SlideShare a Scribd company logo
Nama : Zaka Firma Aditya
NIM : 8111410061
Makul : Hukum Keuangan Negara
Pengampu : Ristina Yudhanti,SH.,M.Hum
BBM, dan Bayar Bunga Utang
Maikel Jefriando - detikfinance
Kamis, 21/02/2013 14:28 WIB
Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
mencatat, postur APBN 2013 jauh dari kategori proporsional. Dari tahun ke tahun
sekitar 70% dana APBN habis untuk membiayai birokrasi, yaitu gaji PNS.
"Saya menyebutnya ekonomi lebih besar pasak dari pada tiang," kata Pengamat
INDEF Ahmad Heri Firdaus dalam jumpa pers di Energy Tower, SCBD, Jakarta,
Kamis (21/2/2013).
Selain itu, APBN 2013 dianggap tersandera oleh besarnya subsidi BBM dan
kewajiban pembayaran bunga utang. "APBN 2013 kita tersandera oleh besarnya
subsidi BBM dan kewajiban pembayaran bunga utang," ungkapnya.
Ia menjelaskan, dari tahun ke tahun angka subsidi terus membengkak. Sementara
strategi diversifikasi energi masih tergolong minim.
Subsidi BBM tahun ini dianggarkan Rp 193,8 triliun. Jika mengacu ke realisasi
tahun sebelumnya, subsidi BBM mencapai 150%. Maka sangat dimungkinkan
anggaran tersebut terus membengkak,
Sementara terkait utang, menurut Heri, sangat disesalkan melihat utang
pemerintah Indonesia saat ini nilainya Rp 1.979,75 triliun. Sebab utang semakin
bertambah dan bunga tetap dibayar namun realisasi anggaran dari utang tersebut
tidak 100%.
"Jadi juga menimbulkan pertanyaan mendasar untuk apa negara harus berutang
untuk anggaran yang pada akhirnya berlebih," tegas Heri.
Wakil ketua DPR RI, Anis Matta menjelaskan, dana APBN 2013 sebesar Rp
1.683 triliun tersebut akan dibagi dalam beberapa bagian. Berikut pembagian dana
APBN 2013 yang sudah disepakati oleh anggota DPR, seperti dikutip dari
Tribunnews.com:
1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun
2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun
3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun
4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun
5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun
6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun
7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp
317,2 triliun.
Dana tersebut dibagi menjadi dua yakni:
1. Subsidi Energi sebesar Rp 274,7 triliun (BBM, LPG Tabung 3 Kg, LGV,
dan subsidi listrik)
2. Subsidi Non Energi sebesar Rp 42,5 triliun Untuk penerimaan negara,
DPR menyepakati penerimaan dalam negeri sebesar Rp 1.525,2 triliun dan
penerimaan hibah sebesar Rp 4,5 triliun. Penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.193
triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNPB) sebesar Rp 332,2 triliun.
http://finance.detik.com
ANALISIS APBN INDONESIA TAHUN 2013
Pada dasarnya kemauan Negara untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan harus didukung oleh keuangan Negara yang besumber dari pendapatan
Negara yang pemungutannya berdasarkan Undang-Undang. Dalam arti
pendapatan Negara merupakan sumber keuangan yang digunakan oleh untuk
membiayai tugas dari pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan Negara
sebagaimana tertuang didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV.
Analisis Sumber Pendapatan APBN
Di Indonesia sendiri, keuangan Negara telah di kodifikasikan kedalam
Angaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yaitu merupakan suatu dokumen
yang memuat perkiraan penerimaan dan pengeluaran serta rincian kegiatan-
kegiatan di bidang pemerintahan Negara yang berasal dari pemerintah untuk
jangka waktu satu tahun. APBN dirancang oleh Presiden dan disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci
yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran (1Januari-31 Desember). Penerimaan APBN sendiri diperoleh dari
berbagai sumber yaitu :
Penerimaan pajak yang meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB).
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai.
5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan
ekspor).
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi :
1. Penerimaan dari sumber daya alam.
2. Setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
3. Penerimaan bukan pajak lainnya.
Pada tahun 2012 lalu, pemerintah Indonesia (presiden) telah mengajukan
rancangan APBN untuk tahun 2013 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
untuk dibahas dan disetujui dalam rapat paripurna. Dibandingkan dengan tahun
2012, APBN 2013 mengalami sedikit peningkatan. Jika pada tahun 2012, APBN
Indonesia sekitar 1500 Trilyun maka di tahun 2013 direncanakan APBN
Indonesia senilai Rp.1683 Trilyun atau hampir mengalami peningkatan sebesar
Rp.183 Trilyun. Dana tersebut rencananya akan dialokasikan untuk:
1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun
2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun
3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun
4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun
5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun
6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun
7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp
317,2 triliun.
Analisis dari Segi Defisit Ekonomi
Dengan latar belakang ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) 2013 yang telah disahkan dalam sidang paripurna DPR, 23 Oktober 2012
lalu, perlu kita apresiasi meskipun tidak proporsional. Direncanakan APBN 2013
akan menyebabkan defisit sebesar Rp153 triliun atau sekirar 1,65 persen PDB.
Banyak kalangan yang memandang angka ini aman karena masih dalam
koridor yang ditetapkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara Tahun 2004
yang membatasi defisit APBN maksimal 3 (tiga) persen. Undang-undang yang
isinya banyak mengadopsi pada Maastricht Treaty tersebut memberikan suatu
garis besar yang pruden terhadap pengelolaan keuangan negara kita (APBN).
Bahkan bisa diprediksi sejak awal bahwa dengan rencana defisit sebesar 1,65
persen PDB tersebut realisasinya nanti mungkin hanya akan sekira satu persen
PDB.
Hal ini dimungkinkan karena kemampuan penyerapan anggaran
pengeluaran kita umumnya berada di sekira 92-95 persen saja. Dalam APBN
2013, pertumbuhan ekonomi diasumsikan sebesar 6,8 persen. Banyak pihak
sedikit ragu dengan angka pertumbuhan sebesar itu. Padahal angka pertumbuhan
sebesar itu sangat bisa direalisasi dan bahkan dilampaui.
Untuk 2013 mendatang, transfer ke Pemerintah Daerah mencapai Rp.528
trilyun. Jumlah ini memungkinkan pemerintahan daerah untuk memperoleh
dorongan besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah masing-
masing. Kita bisa membayangkan daerah terpencil, misalnya Kabupaten Sintang,
yang berada di ujung Provinsi Kalimantan Barat yang untuk mencapainya saja
memerlukan perjalanan darat sekira tujuh jam dari Pontianak, memiliki APBD
yang melampaui Rp1 trilyun.
Apalagi pemerintah daerah lain, terutama di pulau Jawa yang memiliki
jumlah penduduk lebih besar. Oleh karena itu tidak mengherankan jika koran
bergengsi dari Inggris Financial Times memuat bangkitnya kota-kota lapis ketiga
Indonesia seperti Batam, Pekanbaru, Makassar, dan Pontianak (okezone.com
22/03/2013). Kebangkitan pembangunan di daerah ini akan menciptakan pasar
yang semakin besar bagi industri yang kebanyakan berada di Pulau Jawa.
Akan tetapi kita juga harus melihat potensi daerah tersebut, tentu berbeda
potensi antara daerah yang satu dengan yang lain terutama dalam hal potensi
Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), karena kedua hal
tersebut merupakan potensi yang sangat penting dalam menciptakan indsutri
pasar.
Selain itu perlu juga diperhatikan sumber pemasukan kas Negara untuk
APBN, dalam hal ini perlu adanya komitmen dari daerah untuk bisa lebih
berlomba-lomba dalam memberikan pemasukan ke Negara, sehingga daerah tidak
hanya bisa menikmati kucuran dana dari pemerintah pusat, akan tetapi juga
mampu mengelola uang tersebut (APBD) sehingga mendatangkan surplus bagi
pemerintah pusat.
Analisis dari segi Politik
Menghadapi bursa pemilihan umum tahun 2014, bisa saja APBN yang
telah dirancang disusupi dengan agenda-agenda politik. Dikarenakan aliran APBN
bisa saja digunakan untuk pembiayaan partai politik atau kampanye-kampanye
politik, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa untuk ikut didalam hiruk pikuk pemilu
membutuhkan dana yang sangat besar.
Hal ini dapat kita lihat dari belanja pemerintah untuk bantuan sosial
mengalami kenaikan 54,1 persen dari IDR 47,8 trilyun pada APBN 2012 menjadi
73,6 triliun APBN 2013. Kenaikan bantuan sosial pada tahun politik 2013 ini
harus kita waspadai karena sangat rawan terjadinya penyalahgunakan untuk
kepentingan politik. Apalagi didalam Undang-Undang Partai Politik disebutkan
bahwa sumber pendapatan (biaya) Partai Politik salah satunya didapat dari
pemerintah.
Lebih dari itu, transfer ke Pemerintah daerah sebesar Rp.528 Trilyun juga
harus mendapat pengawasan yang ketat. Dikarenakan bukan tidak mungkin
jumlah APBD yang dialokasikan ke daerah Rp.1 Trilyun per daerah justru disalah
gunakan untuk kepentingan-kepentingan politik dalam menghadapi pemilu 2014
mendatang.
Pengawasan yang dilakukan bisa dari lembaga pemerintah semisal Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) baik pusat maupun daerah dan juga inspektorat
daerah. Selain itu, pengawasan dari lembaga non pemerintah juga penting untuk
dilakukan guna meminimalisir penyalahgunaan dana, bisa dilakukan oleh
Lembaga-lembaga swadaya masyarakat ataupun organisasi non pemerintah
lainnya seperti Indonesian Coruption Watch (ICW).
Subsidi BBM dan Pelunasan Hutang
Hal menarik dari APBN Indonesia dalam 3 tahun terakhir adalah adanya
anggaran khusus yang digunakan untuk subsidi masyarakat. Subsidi yang
dimaksud adalah subsidi BBM, LPG 3kg dan subsidi listrik. Jumlah yang di
alokasikan pun tidak sedikit, dimana untuk tahun 2013 ini pemerintah
mengalokasikan sekitar Rp.317,7 Trilyun untuk subsidi yang dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu Rp.274,7 Trilyun untuk subsidi energy yang meliputi BBM,
LPG dan Listrik serta Rp.45,4 Trilyun untuk subsidi non energy. Angka ini
dipandang sangat besar, dikarenakan melebihi anggaran pemerintah untuk
Pendidikan yang hanya berkisar Rp.250 Trilyun.
Jika hal ini terus berlanjut, maka untuk tahun mendatang APBN Indonesia
akan terus membengkak angkanya hanya untuk subsidi masyarakat. Akan tetapi
hal ini sekiranya wajar untuk menjaga keseimbangan harga pasar dan industry di
masyarakat. Karena, apabila BBM ataupun listrik tidak disubsidi, maka harga-
harga pasar terutama harga bahan pokok menjadi melambung tinggi.
Pemerintah sekiranya harus mencari alternative guna mengatasi masalah
ini, jika menilik data dari pertamina maka BBM yang dihasilkan pertamina dan di
kucurkan setiap harinya sekitar 1 juta barel, sedangkan konsumsi masyarakat
mencapai 1,2 juta barel. Artinya ada deficit dalam konsumsi enegri, hal ini lama
kelamaan akan menyebabkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak dan berimbas
pada harga kebutuhan pokok.
Selain itu, apabila kita menilik utang luar negeri Indonesia sekitar
Rp.1979,75 Trilyun. Dengan APBN Indonesia yang hanya sekitar Rp.1683
Trilyun maka akan sangat sulit untuk melunasi hutang tersebut dalam dua dekade
mendatang, ditambah dengan bunga pinjaman yang semakin membengkak setiap
tahunnya. Untuk APBN 2013, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp.113,2
Trilyun, tetapi itu hanya untuk membayar bunga pinjaman saja, belum termasuk
untuk membayar hutang.
Oleh sebab itu, pemasukan dari berbagai sector yang vital perlu
ditingkatkan, terutama dari sektor pajak yang menyumbang devisa sangat besar
untuk APBN. Selain itu perlu juga pengoptimalan pemasukan dari sector-sektor
Industri dan sumber daya alam agar APBN Indonesia setiap tahunnya dapat
semakin menjngkat.

More Related Content

What's hot

Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
PSEKP - UGM
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Dr. Zar Rdj
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Sujatmiko Wibowo
 
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran FormalMemorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
infosanitasi
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahSistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Dadang Solihin
 
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasional
Joseph Sitepu
 
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah DaerahReviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Deddi Nordiawan
 
Proses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpdProses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpd
Musnanda Satar
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
Sujatmiko Wibowo
 
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdfKAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
EdiVanqom
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
Sujatmiko Wibowo
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035
daldukpapua
 
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptxARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
RicardoStevens1
 
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANPERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
Dadang Solihin
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi  MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Dadang Solihin
 
Digital book rkbmn
Digital book rkbmnDigital book rkbmn
Digital book rkbmn
Roy Siwabessy
 
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan WonogiriTabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Latifah Tio
 
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESASISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
MAHMUN SYARIF
 

What's hot (20)

Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran FormalMemorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahSistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
 
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasional
 
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah DaerahReviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
 
Proses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpdProses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpd
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdfKAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
KAK Peta Guna Bangunan Eksisting 2022.pdf
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035
 
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptxARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
ARAH_KEBIJAKAN_PERMENDAGRI_NO_77_TAHUN_2020.pptx
 
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANPERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi  MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
 
Digital book rkbmn
Digital book rkbmnDigital book rkbmn
Digital book rkbmn
 
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan WonogiriTabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
 
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESASISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
 

Viewers also liked

Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
Aznil Muhammad
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahEka Arif
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoYudi Pratama
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
Rian Saifulloh
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
rajapontar
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Terminal Purba
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Mhd. Abdullah Hamid
 

Viewers also liked (7)

Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
Keuangan negara dan daerah (Lena Farida)
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
Makalah analisa laporan keuangan pemerintah tahun 2009-2014
 

Similar to Artikel keuangan negara

Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013
Yesica Adicondro
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TrifoniaApikaRirinPu1
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Bazari Azhar Azizi
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
EnvaPya
 
hukum pajak.docx
hukum pajak.docxhukum pajak.docx
hukum pajak.docx
IsmiyarCahyani2
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunReza Yudhalaksana
 
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di IndonesiaPengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
Puja Lestari
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Nabila Hanun
 
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanjaUsulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Herninda N. Shabrina
 
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
NhaAnawati
 
Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?
Pusat Kajian Keuangan Negara
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
Fadel Khalif Muhammad
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
STIE EKUITAS BANDUNG
 
Percepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan AnggaranPercepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan Anggaran
Pusat Kajian Keuangan Negara
 
Tinjauan apbd ntb sept 2014
Tinjauan apbd ntb sept 2014Tinjauan apbd ntb sept 2014
Tinjauan apbd ntb sept 2014
ErvynKaffah
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
wandranatuna
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...Ade Suerani
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
ekho109
 

Similar to Artikel keuangan negara (20)

Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013
 
Tugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskalTugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskal
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
 
hukum pajak.docx
hukum pajak.docxhukum pajak.docx
hukum pajak.docx
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiun
 
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di IndonesiaPengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
 
Rapbn
RapbnRapbn
Rapbn
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
 
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanjaUsulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
 
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
Paper analisis kasus_korupsi_rapbn-1_baru[1]
 
Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
 
Percepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan AnggaranPercepatan Serapan Anggaran
Percepatan Serapan Anggaran
 
Tinjauan apbd ntb sept 2014
Tinjauan apbd ntb sept 2014Tinjauan apbd ntb sept 2014
Tinjauan apbd ntb sept 2014
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
 

More from Zaka Firma Aditya

Pengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negaraPengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara
Zaka Firma Aditya
 
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
Zaka Firma Aditya
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
Zaka Firma Aditya
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Zaka Firma Aditya
 
Hukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajakHukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajak
Zaka Firma Aditya
 
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESContoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESZaka Firma Aditya
 

More from Zaka Firma Aditya (7)

Pengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negaraPengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara
 
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
 
Tahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnyaTahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnya
 
Hukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajakHukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajak
 
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESContoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
 

Artikel keuangan negara

  • 1. Nama : Zaka Firma Aditya NIM : 8111410061 Makul : Hukum Keuangan Negara Pengampu : Ristina Yudhanti,SH.,M.Hum BBM, dan Bayar Bunga Utang Maikel Jefriando - detikfinance Kamis, 21/02/2013 14:28 WIB Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat, postur APBN 2013 jauh dari kategori proporsional. Dari tahun ke tahun sekitar 70% dana APBN habis untuk membiayai birokrasi, yaitu gaji PNS. "Saya menyebutnya ekonomi lebih besar pasak dari pada tiang," kata Pengamat INDEF Ahmad Heri Firdaus dalam jumpa pers di Energy Tower, SCBD, Jakarta, Kamis (21/2/2013). Selain itu, APBN 2013 dianggap tersandera oleh besarnya subsidi BBM dan kewajiban pembayaran bunga utang. "APBN 2013 kita tersandera oleh besarnya subsidi BBM dan kewajiban pembayaran bunga utang," ungkapnya. Ia menjelaskan, dari tahun ke tahun angka subsidi terus membengkak. Sementara strategi diversifikasi energi masih tergolong minim.
  • 2. Subsidi BBM tahun ini dianggarkan Rp 193,8 triliun. Jika mengacu ke realisasi tahun sebelumnya, subsidi BBM mencapai 150%. Maka sangat dimungkinkan anggaran tersebut terus membengkak, Sementara terkait utang, menurut Heri, sangat disesalkan melihat utang pemerintah Indonesia saat ini nilainya Rp 1.979,75 triliun. Sebab utang semakin bertambah dan bunga tetap dibayar namun realisasi anggaran dari utang tersebut tidak 100%. "Jadi juga menimbulkan pertanyaan mendasar untuk apa negara harus berutang untuk anggaran yang pada akhirnya berlebih," tegas Heri. Wakil ketua DPR RI, Anis Matta menjelaskan, dana APBN 2013 sebesar Rp 1.683 triliun tersebut akan dibagi dalam beberapa bagian. Berikut pembagian dana APBN 2013 yang sudah disepakati oleh anggota DPR, seperti dikutip dari Tribunnews.com: 1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun 2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun 3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun 4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun 5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun 6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun 7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp 317,2 triliun. Dana tersebut dibagi menjadi dua yakni: 1. Subsidi Energi sebesar Rp 274,7 triliun (BBM, LPG Tabung 3 Kg, LGV, dan subsidi listrik) 2. Subsidi Non Energi sebesar Rp 42,5 triliun Untuk penerimaan negara, DPR menyepakati penerimaan dalam negeri sebesar Rp 1.525,2 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp 4,5 triliun. Penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.193 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNPB) sebesar Rp 332,2 triliun. http://finance.detik.com
  • 3. ANALISIS APBN INDONESIA TAHUN 2013 Pada dasarnya kemauan Negara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus didukung oleh keuangan Negara yang besumber dari pendapatan Negara yang pemungutannya berdasarkan Undang-Undang. Dalam arti pendapatan Negara merupakan sumber keuangan yang digunakan oleh untuk membiayai tugas dari pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan Negara sebagaimana tertuang didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV. Analisis Sumber Pendapatan APBN Di Indonesia sendiri, keuangan Negara telah di kodifikasikan kedalam Angaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yaitu merupakan suatu dokumen yang memuat perkiraan penerimaan dan pengeluaran serta rincian kegiatan- kegiatan di bidang pemerintahan Negara yang berasal dari pemerintah untuk jangka waktu satu tahun. APBN dirancang oleh Presiden dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1Januari-31 Desember). Penerimaan APBN sendiri diperoleh dari berbagai sumber yaitu : Penerimaan pajak yang meliputi : 1. Pajak Penghasilan (PPh). 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB). 4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai. 5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor). Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi : 1. Penerimaan dari sumber daya alam. 2. Setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 3. Penerimaan bukan pajak lainnya.
  • 4. Pada tahun 2012 lalu, pemerintah Indonesia (presiden) telah mengajukan rancangan APBN untuk tahun 2013 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dibahas dan disetujui dalam rapat paripurna. Dibandingkan dengan tahun 2012, APBN 2013 mengalami sedikit peningkatan. Jika pada tahun 2012, APBN Indonesia sekitar 1500 Trilyun maka di tahun 2013 direncanakan APBN Indonesia senilai Rp.1683 Trilyun atau hampir mengalami peningkatan sebesar Rp.183 Trilyun. Dana tersebut rencananya akan dialokasikan untuk: 1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun 2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun 3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun 4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun 5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun 6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun 7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp 317,2 triliun. Analisis dari Segi Defisit Ekonomi Dengan latar belakang ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 yang telah disahkan dalam sidang paripurna DPR, 23 Oktober 2012 lalu, perlu kita apresiasi meskipun tidak proporsional. Direncanakan APBN 2013 akan menyebabkan defisit sebesar Rp153 triliun atau sekirar 1,65 persen PDB. Banyak kalangan yang memandang angka ini aman karena masih dalam koridor yang ditetapkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara Tahun 2004 yang membatasi defisit APBN maksimal 3 (tiga) persen. Undang-undang yang isinya banyak mengadopsi pada Maastricht Treaty tersebut memberikan suatu garis besar yang pruden terhadap pengelolaan keuangan negara kita (APBN). Bahkan bisa diprediksi sejak awal bahwa dengan rencana defisit sebesar 1,65 persen PDB tersebut realisasinya nanti mungkin hanya akan sekira satu persen PDB. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan penyerapan anggaran pengeluaran kita umumnya berada di sekira 92-95 persen saja. Dalam APBN 2013, pertumbuhan ekonomi diasumsikan sebesar 6,8 persen. Banyak pihak
  • 5. sedikit ragu dengan angka pertumbuhan sebesar itu. Padahal angka pertumbuhan sebesar itu sangat bisa direalisasi dan bahkan dilampaui. Untuk 2013 mendatang, transfer ke Pemerintah Daerah mencapai Rp.528 trilyun. Jumlah ini memungkinkan pemerintahan daerah untuk memperoleh dorongan besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah masing- masing. Kita bisa membayangkan daerah terpencil, misalnya Kabupaten Sintang, yang berada di ujung Provinsi Kalimantan Barat yang untuk mencapainya saja memerlukan perjalanan darat sekira tujuh jam dari Pontianak, memiliki APBD yang melampaui Rp1 trilyun. Apalagi pemerintah daerah lain, terutama di pulau Jawa yang memiliki jumlah penduduk lebih besar. Oleh karena itu tidak mengherankan jika koran bergengsi dari Inggris Financial Times memuat bangkitnya kota-kota lapis ketiga Indonesia seperti Batam, Pekanbaru, Makassar, dan Pontianak (okezone.com 22/03/2013). Kebangkitan pembangunan di daerah ini akan menciptakan pasar yang semakin besar bagi industri yang kebanyakan berada di Pulau Jawa. Akan tetapi kita juga harus melihat potensi daerah tersebut, tentu berbeda potensi antara daerah yang satu dengan yang lain terutama dalam hal potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), karena kedua hal tersebut merupakan potensi yang sangat penting dalam menciptakan indsutri pasar. Selain itu perlu juga diperhatikan sumber pemasukan kas Negara untuk APBN, dalam hal ini perlu adanya komitmen dari daerah untuk bisa lebih berlomba-lomba dalam memberikan pemasukan ke Negara, sehingga daerah tidak hanya bisa menikmati kucuran dana dari pemerintah pusat, akan tetapi juga mampu mengelola uang tersebut (APBD) sehingga mendatangkan surplus bagi pemerintah pusat. Analisis dari segi Politik Menghadapi bursa pemilihan umum tahun 2014, bisa saja APBN yang telah dirancang disusupi dengan agenda-agenda politik. Dikarenakan aliran APBN bisa saja digunakan untuk pembiayaan partai politik atau kampanye-kampanye politik, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa untuk ikut didalam hiruk pikuk pemilu membutuhkan dana yang sangat besar.
  • 6. Hal ini dapat kita lihat dari belanja pemerintah untuk bantuan sosial mengalami kenaikan 54,1 persen dari IDR 47,8 trilyun pada APBN 2012 menjadi 73,6 triliun APBN 2013. Kenaikan bantuan sosial pada tahun politik 2013 ini harus kita waspadai karena sangat rawan terjadinya penyalahgunakan untuk kepentingan politik. Apalagi didalam Undang-Undang Partai Politik disebutkan bahwa sumber pendapatan (biaya) Partai Politik salah satunya didapat dari pemerintah. Lebih dari itu, transfer ke Pemerintah daerah sebesar Rp.528 Trilyun juga harus mendapat pengawasan yang ketat. Dikarenakan bukan tidak mungkin jumlah APBD yang dialokasikan ke daerah Rp.1 Trilyun per daerah justru disalah gunakan untuk kepentingan-kepentingan politik dalam menghadapi pemilu 2014 mendatang. Pengawasan yang dilakukan bisa dari lembaga pemerintah semisal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) baik pusat maupun daerah dan juga inspektorat daerah. Selain itu, pengawasan dari lembaga non pemerintah juga penting untuk dilakukan guna meminimalisir penyalahgunaan dana, bisa dilakukan oleh Lembaga-lembaga swadaya masyarakat ataupun organisasi non pemerintah lainnya seperti Indonesian Coruption Watch (ICW). Subsidi BBM dan Pelunasan Hutang Hal menarik dari APBN Indonesia dalam 3 tahun terakhir adalah adanya anggaran khusus yang digunakan untuk subsidi masyarakat. Subsidi yang dimaksud adalah subsidi BBM, LPG 3kg dan subsidi listrik. Jumlah yang di alokasikan pun tidak sedikit, dimana untuk tahun 2013 ini pemerintah mengalokasikan sekitar Rp.317,7 Trilyun untuk subsidi yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Rp.274,7 Trilyun untuk subsidi energy yang meliputi BBM, LPG dan Listrik serta Rp.45,4 Trilyun untuk subsidi non energy. Angka ini dipandang sangat besar, dikarenakan melebihi anggaran pemerintah untuk Pendidikan yang hanya berkisar Rp.250 Trilyun. Jika hal ini terus berlanjut, maka untuk tahun mendatang APBN Indonesia akan terus membengkak angkanya hanya untuk subsidi masyarakat. Akan tetapi hal ini sekiranya wajar untuk menjaga keseimbangan harga pasar dan industry di
  • 7. masyarakat. Karena, apabila BBM ataupun listrik tidak disubsidi, maka harga- harga pasar terutama harga bahan pokok menjadi melambung tinggi. Pemerintah sekiranya harus mencari alternative guna mengatasi masalah ini, jika menilik data dari pertamina maka BBM yang dihasilkan pertamina dan di kucurkan setiap harinya sekitar 1 juta barel, sedangkan konsumsi masyarakat mencapai 1,2 juta barel. Artinya ada deficit dalam konsumsi enegri, hal ini lama kelamaan akan menyebabkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak dan berimbas pada harga kebutuhan pokok. Selain itu, apabila kita menilik utang luar negeri Indonesia sekitar Rp.1979,75 Trilyun. Dengan APBN Indonesia yang hanya sekitar Rp.1683 Trilyun maka akan sangat sulit untuk melunasi hutang tersebut dalam dua dekade mendatang, ditambah dengan bunga pinjaman yang semakin membengkak setiap tahunnya. Untuk APBN 2013, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp.113,2 Trilyun, tetapi itu hanya untuk membayar bunga pinjaman saja, belum termasuk untuk membayar hutang. Oleh sebab itu, pemasukan dari berbagai sector yang vital perlu ditingkatkan, terutama dari sektor pajak yang menyumbang devisa sangat besar untuk APBN. Selain itu perlu juga pengoptimalan pemasukan dari sector-sektor Industri dan sumber daya alam agar APBN Indonesia setiap tahunnya dapat semakin menjngkat.