1. ENCHEPALITIS
Oleh Kelompok 2
1. Ajeng Nurmalasari
2. Dessy Lestari
3. Fairuz Syifa N
4. M. Tezzar F
5. Nabela Jahro
6. Nurul Khotimah
7. Siti Rukmana
8. Windytama P
2. Encephalitis merupakan infeksi jaringan otak yang menegenai sistem
saraf pusat yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang non purulent. (Nurarif H Amin dan Kusuma Hardhi, 2015)
Pengertian
3. Etiologi
1. Mikroorganisme : Bakteri, protozoa, cacing, jamur,
spirokaeta dan virus
2. Reaksi toxi seperti pada thypoid fever, campak, chicken
pox
3. Keracunan : arsenik, CO
4. Klasifikasi
1. Ensefalitis supuratif akut dengan bakteri ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptococcus, E.Colli,
Mycobakterium dan T. Pallidum.
2. Ensepalitis virus dengan virus penyebab virus RNA (Virus
Parotitis), virus
5. Manifestasi Klinis
Demam
Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
Pusing
Muntah
Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas
Malaise
Pucat
Halusinasi
Kejang
Gelisah
Gangguan kesadaran
6.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
2. Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200
sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat
sedangkan glucose dallam batas normal
3. Pemeriksaan EEG
4. Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral”
dengan aktivitas rendah
5. Thorax photo
6. Darah tepi : leukosit meningkat
7. Ct Scan untuk melihat keadaan otak
8. Pemeriksaan virus
8. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas : klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan dan alamat (Muttaqin, Arif. 2008)
2. Anamnesis : Keluhan utama yang sering menjadi alas an
klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kejang disertai penurunan
tingkat kesadaran. (Muttaqin, Arif. 2008)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang : Faktor riwayat penyakit
sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyakit. Disini harus
9. 4. Riwayat Kesehatan Dahulu : Meliputi pernahkah klien
mengalami campak,cacat aor, herpes, dan bronkopneumonia
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual : Meliputi beberapa
penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi,kognitif, dan
perilaku klien.
10. 6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda
vital. Pada klien ensefalitis biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh klien dari normal 39-41.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-
tanda peningkatan TIK
Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
dan adanya infeksi pada pernapasan sebelum mengalami
ensefalitis.
. TD biasanya normal atau eningkat berhubungan dengan
tanda-tanda peningkatan TIK. ( Muttaqin, Arif. 2008)
11. B1 (BREATHING)
B2 (BLOOD)
B3 (BRAIN)
B 4 (BLADDER)
B 5 (BOWEL)
B 6 (BONE)
12. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada
klien ensefalitis
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama
pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi
sabdueral yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK
Saraf III, IV dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
pada klien ensefalitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Saraf V. Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot
sehingga mengganggu proses mengunyah.
13. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris karena adanya paralisis unilateral.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik sehingga
mngganggu pemenuhan nutrisi via oral.
Saraf XI. Tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. ( Muttaqin, Arif.
2008)
14. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat
penurunan kesadaran
3. Resiko tinggi defisit caiaran dan hipovolemik
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi: krang dari dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
keadaan hipermetabolik.
5. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang,
perubahan status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
6. Resiko kejang berulang
7. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot,
penurunan kesadaran, keruskan persepsi/kognitif