2. Analisis Finansial digunakan
untuk mengetahui apakah
usaha yang diusahakan layak
dan menguntungkan untuk
dikembangkan atau dikatakan
masih dalam tingkat efisiensi
3. •Analisis investasi menjadi aspek
krusial dalam perusahaan
agroindustri
•Pada dasarnya metodologi yg
digunakan untuk menilai kondisi
finansial pada perusahaan
agroindustri sama dgn perusahaan
komersil lainnya
•Namun, tidak semua manajer mampu
mengintepretasikan hasil analisis
finansial yg diperoleh dengan benar
4. Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial
usaha Bakpao Labu adalah sebagai berikut :
1) Modal usaha seluruhnya berasal dari modal sendiri.
2) Umur Proyek adalah 5 tahun, penetapan umur proyek
didasarkan pada umur ekonomis peralatan yang digunakan
perusahaan
3) Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku
bunga deposito Bank Rakyat Indonesia sebesar 10 % pertahun.
4) Perhitungan biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional didasarkanpada harga yang berlaku pada tahun
2012 hingga tahun 2017
5) Biaya penyusutan komponen investasi dihitung dengan umur
investasi yang akan berjalan
5. 6) Harga dari bakpao labu ini sangat terjangkau bagi semua
kalangan, baik kalangan menengah ke bawah maupun
kalangan menengah ke atas. Seperti produk bakpao unyil
yang dijual dengan harga yang lebih murah dari produk
bakpao yang memiliki bentuk lain. Untuk bakpao labu
dengan dengan bentuk hati dan bulat emo, dipatok
dengan harga Rp. 4.000,- untuk isian daging ( ayam / sapi )
dan Rp. 3.000,- untuk isian selain daging. Dan untuk
bakpao labu unyil, isi daging ( ayam / sapi ) dipatok
dengan harga Rp. 1.500,- dan Rp. 1.000,- untuk bakpao
labu unyil dengan isi coklat, keju, dan blueberry.
6. Penentuan Pasar Potensial dan
Kapasitas Produksi Dalam 1 Tahun
•Positioning produk sebagai ‘Leader’ dengan persentase 40%.
•Berdasarkan data konsumen Bakpao berkisar usia antara 20-30 tahun.
•Jumlah penduduk kota Batu 189.793 jiwa dengan estimasi umur 20-30
tahun berjumlah 94.895 jiwa.
•Sehingga pasar potensial dapat di hitung = 40% x 94.895 = 37.958
jiwa
•Berdasarkan kuesioner rata-rata orang mengkonsumsi Bakpao dalam 1
bulan sebanyak 2 kali. Dari data tersebut berarti dalam 1 tahun
seseorang mengkonsumsi Bakpao sebanyak 24 kali.
•Sehingga dapat ditentukan kapasitas produksi dalam 1 tahun = 24 x
37.958 = 910.992 buah bakpao.
•Jumlah produksi dalam per hari yang harus terpenuhi = 910.992 / 365
hari = 2.495 produksi
7. Analisis Biaya
1.Biaya Investasi ( Biaya Tetap )
Kebutuhan Per Bulan Per Tahun
Gaji karyawan @
Rp.500.000x10
Rp. 5.000.000,- Rp. 60.000.000,-
Biaya listrik Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,-
Biaya air Rp. 500.000,- Rp. 6.000.000,-
Biaya telepon Rp. 500.000,- Rp. 6.000.000,-
Promosi Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,-
Asuransi Rp. 500.000,- Rp. 6.000.000,-
PBB Rp. 100.000,- Rp. 1.200.000,-
Penyusutan peralatan Rp. 200.000,- Rp. 2.400.000,-
Total Rp. 8.800.000,- Rp. 105.600.000,-
8. 2. Biaya Produksi ( Biaya Tidak Tetap)
•Biaya Bahan Baku
kebutuhan Jumlah harga Total harga
Tepung labu 200
gram x 30.240
6.048.000 gram = 6.048 kg @5.000 x 6.048 Rp. 30.240.000
Tepung terigu 300
gram x 30.240
9.072.000 gram = 9.072 kg @7.000 x 9.072 Rp. 63.504.000
Ragi Instan 15 sdt x
30.240
453.600 sdt = 45.360 gram
= 45,360 kg
@ 1000 x 45,360 Rp. 45.360
Tang Mien 50 gram
x 30.240
1.512.000 gram = 1.512 kg @ 20.000 x 1.512 Rp. 30.240.000
Gula Pasir 1 sdm x
30.240
30.240 sdm = 6.048 gram =
6,048 kg
@ 10.000 x 6,048 Rp. 60.480
Bakapao Powder 25
gram x 30.240
756.000 gram = 756 kg @ 2.000 x 756 Rp. 1.512.000
Mentega Putih 25
gram x 30.240
756.000 gram = 756 kg @ 12.000 x 756 Rp. 9.072.000
Gula Halus 100
gram x 30.240
3.024.000 gram = 3.024 kg @ 11.000 x 3.024 Rp. 33.264.000
Minyak Goreng 250
gram x 30.240
7.560.000 gram = 7.560 kg @ 11.000 x 7.560 Rp. 83.160.000
Total Rp. 251.097.840
9. Kebutuhan Jumlah Harga Total Harga
Kemasan 151.832 @ 300x 151.832 Rp. 45.549.600,-
Transportasi 12 @ 2.500.000 x 12 Rp. 3.000.000,-
Distribusi 12 @ 2.500.000 x 12 Rp. 3.000.000,-
Total Rp. 51.549.600,-
• Biaya Operasional
Total biaya tidak tetap = Biaya bahan baku + biaya operasional
= Rp. 251.097.840 + Rp. 51.549.600
= Rp. 302.647.440,-
10. 3. Harga Pokok Produksi ( HPP ) dan Harga Jual
• Total Biaya Produksi 1 th= Biaya tetap + biaya tidak tetap
= Rp. 105.600.000 + Rp. 302.647.440
= Rp. 408.347.440,-
• HPP (Per tahun) = Total biaya 1th
Jumlah produksi 1 tahun
= 408.347.440
907.200
= Rp. 450,1184,-
11. Mark Up = (40% x total biaya 1th) + Biaya tetap 1 tahun
Biaya tidak tetap 1 tahun
= (40% x Rp. 408.347.440) + Rp. 105.600.000
Rp. 302.647.440
= 0,88
Harga jual = (Mark Up x HPP) + HPP
= (0,88 x 450,1184) + 450,1184
= Rp. 844,5734
12. Prakiraan Laba Rugi
1 2 3 4 5
1 PENJUALAN 522,219,767.12
Rp 531,624,823.98
Rp 541,205,229.35
Rp 550,960,983.24
Rp 560,892,085.65
Rp
2 BIAYAFABRIKASI 42,948,193.88
Rp 43,129,004.30
Rp 43,313,185.76
Rp 43,500,738.26
Rp 43,691,661.80
Rp
479,271,573.24
Rp 488,495,819.68
Rp 497,892,043.59
Rp 507,460,244.98
Rp 517,200,423.85
Rp
3 BIAYAKOMERSIAL
Administrasi 12,000,000.00
Rp 12,000,000.00
Rp 12,000,000.00
Rp 12,000,000.00
Rp 12,000,000.00
Rp
Penjualan 30,000,000.00
Rp 30,000,000.00
Rp 30,000,000.00
Rp 30,000,000.00
Rp 30,000,000.00
Rp
437,271,573.24
Rp 446,495,819.68
Rp 455,892,043.59
Rp 465,460,244.98
Rp 475,200,423.85
Rp
BungaPinjaman 34,694,290.35
Rp 27,755,432.28
Rp 20,816,574.21
Rp 13,877,716.14
Rp 6,938,858.07
Rp
PERKIRAANPAJAKPENDAPATAN 153,045,036.88
Rp 156,273,523.14
Rp 159,562,201.51
Rp 162,911,071.99
Rp 166,320,134.60
Rp
249,532,246.00
Rp 262,466,864.26
Rp 275,513,267.87
Rp 288,671,456.85
Rp 301,941,431.18
Rp
PROYEKSILABARUGI
LABA/RUGIKOTOR
LABAOPERASI
LABASETELAHPAJAK
NO KOMPONENBIAYA
Tahun
13. 1. NPV (Net Present Value)
Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis
untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak.
NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value
PV dari arus biaya.
Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Bt = Penerimaan yang diperoleh dari tahun t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t
t = lamanya waktu investasi
i = tingkat bunga
t
n
t i
Ct
Bt
NPV
1
1
Kelayakan Investasi
14. Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria
investasi, yaitu :
a)NPV lebih besar dari nol, secara finansial proyek
layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan
keuntungan.
b)NPV sama dengan nol, secara finansial proyek sulit
untuk dilaksanakan dan tidak akan menghasilkan
keuntungan maupun mendatangkan kerugian.
c)NPV kurang dari nol, secara finansial lebih baik
proyek tidak dilaksanakan karena akan
menimbulkan kerugian
15. 2. Internal Rate of Return ( IRR )
Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan
keuntungan, digunakan analisis IRR.
IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan
tolok ukur dari keberhasilan proyek.
Penggunaan Investasi akan layak jika diperoleh IRR yang
persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank
yang ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan
yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR
lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk
dilaksanakan
16. Secara matematis IRR dirumuskan sebagai berikut :
NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan
bunga modal sebesar i1 persen
NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan
bunga modal sebesar i2 persen
i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga
yang menghasilkan NPV positif
I2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang
menghasilkan NPV negatif
i
i
NPV
NPV
NPV
i
IRR 1
2
2
1
1
1
17. 3. Payback Periode ( PP )
Tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai
jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan
melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu
proyek.
Menghitung Payback Period tidak perlu
memperhitungkan tingkat bunga dan Present Value
dengan menggunakan discount factor. Penghitungan
Payback Period hendaknya dilakukan setelah
menghitung IRR dan kriteria investasi lainnya.
Semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka
proyek layak untuk diusahakan dan sebaliknya
semakin lambat investasi yang digunakan itu
dikembalikan maka proyek tidak layak untuk
diusahakan.
18.
19. Break Event Point (BEP)
Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. Analisis Break Event Point
dalam perencanaan keuntungan merupakan suatu pendekatan
perencanaan keuntungan yang mendasarkan pada hubungan
antara cost (biaya) dengan revenu (penghasilan penjualan)
Salah satu syarat perhitungan analisis Break Event Point adalah
bahwa semua biaya yang terkait dengan proses produksi mulai
dari setiap jenis produk atau jasa yang dihasilkan terdiri dari dua
jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
20. BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu:
a. Atas dasar penjualan dalam unit
b. Atas dasar penjualan dalam rupiah
21. Analisis Sensitivitas
Definisi :
• Analisis yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh
mana parameter investasi yang telah ditetapkan
boleh mengalami perubahan akibat adanya faktor
penyesuaian pada situasi tertentu selama umur
investasinya, sehingga memungkinkan munculnya
pengaruh yang signifikan pada keputusan yang telah
diambil
•Merupakan analisis kepekaan optimal suatu investasi
terhadap perubahan
23. Dengan memperhatikan nilai :
I = Investasi
n = Umur sisa
S = sisa
Ab = Benefit tahun pertama
Gb = Kenaikan benefit tiap tahunnya
Ac = Biaya Operasional rata – rata pertahun
Contoh :
I = Rp. 400 juta
n = 10
S = Rp. 100 juta
Ab = Rp. 80 juta
Gb = Rp. 2 juta
Ac = Rp. 25 juta / th
i = 10 %
24. Sensivitas investasi :
NPV = 0
0 = PWB-PWC
0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I –
Ac (P/A, 10%,10)
0 = 80 (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10) – I
– 25 (P/A, 10%,10)
0 = 80 (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) – I – 25 (6,14)
0 = 491,2 + 45,78 + 39 – 153,5 – I
0 = 422,48 – I
I = Rp. 422,48 juta
Maka, investasi sensitif pada nilai Rp. 422,48 juta. Dalam
kisaran Rp. 400 juta – Rp. 422,48 juta, investasi masih layak,
lebih dari Rp. 422,48 juta sudah tidak layak
25. Sensivitas benefit :
NPV = 0
0 = PWB-PWC
0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I
– Ac (P/A, 10%,10)
0 = Ab (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10) –
400 – 25 (P/A, 10%,10)
0 = Ab (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) –400– 25 (6,14)
0 = 6,14.Ab + 45,78 + 39 - 153,5 – 400
0 = 6,14 Ab – 468.72
Ab = 468,72 / 6,14 = Rp. 76,34 juta
Maka, benefit sensitif pada nilai Rp. 76,34 juta. Jika
realisasi benefit kurang dr angka tersebut, maka investasi
sudah tidak layak dilakukan
26. Sensivitas Cost :
NPV = 0
0 = PWB-PWC
0 = Ab (P/A, 10%,10) + Gb (P/G, 10%,10)+ S (P/F,10%,10) – I
– Ac (P/A, 10%,10)
0 = 80 (P/A, 10%,10) + 2 (P/G, 10%,10)+ 100 (P/F,10%,10) –
400 – Ac (P/A, 10%,10)
0 = 80 (6,14) + 2 (22,89)+ 100 (0,39) – I – Ac (6,14)
0 = 491,2 + 45,78 + 39 – 6,14.Ac – 400
0 = 175,98 – 6,14.Ac
Ac = 175,98 / 6,14 = Rp. 28,66 juta
Maka, cost sensitif pada nilai Rp. 28,66 juta. Dalam kisaran
Rp. 25 juta – Rp. 28,66 juta, investasi masih layak, lebih
dari Rp. 28,66 juta sudah tidak layak
27. Kesimpulan:
Ivestasi akan impas / BEP jika
I = Rp. 422,48 juta dan faktor lain tetap
Ab = Rp. 76,34 juta dan faktor lain tetap
Ac = Rp. 28,66 juta dan faktor lain tetap
i = 11,28 juta dan faktor lain tetap