di rumah sakit dan perjalanan jarak jauh dengan menggunakan mobil ataupun pesawat terbang. Meskipun hal ini bukan merupakan kondisi yang berbahaya, hal ini memerlukan penanganan dini jika gejala timbul karena gumpalan darah di dalam vena dapat lepas dan berjalan melalui aliran darah, dimana gumpalan darah tersebut dapat menyangkut pada pembuluh darah di dalam paru-paru. Komplikasi ini dikenal dengan emboli paru dan dapat mengancam jiwa. 6. Emboli pulmonal Emboli pulmonal adalah kondisi medis yang ditandai dengan pernapasan pendek yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada, dan batuk akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah. Penyumbatan biasanya disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan di dalam aliran darah dari vena ke dalam paru-paru. Oleh karena itu, orang-orang dengan thrombosis vena dalam beresiko tinggi terkenal emboli pulmonal. 7. Infeksi pelvik yang menahun
  • 16. 16 Metritis yang tidak diobati akan menyebabkan terjadinya infeksi pelvic yang menahun, yang bisa menyebabkan penderitanya meninggal apabila tidak diobati. 8. Penyumbatan tuba dan infertilitas Bila penderita metritis tidak mendapat penanganan secara cepat atau tidak diobati maka akan menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba yang akan menghalangi terjadinya prose ovulasi yang bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. 2.2.8 Pencegahan a) Masa kehamilan Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. b) Masa persalinan Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa persalinan yaitu. a. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama. c. Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama. d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik- baiknya dan menjaga sterilitas. e. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah
  • 17. 17 c) Selama nifas Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa nifas yaitu. a. Pencegahan infeksi selama nifas antara lain: b. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik. c. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama. d.Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat. e. Membatasi tamu yang berkunjung 2.2.8 Penatalaksanaan Metritis 1. Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell 2. Berikan antibiotic broadspektrum dalam dosis yang tinggi a. Ampicilin 2 gr IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.  Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis  Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuret yang lebar)  Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi Fowler  Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal. (Sarwono, 2008 :262)
  • 18. 18 2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Metritis 2.3.1 Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif. A. Data Subyektif 1. Biodata Nama, umur, no reg, nama orang tua, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat. b. Keluhan Utama Gejala yang dirasakan ibu, apakah ibu merasa nyeri di perut, apakah ada nanah pada kelamin ibu dan berbau menyengat. Apakah ibu merasakan demam c. Riwayat Penyakit Sekarang Merupakan perjalanan infeksi yang di alami ibu. Waktu permulaan demam dan berapa lama ibu mengamati tanda-tanda adanya infeksi pada alat kalaminnya sampai ibu datang ke petugas kesehatan. d. Penyakit Riwayat Dahulu Riwayat infeksi sebelumnya, riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. e. Riwayat Natal Pre natal : selama hamil pernah mengalami keputihan berbau menyengat atau berwarna kuning kehijauan, pernah mengalami demam atau tidak. Pernah keguguran atau tidak, apabila pernah keguguran dilakukan kuret atau tidak, dan ada atau tidak penyakit yang menyertai kehamilan Natal : melahirkan secara normal atau seksio atau dengan alat, siapa yang menolong persalinannya, dimana dan apakah ada penyulit persalinan atau tidak, juga ditanyakan berapa berat lahir bayi, jenis kelaminnya, panjang badan dan apabila anak hidup berapa usianya Sekarang, dan bila mati apa penyebabnya. ,berapa Usia kehamilan, Bagaiman cara melahirkan plasenta, dilakukan penjahitan jalan lahir atau tidak
  • 19. 19 Post Natal : Apa ibu mengalami demam aau tidak. f. Pola kebiasaan Sehari-hari Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari, , ganti pembalut setiap lembab atau tidak , ganti celana dalam setiap berapa kali sehari. Cara mencebok nya bagaimana pola seksual ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah panggul B. Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : baik / cukup / kurang Kesadaran : composmentis/ apatis,/ somnolen TTV : Suhu : 380 C- 390 C Respirasi : > 24 x / menit Nadi : > 90x/menit Tekanan Darah : 90/60- 130/90 mmHg 2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Mata : conjungtiva pucat Payudara : payudara mengkilat/tidak, merah/ tidak, Asi keluar/tidak Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka Palpasi Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut. tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan symphisis pusat)
  • 20. 20 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³ Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri 2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah DX : Ibu X P.... Ab... post partum hari ke ... dengan Metritis DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin besar, semakin nyeri dan badannya demam. Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun) N : 100 x/mnt(cepat/meningkat) R: 28x/mnt S : 38,2 C(meningkat) Mata : conjungtiva pucat Abdomen : inspeksi : perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan symphisis pusat) - Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah Genitalia : lokhea berbau busuk, normalnya lokhea sanguinolenta · Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³ · Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri 2.3.3 Identifikasi Diagnosan Dan Masalah Potensial Diagnosa potensial: Abses pelvik Peritonitis Syok septic Dispareunia Trombosis vena yang dalam
  • 21. 21 Penyumbatan tuba dan infertilitas Infeksi pelvik yang menahun Emboli pulmonal 2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera Adapun kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah : a. Rehidrasi b. Siapkan Rujukan c. kolaborasi dengan dokter 2.3.5 Pengembangan Rencana 1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan lebih kooperatif untuk dilakukan tindakan 2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter R/ sebagai bukti ontentik 3. Pasang infus R/ keseimbangan cairan 4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam, Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan) R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya 5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah penyebaran infeksi 6.Observasi TTV R/ deteksi dini komplikasi 7. Berikan diet TKTP dan banyak minum air putih R/ perbaikan nutrisi dan menjaga keseimbangan tubuh 2.3.6 Implementasi
  • 22. 22 Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun dalam kondisi tertentu implementasi dapat berubah disesuaikan dengan kondisi pasien. 2.3.7 Evaluasi Merupakan seperangkat tindakan yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan berdasarkan tujuan dan kriteria. Dalam evaluasi menggunakan format SOAP. S : Data yang didapat dari wawancara langsung. O : Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dan observasi. A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obyektif. P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.
  • 23. 23 BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN DATA Tanggal 28 Mei 2014 A. Data Subyektif 1. Identitas Nama : Ny. P Nama Suami : Tn. R Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta (toko material) Agama : Islam Agama : Islam Alamat: Papar, kediri Alamat : Papar, Kediri  Keluhan Utama Ibu datang ke BPM dengan keluhan sudah dua hari panas badan dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina bau busuk seperti nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 24 Mei 2014, perdarahan normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh dukun tidak didampingi tenaga kesehatan.  Penyakit Riwayat Dahulu Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya, Ibu juga tidak mengalami pecah ketuban sebelum waktunya  Riwayat Natal Pre natal : selama hamil tidak pernah mengalami keputihan berbau menyengat atau berwarna kuning kehijauan, tidak pernah mengalami demam. Tidak pernah keguguran, Natal : melahirkan secara normal ditolong bidan, dan ari ari dirogoh ,usia kehamilan 9 bulan Post Natal : ibu mengalami demam
  • 24. 24  Pola kebiasaan Sehari-hari Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari, , ganti pembalut setiap lembab, ganti celana dalam setiap 2 kali sehari. pola seksual ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah panggul  Riwayat Persalinan yang Lalu N o Tgl/T ahun Tempat Persalinan Usia Kehamil an Jenis Kehamilan Penolong Jenis Kehami lan BB/P B Keadaan anak 1. 12- 08- 2009 Rumah 9 bulan Normal Dukun L 3000g r/ 48cm Hidup sehat B. DATA OBYEKTIF Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis TD :90/60 mmHg Nadi :102 x/menit Pernapasan :24 x/menit Suhu :39,50 C  Pemeriksaan Fisik Inspeksi Mata : conjungtiva pucat Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka Palpasi
  • 25. 25 Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut bagian bawah. kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan symphisis pusat)  Pemeriksaan penunjang Hemoglobin : 10,4 gr % Leukosit : 150.00 UI Golongan darah : 0 II. INTERPRESTASI DATA 1. DX : Ny P P2002 Ab0 post partum hari ke 5 dengan Metritis DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin besar, semakin nyeri dan badannya demam. Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun) N : 102x/mnt(cepat/meningkat) R : 24x/mnt S : 39,5 C(meningkat) Mata : conjungtiva pucat Abdomen : inspeksi :perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan symphisis pusat) Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah Genitalia : lokhea berbau busuk III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun penyumbatan dan infertilitas.
  • 26. 26 IV. EVALUASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI Tindakan segera a. Mengurangi cairan yang hilang b. Mengganti cairan yang hilang c. Menyiapkan Rujukan V. RENCANA MANAJEMEN 1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan agar lebih kooperatif untuk dilakukan tindakan 2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter R/ sebagai bukti ontentik dan sebagai bukti tanggung gugat 3. Pasang infus R/ untuk rehidrasi cairan, mempersiapkan jika diperlukan rujukan,dan untuk persiapan pemasangan transfusi bila diperlukan saat sampai di tempat rujukan 4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam, Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan) R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya 5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah penyebaran infeksi 6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari R/ untuk menyeimbangkan cairan 7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi R/ agar ibu tidak jatuh pada kondisi syok 8.Observasi TTV dan perdarahan R/ deteksi dini komplikasi dan tanda bahaya 8. Persiapkan ibu untuk dirujuk R/ Agar masalah segera ditangani
  • 27. 27 VI. IMPLEMENTASI 1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini dan meminta inform consent untuk merujuk 2. Melakukan observasi keadaan umum dan tanda vital Suhu : 39,8 0 C Nadi : 102 x/menit Pernapasan : 24 x/menit TD : 90 / 60 mmHg 3. Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam 1) Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam 2) Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam 3) Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan 4. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. 5. Memasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit mengganti doek minimal 3 kali ganti doek 6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari 7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi yang baik 8. Mengobservasi perdarahan 10. Menganjurkan pada ibu untuk banyak istirahat 11. Mempersiapkan ibu untuk dilakukan rujukan VII. EVALUASI S : a. Ibu masih merasa sakit perut bagian bawah b. Ibu mengatakan suhu tubuhnya sudah menurun c. Ibu mengatakan cairan yang keluar masih berbau busuk
  • 28. 28 d. Ibu merasa tenang walaupun akan dirujuk karena sudah diberikan penjelasan oleh bidan O : TD : 90/60 mmHg Suhu : 39,5 0 C Pernapasan : 20 x/menit Nadi : 94 x/menit Abdomen : nyeri tekan perut bagian bawah terasa keras dan bulat TFU3 jari dibawah pusat Lochea : warna merah segar, masih bau busuk A : Ny P usia 28 tahun P1001 Ab0 Post partum hari ke 4 dengan metritis P : Dilakukan rujukan segera
  • 29. 29 BAB IV PEMBAHASAN Nifas adalah masa di setelah partus selesai sampai  6 minggu pasca salin. Pada masa ini ada 3 hal yang patut diperhatikan oleh petugas kesehatan. Hal tersebut adalah ppenurunan TFU (Tinggi Fundus Uteri), pengeluaran lochea dan laktasi (menyusui). Begitu pentingnya hal tersebut untuk diobservasi karena dapat digunakan sebagai indicator adanya kelainan atau komplikasi pada masa nifas. Pada Ny “P” ditegakkan diagnosa dengan metritis dengan dasar pada pengkajian dimana didapatkan adanya nyeri pada abdomen bagian bawah, adanya lochea bernanah dan berbau menyengat selain itu disertai adanya demam. Untuk Ibu nifas normal seharusnya lochea yang keluar sudah berupa lochea sanguinolenta dimana lochea yang keluar berwarna merah kekuningan tapi pada kasus ini warna lochea masih merah segar dan terdapat nanah sehingga berbau menyengat. Dan dari pemeriksaan juga ditemukan bahwa suhu ibu tinggi yaitu 39,50 C, dan menurut teori demam merupakan tanda adanya infeksi diperkuat adanya perdarahan yang keluar dari vagina. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif ternyata didapatkan bahwa ibu melahirkan di dukun, hal ini bisa disimpulkan bahwa ibu mungkin terkena infeksi saat pertolongan persalinan yang tidak seril dari dukun. Dan dilihat dari pengkajian data subyektif maupun obyektif diatas disimpulkan bahwa ibu terkena infeksi miometrium yaitu metritis, yaitu infeksi yang terjadi setelah persalinan dan salah satu faktornya adalah pertolongan persalinan yang kurang steril dalam kasus ini ditolong oleh dukun. Untuk penanganan yang dilakukan bidan disini adalah dengan memberikan rehidrasi untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan, memberikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam yaitu : Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam ; Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam ; Metronidazol 500 mg IV
  • 30. 30 tiap 8 jam dosis tunggal, selain itu bidan juga mempersiapkan untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mampu menangani kasus infeksi.
  • 31. 31 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. “P” Post partum hari ke-4, Dengan Metritis penulis dapat menimpulkan bahwa : 1. Pada kasus Ny. “P” bisa dikaji data subyektif dan objektif. Data subjektifnya ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 24 Mei 2014. Saat pengkajian, ibu mengeluhkan demam dan nyeri pada perut sejak 1 hari yang lalu.. Dari data obyektif diperoleh nyeri tekan pada abndomen bagian bawah ibu dan suhu ibu tinggi 390 C 2. Diagnosa : Ny. “P” P2002 Ab000 Post Partum hari ke-4 Dengan Metritis 3. Rencana Asuhan yang diberikan: 1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya 2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter 3. Pasang infus 4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam, Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan) 5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler 6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari 7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi 8.Observasi TTV dan perdarahan 8. Persiapkan ibu untuk dirujuk 4. Setelah diberikan penjelasan ibu mengerti untuk dilakukan rujukan.
  • 32. 32 B. SARAN 1. Untuk klien - Klien hendaknya melahirkan di bidan bukan di dukun agar tidak terjadi infeksi karena pertolongan persalinan oleh dukun tidak dilakukan secara steril 2. Untuk petugas kesehatan - Petugas hendaknya memberikan lebih banyak KIE mengingat ini merupakan kasus patologis yang mengharuskan tindakan perujukan maka ibu harus mendapatkan banyak KIE agar tenang dan kooperatif. Dan bidan juga harus profesional dan jika bukan kewenangannya tidak seharusnya dikerjakan sendiri
  • 33. 33 DAFTAR PUSTAKA Buku Ginekologi Bagian Obstetri dan Gynekologi, Bandung Prawiroharjo,Sarwono,2008,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-SP Prawirohadjo,Sarwono, 2008, Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP Prawiroharjo, Sarwono,2009. Ilmu Kebidanan , Jakarta : YBP-SP